Anda di halaman 1dari 5

LO.

1. Tes Tzanck
: Pemeriksaan cairan dari bulla (melepuh) untuk mencari sel Tzanck karakteristik varicella
(cacar air), herpes zoster, herpes simpleks, dan pemphigus vulgaris.Dinamakan untuk kulit
Arnault Rusia Tzanck (1886-1954).
pemeriksaan mikroskopis dari bahan selular dari lesi kulit untuk membantumendiagnosa
penyakit vesikuler tertentu. Jaringan ini dikorek dari dasar vesikelsebuah, ditempatkan pada
slide, dan diwarnai dengan Wright atau Giemsa'sstain. Sel raksasa multinuklear adalah
diagnostik dari virus herpes atau varicella.Pemphigus khas dan sel-sel lainnya juga dapat
diidentifikasi.Medicinenet.com
(tsank) pemeriksaan sel-sel yang ditemukan di kerokan dari dasar lesi herpes untuk
membuatdiagnosis herpes simpleks atau herpes genital. Kehadiran sel raksasa multinuklear
atau jenistertentu inklusi eosinofilik menunjukkan infeksi virus herpes
Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk Herpes Zoster, Herpes Simplex, dan Varicella.
1. Pecahkan bulla, lalu dikerok kulit luarnya.
2. Kerokan di fiksasi pada preparat dengan cara dilewatkan di atas api 3x.
3. Rendam di alkohol 96% selama 5 menit, lalu bilas.
4. Tetesi larutan giemsa (1:10) selama 30 menit. Bilas dengan air mengalir, lalu
keringkan.
5. Periksa di mikroskop dengan 100x perbesaran.
Hasil (+) jika ditemukan sel datia berinti banyak.

2. Siklus Hidup Virus Herpes Simpleks


Siklus pertumbuhan HSV berlangsung dengan cepat, memakan waktu 8-16 jam sampai selesai.
Gen alfa(dini-segera) segera timbul setelah infeksi. Gen-gen ini ditraskripsikan pada keadaan
tidak adanya sintesis protein virus dan merupakan permulaan replikasi. Gen beta(dini) timbul
kemudian; membutuhkan hasil gen alfa fungsional untuk ekspresinya, yaitu kebanyakan berupa
enzim dan protein replikasi. Ekspresi gen beta bertepatan dengan penurunan transkripsi gen alfa
dan penghentia sintesis protein sel inang yang ireversibel, dan dikatakan sebagai kematian sel.
Hasil-hasil gen gama(lambat) yang kemudian dihsilkan dan mencakup sebagian besar protein
struktural virus

Patogenesis
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh
seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit
yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan melalui sekresi
oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan
air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-I dapat
menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital.
Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit)

genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki termasuk batang dan kepala
penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia, vagina, serviks, anus, paha
bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga dapat
menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genetalis atau
Herpes Simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang
tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi
HSV-II. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit
dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak
memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat
yang dipakai penderita karena HSV-II memiliki envelope sehingga dapat
bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

Penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes Simpleks


A. HSV-1
1. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi
vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan
limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh
dalam 2-3 minggu.
2. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.
4. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir.
Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan
parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.
MANIFESTASI KLINIS
HERPES OROFASIAL
Infeksi primer
Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa keadaan menimbulkan
manifestasi berat di daerah oral disebut gingivostomatitis herpetika primer.
Gingivostomatitis herpetika adalah manifestasi infeksi HSV-1 orofasial primer yang tersering,
ditandai lesi khas vesikoulseratif oral dan atau perioral, kebanyakan mengenai anak-anak
umur 1-5 tahun.1,9 Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, nausea, dan
muntah-muntah disertai rasa tidak nyaman di mulut. Satu sampai dua hari setelah gejala
prodromal, timbul lesi-lesi lokal berupa vesikel kecil berkelompok di mukosa mulut,
berdinding tipis dikelilingi oleh peradangan. Vesikel cepat pecah meninggalkan ulkus
dangkal dan bulat yang nyeri di sekitar rongga mulut. Lesi dapat mengenai seluruh bagian
mukosa mulut. Selama perlangsungan penyakit, vesikel dapat bersatu menjadi lesi yang
lebih besar dengan tepi tidak teratur. Gambaran khas adalah ginggivitis marginalis akut,
generalisata, edema, dan eritema ginggiva, kadang-kadang disertai beberapa ulkus pada
gingiva. Pada pemeriksaan, faring posterior akan tampak kemerahan dengan pembesaran
kelenjar getah bening submandibular dan servikal.1,6,8,9
Gejala ekstra oral berupa vesikel berkelompok pada bibir dan kulit di sekitar sirkum oral.
Setelah beberapa hari lesi akan ditutupi krusta kekuningan. Stomatitis herpetika akut pada
anak-anak yang sehat bersifat swasirna. Demam biasanya akan hilang dalam 3-4 hari dan
lesi akan sembuh dalam 10 hari, walaupun dalam waktu 1 bulan masih dapat ditemukan
virus dalam saliva.8

Infeksi rekuren
Herpes simpleks labialis (cold sore/fever blisters) adalah bentuk herpes orofasial rekuren
yang paling sering terjadi, berupa vesikel-vesikel pada batas luar vermilion dan kulit
sekitarnya.9 Gejala dimulai dengan rasa perih diikuti oleh timbulnya vesikel berkelompok
dalam 24 jam, pecah, terjadi erosi superfisial, kemudian akan ditutupi krusta. Nyeri dan rasa
tidak nyaman terjadi pada beberapa hari pertama; lesi sembuh dalam waktu kurang dari 2
minggu tanpa jaringan parut. Pelepasan virus terus berlansung 35 hari setelah lesi
sembuh. Herpes labialis rekuren terjadi pada 50-75% individu-individu yang terkena infeksi
HSV di mulut, terjadi tiga kali lebih sering pada pasien dengan demam dibandingkan pasien
tanpa demam.8,9
Herpes intra oral rekuren merupakan bentuk rekuren berupa lesi pada intra oral khususnya
daerah mukosa yang berkeratin. Predileksi pada palatum durum regio premolar dan molar,
dapat juga timbul pada bagian fasial dan bukal gingiva. Vesikel mudah pecah, terletak
unilateral, tidak melewati garis tengah.

Fase laten:
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
Infeksi Rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan
mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis.
Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan
seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, mentruasi), dan dapt pula
timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira
7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi
rekurens ini dapat timbul pada temapt yang sama (loco) atau temapt lain/temapt di sekitarnya
(non loco).

Diagnosis laboratorium
1. Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, terlihat sel raksasa berinti
banyak. Pemeriksaan ini tidak sensitif dan tidak spesifisik. 2,11
2. Kultur virus. Sensitivitasnya rendah dan menurun dengan cepat saat lesi menyembuh.11
3. Deteksi DNA HSV dengan Polymerase chain reaction (PCR), lebih sensitif dibandingkan
kultur virus.11
4. Tes serologik IgM dan IgG tipe spesifik. IgM baru dapat dideteksi setelah 47 hari infeksi,
mencapai puncak setelah 24 minggu, dan menetap selama 23 bulan, bahkan sampai 9
bulan. Sedangkan, IgG baru dapat dideteksi setelah 23 minggu infeksi, mencapai puncak
setelah 46 minggu, dan menetap lama, bahkan dapat seumur hidup. 2 Antibodi IgM dan
IgG hanya memberi gambaran keadaan infeksi akut atau kronik dari penyakit herpes
genitalis.

Tidak ditemukannya antibodi HSV pada sampel serum akut dan ditemukannya IgM spesifik
HSV atau peningkatan 4 kali antibodi IgG selama fase penyembuhan menunjukkan
diagnosis HSV primer. Ditemukannya IgG antiHSV pada serum akut, IgM spesifik HSV dan
peningkatan IgG anti-HSV selama fase penyembuhan merupakan diagnostik infeksi HSV
rekuren.

Pengobatan
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat tersebut
menghambat sintesis DNA virus. Oba-obat ini dapat menghambat perkembangbiakan
herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di ganglia sensorik, dan angka
kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang diobati dengan yang tidak diobati.
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah Asiklofir dalam bentuk
topikal, intravena, dan oral yang kesemuanya berguna untuk mengatasi infeksi primer. Nama
Generik : Acyclovir
Nama Dagang : Clinovir (Pharos)
Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes labialis, herpes zoster, HSV
encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang memiliki respon imun yang
diperlemah (immunocompromised), varicella-zoster.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain dari formula.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau bila ada gangguan absorbsi) 5
kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2
tahun diberikan dosis dewasa.
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat
diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Pencegahan
herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400 mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2
tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun dosis sama dengan dosis orang dewasa.
Efek Samping : Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman)
sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi
mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%).
Resiko Khusus : Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B. Efek
teratogenik dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan percobaan. Acyclovir terbukti
dapat melewati plasenta manusia.Tidak ada penelitian yang cukup dan terkontrol pada wanita
hamil. pada tahun 1984-1999 diadakan pendaftaran bagi wanita hamil, dan dari hasil yang terlihat
tidak ada peningkatan kelahiran bayi yang cacat karena penggunaan Acyclovir . tetapi karena
tidak semua wanita hamil mendaftarkan diri dan kurangnya data dalam jangka waktu yang
panjang, maka direkomendasikan penggunaan acyclovir untuk wanita hamil disertai peringatan
dan diberikan jika benar-benar-benar diperlukan. Acyclovir juga dapat masuk ke dalam air susu
ibu, karena itu penggunaan pada ibu menyusui harus disertai peringatan.
Penggunaan obat lain
Vidarabin
Idoksuridin topical (untuk Herpes Simpleks pada selaput bening mata)
Trifluridin

Tips Perawatan Untuk Penderita Herpes Labialis :


- Rasa nyeri sering menyebabkan penderita malas makan dan minum, hal ini dapat
mengakibatkan dehidrasi, terutama bila gejala di sertai dengan demam, karena itu harus
diusahakan agar tetap minum sebanyak mungkin.
- Hindari memecah titik-titik yang berisi air atau mengelupas luka yang mulai mengering. Hal
ini akan memperlambat proses penyembuhan dan bahkan membuka peluang luka akan
terinfeksi oleh bakteri.
- Hati-hati untuk tidak menyentuh atau menggosok mata setelah tangan menyentuh bibir,
karena virus HSV-1 berbahaya jika sampai mengenai mata. Selalu cuci tangan sebelum dan
setelah mengoleskan obat.
- Jangan biarkan orang lain menyentuh bibir anda karena penyakit ini mudah menular. Selain
itu untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung, selalu cuci
benda-benda yang telah digunakan oleh penderita dengan air panas (lebih baik direbus) dan
jangan biarkan orang lain memakai benda bersama-sama dengan penderita herpes, terutama
ketika lukanya sedang aktif.
- Balsam bibir seperti jelly petroleum dapat menghindari bibir pecah-pecah dan mengurangi
resiko tersebarnya virus ke daerah di sekitarnya.
- Untuk mengurangi nyeri pada penderita dewasa atau anak-anak, bisa digunakan obat kumur
anestetik (misalnya lidokain). Atau bisa juga digunakan obat kumur yang mengandung
baking soda. Pengobatan pada herpes sekunder akan efektif bila dilakukan sebelum
munculnya luka.
- Pengobatan herpes labialis dapat diobati dengan salep acyclovir yang bisa mengurangi
beratnya serangan dan menghilangkan cold sore lebih cepat. Salep ini dioleskan 3-5 kali
sehari. Untuk kasus-kasus yang berat dan untuk penderita yang memiliki kelainan sistem
kekebalan, bisa diberikan tablet acyclovir.
- Mengkonsumsi vitamin B kompleks dan vitamin C juga dapat mempercepat hilangnya
herpes labialis
- Jika sudah sembuh hindari faktor- faktor pemicu terjadinya serangan infeksi ulang.

Anda mungkin juga menyukai