Anda di halaman 1dari 36

Dokter Pengobatan

Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

(GAMBAR) PANDUAN LENGKAP


TATACARA TAYAMMUM YANG
BENAR: Niat Tayammum, Tanah
yang digunakan dan 5 kelompok
yang dibolehkan
melakukan tayammum
with 15 comments

18 Votes

PANDUAN LENGKAP TATACARA


TAYAMMUM YANG BENAR
Al-Ustadz Abu Zakariya Rizki Al-Atsary

Siapakah yang
diperbolehkan melakukan
Tayammum?

1. Tayammum diperbolehkan bagi seorang yang


junub lagi musafir dan tidak mendapatkan air.
Jika kalian adalah keadaan sakit, atau dalam
keadaan bepergian, atau seseorang dari kalian
dari buang hajat atau kalian berhubungan dengan
wanita, dan kalian tidak mendapatkan air maka
tayammumlah dengan tanah yang baik.
Dan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 347)
dan Muslim (1/280) dari hadits Ammar bin Yasir, beliau
mengatakan, Rasulullah mengutusku untuk suatu
keperluan. Lalu saya junub dan tidak mendapatkan air.
Maka saya berguling-guling sebagaimana tunggangan
berguling, kemudian saya menjumpai Nabi dan
menceritakn kepada beliau hal itu. Beliau bersabda,
.
.
Cukuplah engkau melakukan dengan kedua
tanganmu seperti ini. Lalu beliau memukulkan
kedua tangan beliau ketanah dengan sekali
tepukan kemudian membasuhkan tangan kiri ke
tangan kanan dan dan kedua punggung tangan
beliau dan wajah beliau.

2. Tayammum bagi seorang junub apabila khawatir


udara dingin.
Berdasarkan keumuman firman Allah taala diatas. Dan
juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad
dan selainnya dari hadits Amru bin al-Ash, bahwa ketika
beliau diutus pada perang Dzaat as-Salaasil, beliau
berkata, Hingga saya ihtilam pada malam yang sangat
dingin. Dan saya khawatir jikalau saya mandi maka saya
akan binasa. Maka saya pun hanya- melakukan
tayammum kemudian mengimami para sahabatku pada
shalat subuh. Dan ketika kami tiba kembali menemui
Rasulullah , mereka menceritakan hal itu kepada beliau
. Dan beliau bersabda, Wahai Amru, engkau telah
mengerjakan shalat mengimami sahabatmu sementara
engkau dalam keadaan junub?
Saya berkata, Saya teringat dengan firman Allah ta,ala
Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri.
Sesungguhnya Allah sangatlah penyayang bagi kalian.
Maka saya melakukan tayammum kemudian
mengerjakan shalat. Rasulullah kemudian tertawa dan
tidak mengatakan sesuatu.
(HR. Ahmad didalam al-Musnad 4/203, Abu Dawud no.
334-335, al-Hakim 1/177 dan selain mereka)
Hadits ini dijadikan dasar oleh Malik, ats-Tsauri, Abu
Hanifah dan Ibnul-Mundzir bahwa seseorang yang
melakukan tayammum karena udara yang sangat dingin,
tidak diharuskan untuk mengulangi shalat. Karena Nabi
tidaklah menyuruh beliau untuk mengulanginya.
Seandainya wajib, niscaya beliau akan menyuruh
mengulangi shalat.
Ibnu Raslaan mengatakan, Tayammum karena takut
udara dingin tidak diperbolehkan bagi seseorang yang

memungkinkan untuk memanaskan air atau dapat


mempergunakan air dengan cara yang menimbulkan
mudharat baginya semisal membasuh anggota wudhu`
kemudian menutupinya. Setiap kali selesai membasuh
anggota wudhu` dia lalu menutup dan menghalanginya
dari udara dingin, maka hal itu wudhu`- suatu keharusan
baginya. Jika dia tidak mampu dia diperbolehkan
tayammum dan mengerjakan shalat pada pendapat
sebagian besar ulama.
Dan inilah pendapat yang shahih sesuai dengan
keterangan dalil diatas.
Adapun al-Hasan al-Bashri dan Atha`, berpendapat tidak
adanya udzur untuk tayammum bagi yang khawatir
udara dingin. Dia tetap diharuskan mandi walau dia
akhirnya meninggal dunia. Namun pendapat ini tertolak
dengan keterangan pada hadits Amru bin al-Ash.
3. Seorang yang dalam keadaan sakit tidak mampu
mempergunakan air.
Sakit/penyakit terbagi atas tiga bagian:
Pertama: Penyakit yang ringan tidak
dikhawatirkan akan mendatangkan bahaya, atau
sakit yang membahayakan, memperlambat
kesembuhannya, menambah rasa sakit atau suatu
yang buruk jika orang tersebut mempergunakan
air. Semisal penyakit pusing, sakit gigi dan semisalnya.
Penyakit/sakit semacam ini tidak diperbolehkan
tayammum baginya menurut pendapat sebagian besar
ulama.
Kedua: Sakit/penyakit yang dengan penggunaan
air akan dikhawatirkan mendatangkan kebinasaan
pada dirinya, anggota tubuhnya, mendatangkan
penyakit yang membahayakan jiwanya.
Ketiga: Penyakit/sakit yang dengan penggunaan
air akan memperlambat kesembuhannya atau
menambah parah sakitnya. Pada dua keadaan pada

sakit/penyakit ini diperbolehkan untuk tayammum dan


tidak perlu mengulangi shalat. Pendapat ini adalah
pendapat Abu Hanifah, Malik, Ahmad, Dawud dan
sebagian besar ulama. Berdasarkan keumuman firman
Allah,
Jika kalian adalah keadaan sakit, atau dalam keadaan
bepergian, atau seseorang dari kalian dari buang hajat
atau kalian berhubungan dengan wanita, dan kalian tidak
mendapatkan air maka tayammumlah dengan tanah
yang baik.
Juga berdasarkan dengan hadits Amru bin al-Ash
sebelumnya.
Dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa beliau
menafsirkan firman Allah taala diatas,
Yaitu seseorang yang mendapatkan luka ketika fi
sabilillah, atau borok, atau penyakit cacar air, lalu dia
junub dan takut jika dia manti maka dia akan meninggal
dunia, dia dapat tayammum dengan tanah yang baik.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi.
Asy-Syaukani mengatakan, Apabila penggunaan
air akan mendatangkan penyakit berbahaya bagi
seorang yang berwudhu`, hal itu menjadi alasan
baginya untuk tidak mempergunakan air dan
beralih ke tayammum.
Pendapat ini adalah pendapat Mujahid, Ikrimah, Thawus,
Qatadah, hammad bin Abu Sulaiman, Ibrahim, Malik, asySyafii, ashhaab ar-Ra`yi, Ahmad, Ishaq dan merupakan
pendapat yang dipilih oleh Ibnul Mundzir, Ibnul Qayyim,
ash-Shanani, asy-Syaukani dan asy-Syaikh Ibnul
Utsaimin. Dan inilah pendapat yang shahih.
Adapun pendapat Atha` bin Abi Rabah dan al-Hasan alBashri yang mengharuskan pemakaian air bagi seorang
yang sakit semacam ini jika mendapatkan air bukanlah
pendapat yang tepat.

4. Musafir yang memiliki sedikit air dan khawatir


kehausan dalam perjalanannya, diperbolehkan
untuk tayammum
Jika seorang musafir khawatir kehausan dan dia
membawa air yang hanya mencukupi untuk
dipergunakan thaharah, maka musafir tersebut
menyimpan airnya untuk dipergunaka minum dan dia
mencukupkan dengan tayammum disetiap shalatnya.
Ibnul Mundzir mengutip bahwa ulama sepakat dalam hal
ini. Dan pendapat tersebut telah diriwayatkan dari Ali bin
Abi Thalib, Ibnu Abbas, al-Hasan, Mujahid,Atha`, Thawus,
Qatadah, adh-Dhahhak, ats-Tsauri, Malik, asy-Syafii,
Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan Ashhabur-Ra`yi.
5. Seorang junub lagi musafir yang tidak
mendapatkan air kecuali yang hanya cukup
dipergunakan untuk berwudhu`.
Adapun jikalau seseorang dalam keadaan safar/bepergian
dan unub sementara dia tidak memiliki air selain kadar
yang memungkinkan untuk berwudhu`, imam Ahmad
berpendapat bahwa dia membasuh kemaluannya dengan
air tersebut serta bagian yang terkena janabah.
Selanjutnya dia melakukan tayammum dengan tanah
yang baik, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
taala.
Pendapat ini juga merupakan pendapat Atha`, al-Hasan,
az-Zuhri, Hammad, Malik dan Abdul Azis bin Abu
Salamah. Dan merupakan pendapat yang dipilih oleh
Ibnul Mundzir.

Tanah yang dipergunakan untuk


Tayammum
Allah subhanahu wataala berfirman,

Dan kalian tidak mendapatkan air, maka carilah tanah


yang baik.
Dan diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits
Imran bin Hushain bahwa Nabi bersabda,

Engkau pergunakanlah tanah yang baik, karena
tanah tersebut sudah mencukupimu.
Dan hadits Abu Dzar, Nabi bersabda, Tanah yang baik
adalah wadhu` seorang muslim walau dia tidak
mendapatkan air selama sepuluh tahun. Apabila dia telah
mendapatkan air maka hendaklah dia bertakwa kepada
Allah dan mengusap kulitnya, karena hal itu lebih baik.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, ad-Daraquthni,
Ahmad dan selain mereka. Hadist ini dishahihkan oleh
asy-Syaikh al-Albani didalam al-Irwa` no. 153.

Niat pada Tayammum

Telah shahih diriwayatkan dari hadits Umar bin alKhaththab dari Nabi , bahwa beliau bersabda,
Sesungguhnya tiap amalan berdasarkan pada niatnya.
Muttafaq alaihi.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa tayammum tidak
sah selain diiringan dengan niat, berdasarkan hadits
diatas. Sementara al-Auzai dan al-Hasan bin Shalih
berpendapat sahnya tayammum walau tanpa niat.
Pendapat yang shahih adalah pendapat mayoritas ulama,
bahwa tayammum tidaklah sah kecuali disertai dengan
niat.

Tata Cara Tayammum


Adapun tata cara tayammum, adalah sebagai berikut:

1. Membaca Basmalah
Sebagaimana halnya dalam wudhu`. Dikarenakan
tayammum adalah pengganti thaharah wudhu`, dan
pengganti menyadur hukum yang digantikannya.

2. Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah


dengan sekali tepukan.
Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir diatas, dimana Nabi
bersabda kepadanya tentang tata cara tayammum-,

Cukuplah bagimu untuk melakukan dengan kedua


tanganmu demikian. Kemudian beliau menepukkan

kedua tangan beliau pada tanah dengan sekali tepukan,


lal mengusapkan tangan kiri pada tangan kanan, kedua
punggung tangan dan wajah beliau. Diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa tepukan tangan ke
tanah ketika melakukan tayammum hanya dengan sekali
tepukan, sebagaimana pada hadits Ammar diatas.
Ibnu Abdil Barr mengatakan, Bahwa sebagian besar
atsar-atsar yang diriwayatkan dari Ammar menyebutkan
sekali tepukan. Adapun atsar yang diriwayatkan dari
beliau yangmenyebutkan dua kali tepukan kesemuanya
mudhtharib
Dan hadits Abdullah bin Umar secara marfu,
Tayammum dengan dua kali tepukan, sekali untuk wajah
dan sekali untuk kedua tangan hingga bagian siku.
Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni, al-Hakim dan alBaihaqi, namun hadits ini sangat lemah, pada sanadnya
terdapat Ali bin Zhabyaan, dia perawi yang matruk.
Demikian juga hadits Ibnu Umar lainnya yang
mneyebutkan tiga kali tepukan pada tayammum adalah
hadits yang sangat lemah. Wallahu alam.
3. Meniup kedua telapak tangan sebelum
membasuhkannya ke anggota tayammum.
Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir, dalam salah satu
riwayatnya pada Shahih al-Bukhari, dimana disebutkan,
Lalu Nabi menepukkan kedua telapak tangan beliau
pada tanah kemudian meniupnya, lalu mengusapkan
keduanya pada wajah dan kedua telapak tangan beliau.
(Shahih al-Bukhari no. 338 dan juga no. 339)
4. Mengusap wajah dan kedua tangan hingga
pergelangan.
Allah subhanahu berfirman,

Dan usaplah wajah dan tangan-tangan kalian. (alMaidah: 6)


Juga berdasarkan hadits Ammar bin Yasir diatas.
Mencukupkan tayammum pada wajah dan kedua tangan
hingga pergelangan merupakan pendapat Atha`, Said
bin al-Musayyab, an-Nakhai, Makhul, al-Auzai, Ahmad,
Ishaq dan merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnul
Mundzir dan juga sebagian besar ulama hadits.
Adapun hadits-hadits yang menyebutkan adanya
mengusap tangan hingga ke bagian siku, tidak satupun
hadits tersebut yang shahih. Bahkan sebagian besarnya
adalah hadits-hadits yang sangat lemah. Seperti
disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr didalam kitab beliau atTamhid dan juga asy-Syaukani didalam Nail al-Authar.
5. Tertib dalam tayammum, yaitu dimulai dengan
mengusap wajah lalu kedua tangan.
Berdasarkan konteks firman Allah taala,
Basuhlah wajah dan tangan-tangan kalian. (al-Maidah:
6)
6. Dikerjakan secara beriringan (al-muwalaah)
Untuk lebih lanjut lihat didalam: al-Umm 1/41-44,
al-Majmu 2/238 dan selanjutnya, Fathul Bari
1/559-593, al-Mughni 1/318-368, al-Muhalla 1/no.
224-253, at-Tamhid 2/237 dan selanjutnya, Bidayah
al-Mujtahid 2/3-50 , Badai ash-Shanai 1/178-191,
al-Isyraf 1/255-, al-Ausath 2/11-73, Masaa`il
Abdullah bin al-Imam Ahmad 36-39, Kasysyaf alQina` 1/237-254, al-Uddah hal. 39-42, Subul asSalam 1/204-217, as-Sail al-Jarrar 1/308-334, Nail
al-Authar 2/410-443, asy-Syarh al-Mumti` 1/373413.

Sumber : http://salafivilla.blogspot.com/2009/06/hukum
-seputar-tayammum.html
About these ads

Bantu menyebar amalan :

169Share

4Click

on Facebook (Opens in new window)

to share on Twitter (Opens in new window)

Click to share (Opens in new window)


Click to share on Google+ (Opens in new window)
Click to share (Opens in new window)
Click to email this to a friend (Opens in new window)
Click to print (Opens in new window)

Related

Pembahasan Tata Cara TAYAMUMIn "Dokter Muslim (


")
(LENGKAP) DOWNLOAD GRATIS BUKU ILMU TAJWID
QURAN LENGKAP PDF,E-BOOK,MP3 kajian tajwid &
SOFTWARE TAJWID| Belajar Tajwid, Pelajaran Tajwid,
Tajwid Sederhana & Praktis, Belajar mudah membaca
Al-QuranIn "SPESIAL (")
TAYAMMUM : Definisi, Dalil & Sejarah Asal mula
Pensyariatan TayammumIn "Fatwa Kesehatan (
")
Written by | dr.Abu Hana
May 27, 2011 at 00:30
Posted in Kajian Islam ()

Tagged with bab tayamum, belajar fiqih dasar, belajar fiqih untuk
anak, Belajar Ilmu fiqih, contoh makalah bertayamum, DASAR
TAYAMUM, fikih tayamum, fiqih tayamum, kajian ilmu fiqih, makalah
tayamum, materi belajar ilmu fiqih bagian dasar, MATERI
FIQIH, materi tentang tayamum, PANDUAN LENGKAP TATACARA
TAYAMMUM YANG BENAR: Niat Tayammum, pelajaran fikih, pelajaran
fiqih,pelajaran fiqih dasar, pengertian wudhu dan tayamum menurut
kajian ilmu kesehatan, piqih tayammum, Tanah yang digunakan dan
5 kelompok yang dibolehkan melakukan
tayammum, tayamum, tayamum dalam islam
TAYAMMUM : Definisi, Dalil & Sejarah Asal mula
Pensyariatan Tayammum
KEUTAMAAN BULAN RAJAB : Di sana ada hari-hari tertentu
(khusus) di bulan Rajab yang ditunaikan padanya puasa
sunnah, apakah hari-hari tersebut jatuh pada awal bulan,
pertengahan, ataukah di akhirnya?

15 Responses
Subscribe to comments with RSS.
1.
0
0
Rate This
BAGUS PERLU ADA VIDIONYA MASBRO !
cah stm pgri ponorogo terate
February 27, 2014 at 08:04

Reply
2.
2
0
Rate This

kalau bertayamum dengan air hujan bagaimana?mksh.


entin
May 2, 2013 at 15:06

Reply
o
2
1
Rate This
kalo dengan air hujan disebutnya wudhu.jadi tatacaranya
pun seperti wudhu.
dr.Abu Hana |

May 7, 2013 at 08:38

Reply
3.
1
0
Rate This
Terima kasih,
anis kurliana
April 30, 2013 at 23:53

Reply
4.
2
0

Rate This
permisi mau postig ke blog saya
Agoeng
February 14, 2013 at 14:28

Reply
5.
4
0
Rate This
Terima kasih Blognya sangat membantu dan sangat
bermanfaat. . .
Liya Fauziyah Hartono
November 12, 2012 at 16:33

Reply
6.
8
0
Rate This
seep
angga
October 9, 2012 at 21:12

Reply
7.
8
0

Rate This
sangat bermanfaat untuk di pelajari,,terima ksh..
s4nd
September 27, 2012 at 21:16

Reply
8.
7
0
Rate This
Assalamualikum
saya mau bertanya bagaimana kalau kita sedang di
perjalanan dan diatas kendaraan ?
terima kasih,wassalam
retno
September 19, 2012 at 06:42

Reply
9.
5
1
Rate This
Ass.wr.wbr terima kasih ustad kami copy dan coba
mempelajarinya dan menggabunggkan pendapat lain ..dengan
arti Islam itu indah.dengan hadist yang shoih.wassalam
untuk membuat catatan bagi anak anak disekitar saya karena
belum banyak yang mampu membeli buku cetak
wassalam
ucokmonalisa

September 14, 2012 at 07:01

Reply
o
2
0
Rate This
sama2,Baarokallaahu fiikum.
dr.Abu Hana |

September 14, 2012 at 08:24

Reply
10.
5
1
Rate This
terima kasih atas informasinya
arip
March 21, 2012 at 22:32

Reply
11.
5
1
Rate This
niatnya apa ya? -___-

adelia
February 12, 2012 at 21:10

Reply
12.
8
1
Rate This
Assalamualaikum..sy ingin bertanya,
Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir diatas, dimana Nabi s.a.w
bersabda kepadanya tentang tata cara tayammum-,


.








Cukuplah bagimu untuk melakukan dengan kedua tanganmu
demikian. Kemudian beliau menepukkan kedua tangan beliau
pada tanah dengan sekali tepukan, lalu mengusapkan tangan
kiri pada tangan kanan, kedua punggung tangan dan wajah
beliau. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Namun,
Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir, dalam salah satu
riwayatnya pada Shahih al-Bukhari, dimana disebutkan,
Lalu Nabi s.a.w menepukkan kedua telapak tangan beliau pada
tanah kemudian meniupnya, lalu mengusapkan keduanya pada
wajah dan kedua telapak tangan beliau. (Shahih al-Bukhari no.
338 dan juga no. 339)
Serta,
Berdasarkan firman Allah taala,

Basuhlah wajah dan tangan-tangan kalian. (al-Maidah: 6)


Jadi,mengapa dipilih membasuh wajah dahulu kemudian tangan
sebagai tertib?Adakah perbedaan antara tayamum bagi junub
dengan tayamum sebagai wudhuk?Mohon diperjelaskan.terima
kasih.
assiddiq
May 27, 2011 at 01:12

Reply
o
6
0
Rate This
ayat dan hadits Ammar di atas menunjukkan tidak ada
tartib dalam tayammum -dan inilah pendapat yang rajih-.
Karena ayat menunjukkan yang diusap terlebih dahulu
adalah wajah lalu kedua telapak tangan, tapi dalam hadits
Ammar menunjukkan sebaliknya, maka ini menunjukkan
keduanya boleh dilakukan
lihat : http://al-atsariyyah.com/tayammum.html
Zain Al Bugisy
May 22, 2012 at 16:37

Reply
Bagaimana menurut Anda?

dr.Abu Hana & dr.Ummu Hana

Agar tidak ketinggalan, buka blog ini secara teratur atau Anda
bisa berlangganan artikel (free) Langsung kita kirim ke e-mail
anda :
Join 11,902 other followers
DAFTARKAN

Pengunjung

22,232,360 pasien

Download Aplikasi Blog Kaahil untuk HP Android

Pages

Arsip Postingan
sitemap
BIOGRAFI
E-Book, MP3 Kajian dan Murottal Gratis
LABORATORIUM NORMAL
PROFIL
Tanya?
HD 500GB Kajian Full
DAFTAR ISI BLOG INI(Gunakan CTRL+F untuk mencari
artikel yang anda inginkan) lalu Tuliskan Kata Kunci
danKlik Judul Artikel yang Dipilih

TOP ARTIKEL FAVORIT PASIEN

(BAHAYA) EFEK SAMPING SERING


ONANI/MASTURBASI : Kemampuan ereksi melemah dan
Impotensi, Kebocoran katup air mani, Rambut rontok
dan Kebotakan | Cara & Tips pengobatan untuk
mengatasi kecanduan/ketergantungan onani/masturbasi

(LENGKAP) JARAK KOTA DI JAWA & SUMATERA :


Berapa Km Jarak Jakarta-Surabaya, Jarak Jakarta ke
Bandung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Malang | Jarak Tempuh Bis antar kota-antar propinsi |
Rute Bis AKAP Berapa Km?

BACAAN "SHALAWAT NARIYAH" &


TERJEMAH/ARTINYA: TEKS, FAEDAH, KEUTAMAAN,
KEAMPUHAN AMALAN "SHALAWAT NARIYAH MP3" &
HUKUMNYA MENURUT PEMAHAMAN AHLUSUNNAH WAL
JAMA'AH
Kami meminta maaf kepada para pembaca apabila :
1. Banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab
mengingat keterbatasan ilmu dan waktu

2. pada postingan lama masih didapatkan artikel, link


atau file kajian mp3 dari Grup MLM (Mutalawwin, La'aab
& Makir) dikarenakan keterbatasan waktu sehingga
belum semuanya bisa ana hapus.
3. Ada Iklan yang "tidak pantas" dibawah
postingan.Kami sudah komplain ke pihak wordpress.
SEKALI LAGI KAMI MEMINTA MAAF ATAS
KETIDAKNYAMANAN INI..

Blog Directory
Site Name

Google Chrome browser tercepat. Pakai Gmail web-email


terbaik. Klik!

Pengen punya blog gratisan yang super mudah


tapi keren abis..?, Klik!

Blog at WordPress.com. The Journalist v1.9 Theme.

Cara Tayammum Sesuai Sunah Nabi


Cara Tayammum yang Benar, Sesuai dengan
Sunah Nabi
Pengertian Tayammum

Tayammum secara bahasa artinya sebagai Al Qosdu (

) yang berarti bermaksud atau bertujuan atau


memilih. Allah berfirman:


















Janganlah kalian bersengaja memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan hal itu, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memejamkan mata terhadapnya (Qs. Al-Baqarah:
267).
Kata



dalam ayat di atas artinya bersengaja, bermaksud,
atau bertujuan. (as-Suyuthy & al-Mahali, al-Jalalain,
al-Baqarah: 267)

Sedangkan secara istilah syariat, tayammum adalah


tata cara bersuci dari hadats dengan mengusap
wajah dan tangan, menggunakan shoid yang bersih.
Catatan: Shoid adalah seluruh permukaan bumi
yang dapat digunakan untuk bertayammum, baik
yang mengandung tanah atau debu maupun tidak.
Dalil Disyariatkannya Tayammum
Tayammum disyariatkan dalam islam berdasarkan
dalil al-Quran, sunnah dan Ijma (kesepakatan) kaum
muslimin.
Adapun dalil dari Al Quran adalah firman Allah Azza
wa Jalla,


















Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air atau berhubungan
badan dengan perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. (Qs. Al
Maidah: 6).

Adapun dalil dari Sunnah, sabda Rasulullah


shollallahu alaihi wa sallam dari sahabat Hudzaifah
Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu,









Tanah yang suci adalah wudhunya muslim,
meskipun tidak menjumpai air sepuluh tahun. (Abu
Daud 332, Turmudzi 124 dan dishahihkan al-Albani)

Media yang dapat Digunakan


untuk Tayammum
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum
adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu
berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab
ataupun kering. Hal ini berdasarkan hadits
Nabi shollallahu alaihi wa sallam dari sahabat
Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu di atas dan
secara khusus,






Dijadikan permukaan bumi seluruhnya bagiku dan
ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu
yang digunakan untuk bersuci. (Muttafaq alaihi)

Keadaan yang Membolehkan


Tayammum

Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al


Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci
dengan tayammum,
Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam
perjalanan ataupun tidak.
Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara
ada kebutuhan lain yang juga memerlukan air
tersebut, seperti untuk minum dan memasak
Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air
akan membahayakan badan atau semakin lama
sembuh dari sakit
Ketidakmapuan menggunakan air untuk
berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu
bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak
adanya orang yang mampu membantu untuk
berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran
habisnya waktu sholat
Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan
tidak adanya yang dapat menghangatkan air
tersebut.

Tata Cara Tayammum


Nabi shallallahu alaihi wa sallam

Tata cara tayammum Nabi shallallahu alaihi wa


sallam dijelaskan hadits Ammar bin
Yasir radhiyallahu anhu,














Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutusku
untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami
junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku
berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya
hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku
ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi
wa sallam. Lantas beliau mengatakan,
Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya
seperti ini. Kemudian beliau memukulkan telapak
tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu
meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung
telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya
dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya
dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap
wajahnya dengan kedua tangannya.
Dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,









Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak
tangannya dengan sekali usapan.(Muttafaq alaihi)
Berdasarkan hadits di atas, kita dapat simpulkan
bahwa tata cara tayammum beliaushallallahu alaihi
wa sallam adalah sebagai berikut.
Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan
tanah sekali kemudian meniupnya.
Mengusap punggung telapak tangan kanan
dengan tangan kiri dan sebaliknya.
Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak
tangan.
Semua usapan dilakukan sekali.
Bagian tangan yang diusap hanya
sampai pergelangan tangan saja
Tayammum dapat menghilangkan hadats besar
semisal janabah, demikian juga untuk hadats
kecil
Tidak wajibnya tertib atau berurutan ketika
tayammum

Pembatal Tayammum

a. Semua pembatal wudhu juga merupakan pembatal


tayammum
b. Menemukan air, jika sebab tayammumnya karena
tidak ada air
c. Mampu menggunakan air, jika sebab
tayammumnya karena tidak bisa menggunakan air

Catatan:
Orang yang melaksanakan shalat dengan tayammum,
kemudian dia menemukan air setelah shalat maka dia
tidak diwajibkan untuk berwudhu dan mengulangi
shalatnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu
alaihi wa sallam dari sahabat Abu Said Al
Khudri radhiyallahu anhu,


Ada dua orang lelaki yang bersafar. Kemudian tibalah
waktu shalat, sementara tidak ada air di sekitar
mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan

permukaan tanah yang suci, lalu keduanya shalat.


Setelah itu keduanya menemukan air, sementara
waktu shalat masih ada. Lalu salah satu dari
keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya,
sedangkan satunya tidak mengulangi shalatnya.
Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka
beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan
kepada orang yangtidak mengulangi shalatnya,
Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan
sunnah dan shalatmu sah. Kemudian Beliau
mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya,
Untukmu dua pahala. (HR. Abu Daud dan
dishahihkan al-Albani)

Di Antara Hikmah Disyariatkannya


Tayammum
Diantara hikmah tayyamum adalah untuk menyucikan
diri kita dan agar kita bersyukur dengan syariat ini.
Sehingga semakin nampak kepada kita bahwa Allah
sama sekali tidak ingin memberatkan hamba-Nya.
Setelah menyebutkan syariat bersuci, Allah
mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya:




Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak menyucikan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. (Qs. Al Maidah: 6).

Dokter Pengobatan
Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

(PENTING) TATACARA SHOLAT


BAGI YANG SEDANG SAKIT :
Shalatlah kamu sambil berdiri,
dan jika kamu tidak mampu,
maka sambil duduk, dan jika
tidak mampu, maka
dengan berbaring
with 7 comments

4 Votes

TATACARA SHOLAT ORANG SAKIT

Oleh : Asy Syaikh Al Allamah Abdul Aziz bin Baz


rahimahullah

Para ulama sepakat


bahwa barangsiapa yang tidak mampu melakukan
shalat dengan berdiri hendaknya shalat sambil
duduk, dan jika tidak mampu dengan duduk, maka
shalat sambil berbaring dengan posisi tubuh
miring dan menghadapkan muka ke kiblat.
Disunnatkan miring dengan posisi tubuh miring di
atas tubuh bagian kanan. Dan jika tidak mampu
melaksanakan shalat dengan berbaring miring,
maka ia boleh shalat dengan berbaring
telentang, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam kepada `Imran bin Hushain:
Shalatlah kamu sambil berdiri, dan jika kamu tidak
mampu, maka sambil duduk, dan jika tidak mampu,
maka dengan berbaring. (HR. Bukhari).
Dan Imam An-Nasai menambahkan: lalu jika tidak
mampu, maka sambil telentang. Barangsiapa mampu
berdiri, akan tetapi tidak mampu ruku` atau sujud, maka
kewajiban berdiri tidak gugur darinya. Ia harus shalat
sambil berdiri, lalu ruku dengan isyarat (menundukkan
kepala), kemudian duduk dan sujud dengan berisyarat,
karena firman Allah Subhanahu wa Taala:

Dan berdirilah karena Allah (dalam shalat-mu) dengan


khusyu.`. (Al-Baqarah: 238).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
Shalatlah kamu sambil berdiri.
Dan juga firman Allah Subhanahu wa Taala:
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu. (At-Taghabun: 16).
Dan jika pada matanya terdapat penyakit, sementara
para ahli kedokteran yang terpercaya mengatakan:
Jika kamu shalat bertelentang lebih memudahkan
pengobatanmu, maka boleh shalat telentang.
Barangsiapa tidak mampu ruku`dan sujud, maka
cukup berisyarat dengan menundukkan kepala
pada saat ruku dan sujud, dan hendaknya ketika
sujud lebih rendah daripada ruku`. Dan jika hanya
tidak mampu sujud saja, maka ruku` (seperti
lazimnya) dan sujud dengan berisyarat. Jika ia
tidak dapat membungkukkan punggungnya, maka
ia membungkukkan lehernya; dan jika
punggungnya memang bungkuk sehingga seolaholah ia sedang ruku`, maka apabila hendak ruku`,
ia lebih membungkukkan lagi sedikit, dan di waktu
sujud ia lebih membungkukkan lagi semampunya
hingga mukanya lebih mendekati tanah semampunya. Dan barangsiapa tidak mampu
berisyarat dengan kepala, maka dengan niat dan
bacaan saja, dan kewajiban shalat tetap tidak
gugur darinya dalam keadaan bagaimanapun
selagi ia masih sadar (berakal), karena dalil-dalil
tersebut di atas. Dan apabila ditengah-tengah
shalat si penderita mampu melakukan apa yang
tidak mampu ia lakukan sebelumnya, seperti
berdiri, ruku`, sujud atau berisyarat dengan

kepala, maka ia berpindah kepadanya (melakukan


apa yang ia mampu) dengan meneruskan shalat
tersebut. Dan apabila si sakit tertidur atau lupa
melakukan shalat atau karena lainnya, ia wajib
menunaikannya di saat ia bangun atau di saat ia
ingat, dan tidak boleh menundanya kepada waktu
berikutnya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam:
Barangsiapa tertidur atau lupa melakukan shalat, maka
hendaknya ia menunaikannya pada saat ia ingat, tidak
ada tebusan lain baginya kecuali hanya itu. Lalu beliau
membaca firman Allah:
dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. (Thaha: 14).
Tidak boleh meninggalkan shalat dalam keadaan
bagaimanapun; bahkan setiap mukallaf wajib
bersungguh-sungguh untuk menunaikan shalat pada
hari-hari sakitnya melebihi hari-hari ketika ia sehat. Jadi,
tidak boleh baginya meninggalkan shalat wajib hingga
lewat waktunya, sekalipun ia sakit selagi ia masih sadar
(kesadarannya utuh). Ia wajib menunaikan shalat
tersebut menurut kemampuannya. Dan apabila ia
meninggalkannya dengan sengaja, sedangkan ia sadar
(masih berakal) lagi mukallaf serta mampu
melakukannya, walaupun hanya dengan isyarat, maka
dia adalah orang yang berbuat dosa. Bahkan ada
sebagian dari para Ahlul `ilm (ulama) yang
mengkafirkannya berdasarkan sabda Nabi shallallahu
alaihi wasallam:
Perjanjian antara kita dengan mereka (orang munafiq)
adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka
kafirlah ia.
Dan sabdanya:

Pokok segala perkara adalah Al-Islam, tiangnya Islam


adalah shalat dan puncak Islam adalah jihad di jalan
Allah
Begitu pula sabda beliau shallallahu alaihi wasallam:
(Pembatas) antara seorang muslim dengan kemusyrikan
dan kekufuran adalah meninggalkan shalat (HR. Muslim
di dalam Shahih-nya).
Dan pendapat ini yang lebih shahih, sebagaimana yang
dijelaskan di dalam ayat-ayat Al-Quran tentang shalat
dan hadits-hadits tersebut. Dan jika ia kesulitan untuk
melakukan shalat pada waktunya, maka boleh menjama
antara shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dan shalat
Maghrib dengan shalat Isya, baik jama taqdim maupun
jama takhir, sesuai kemampuannya. Dan jika ia mau
boleh memajukan shalat Asharnya digabung dengan
shalat Zhuhur atau mengakhirkan Zhuhur bersama Ashar
di waktu Ashar. Atau jika ia menghendaki, boleh
memajukan Isya bersama Maghrib atau mengakhirkan
Maghrib bersama Isya. Adapun shalat Subuh, (tetap
dilakukan seperti biasa) tidak bisa dijama dengan shalat
sebelum atau sesudahnya, karena waktunya terpisah dari
shalat sebelum dan sesudahnya. Inilah hal-hal yang
berhubungan dengan orang sakit dalam bersuci dan
melakukan shalat. Aku memohon kepada Allah
Subhanahu wa Taala. Semoga menyembuhkan orangorang sakit dari kaum muslim dan menghapus dosa-dosa
mereka, dan mengaruniakan ma`af dan afiat kepada kita
semua di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha
Pemurah lagi Maha Mulia.
Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia, Pimpinan Dewan
Ulama Senior dan Kajian Ilmiyah dan Fatwa, Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz

Anda mungkin juga menyukai