Perencanaan Lapangan
Terbang
BAB VII
ANALISA DAN PERHITUNGAN
7.1 ANALISA ANGIN
Analisa angin merupakan hal yang mendasar dari perencanaan landasan pacu utama.
Bandar udara sedapat mungkin searah dengan angin dominan.
Tabel 7.1 Frekuensi Angin
Kecepatan Angin (mil/Jam)
Arah
Angin
>
Jumlah
4 s/d 6 7 s/d 10 11 s/d 16 17 s/d 21
22
19.5
N
0.8
4.5
7.8
3.5
2.9
22.7
NE
0.6
7.6
8.1
5.5
0.9
22.6
E
3.5
8.2
3.4
5.7
1.8
19.9
SE
4.1
3.7
4.5
3.4
4.2
25
S
1.9
9.1
5.6
4.5
3.9
15.6
SW
3.3
2.4
6.7
2.3
0.9
22.3
W
4.6
4.5
7.9
4.5
0.8
25.3
NW
6.5
6.6
3.6
5.2
3.4
18.
172.9
Jumlah
25.3
46.6
47.6
34.6
8
Dari data frekuensi angin diatas diperoleh persentase angin melebihi 100%, maka perlu
dihitung kembali. Untuk hasil perhitungan persentase tiap arah mata angin dapat dilihat pada
tabel 7.2.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
7 s/d
10
11 s/d
16
17 s/d
21
2.603
4.511
2.024
4.396
4.685
3.181
4.743
1.966
3.297
2.140
2.603
1.966
5.263
3.239
2.603
1.388
3.875
1.330
2.603
4.569
2.603
3.817
26.95
2
2.082
3.008
27.530
20.012
> 22
1.67
7
0.52
1
1.04
1
2.42
9
2.25
6
0.52
1
0.46
3
1.96
6
10.8
73
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
2,140
2,603
pada 95% dari waktu dengan komponen Cross Wind tidak melebihi :
a. 37 km/jam (20 knot) dengan Aeroplane Reference Field Length (ARFL) lebih dari 1500 m
b. 24 km/jam (13 knot) dengan Aeroplane Reference Field Length (ARFL) antara 12001499 m
c. 19 km/jam (10 knot) dengan Aeroplane Reference Field Length (ARFL) kurang dari 1200 m
1. Menentukan Arah Runway Dengan Menggunakan Metode Wind Rose
ARAH N S = S N
1,966
`
3,7590,463
2,660
0,347
2,024
1,909
2,371
1,099
2,429
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
= 14,633
= 26,952
= 27,530
= 20,012
1,677 + 0,521 + (
6
7
6
7
x 0,463) + 1,966
10,659 +
Jumlah
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
= 99,785 %
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
2,140
2,603
1,966
2,429
ARAH NE SW = SW NE
1,677
`
3,7590,463
2,660
0,347
2,024
1,909
1,099 2,371
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
2,256
= 14,633
= 26,952
= 27,530
= 20,012
6
7
6
7
x 1,966)
10,245 +
Jumlah
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
= 99,372 %
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
2,140
2,603
1,966
2,429
ARAH E W = W E
0,521
`
3,759 0,463
2,660
0,347
2,024
1,909
1,099 2,371
0,521
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
2,140
2,603
1,966
2,429
= 14,633
= 26,952
= 27,530
= 20,012
6
7
6
7
10,311 +
Jumlah
= 99,438 %
ARAH SE NW = NW SE
`
3,759 0,463
2,660
0,463
0,347
2,024
1,909
1,099 2,371
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
1,041
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
= 14,633
= 26,952
= 27,530
= 20,012
1,677 + (
6
7
6
7
10,725 +
Jumlah
= 99,851 %
Persentase Angin
(%)
Ranking
Keterangan
NS=SN
NE SW = SW NE
99,785
99,372
2
4
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
EW=WE
SE NW = NW SE
99,438
99,851
3
1
Syarat arah angin dominan dan menjadi arah perencanaan runway adalah 95 %. Dari hasil
peninjauan diperoleh persentase angin > 95 % (memenuhi syarat), sehingga diambil nilai
persentase arah yang terbesar yaitu = 99,851 %.
N
o
1
2
3
4
Jenis Pesawat
A 300 B2
B 727 200
B 757 200
CV 880 M
6500 ft = 1981,200 m
8600 ft = 2621,300 m
5800 ft = 1767,840 m
5000 ft = 1524 m
Untuk penentuan panjang landasan rencana, diambil panjang landasan pacu pesawat:
B 727 200 = 2621,300 m (Landasan Pacu Pesawat Terpanjang)
= 25 0C
Elevasi
= 75 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Fe = 1 + 0,07 . h/300
Sehingga, Fe
= 1 + 0,07 ( 75/300)
= 1,018
F.
Satuan faktor.
Ft
Satuan imperial.
Sehingga:
Ft = 1 + 0,01 (25 (15 0,0065 .75))
= 1,105
c. Faktor koreksi terhadap kemiringan landasan (Fs)
Kemiringan ke atas membutuhkan landasan yang lebih panjang dibandingkan dengan
landasan yang datar atau yang menurun. Faktor koreksi kemiringan (Fs) sebesar 10% pada
setiap kemiringan 1% berlaku untuk kondisi lepas landas, sehingga faktor koreksi untuk
kemiringan adalah:
Fs = 1 + 0,1 . S
Dimana : S = kemiringan atau slope = 1,5 %
Fs = 1 + 0,1 . (1,5)
= 1,150
d. Faktor koreksi terhadap angin permukaan (Fsw)
Tabel 2.4. Pengaruh Angin Permukaan Terhadap Panjang Runway
Kekuatan angin Persentase Pertambahan Pengurangan Runway (%)
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
+5
-3
+10
-5
-5
+7
Panjang runway minimum dengan metoda ARFL dihitung dengan persamaan berikut:
Lro =Lo x ( Ft x Fe x Fs x (1+ Persentase pengaruh angin permukaan) ( Pers.1.1)
ARFL = Lro /( Ft x Fe x Fs)
Dengan:
Lro :
Ft
( Pers.1.2)
Nilai kekuatan angin permukaan sebesar +10 diperoleh persentase pengurangan panjang
runway sebesar -5, Sehingga;
Fsw = 1 + (persentase pengaruh angin permukaan)
= 1 + (- 0,05)
= 0,950
Panjang landasan pacu setelah koreksi adalah:
Lro
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
ARFL (m)
< 800
800 - 1200
1200
1800
> 1800
Kode
Huruf
A
B
C
D
E
Kode Elemen II
Jarak terluar
Bentang
pada pendaratan
Sayap ( m )
(m)
< 15
< 4.5
15 - 24
4.5 - 6
24 - 36
36 - 52
52 - 60
69
9 14
9 14
Dari data ARFL dengan menggunakan tabel 2.5 dengan panjang ARFL sebesar = 2621,300
m dan bentang sayap sebesar = 108,00 ft = 32,92 m. Diperoleh kode angka = 4 dan kode
huruf = C
e. Menentukan Lebar Runway Dan Safety Area
1. Menentukan Lebar Runway
Tabel 2.6. Lebar Runway
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Kode Angka
A
18 m
23 m
30 m
-
1a
2a
3
4
Kode Huruf
B
C
D
18 m
23 m
23 m
30 m
30 m
30 m 45 m
45 m 45 m
E
45 m
Dari tabel 2.6, untuk kode angka 4 dan kode huruf C diperoleh lebar Runway = 45 m
2. Kemiringan Memanjang Longitudinal Runway
Tabel 2.7. Kemiringan Memanjang (longitudinal) Landasan
Perihal
Max. Effective Slope
Max. Longitudinal Slope
Max. Longitudinal Slope Change
Slope Change per 30 m
1
1.0
2.0
2.0
0.4
Max.Effective Slope
Max.Longitudinal Slope
Max.Longitudinal Slope Change
Slope Change per 30 m
= 1.0
= 1.25
= 1.5
= 0.1
%
%
%
%
Catatan :
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
a.
Dari tabel 2.8, dengan kode angka 4 diperoleh nilai sebagai berikut:
a. Jarak min. dari ujung landasan atau stopway
b. Lebar strip landasan untuk landasan instrumen
c. Lebar strip landasan untuk landasan non instrumen
d. Lebar area yang diratakan untuk landasan instrumen
e. Kemiringan memanjang maks. untuk area yang diratakan
f. Kemiringan transversal maks. dari areal yang diratakan
(lihat catatan b dan c)
= 60 m
= 300 m
= 150 m
= 150 m
= 1,5 %
= 2,5 %
Jenis
MSTOW
Pesawat
(Kg)
A 300 B2
142902,60
B 727 200
83689,20
B 757 200
99790,30
CV 880 M
83705
Sumber : Tabel 1.3. hal. 10
7.3.1
Konfigurasi Roda
Keterangan
Pendaratan Utama
Dual Tandem Wheel Gear
Pesawat Rencana
Dual Wheel Gear
Dual Tandem Wheel Gear
Dual Tandem Wheel Gear
(Catatan : 1 lb = 0,4536 Kg)
A 300 - B2
B 727 - 200
B 757 - 200
CV 880 M
=1
=2
=2
=2
pesawat/jam
pesawat/jam
pesawat/jam
pesawat/jam
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
a. A 300 - B2 = 1
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
pesawat
jam
x 22
jam
h ari
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
b. B 727 - 200 = 2
pesawat
jam
c. B 757 - 200 = 2
pesawat
jam
d. CV 880 M = 2
x 22
jam
h ari
x 22
jam
hari
pesawat
jam
x 22
jam
hari
+
Total = 56210 pesawat/tahun
Tabel 7.6. Nilai Persentase Tebal Perkerasan Untuk Keberangkatan Tahunan
Tingkat Keberangkatan
Tahunan
(%)
25.000
50.000
100.000
150.000
200.000
100
104
108
110
120
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh persentase tebal perkerasan dengan cara
interpolasi linier, sehingga untuk tingkat keberangkatan 56210 pesawat/tahun, maka
persentasenya adalah 104,4968 %.
7.3.2
Ke
Dual Wheel
Dual Tandem
Dual Tandem
Dual Tandem
Single Wheel
Dual Wheel
Single Wheel
Dual Wheel
Faktor Pengali
0,80
0,50
0,60
1,00
2,00
1,70
1,30
1,70
A 300 - B2
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
= (1,00) x (8030)
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
B 727-200
B 757-200
CV 880 M
= 0,95 x 142902,60 x
1
m
1
n
1
2
1
4
= 16969,68 kg
Menghitung Berat Roda (Wheel load) masing-masing pesawat, W2.
W2 (B 727-200)
1
4
= 0,95 x 83689,2 x
= 19876,185 kg
W2 (B 757 - 200)
= 0,95 x 99790,30 x
1
8
= 11850,10 kg
W2 (CV 880 M)
= 0,95 x 83705 x
1
8
= 9939,97 kg
Menghitung Equivalent Annual Departure Terhadap Pesawat Rencana (R1).
Digunakan rumus:
1/ 2
W2
W1
Log R1
= Log R2
Dimana :
R1
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
R2
16969,680
16969,680
Log R1 = Log 8030
R1
= 8030
b. R1 (B 727 - 200)
19876,185
16969,680
1/ 2
11850,100
16969,680
1/ 2
9939,970
16969,680
1/ 2
Jenis
MSTOW
Tipe
pesawat
(kg)
Roda
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
R1
R2
W1
W2
(kg)
(kg)
Ket.
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
A-300-B2
B-727200
B-757200
CV-880-
DT
8030
8030
83689,200
10428,610
9636
19876,185
99790,300
DT
13420,529
16060
11850,100
83705
12291,395
16060
9939,970
7.3.3
Pesawat
142902,600
16969,680
Rencana
Pesawat rencana
MSTOW
= A 300-B2
= 142902,600 kg
= 315041 lb
(1 lb = 0,4536 kg)
Data data di atas lalu diplotkan pada gambar kurva rencana perkerasan flexible
untuk daerah kritis. (Untuk pesawat rencana A 300-B2).
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
15,5
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
Sumber : Grafik 6.17. Heru Basuki.1986
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
9,6
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
course menjadi 33 cm
Sub
Base
Minimum
= 4 inchi = 11 cm
Maka Tebal Sub Base Rencana = 15 cm
Tebal Lapisan Surface :
a) Untuk daerah kritis = 5 inchi = 13 cm
b) Untuk daerah non kritis = 4 inchi = 11 cm
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Tebal surface yang digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal surface
rencana = 13 cm
Tebal Base Course digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal Base Course
rencana = 25 13 = 12 cm
Cek terhadap tebal minimum Base Course dengan
Tabel 7.8. Minimum Base Course Thickness
Design Aircraft
Single Wheel
Dual Wheel
Dual Tandem
50.000 75.000
(22.700 34.000)
(150)
50.000 100.000
(22.700 45.000)
(150)
100.000 200.000
(45.000 90.700)
(200)
100.000 250.000
(45.000 113.400)
(150)
250.000 400.000
(113.400 181.000)
(200)
200.000 400.000
(90.700 181.000)
(150)
400.000 600.000
(181.000 272.000)
(200)
400.000 600.000
(181.000 272.000)
(150)
600.000 850.000
(272.000 385.700)
(200)
75.000 125.000
(34.000 56.700)
(100)
125.000 175.000
(56.700 79.400)
(150)
757
767
DC-10
L1011
B-747
C-130
20 cm
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
33 cm
Perencanaan Lapangan
Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Lebar Taxiway
E
23 m
(75 ft)
18 m
(60 ft)
15 m
(50 ft)
44 m
(145 ft)
38 m
(125 ft)
25 m
(82 ft)
93 m
(306 ft)
85 m
(278 ft)
57 m
(188 ft)
39 m
(128 ft)
27 m
(74 ft)
A
7.5 m
(25 ft)
44 m
38 m
25 m
25 m
22 m
Lebar area yang
(145 ft) (125 ft)
(82 ft)
(82 ft)
(74 ft)
diratakan untuk
strip taxiway
Catatan : Untuk pesawat dengan batas sisi luar roda utama 9 m (30 ft)
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Kemiringan
memanjang maximum
1.50%
1.50%
1.50%
3%
3%
Perubahan
kemiringan
memanjang
maximum
1 % per
30 m
1 % per
30 m
1 % per
30 m
1 % per
25 m
1 % per
25 m
Jarak pandangan
Minimum
300 m
dari
3 m di
atas
300 m
dari
3 m di
atas
300 m
dari
3 m di
atas
250 m
dari
2 m di
atas
150 m dari
1.5 m di
atas
Kemiringan
transversal
1.50%
1.50%
1.50%
2.00%
2.00%
maximum dari
taxiway
Kemiringan
transversal
maximum dari bagian
yang diratakan pada
strip taxiway
a. Miring ke atas
2.50%
2.50%
2.50%
3.00%
3.00%
b. Miring ke bawah
5%
5%
5%
5%
5%
Catatan : Kemiringan transversal dari bagian strip taxiway diluar yang diratakan
kemiringan keatasnya tak boleh lebih dari 5%.
Sumber : Tabel 4-9.Heru Basuki .1986
a. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah membuat seminimal mungkin bagi runway yang ditempati
oleh pesawat yang baru saja mendarat (landing).
Exit taxiway yang bersudut 300 disebut high speed.
Exit atau kecepatan tinggi/cepat keluar, sebagai tanda bahwa exit taxiway direncanakan
untuk pesawat yang cepat keluar, yang penempatannya tergantung pada jenis pesawat.
Kecepatan saat aproact, tingkat pengereman dan jumlah exit taxiway:
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Dimana:
= Jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway.
S1
S2
= Perlambatan (m/s2).
Perlambatan diambil 1,5 m/s2 dan jarak harus ditambah 3% per 300 m (1000 ft) setiap
kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan 5,6 0C (10 0F) dari temperatur 15 0C
50 0C.
Kecepatan touch down diambil dari tabel 3.7 Klasifikasi pesawat untuk perencanaan
taxiway.
Tabel 3.7 Klasifikasi Pesawat untuk Perencanaan Taxiway
Design Group
I
II
III
Kecepatan
Touch Down
(Km/Jam)
< 167 km/jam
(90 knots)
169 222
km/jam
(90 120 knots)
> 224 km/jam
( > 121 knots)
Jenis Pesawat
300 m
(1000 ft
450 m
(1500 ft)
450 m
(1500 ft)
= 450 m
d. Perlambatan
= 1,5 m/dt2
Temperatur
g. Elevasi
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
= 93 km/jam
= 8,89 m/dt
= 25,83 m/dt
= 25 0C (dari soal)
= 75 m (dari soal)
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Dengan data-data di atas, kemudian dapat dihitung masing-masing jarak exit taxiway ke
threshold.
Sehingga:
(62,22)2 (8,89)2
2 (1,5)
=
= 1264,10 m
T Tstandar
5,6
1 1%
JTESU
= JTE
25 15
5,6
1 0,01
= 1726,9558
= 1757,794 m 1758 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Sehingga:
(62,22)2 (25,83)2
2 (1,5)
=
= 1068,05 m
T Tstandar
5,6
1 1%
JTESU
= JTE
25 15
5,6
1 0,01
= 1529,4354
= 1556,7467 m 1557 m
Kesimpulan:
Jarak exit taxiway dari threshold adalah:
= 1758 m.
= 1557 m.
Perbedaan letak dari kedua jenis exit taxiway ini tidak terlalu jauh, atas pertimbangan faktor
keamanan dan biaya, maka direncanakan satu jenis exit taxiway yaitu exit taxiway menyiku
(900). Keputusan untuk merencanakan dan membuat/membangun exit taxiway menyudut
siku-siku didasarkan pada analisa lalu lintas yang ada. Apabila lalu lintas rencana pada jamjam sibuk (puncak) kurang dari 26 gerakan (mendarat dan lepas landas) maka exit taxiway
menyudut siku cukup memadai.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Panjang pesawat.
=1
pesawat/jam
b. B-727-200
=2
pesawat/jam
c. B-757-200
=2
pesawat/jam
d. CV 880 M
=2
pesawat/jam
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
a. A 300 - B2 = 1
pesawat
jam
x 22
jam
h ari
b. B 727 - 200 = 2
pesawat
jam
x 22
jam
h ari
c. B 757 - 200 = 2
pesawat
jam
x 22
jam
hari
d. CV 880 M = 2
pesawat
jam
x 22
jam
hari
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
= 8030/365
= 22 pesawat/hari
= 22/22 pesawat/jam = 1 pesawat/jam
b. B - 727 - 200
Forecast Annual Departure = 16060 pesawat/tahun
= 16060/365
= 44 pesawat/hari
= 44/22 pesawat/jam = 2 pesawat/jam
c. B - 757 - 200
Forecast Annual Departure = 16060 pesawat/tahun
= 16060/365
= 44 pesawat/hari
= 44/22 pesawat/jam = 2 pesawat/jam
d. CV 880 M
Forecast Annual Departure = 16060 pesawat/tahun
= 16060/365
= 44 pesawat/hari
= 44/22 pesawat/jam = 2 pesawat/jam
Sehingga, jumlah pesawat per jam = 1 + 2 + 2 + 2
= 7 pesawat/jam
Kontrol :
Kapasitas runway 7 pesawat/jam sama besar dari banyaknya pesawat yang tiba dan berangkat 7
pesawat/jam sehingga, runway dapat menggunakan runway tunggal.
Menentukan gate position untuk tiap jenis pesawat digunakan rumus:
V .T
(Pers.4.1)
G =
Dimana: G
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Pesawat
Kelas A
60
Kelas B
45
Kelas C
30
Kelas D dan E
20
= 30/60 = 0,5
2 x 0,5
0,8
G=
= 1,25 ~ 2 gate
= 20/60 = 0,33
V (A-300-B2) = 1 pesawat/jam
V (B-757-200) = 2 pesawat/jam
V (CV 880 M ) = 2 pesawat/jam
Total = 5 pesawat/jam
5 x 0,33
0,8
G=
= 2,08 ~ 3 gate
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang mengalami perbaikan sebanyak 1 gate
position
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang tidak terjadwal (non komersil) sebanyak
1 gate position
Jadi jumlah Gate position = 2 + 3 + 1 + 1
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
= 7 gate position
Ukuran gate position tergantung dari jenis pesawat dan tipe parkir pesawat yang digunakan,
yaitu sebesar ( Turning Radius + Clearance )2 x
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
= 2.R + Clearance
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Clearance
3,0 m (10 ft)
3,0 m (10 ft)
4,5 m (15 ft)
7,5 m (25 ft)
7,5 m (25 ft)
Pesawat B727200 menggunakan gate tipe C (karena termasuk dalam group I dengan
: A 300 - B2
Gate Tipe
:D
Wing span
= 144,31 ft = 43,99 m
Wheel track
= 9,60 m
Clearance
: B - 727 - 200
:C
Wing span
= 108 ft = 32,92 m
Wheel track
= 5,72 m
Clearance
R
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
= 22,37 m
Gate position
= 2 . R + Clearance
= 2 (22,37) + 4,5
= 49,23 m
3. Jenis pesawat
: B - 757 - 200
Gate Tipe
:D
Wing span
= 124,10 ft = 37,83 m
Wheel track
= 7,315 m
Clearance
Gate position
= 2 . R + Clearance
= 2 (25,62) + 7,5
= 58,74 m
4. Jenis pesawat
: CV 880 - M
Gate Tipe
:D
Wing span
= 120,01 ft = 36,58 m
Wheel track
= 6,1265 m
Clearance
Gate position
= 2 . R + Clearance
= 2 (24,40) + 7,5
= 56,30 m
Tipe
pesawat
A-300-B2
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Wingspa
n
(m)
43,99
Wheel
track (m)
Clearance
(m)
R
(m)
9,60
7,5
29,84
Gate
Position
(m)
67,18
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
B-727-
32,92
5,72
4,5
22,37
49,23
200
B-75737,83
7,315
7,5
25,62
58,74
200
CV-880
36,58
6,1265
7,5
24,40
56,30
Catatan: untuk perencanaan diambil gate position yang paling besar
Luas apron ditentukan oleh = jumlah dan ukuran gate position, clearance antara pesawat dengan
pesawat. Ukuran lebar apron dipengaruhi oleh jenis pesawat terbesar yang akan mendarat di
bandara tersebut
Luas Apron
= (P x L)
= (470 x 272)
= 127840 m2
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
Perencanaan Lapangan
Terbang
CIVIL ENGINEERING 11
mencolok terhadap sekitarnya. Jadi, kalau landasan berwarna putih (landasan beton) harus
diberi warna lain untuk markingnya. Kedua organisasi penerbangan telah membuat standar
marking. FAA dalam Advisory Circular 150/6340 1E kita pakai edisi tanggal 11-4-1980.
ICAO dalam Annox 14 Chapter 5, 6. 7 dipakai edisi kedelapan Maret 1983. Ada 4
macam tipe marking:
a. Marking landasan.
b. Marking taxiway.
c. Marking untuk area yang dibatasi.
d. Marking untuk objek tetap.
7.7.1 Marking Landasan
ICAO membagi marking landasan menjadi tiga:
1. Landasan approach presisi.
2. Landasan approach non presisi.
3. Landasan non instrument.
Yang ketiga menurut FAA adalah basic runway, memang antara keduanya (FAA
dan ICAO) mengatur marking sama, hanya istilah yang kadang berbeda. Landasan non
presisi dioperasikan di bawah kondisi VFR (Visual Flight Rule). Landasan approach non
presisi, adalah landasan yang dibantu dengan peralatan VOR (Veri High Frequency Omny
Radio Range) bagi pesawat yang mendarat ke landasan dengan VOR sebagai pedoman.
Landasan instrument presisi adalah landasan yang dilengkapi dengan ILS (Instrument
Landing System).
Macam-macam marking sebagai alat bantu navigasi pendaratan adalah sebagai berikut:
a. Nomor landasan (runway designation marking).
Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan itu, terdiri dari dua
angka. Pada landasan sejajar harus dilengkapi dengan huruf L (Left), R (Right), atau C
(Central). Dua angka tadi merupakan angka persepuluhan terdekat dari utara magnetis
dipandang dari arah approach, ketika pesawat akan mendarat.
b. Marking sumbu (runway centre line marking).
Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir pada nomor
landasan, kecuali pada landasan yang bersilangan, landasan yang lebih dominan,
sumbunya terus, yang kurang dominan sumbunya diputus.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Banyaknya Strip
4
6
8
12
16
Banyaknya
< 90 m
Pasangan
1
900 1200 m
1200 1500 m
1500 2100 m
> 2100 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
= 29,84
= 22,37
= 25,62
= 24,40
m
m
m
m
= 2 (29,84) + 2 (7,5)
= 74,682 m 75 m
7,5 m
7,5 m
TR. A-300-B2
7,5 m
TR. B-727-200
7,5 m
7,5 m
242 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
TR. B-757-200
7,5 m
TR. CV-880-M
7,5 m
75 m
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
A-300-B2
B-727-200
B-757-200
CV-880-M
= 250
= 189
= 200
= 88
A-300-B2
B-727-200
B-757-200
CV-880-M
= (0,65)
= (0,65)
= (0,65)
= (0,65)
(1) (250)
(2) (189)
(2) (200)
(2) (88)
Total
= 162,50
= 245,70
= 260,00
= 114,40
orang/barang
orang/barang
orang/barang
orang/barang
Facility
Ticket lobby
Baggage claim
Passanger loading and assembly
Visitor waiting rooms
Imigration
Custom
Ammunities (including eating facilities)
Airline operation
Total gross area (domestic)
Total gross area (international)
Untuk merencanakan luas ruangan yang dibutuhkan, maka harga-harga di atas dikalikan
dengan jumlah penumpang, dengan memperhitungkan faktor-faktor keamanan, kelancaran,
dan lain-lain. Dengan demikian, diperoleh masing-masing ruangan fasilitas bangunan
pelengkap sebagai berikut:
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Penumpang pesawat.
Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat dalam 1 jam adalah 783 orang/barang.
Dengan asumsi bahwa sebagian () dari jumlah penumpang menggunakan mobil
pribadi ke bandar udara. Maka, jumlah penumpang yang menggunakan kendaraan
pribadi adalah:
(783)
= 97,875 = 98 orang/barang
Adapun luas dari tempat parkir yang direncanakan tergantung pada tipe parkir. Dalam hal ini
digunakan tipe parkir 900. Tipe parkir dengan sudut 900 untuk sebuah kendaraan diperkirakan
membutuhkan tempat parkir seluas:
Panjang
= 5,50 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING 11
Perencanaan Lapangan
Terbang
Lebar = 2,6 m
Luasnya
= (5,5 m) (2,6 m)
= 14,3 m2 (untuk 1 kendaraan)
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
2,6 m
5,5 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004