Jumlah Kendaraan Bermotor, baik itu roda dua dan roda empat di DIY terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut merupakan data pertambahan kendaraan tersebut,
berdasarkan data penerimaan pajak di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) DIY :
1. TAHUN 2009
Kota : 226.160
Bantul : 248.436
Kulonprogo : 80.823
Gunungkidul : 95.783
Sleman : 408.772
Total : 1.059.974
2. TAHUN 2010
Kota : 233.664
Bantul : 256.533
Kulonprogo : 88.952
Gunungkidul : 103.580
Sleman : 438.178
Total : 1.120.907
3. TAHUN 2011
Kota : 243.576
Bantul : 273.946
Kulonprogo : 105.910
Gunungkidul : 113.795
Sleman : 473.131
Total : 1.210.358
4. TAHUN 2012
Kota : 244.276
Bantul : 307.633
Kulonprogo : 105.341
Gunungkidul : 121.110
Sleman : 492.427
Total : 1.270.787
5. TAHUN 2013
Kota : 259.486
Bantul : 342.389
Kulonprogo : 119.068
Gunungkidul : 142.095
Sleman : 533.929
Total : 1.396.967
6. JANUARI - MARET 2014
Kota : 59.508
Bantul : 74.443
Kulonprogo : 25.331
Gunungkidul : 27.912
Sleman : 118.162
Total : 305.365
http://jogja.tribunnews.com/2014/08/23/inilah-data-pertambahan-jumlah-kendaraan-di-diy-dari-tahunke-tahun/
Pascapemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 Januari 2015,
Deviasi harga BBM non subsidi (Pertamax) dengan BBM bersubsidi (Premium) semakin
tipis. Konsumsi Pertamax di DIY pun mengalami kenaikan hingga 400% sementara
Premium turun sekitar 15%. Tampak sejumlah konsumen mengisi BBM Pertamax di SPBU
Lempuyangan, Senin (5/1/2015) (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)
Deviasi harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, Pertamax dengan BBM bersubsidi
Premium, semakin tipis. Dampaknya, konsumsi Pertamax di DIY naik 400% sementara
Premium turun sekitar 15%.
Marketing Branch Manager Pertamina DIY dan Surakarta Freddy Anwar Konsumsi
mengatakan, konsumsi Pertamax di DIY naik tajam setelah pemerintah menurunkan harga
BBM non-subsidi tersebut. Alasannya, selain kesadaran masyarakat untuk menggunakan
Pertamax meningkat, hal itu disebabkan karena selisih harga antara Pertamax dan Premium
tidak terlampau jauh.
Deviasi harga keduanya saat ini bahkan hanya Rp1.200 per liter, ujar Freddy usai
menghadiri Program Undian Pertamax Series di SPBU Lempuyangan, Senin (5/1/2015).
Menurut dia, harga Pertamax yang terus turun sejak 1 November lalu berdampak pada
meningkatnya konsumsi Pertamax. Freddy mencatat, hingga saat ini konsumsi Pertamax
meningkat hingga empat kali lipat atau 400% sejak penyesuaian harga dilakukan.
Bila sebelumnya konsumsi Pertamax yang dikeluarkan oleh Depot Pertamina Rewulu
sebesar 40 kilo liter (KL), saat ini mencapai 160 KL per hari. Kalau kondisinya seperti ini,
kami memprediksi peningkatan konsumsi Pertamax bisa mencapai enam kali lipat. Bisa
menyentuh 200 KL perhari karena harga berselisih Rp1.200 saja, jelasnya.
Penurunan harga Pertamax, jelas Freddy tidak akan merugikan Pertamina. Sebab,
Pertamax merupakan produk yang diproduksi Pertamina tanpa subsidi dari pemerintah.
Artinya, Pertamina bisa menghemat subsidi dari pemerintah. Dia pun menjamin,
melonjaknya konsumsi BBM non-subsidi tidak akan mengakibatkan kelangkaan Pertamax di
SPBU. Pertamina sendiri telah menghimbau kepada SPBU untuk selalu menyediakan
Petamax.
Depot Pertamina Rewulu, lanjut Freddy, mencatatkan pengeluaran tertinggi Pertamax dalam
sehari, mencapai 448 KL saat liburan akhir tahun, Sabtu (3/1/2015).
Bila sampai ada SPBU mengalami kekosongan stok beberapa hari, kami akan cari tahu
masalahnya. Bisa jadi hal tersebut didorong oleh kurangnya modal dari pengusaha SPBU.
Tapi kalau ada pelanggaran, pasti ada sanksinya, terangnya.
Disinggung soal konsumsi Premium, Freddy mengakui, ada penurunan konsumsi sekitar
15%. Freddy menjelaskan, sebelum kenaikan harga konsumsi premium di DIY mencapai
1.500 KL.
Saat ini tercatat antara 1.350 KL sampai 1.400 KL perhari. Ada penurunan sekitar 100 KL
hingga 150 KL perhari, kata Freddy.
GRAFIK
Penurunan Harga BBM Non-Subsidi
Tanggal 1 November 2014
Pertamax Rp11.100 per liter
Pertamax Plus Rp12.150 per liter
Pertamina Dex Rp12.500 per liter
Tanggal 15 November 2014
Pertamax Rp10.800 per liter
Sejak beberapa hari ini, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax di
Yogyakarta naik tajam. Bila semula hanya 160 ribu liter per hari, kini naik empat kali lipat.
Puncak permintaan itu pada Sabtu (3/1) lalu, karena dalam satu hari saja permintaannya
mencapai 448 ribu liter per hari, kata Marketing Branch Manager Pertamina DIY dan
Surakarta, Freddy Anwar usai penarikan Program Undian Pertamax di SPBU Lempuyangan,
Yogyakarta, Senin (5/1).
Menurut Freddy Anwar, hal ini dikarenakan selisih harga antara BBM bersubsidi dan
nonsubsidi tidak terlampau jauh. Kini, harga Pertamax di pasaran dijual dengan harga Rp
8.800 per liter sedangkan Premium dijual harga Rp 7.600 per liter. Kenaikan konsumsi
Pertamax empat kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
Bila sebelum kenaikan harga Premium konsumsi Pertamax yang dikeluarkan Depot
Pertamina Rewulu sebesar 40 kiloliter (KL), saat ini mencapai 160 KL per hari. Deviasi
harga semakin menipis pascakenaikan harga Premium per 18 November tahun lalu. Apalagi
di awal tahun ini harga Pertamax juga diturunkan berbarengan harga Premium, jelas
Freddy.
Tanpa Subsidi Dia menilai penurunan harga Pertamax dari sebelumnya di kisaran harga Rp
10.000 menjadi Rp 8.800 per liter justru akan meningkatkan animo masyarakat untuk
mengonsumsi Pertamax. Penurunan harga Pertamax, lanjut Freddy, tidak akan merugikan
Pertamina. Sebab, Pertamax merupakan produk yang diproduksi Pertamina tanpa subsidi
dari pemerintah.
Sebaliknya, Pertamina bisa menghemat subsidi dari pemerintah. Dia pun menjamin
melonjaknya konsumsi BBM nonsubsidi tidak akan menyebabkan kelangkaan Pertamax di
SPBU. Pertamina sendiri mengimbau SPBU untuk selalu menyediakan Petamax. Bila
sampai ada kekosongan beberapa hari, kami akan cari tahu. Bisa jadi hal tersebut didorong
kurangnya modal dari pengusaha SPBU, katanya.
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/konsumsi-pertamax-naik-empat-kali-lipat/