Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum bimbingan konseling telah memiliki kedudukan yang
sangat kuat. Setiap lembaga pendidikan selayanknya memiliki unit
bimbingan dan konseling, dalam upaya optimalisasi potensi pendidikan.
Bimbingan konseling merupakan serangkaian program layanan yang
diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih
baik. Bimbingan konseling dilaksanakan disekolah-sekolah mulai dari
tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan tingkat tinggi.
Namun,

pelaksanaan

Bimbingan

dan

Penyuluhan

di

sekolah

diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang
harus

diterapkan berdampak

pada

buruknya

citra

bimbingan

dan

konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK,


munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK.
Bimbingan adalah proses bantuan kepada seseorang agar ia mampu
memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan diri sehingga
mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang
konselor

terhadap

individu

guna

mengatasi

masalah

atau

mengoptimalisasi potensi yang dimiliki.


Inti dari layanan bimbingan konseling adalah pengembangan diri.
Mengatasi masalah adalah bagian kecil. Dengan demikian seluruh peserta
didik berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi. Pada
umumnya fungsi bimbingan konseling yang banyak dilakukan adalah
fungsi penyembuhan sesungguhnya fungsi bimbingna konseling yang
paling utama adalah pengembangan, yakni mengembangkan seluruh

potensi yang dimiliki oleh individu. Bimbingan berpusat pada diri individu,
berdasarkan pada kemampuan dan kebutuhan individu agar ia mampu
mengatasi dirinya sendiri dan mengembangkan segenap kemampuan
yang dimiliki. Maka Bimbingan Konseling memberikan layanan konsultasi
yang merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola-17 Plus. Layanan
konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil pengembangan
dari BK Pola 17 Plus.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

BK

Pola

17

Plus

maka

timbul

permasalahan sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana pengertian BK Pola 17 Plus di dalam pendidikan ?


Bagaimana upaya mengatasi Pra lahirnya BK pola 17 Plus ?
Mengapa Bk Pola 17 Plus di dalam pendidikan sangat penting ?
Tujuan mengetahui Pra Lahirnya BK pola 17 Plus ?
Mengetahui pengertian BK Pola 17 Plus ?
Mengetahui Poin BK Pola 17 Plus ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pra Lahirnya Pola 17 Plus

Pelaksanaan

Bimbingan

dan

Penyuluhan

di

sekolah

diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang
harus

diterapkan berdampak

pada

buruknya

citra

bimbingan

dan

konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK,


munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan
muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing
sehingga terjadi kesalah pahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi
berlarut. Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap
polisi sekolah, BK dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat, BK
dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi untuk
klien-klien tertentu saja, BK melayani orang sakit dan atau kurang
normal, BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak
lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh
siapa

saja,

pelayanan

BK

berpusat

pada

keluhan

pertama

saja,

menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan


cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK
padapenggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain)
dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan
dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan
disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Belum Adanya Hukum
Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya
Jurusan Bimbingan danPenyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun
1964, fokus pemikiran adalah mendesainpendidikan untuk mencetak
tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi NasionalBimbingan I di
Malang

berhasil

menelurkan

terbentuknyaOrganisasi

bimbingan

keputusan
dengan

penting
nama

diantaranya

Ikatan

Petugas

Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang

untuk

memperolah

Payung

hukum

pelaksanaan

Bimbingan

dannPenyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.


2. Semangat Luar Biasa Untuk Melaksanakan BP
BP di sekolah Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang
Angka Kredit bagi JabatanGuru dalam lingkungan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Merupakan angin segarpelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini
karena di sana dikatakan Tugas guru adalah mengajar dan/atau
membimbing. Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga
atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan atau Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun
1984/1985) masih kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guruguru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau mau
pensiun, guru yangkekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi
tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legaldengan SK Menpan tersebut
menjadi

jauh

arahnya

terutama

untuk

pelaksanaan

Bimbingan

danPenyuluhan di sekolah.

3. Belum Ada Aturan Main Yang Jelas


Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa,
kapan dan di mana pelaksanaanBimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan
juga belum jelas. Oleh siapa bimbingan danpenyuluhan dilaksanakan, di
sekolah banyak terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang
mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk
memenuhituntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar
tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru
Pembimbing. Kesan yang tertangkap di masyarakat terutamaorang tua
murid

Bimbingan

Penyuluhan

tugasnya

menyelesaikan

anak

yang

bermasalah.Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah apalagi yang

memanggil Guru Pembimbing,orang tua menjadi malu, dan dari rumah


sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai
masalah apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan
pelaksanaan pengawasannya. Selain itu dengan pola yang tidak jelas
tersebut mengakibatkan:
1. Guru

BP

(sekarang

Konselor

Sekolah)

belum

mampu

mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan


pelayanan terhadap siswa yang menjaditanggungjawabnya. Yang
terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salahsatu
mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian,dsb.nya.
2. Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul

dan

pengolah nilai siswa dalamkelaskelas tertentu serta berfungsi


sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru matapelajaran
yang berhalangan hadir.
3. Guru Pembimbing ditugasi sebagai polisi sekolah yang mengurusi
dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah
seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju
yang dikeluarkan dari celana atau rok.
4. Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak
memahami programpelayanan serta belum mampu memfasilitasi
kegiatan layananbimbingandi sekolahnya.
5. Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah
terhadap tugas danfungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin
kerja

sama

sebagaimana

yangdiharapkan

organisasibimbingandankonseling.Kondisi-kondisi seperti

dalam
di atas,

nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.


B. Sejarah Lahirnya Pola Bk 17 Plus
Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan
Konseling (BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17.
Hal ini memberi warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan
kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada
Abad ke-21, BK Pola 17 itu

berkembang menjadi BK Pola-17 Plus.

Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran

pelayanan yang lebih luas,

diantaranya mencakup semua masyarakat.


Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola17 Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan
hasil

pengembangan

dari

BK

Pola

17 Plus.

Dengan

adanya

pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi dan layanan mediasi


secara

otomatis

menjadi

bidang

tugas

konselor

dalam

pelayanan

Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.


Program layanan bimbingan konseling tidak dapat berjalan dengan efektif
apabila tidak didukung dengan profesionalismenya guru BK tersebut
dalam melayani siswanya denganterprogram secara efektif apabila
kurang atau tidak didukung faktor lain, misalnya faktorpengalaman
bekerja.Layanan konseling yang diberikan kepada peserta didik untuk
belajar dengan efektif. Efektivitas konseling dapat tercapai bila seorang
konselor atau guru pembimbing melaksanakan pola 17,antara lain:

4 Bidang Bimbingan
A. Bimbingan Pribadi
Bidang pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada
siswa untuk mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi

yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang


dimilki. Pokok bimbingan pribadi, yaitu :
1. Pemantapan sikap dan kepribadian yang agamis yang senantiasa
mendekatkan diri kepada yang khalik melaluai
peningkatankualitas iamn dan taqwa.
2. Pemahaman tentang kemampuan dan potensi diri serta
pengembnagannya secara optimal.
3. Pemahman tentang bakat dan minat yang dimiliki serta
penyalurannya.
4. Pemahaman tentang kelebihan-kelebihan yang dimilki serta
bagaiman amengembangkannya.
5. Pemahaman tentang kekurangan dan kelemahan yang dimiliki
serta bagaman cara mengatasinya.
6. Kemampuan mengambil keputusan serta mengarahkan diri
sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
7. Perencanaan dann pelaksanaan hidup sehat,kreatf dan produktif.
B. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa
untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersoaialisasi dengan
baik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Pokok bimbingan
social, yaitu :
1. Kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
2. Pengembangan kemampuan menerima dan menyampaikan
pendapat.
3. Pengembangan kemampuan bersosialisasi, baik dirumah, sekolah
dna masyarakat.
4. Pemahaman kondisi

dan

peraturan

sekolah

serta

upaya

pelaksanannya secara konsisten dan tanggung jawab.


5. Pemahman tentang hubungan lawan jenis, dan akibat yang
ditimbulkannya.
6. Pemahamn tentang hidup berkeluarga.

C. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah bimbigan yang diberiakn kepada siswa


untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan
rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Pokok bimbingan belajar, yaitu :
1.

Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan

efisien.
2.
Pengembangan kemampuan membaca dan menulis secara
cepat.3
3.
Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa
remedial atau pengayaan.
4.
Pemahaman tentang

pemanfaatan

pengembangan ilmu pengetahuan.


5.
Pemanfaatan kondisi fisik,

sosial

hasil
dan

teknologi

bagi

budaya

bagi

pengembangna pengetahuan.
6. Pemahaman tentang pemanfaatn perpustakaan.
Orientasi belajar diperguruan tinggi.
D. Bimbingan Karir
Bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa
untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya,
berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir. Pokok bimbingan
karir, yaitu :
a) Pemahaman tentang bakat, minat dan kemampuan diri berkaitan
dengan karir yang akan dikembangkan.
b) Pemahaman tentang berbagai profesi sebagai alternatif
pengembangan karir.
c) Pemahaman dan pengembangan kemaampuan wirausaha.
d) Pemahaman tentang berbagai macam jurusan dibidang pendidikan.
e) Pengembangan kemampuan berkompetensi.
f) Pemahaman tentang strategi memilih seolah tinggi dn menentukan
jurusan.

g) Pengembangan kemampuan manajemen dan kepemimpinan.


2.

7 Jenis Layanan
A. Layanan Orientasi

Layanan orientasi berupa pengenalan lingkungan sekolah yang baru


kepada

peserta

didik,

meliputi

lingkungan

fisik,

personal

sekolah,

kurikulum, kegiatan, aturan yang berlaku, sistem pendidikan, organisasi


siswa dan sebagainya.
Contoh : Pengenalan sekolah dan segala macam yang ada disekolah,
system di sekolah.

B. Layanan Informasi
Layanan informasi berarti memberikan informasi seluas-luasnya kepada
peserta didik berkait dengan kegiatan akademis dan non akademis untuk
masa skarang dan masa yang akan datang. Meliputi bidang pibadi, sosial,
belajar dan karir.
Contoh :
Pada saat melaksanakan pendidikan di SMK, peserta didik tidak hanya
teori tapi dapat langsung peraktek kelapangan, contohny jurusan
perhotelan, mereka terjun kehotelnya langsung. Dan lulus dari sekolah
tersebut sudah siap bekerja. Semua bermanfaat bagi peserta didik dan
telah mengenal dunia kerja sebelumnya.

C. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan adalah upaya terencana dan sistematis untuk


menempatkan siswa pada suatu posisi atau tempat yang sesuai dengan
bakat minat dan kemampuannya. Sedangkan penyaluran adalh upaya
untuk menyalurkan bakat minat dan potensi siswa secara optimal.
Contoh :
Peserta didik harus pandai menempatkan diri dalam penyaluran bakatnya,
contohnya peserta didik yang kuliah di jurusan bimbingan dan konseling.
D. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan merupakan merupakan bentuk pelayanan
khusus

berupa

hubungan

langsung

tatap

muka

antara

konselor

dan klien.dalamhubungan ini masalah klien dicermati dan diupayakan


pengentasannya, sedapat mungkin dengan kekuatan klien sendiri.
Contoh :
1.) Peserta didik harus memiliki rasa percaya diri bahwa dia bisa
memberikan pendapatnya di depan umum.
2.)Peserta didik yang kurang percaya diri harus melihat peserta didik yang
memiliki percaya agar dapat memicu dirinya bisa lebih percaya diri.
E. Layanan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok
individu. Keuntungan dari bentuk layanan ini adalah dengan satu kali
pemberian layanan, telah memberikan manfaat atau jasa kepada
sekelompok orang. Layanan ini guna unutk mengatasi masalah yang
relatif

sama,

sehingga

mereka

tidak

memiliki

hambatan

unutk

mengembnagkan segenap potensi yang dimiliki.


Contoh :
Dampak buruk membolos;
Aka merugukan diri sendiri, tertinggal materipelajaran, akan terpenagruh
pada orang-orang yang berprilaku negatife yang dapat mempengaruhi
dan merusak masa depan peserta didik tersebut.

F. Layanan Bimbingan Kelompok


Bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekelompok
siswa baik ada masalah ataupun tidak ada masalah. Jumlah anggota
berkisar antara 10 sampai 30 orang. Keanggotaan kelompok bisa anggota
tetap ataupun tidak tetap. Dalam pelaksaan anggota tetap.
Contoh :
Peserta didik dapt menceritaka semua maslah yang di hadapinya. Tetapi
tak hanya maslah saja mungkin kesenangan dan kebahagian yang
dirasakan bisa diceritaka semua kepada bimbingan kelompok agar dapat
membuat peserta didik lainnya mendapat contoh.
3.

Lima Kegiatan Pendukung


Instrmentasi Bimbingan

Instrumentasi pendidikan adalah jenis instrumen baik berupa test maupun


non test guna menjaring data dna mencatat segala keterangan siswa
dalam proses bimbingan. Data dan keterangan yang perlu dijaring
meliputi data statis maupun data dinamis. Jenis-jenis instrumen atau alat
pengumpul data antara lain :
Instrument test.
a)

Test kecerdasan.

b)

Test bakat.

c)

Test minat.

d)

Test kepribadian.

Instrument non test.


a)

Pedoman wawancara.

b)

Pedoman observasi.

c)

Daftar cek masalah.

d)

Catatan anekdot.

e)

Angket sosiometri.

f)

Angket sikap dan kepribadian.

Sedangkan blanko-blanko dan instruumen lain yang menjdi kelengkapan


administratif lain dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling antara
lain :
1. Kartu pribadi.
2. Catatan bimbingan.
3.Blanko pernyataan siswa.
4.Tata tertib sekolah.
5.Pengamatan guru inidvidual.
6.Pengamatan guru kelompok.
7.Angket siswa.
8.Angket orang tua siswa.
9.Pemberitahuan pelanggaran tata tertib.
10.Pemberitahuan scorsing.
11.Angket sosiogram.
12.Gambar sosiogram.
13.Panggilan siswa.
14.Panggilan orang tua/wali kelas.
15.Catatan home visit.
16.Klasifikasi kerawanan.
17.Kartu kasus.
Himpunan Data
Himpuna data atau pengumpulan data adalah kegiatan mengumpulkan
menyeleksikan, menata dna menyimpan data serta keterangan siswa.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik
test dan teknik non test.
Teknik test.
a)

Test intelegensi.

b)

Test kemampuan.

c)

Test kepribadian.

d)

Test bakat.

e)

Test diagnostik.

f)

Test hasil belajar.

Teknik non test.


a)

Wawancara.

b)

Observasi.

c)

Catatan anekdot.

d)

Sosiometri.

e)

Check list.

f)

Daftar riwayat hidup.

g)

Dokumentasi.

Konferensi Kasus
Konferenis kasus diselenggarakan untuk membicarakan kasus yang
dialami siswa. Kasus tersebut biasanya melibatkan banyak pihak,
sehingga pemecahannya juga memerlukan keterlibatan beberapa pihak.
Tujuan dari konferensi kasus adalah :
Untuk

mendpatkan

gambaran

yang

jelas

tentang

masalah

siswa,

kaitannya dengan data atau keterangan yang diperlukan dari pihak lain
sehingga permasalahan dapat dipahami secara menyeluruh.
Mengkomunikasikan masalah siswa dengan pihak lain yang berkaitan,
sehingga penanganan masalah lebih mudah dan tuntas.
Koordinasi penanganan masalah, sehingga penanganan bisa lebih efektif
dan efisien.

Untuk dapat melakukan konferensi kasus, diperlukan beberapa pihak yang


mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Beberapa pihak yang
diharapkan bisa berpartisipasi didalam konferensi kasus adalah :
Orang yang berperan sangat menentukan bagi keberhasilan siswa, seperti
orang tua, wali dan guru.
Pihak yang diharapkan dapat memberikan keterangan atau masukan
berkaitan dengan masalah tersebut.
Pihak yang diharapkan dapat memberika kemudahan bagi penanganan
masalah siswa.
Dalam proses pelaksanaan konferenis kasus, bebrapa hal yang perlu
diperhatikan bagi semua peserta konferensi kasus, yaitu :
Tidak menekankan pada nama dan identitas siswa melainkan pada
permasalahan siswa.
Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak menekankan
pada hal-hal negatif tentang diri siswa, pembicaraan dilakukan secara
objektif untuk mencari jalan keluar.
Tujuan

dari

pembicaraan

adalah

semata-mata

untuk

kepentingan,

perkembangan dan kebahagiaan siswa.


Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan.
Dengan adanya kerja sama semua pihak, diharapkan penanganan kasus
yang terjadi dapat lebih mudah teratasi.
Kunjungan Rumah
Kunjungan

rumah

adalah

kegiatan

pembimbing

atau

konselor

mengunjungitempat tinggal orang tua atau wali siswa. Penanganan


masalah siswa seringkali memerlukan pemahaman lebih jauh tentang
keadaan dirumah, sehingga diperlukan kunjungan langsung kerumah
untuk melihat kondisi yang sesungguhnya. Kunjungan rumah hanya
dilakukan pada siswa-siswa tertentu yang memang diperlukan untuk itu.
Kegiatan kunjungan rumah atau pemanggilan orang tua ke sekolah
memiliki beberapa tujuan antara lain :

Mendapatkan data tambahan tentang siswa, khususnya yang berkaitan


dengan keadaan rumah.
Menyampaikan permasalahan anak pada orang tua.
Membangun komitmen orang tua untuk turut bertanggung jawab dan
bekerja sama menangani masalah anak.
Pelaksanan kunjungan rumah dilakukan sesuai dengan rencana dan
agenda yang jelas. Agenda kegiatan dapat dilakukan ketika kunjungan
rumah antara lain wawancara, pengamatan langsung, diskusi, pengisisan
daftar isian, dan lain-lain. Hasil kunjungan ruamh perlu dicatat dan masuk
dlam himpunan data. Hal itu dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
dalam penangan masalah.
Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalh kegiatan pembimbing melimpahkan penanganan
suatu kasus dari seorang konselor kepada pihak lain yang dianggap
memilki

kemampuan

dan

kewenangan

yang

relevan

dengan

permasalahan yang dihadapi siswa.


Konselor bukanlah manusia yang serba bisa dan selalu berhasil dalam
menyelesaikan masalah. Namun perlu disadari bahwa konselor adalah
manusia yang penuh dengan keterbatasan. Terkadang diperlukan orang
lain untuk membantu dan bahkan perlu dialihkan kepada orang lain yang
lebih ahli untk masalah-masalah yang lebih berat.
Kegiatan

alih

tangan

dapat

berupa

pengiriman,

yaituv

konselor

mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani kepada orang lain yang
lebih ahli. Bentuk lain adalah penerimaan, yaitu konselor meneriam klien
dari pihka lain seperti orang tua, guru, kepala sekolah atau pihka lain. Ada
beberapa bentuk alih tangan kasus antara lain :
Pembimbing (konselor) mengalihkan penanganan siswa kpada wali kelas
atau guru mata pelajaran.
Guru mata pelajaran atau wali kelas megalihkan penanganan siswa
kepada konselor.

Konselor mengalihkan kepada konselor lain di sekolah.


Konselor mengalihkan penanganan pada konselor lain diluar sekolah.
Dalam proses alih tangan khususnya dalam pengiriman ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oelh konselor, yaitu :
Klien diberitahu dan diberi alternatif pilihan tentang konselor yang akan
melanjutkan.
Konselor menyerahkan klien kepada pihak lain yang keahliannya tidak
diragukan.
Konselor membicarakan klien dengan konselor baru atas persetujuan
klien.
Pembicaraan klien ditekankan pada permasalahan klien bukan pada
nama.
Semua kegiatan khusus diatas memiliki tujuan dan pola pelaksanaan yang
berbeda. Namun semuanya dilakukan tidak lain untuk meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan bimbingna konseling.
Jika

pola

terprogram

17

bimbingan

dan

konseling

berkualitas

dapat

dapat

dilaksanakan

menunjang

hasil

maksimal,

belajar

siswa.

Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 dapat maksimal apabila dalam


kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga
empat bidang bimbingan, delapan layanan, lima kegiatan pendukung
dapat diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang
bermasalah saja.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Bimbingan Konseling Pola 17 Plus


kita dapat mengerti karena pola 17 Plus merupakan pengembangan Pola
17 sebelumnya. Kita ketahui bahwa Pola 17 yang sebelum belum
mempunyai pola yang jelas, yang berdampak pada citra Bimbingan
Konseling yang menghasilkan miskonsepsi pada pelaksanaan Bimbingan
Konseling. Dan dengan adanya Bimbingan Konseling Pola 17 Plus, maka
pelaksanaan Bimbingan Konseling dapat berjalan dengan baik karena
sudah mempunyai pola yang jelas.
B.

Saran

Diharapkan dari penyusun makalah ini, pembaca setelah membaca


makalah ini dapat memahami dan mengerti tentang pembahasan ini.
Penyusun mengharapkan dalam penulisan makalah masa remaja ini, para
mahasiswa/mahasiswi dapat memahami serta menganalisis isi dari
pembahasan tersebut. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak
terdapat

kesalahan

mengharapkan

kritik

dan
dan

kekurangan,

saran

penyusunan makalah selanjutnya.

yang

sehingga

bersifat

penyusunan

membangun

dalam

Daftar pustaka
http://nurbowobksmp15yogya.wordpress.com/pola-17-plus-bimbingandan-konseling/
http://akisworo.blogspot.com/2012/03/pola-17-plus-bimbingan-dankonseling.html
http://rindategar.wordpress.com/2011/11/18/bk-komprehensif-dan-bk-pola17-plus/
http://totok-usman.blogspot.com/2012/02/lahirnya-pola-17-plusbimbingan-dan_21.html
http://peseksweet.wordpress.com/2011/05/23/pola-17-plus-bimbingandan-konseling/
About these ads

Anda mungkin juga menyukai