adalah 261 cm di rambu pasut dan muka air saat surut terendah adalah 29 cm
dengan tidal range pengukuran adalah 232 cm (Gambar 13)
Gambar 13. Grafik Pasang Surut Perairan Pupuk Kaltim Bontang Hasil
Pengukuran Periode 11 25 Februari 2012.
Data tersebut di atas merupakan kondisi kedudukan muka air selama
pengukuran dan belum mewakili kondisi elevasi muka air dalam setahun, dimana
terdapat pasang tertinggi dan surut terendah tahunan dalam waktu tertentu.
Untuk itu, dilakukan analisis lanjutan untuk mendapatkan konstanta harmonis
pasang surut perairan PKT Bontang dan sekitarnya dengan menggunakan metode
admiralty yang melalui beberapa tahapan skema perhitungan.
Hasil
analisis
metode
Admiralty
tersebut
mendapatkan
amplitudo
komponen pasang surut harian utama (K1 dan O1) tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan komponen pasang surut ganda utama (M2 dan S2) yakni
So
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
Amplitudo (cm)
137
59
38
20
16
10
160
211
156
281
266
437
123
211
281
Phase
A A
F K1 O1
AM 2 AS 2
dimana :
F
A01
=
=
AK1
AM2
AS2
Bilangan Formzahl
Amplitudo pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan
Amplitudo pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan dan matahari
Amplitudo pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan
Amplitudo pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik
matahari
jika F
jika F 1
4. Pasang tunggal
Hal yang menarik dicatat adalah tinggi muka air laut hasil pengukuran
langsung cendrung lebih tinggi dibandingkan hasil peramalan baik pada saat
pasang maupun surut. Secara rata-rata tinggi muka air laut hasil pengukuran
lebih tinggi sekitar 7 cm dibandingkan dengan hasil peramalan.
Tingginya
1.2. Arus
Pengukuran arus secara langsung menggunakan Flowatch flow meter
dilakukan pada tanggal 9 10 Februari 2012 pada 37 titik di depan Outfall PKT
1&2, Outfall PKT 3&4 & Popka, dan Outfall Metanol, dan Alur Tursina. Posisi
pengukuran arus disajikan pada Gambar 15.
kecepatan arus normal perairan berkisar antara < 0,1 m/det sampai dengan 0,3
m/det. Di depan outfall kecepatan arus lebih tinggi dibandingkan kecepatan arus
di perairan sekitarnya yaitu 0,4 m/detik di depan outfall PKT 3&4&Popka dan 0,7
1,0 m/detik di depan outfal PKT 1&2 (Tabel 6).
Tabel 6. Hasil pengukuran kecepatan arus.
Titik Pengukuran
Outfal Kaltim3&4&Popka
041
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
Posisi (LU;BT)
0,3
0,3
0,3
0,3
0,2
0,1
0,5
0,3
0,2
0,2
0,1
<0,1
0,1
0,1
<0,1
0,1
0,1
0,1
<0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
0,7 - 1
0,1
0,1
0,3
0,2
< 0,1
Titik Pengukuran
Posisi (LU;BT)
070
071
072
073
074
075
076
0
0,1
0,2
0,2
0,1 0,2
0,1
0,3
bergerak dari arah timur laut ke arah barat daya pada kondisi pasang dengan
kecepatan 0,02 0,15 m/detik.
8
dilakukan
untuk
mendukung
rencana
pembangunan
pelabuhan
PKT dan outfal Metanol tetap sama dengan input data pada pemodelan pola arus
sebelum dilakukan pengerukan.
Hasil simulasi (model) pola arus setelah pengerukan pada kondisi surut
disajikan pada Gambar 18.
pengerukan pada kondisi surut tidak jauh berbeda dengan pola arus sebelum
dilakukan pengerukan yaitu arus di Alur Pelayaran bergerak keluar dari pantai
menuju ke laut lepas dengan kecepatan bervariasi dari 0,004 m/detik sampai
dengan 0,05 m/detik. Di perairan luar (laut lepas) arus bergerak dari utara ke
selatan dengan kecepatan yang lebih besar yaitu antara 0,08 m/detik sampai
dengan 0,2 m/detik. Sedangkan di Karang Kiampau arah arus dominan ke arah
timur laut dengan kecepatan 0,01 0,09 m/detik. Di sekitar bagian utara Karang
Segajah (dumping area) arus bergerak ke arah barat daya dan arahnya berubah ke
selatan dan tenggara setelah tiba di Karang Segajah dengan kecepatan 0,03 0,16
m/detik.
Gambar 18. Model pola arus pada saat Surut setelah dilakukan
pengerukan.
10
Arus pada kondisi pasang juga memperlihatkan pola yang tidak jauh
berbeda dengan pola arus sebelum dilakukan pengerukan (Gambar 19), yaitu pada
saat pasang arus dari laut lepas yang bergerak dari utara ke selatan setelah tiba di
Alur Pelayaran berbelok ke arah barat menuju ke pantai dengan kecepatan mulai
dari 0,04 sampai dengan 0,08 m/detik.
dikeruk, terdapat arus yang bergerak dengan arah yang berlawanan bergerak dari
daerah outfal PKT 3,4& Popka dan outfall PKT 1&2 menjauhi outfall menuju ke
laut dengan kecepatan 0,008 0,1 m/detik. Di daerah Karang Kiampau dan Batu
Tambun arus dominan bergerak dari timur ke barat.
Sedangkan di Karang
Segajah arus bergerak dari arah timur laut ke arah barat daya pada kondisi pasang
dengan kecepatan 0,03 0,14 m/detik.
Gambar 19. Model pola arus pada saat Pasang setelah dilakukan
pengerukan.
11
Gambar 20. Detil model pola arus di Kolam Labuh Dermaga 9 dan
Dermaga10 pada kondisi pasang sebelum pengerukan (A)
dan setelah pengerukan (B).
12