Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui


Materi Termokimia
Ayi Darmana1 Anna Permanasari2 Sofyan Sauri3 Yayan Sunarya4
1 Dosen UNIMED, mahasiswa program doktor Pendidikan IPA. 2,3,4 Dosen SPs UPI
Bandung
email : ayidarmana2013@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kegiatan sosialisasi
internalisasi nilai tauhid dalam materi termokimia pada siswa SMA program percepatan AlAzhar Medan Sumatra Utara. Efektifitas didasarkan pada pandangan positif siswa terhadap
internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK). Penelitian melibatkan
semua siswa semester 4 (27 orang) yang telah belajar materi termokimia. Setelah
dilakukan sosialisasi siswa diminta untuk mengisi kuesioner untuk memperoleh gambaran
tentang pandangannya terhadap INTMMK. Kuesioner terdiri dari 5 pernyataan dengan
rubrik 5 skala, telah direview oleh 2 orang ahli. Hasil menunjukkan, skor rata-rata kelas
adalah 19,8 (skor maksimum 25, atau 79,3 dalam skala 100) dengan skor terendah 15 dan
skor tertingi 25. Sedangkan skor rata-rata untuk tiap pernyataan adalah 3,4; 3,7; 4,3; 4,4;
dan 4,0 (skor maksimum 5), masing-masing berturut-turut untuk pernyataan ke-1 sampai ke4 yaitu nilai tauhid memberikan : pemahaman agama melalui materi termokimia;
pemahaman yang lebih baik pada isi dan nilai-nilai agama yang terkandung dalam materi
termokimia; pemahaman bahwa materi termokimia merupakan bagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah; dorongan kesadaran untuk meningkatkan ibadah kepada Allah; dan
pernyataan ke-5 tentang tingkat keperluan nilai tauhid dijelaskan dalam materi kimia. Dari
27 siswa ada 14 siswa 51,9 % yang memperoleh skor 2 , dan 13 siswa 48,2 % yang
memperoleh skor antara 15 dan < dari 2 . Walaupun korelasi antara pandangan siswa
terhadap INTMMK dengan kemampuan kognitif termokimia adalah rendah ( r = 0,2),
namun temuan ini menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi internalisasi nilai tauhid telah
memberikan kontribusi dalam pembentukan pandangan positif siswa terhadap INTMMK.
Kata kunci : Sosialisasi, internalisasi nilai tauhid, termokimia

PENDAHULUAN
Allah, Tuhan Yang Maha Esa telah
menganugrahkan semua yang ada di dunia
ini termasuk sumber daya alam yang
diperuntukan
bagi
manusia
[1].
Pengembangan sumber daya alam sangat
memerlukan sumber daya manusia yang
memiliki kriteria kualitas otak dan hati
nurani. Kualitas otak akan memastikan
pengembangan sumber daya alam yang
efektif, efesien dan bernilai guna yang
tinggi, sedangkan kualitas hati nurani akan
memastikan pengembangan sumber daya
alam akan membawa kesejahtraan lahir dan
bathin, material dan spiritual bagi semua

bangsa Indonesia bahkan bagi semua umat


manusia.
Pemenuhan sumber daya manusia yang
memiliki kriteria tersebut hanya dapat
dicapai
melalui
pendidikan
yang
mengembangkan potensi otak dan hati
nurani. Potensi otak akan menghasilkan
sains dan teknologi sedangkan potensi hati
nurani
akan
menghasilkan
etika.
Pengembangan
kedua-duanya
akan
menghasilkan sains dan teknologi yang
beretika (etika sains & teknologi). Sains
yang mengandalkan logika hanya akan
menjadi kebaikan jika pengembangan dan
pemanfaatannya mematuhi etika, yang

Semirata 2013 FMIPA Unila |37

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi
Termokimia

berbicara baik dan buruk, boleh dan


tidak boleh.
Secara formal Indonesia telah memiliki
dan menetapkan
rumusan tujuan
pendidikan yang dapat mengembangkan
kedua potensi tersebut. Tujuan tersebut
selain merupakan cita-cita juga merupakan
amanat UUD 1945. Dalam UUD 1945
pasal 31 ayat 3 dinyatakan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk
meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal yang
sama dalam UUSPN no 20 tahun 2003
pasal 3, pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
Berdasarkan uraian di atas, secara
yuridis formal Negara Indonesia sudah
memiliki tujuan pendidikan yang sangat
baik, yang merupakan rumusan standar
mengenai kualitas manusia Indonesia yang
harus dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Apabila dicermati lebih dalam,
dari semua tujuan pendidikan, yang
merupakan tujuan paling penting dan
menaungi yang lainnya adalah iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal
ini dapat dipahami selain urutan
penyebutannya dalam undang-undang
lebih awal juga dapat dipastikan tanpa
iman dan taqwa,
pencapaian tujuan
pendidikan yang lain tidak akan membawa
kebaikan bagi umat manusia di dunia
apalagi di akhirat. Bahkan ahlak mulia
hanya akan terwujud jika ada iman dan
taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dalam undang-undang tersebut jelas
bahwa dimensi yang hendak dicapai dari
tujuan pendidikan nasional adalah dimensi
lahir-batin, fisik-mental, material-spiritual,
dunia-akhirat. Bahkan dimensi hati nurani
lebih diutamakan dari dimensi otak. Hal ini

38|Semirata 2013 FMIPA Unila

karena kemajuan sains dan teknologi yang


tingi tetapi iman dan taqwanya rusak maka
akibatnya jauh lebih buruk dari pada
sebaliknya.
Di sisi lain Negara Indonesia telah
menyelenggarakan
pendidikan
sejak
berpuluh-puluh tahun setelah merdeka,
namun demikian tingkat ketercapaian
tujuan pendidikan nasional sebagaimana
amanat undang-undang masih jauh dari
yang
diharapkan
baik
dari
sisi
pengembangan sumber daya manusia yang
ahli, terampil dan cerdas terlebih lagi jika
diukur dengan indikator pencapaian iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta ahlak mulia. Bahkan tidak menutup
kemungkinan makin banyak kasus-kasus
dekadensi moral yang menunjukkan
berbanding terbalik atau tidak ada korelasi
antara pengembangan otak dengan hati
urani
atau
antara
pengembangan
kemampuan kognitif dengan iman taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ahlak
mulia. Bahkan ada kecenderungan,
dekadensi moral lebih sering terjadi
dikalangan orang yang berpendidikan.
Kenyataan ini menunjukkan telah terjadi
mismatch dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Telah terjadi ketidak sesuaian
antara harapan dan kenyataan. Salah satu
penyebabnya diduga diakibatkan oleh
sumber masalah yang utama yaitu
pemisahan agama dan sains. Hal ini
memicu masalah masalah berikutnya, di
antaranya : 1) Sikap apatis guru sains
terhadap agama, sebagian guru tidak suka
membicarakan sains dengan agama karena
dianggap dua hal yang sangat berbeda,
berlainan, di mana agama dimulai dengan
keyakinan sedangkan sains dimulai
dengan ketidakyakinan. 2 Sebagian guru
menganggap sains bebas nilai. 3) Pada
umumnya pemikir, perencana, pelaksana
kurikulum
terutama para guru tidak
mampu/tidak cukup mengerti bagaimana
mempersiapkan dan mengajarkan materi
sains berbasis nilai moral agama yang dapat
mengantarkan
siswa
memungkinkan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

menjadi beriman dan bertaqwa kepada


Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dikarenakan
mereka juga tidak pernah mendapatkan nya
selama
dipersekolahan.
4)
Sangat
terbatasnya referensi, baik berupa buku
maupun ahli yang dapat dijadikan sebagai
rujukan atau model dalam pembelajaran
sains
berbasis
moral
yang dapat
mengantarkan
siswa
memungkinkan
menjadi beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Bagaimana pembelajaran sains dapat
berkontribusi pada pencapaian iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sementara pembelajaran sains steril dari
nilia-nilai agama. Cukup bagi kita
bercermin kepada Negara yang sangat maju
dalam sains dan teknologi yaitu Amerika, di
mana keberhasilan dari sains dan teknologi
tersebut hanya berkontribusi terhadap
keberhasilan material. Hal ini berarti jika
negara
Indonesia
mengadopsi
pengembangan dan pembelajaran sains
sebagaimana
Amerika
maka
hasil
maksimumnya tidak
jauh dari keadaan
mereka, yaitu hanya keberhasilan material.
Dengan demikian untuk meningkatkan
kontribusi relatif pembelajaran sains
terhadap pencapaian tujuan pendidikan
nasional terutama dimensi iman dan taqwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa serta ahlak
mulia maka menghadirkan aspek spiritual
keagamaan dalam pembelajaran sains
adalah suatu kemestian. Banyak kajiankajian yang mengisyaratkan tentang
pentingnya menghadirkan aspek spiritual
keagamaan pada sains untuk memastikan
sains akan memiliki kontribusi yang lebih
besar terutama kepada kehidupan yang
lebih bermakna, perdamaian, kesejahtraan
dan kebahagiaan lahir dan bathin.
Menghadirkan
aspek
spiritual
keagamaan melalui penanaman nilai-nilai
agama tidak akan mengurangi bobot ilmiah
dari sains, bahkan akan memastikan
tercapainya pemahaman yang lebih
komprehensip terhadap hakikat sains itu
sendiri. Sains dapat dipahami bukan saja

dari segi empiris tetapi juga dari segi


metafisik, bukan saja dari segi rasio tetapi
hati hurani. Pemahaman terhadap suatu
penomena
bukan saja dipahami
berdasarkan teori-teori sains tetapi juga
berdasarkan wahyu. Bukankah pada
dasarnya
sains
merupakan
produk
pengembangan dari tanda-tanda kekuasaan
Allah yang ada di alam (ayat kauliyah).
Dengan demikian pasti kedua-duanya akan
makin saling menguatkan. Bukankah
menghadirkan aspek wahyu pada sains
akan meningkatkan pemahaman terutama
dari beberapa hal yang bersumber dari
keterbatasan sains, akan memberikan spirit
dan motivasi, mengarahkan mana yang
boleh dan mana yang tidak, mana yang baik
dan buruk. Demikian juga sebaliknya
bukankah menghadirkan sains pada agama
akan meningkatkan pemahaman terhadap
agama itu sendiri, sekurang-kurangnya
sains dalam batas tertentu berkontribusi
untuk mengurangi tingkat dogmatis.
Permasalahannya sekarang bagaimana
mengembangkan model yang tepat agar
memasukkan nilai-nilai tauhid pada materi
sains atau kimia dapat memberikan manfaat
yang besar bagi tertanamnya keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa.
Kekeliruan dalam memasukkan nilai-nilai
ini dapat berakibat sebaliknya, bukannya
kebaikan tetapi keburukan yang dapat
berupa pengkaburan konsep sains dan atau
konsep agama itu sendiri. Secara teoritis
ada beberapa kaidah dalam memasukkan
atau mengintegrasikan nilai-nilai agama
kepada materi sains, di antaranya tidak
memaksakan, tidak Dalam penelitian ini
telah dilakukan kegiatan sosialisasi
internalisasi nilai-nilai tauhid dalam materi
termokimia pada siswa SMA program
percepatan Al-Azhar
Medan Sumatra
Utara. Untuk memperoleh informasi
tentang efektifitasnya, diakhir sosialisasi
siswa diminta untuk mengisi kuesioner
yang
menggambarkan
teantang
pandangannya terhadap internalisasi Nilai
tauhid. Nilai tauhid dipilih karena

Semirata 2013 FMIPA Unila |39

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi
Termokimia

merupakan nilai yang paling utama dalam


ajaran islam, selain itu tauhid yang berarti
meng-Esakan llah Tuhan Yang Maha
Esa
dipandang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional maupun tujuan
pembelajaran kimia. Sosialisasi ini sangat
diperlukan, mengingat walaupun SMA Al
Azhar menjalankan dua kurikulum yaitu
Depag dan Diknas namun kedua-duanya
baru dijalankan secara bersama-sama belum
pada tahap integrasi atau two in one.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
kegiatan
sosialisasi internalisasi nilai tauhid pada
materi termokimia yang melibatkan 27
siswa SMA program percepatan Al Azhar
Medan Sumatra Utara.
Kegiatan ini
dilakukan bulan otober 2012 pada awal
semester 4, selama tiga kali pertemuan
dengan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab, masing-masing selama 60
menit. Materi sosialisasi meliputi : makna
tauhid, tauhid dan kimia, internalisasi nilainilai tauhid dalam materi termokimia.
Setelah kegiatan sosialisasi berakhir siswa
diminta
mengisi
kuesioner
untuk
memperoleh
gambaran
tentang
pandangannya terhadap Internalisasi Nilai
Tauhid melalui Materi Termokimia
(INTMMK). Kuesioner terdiri dari 5
pernyataan dengan rubrik 5 skala, telah
direview oleh 2 orang ahli.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pandangan siswa terhadap internalisasi
nilai tauhid melalui materi termokimia
(INTMMK) merupakan gambaran dari
tingkat internalisasi nilai tauhid
yang
terjadi pada dirinya. Dalam tabel 1 di
bawah ini disajikan perolehan skor.
Berdasarkan tabel 1 di atas, perolehan
skor rata-rata siswa (19,8) atau rata-rata
tingkat INTMMK (79 %). Hasil ini cukup
memuaskan, mengingat kegiatan ini baru

40|Semirata 2013 FMIPA Unila

No

Skor
(max 25)

15

16

17

18

19

20

21

22

23

10

24

11

25

Rata-rata/
Tingkat
INTMMK

19,8

79 %

Tabel 2 Tingkat INTMMK


Pernyataan
No

Pernyataan
Nilai Tauhid

memberikan
pemahaman
agama melalui
materi termokimia
memberikan
pemahaman yang
lebih baik pada isi
dan nilai-nilai
agama yang
terkandung dalam
materi termokimia
memberikan
pemahaman bahwa
materi termokimia
merupakan bagian
dari tanda-tanda
kekuasaan Allah
mendorong
kesadaran untuk
meningkatkan
ibadah kepada
Allah
perlu dijelaskan
saat guru mengajar
kimia
Rata-rata

Jumlah
Siswa

untuk tiap

Skor
ratarata
( max
5)
3,4

Tingkat
INTMM
K (%)

3,7

74

4,3

86

4,4

88

4,0

80

19,8

79

68

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

dilakukan selama tiga kali pertemuan (3 x


Tabel 1 Skor dan Berdasarkan Jumlah
responden 60 menit). Perolehan rentang
skor terendah 15 (60 %) sampai mencapai
maksimum 25 (100 %), menunjukkan 100
% responden memiliki respon yang positif
terhadap
kegiatan sosialisasi, sehingga
kegiatan ini
dapat dianggap efektif
walaupun masih dapat ditingkatkan ke
tingkat yang lebih tinggi. Ada 14 siswa
dari 27 siswa (51,9 %) yang memperoleh
skor 2 dan 13 siswa dari 27 48,2 %
yang memperoleh skor antara 15 dan <
dari 20. Hal ini berarti siswa sebanyak 51,9
% memiliki tingkat INTMMT 8 %.
Siswa yang terbiasa dengan dua kurikulum
(Depag dan Diknas) sangat mudah untuk
menerima dan memandang sangat positif
terhadap
nilai
tauhid
yang
diinternalisasikan
dalam
materi
termokimia.
Adapun
untuk
masing-masing
pernyataan, diperoleh hasil sebagaimana
disajikan dalam tabel 2 berikut ini :
Dari tabel 2 memberikan informasi
bahwa skor rata-rata terendah 3,4 (tingkat
INTMMK 68 %) untuk pernyataan no 1,
dan tertinggi 4,4 (tingkat INTMMK 88 %)
untuk pernyataan no 4. Dari pernyataan no
1 sampai no 4 skor rata-rata memiliki
kecenderungan naik (dari 3,4 sampai 4,4 )
dan pada pernyataan no 5 turun kembali
(4,0).
Berdasarkan hasil tersebut nampaknya
pembahasan lebih bermanfaat jika lebih
menekankan kepada kecenderungan/relatif
pandangan siswa berdasarkan perolehan
skor rata-rata tiap pernyataan dan bukan
membahas
atau
menjawab
kenapa
besarannya sejumlah tertentu, karena
pada dasarnya skor semua pernyataan (1-5)
sudah cukup memadai.
Untuk membahas kecenderungan ini
maka akan dilihat terlebih dahulu untuk
pernyataan 1 4, hal ini karena pernyataanpernyataan tersebut merupakan hirarki dari
sisi tingkat urgensinya/pentingnya yang
susuai dengan harapan. Hal ini berarti

pernyataan no 4 merupakan hal yang paling


penting (inti). Kita berharap pernyataan no
4 ini memiliki tingkat internalisasi tertinggi
dan hal ini ternyata sesuai dengan hasil
yang diperoleh. Hasil ini mengindikasikan
bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat telah
berhasil mendorong motivasi siswa untuk
meningkatkan beribadah kepada Allah.
Walaupun baru merupakan
pengakuan
siswa tetapi hal ini sudah cukup
memberikan informasi bahwa kegiatan
sosialisasi
yang
pada
dasarnya
menginternalisasikan nilai-nilai tauhid pada
materi ajar termokimia telah berhasil
memberikan kontribusi yang relatif lebih
besar menuju pencapaian tujuan utama
pendidikan
nasional
dan
tujuan
pembelajaran kimia SMA/MA yaitu iman
dan taqwa serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa.
Pernyataan no 1 merupakan pandangan
siswa yang menunjukkan pemahaman atau
keyakinannya
bahwa melalui kegiatan
sosialisasi tersebut dirinya
memahami
nilai-nilai agama. Siswa meyakini melalui
materi termokimia dapat memahami nilai
agama. Jika pemahaman siswa berdasarkan
pengakuannya ini akan diverifikasi maka
harus diukur kemampuannya dalam
menjelaskan kaitan antar konsep-konsep
termokimia berdasarkan ayat al-quran
yang bersesuaian, mengungkapkan hikmah
berdasarkan sudut pandang islam. Jadi
pernyataan no 1 merupakan pengakuan
siswa/klaim tentang pemahaman materi
termokimia berdasarkan sudut pandang
islam terutama sudut pandang tauhid.
Perolehan skor untuk pernyataan no 1
ini cukup baik, walaupun paling rendah
dibanding dengan 4 nomor yang lainnya.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
walaupun mereka diyakini sangat tertarik
dengan kegiatan ini namun karena
pernyataan no 1 memerlukan pengetahuan
yang rinci tentang termokimia dan
kaitannya
dengan
nilai-nilai
tauhid

Semirata 2013 FMIPA Unila |41

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi
Termokimia

sehingga siswa belum dapat mencapainya


dalam batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam pengetahuan umum hirarki akan
menunjukkan urutan prasyarat, hal ini
berarti
tingkat pengetahuan atau
pemahaman konsep
yang baru akan
ditentukan oleh pemahaman konsep
sebelumnya atau dengan kata lain ketidak
mampuan dalam memahami suatu konsep
akan membawa akibat ketidak mampuan
pada konsep berikutnya. Namun demikian
tidaklah berarti hirarki
itu harus
ditunjukkan dengan perolehan nilai hasil
pengukuran yang makin rendah ataupun
makin tinggi.
Dalam kasus penelitian ini pemahaman
terhadap pernyataan
no 1
hingga
pernyataan no 4
ternyata mengalami
kenaikan. Informasi ini sangat mendukung
berdasarkan 2 alasan. Pertama, alasan
bahwa pernyataan no 1 sampai pernyataan
no 4
merupakan hirarki sehingga
pemahaman untuk pernyataan no 1 yang
sudah cukup baik akan berpengaruh
terhadap pemahaman pernyataan no 2, 3
dan 4 yang makin baik. Kedua, alasan
bahwa temuan data ini sesuai dengan
hirarki dari segi tujuan, di mana tujuan
utama kegiatan ini adalah agar dengan
internalisasi nilai tauhid tersebut timbul
motivasi siswa untuk menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa dengan
diwujudkan dalam bentuk meningkatkan
beribahdah kepada
Tuhan Yang Maha
Esa.
Tujuan utama pembelajaran melalui
sosialisasi ini adalah agar siswa memiliki
motivasi
yang
kuat
untuk
beribadah/mengabdi kepada Allah Tuhan
Yang maha Esa. Pernyataan no 1 sampai no
3 seyogyanya merupakan pentahapan
untuk menunjukkan hal yang positif pada
pernyataan
no 4.
Jadi harapan kita
pandangan siswa harus sangat positif pada
pernyataan no 4. Bahkan tidak
perlu
dibandingkan dengan
pandangan pada
pernyataan sebelumnya dalam hal skor
(pernyataan no 1,2 dan 3). Boleh jadi

42|Semirata 2013 FMIPA Unila

pandangan pada pernyataan no 1, 2 dan 3


lebih positif atau justru kurang positif dari
pandangan siswa yang terungkap dari
pernyataan 4. Kedua keadaan ini menjadi
tetap absah. Pada prinsipnya pernyataan no
4 harus positif karena pernyataan no 4 ini
merupakan
pernyataan utama dari
pernyataan yang lain (no 1,2, dan 3 bahkan
no 5). Hal ini dapat diilustrasikan, siswa
memiliki pemahaman yang rendah, sedang
dan tinggi terhadap nilai-nilai islam yang
ada pada materi termokimia, namun
semangat untuk beribadahnya kuat maka
hal itu dianggap sudah sampai pada tujuan.
Adapun secara kuantitatif,
kurang
tingginya perolehan skor untuk pernyataan
no 1, diduga karena beberapa keterbatasan.
Keterbatasan tersebut dapat bersumber dari
berbagai hal, di antaranya dari proses
penyajiannya yang mungkin terlalu singkat
sehingga siswa hanya memahami secara
global dan belum memahami secara detil.
Demikian juga dari faktor materi yang
merupakan hal yang baru, karena baru
mereka tertarik walaupun belum memahami
hakikat sebenarnya. Selain itu dapat juga
karena pengaruh penyaji, yang belum
begitu mengenal secara tepat tentang
karakteristik
dan
pemahaman
awal
siswanya.
Untuk pernyataan No 2, dimaksudkan
untuk
mengungkapkan apakah siswa
merasa lebih memahami termokimia,
bukan saja dari sudut ilmiah tetapi juga dari
sudut pandang agama, bukan saja dari
aspek logika tetapi dari hati nurani, bukan
saja memahami tentang energi dan
fungsinya tetapi juga memahami siapa yang
menciptakan
energi,
apa
pesan
agama/Tuhan Yang Maha Esa berkenaan
dengan energi ?
Pernyataan ini akan
menjadi inisitor menuju terbentuknya
generasi hasil belajar yang beriman dan
bertaqwa setelah melalui pengaguman akan
Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional dan
tujuan pembejalajar kimia di SMA/MA [6].

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Dari tabel 2 di atas, pernyataan no 2 ini


mendapatkan skor rata-rata 3,7 atau
tingkat INTMMK sebesar 74 %. Perolehan
ini lebih baik dari pernyataan no 1. Dilihat
dari tingkat kekomplekannya, perolehan
skor untuk pernyataan No 2 seharusnya
lebih rendah dari skor pernyataan no 1,
namun kenyataannya bahkan lebih besar.
Pandangan siswa yang lebih positif pada
pernyataan no 2 diduga lebih diakibatkan
karena siswa lebih melihat dari aspek
bahwa internalisasi nilai tauhid pada materi
termokimia telah memberi kesan kepada
para siswa, di mana para siswa merasa telah
memperoleh pemahamanan secara umum
mengenai
nilai-nilai
agama
selain
memahami
termokimianya.
Berbeda
dengan pernyataan no 1 siswa merasa harus
memahami keseluruhannya secara rinci.
Untuk pernyataan no 3, diperoleh skor
yang lebih tinggi dari skor pernyataan no 1
dan 2. Pernyataan no 3 ini benar-benar
ingin mengungkapkan pandangan siswa
yang berupa sikap bukan pemahaman
sebagaimana pernyataan no 1 dan 2.
Pemahaman yang cukup baik dari
pernyataan no1 dan meningkat di
pernyataan no 2 akan menghantarkan pada
pandangan yang lebih
positif pada
pernyataan no 3, yaitu kesadaran bahwa
termokimia merupakan bagian dari tandatanda kekuasaan Allah. Kesadaran ini yang
diharapkan memicu kekaguman kepada
Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menciptakan sumber energi yang
dipelajari dalam termokimia dan bukan
kekaguman kepada energi ataupun kepada
alam. Diharapkan akan timbul kesadaran
untuk bersyukur dan meningkatkan
kesadaran
serta
motivasi
untuk
meningkatkan ibadah yang mencerminkan
iman dan taqwanya.
Pernyataan no 4 sebagaimana yang telah
kita bahas di atas, pernyataan ini secara
hirarki benar-benar merupakan pernyataan
dengan hirarki tertinggi. Hasil penelitian
menunjukkan
diperoleh skor tertinggi.
Oleh karena itu sangat sesuai dengan

harapan.
Dalam pernyataan no 4 siswa
mengungkapkan pandangannya bahwa
mereka sangat ingin lebih taat, ingin
meningkatkan ibadah (berhasrat menjadi
orang yang bertaqwa). Walaupun siswa
berpandangan bahwa dirinya hanya
memahami
secara garis besar tentang
sebagaimana
yang
diajukan
dalam
pernyataan no 1 namun pemahaman
tersebut sudah cukup membangkitkan
semangat yang tinggi untuk meningkatkan
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa (88
%).
Adapun untuk pernyataan no 5
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan
apakah siswa memandang perlu bahwa
nilai-nilai tauhid di internalisasikan dalam
materi
kimia
secara
keseluruhan.
Pernyataan no 5 ini tidak dapat dikatakan
hirarki, karena boleh jadi bagi siswa yang
merasa kurang perlu mungkin bukan
tidak memiliki sikap positif tapi lebih
mempertimbangkan tergantung materi atau
kontennya, walaupun pada umumnya para
siswa
memandang perlu sehingga
perolehan skornya tinggi (4,0). Perolehan
skor yang tinggi ini memberikan informasi
bahwa para siswa sangat tertarik dengan
kegiatan sosialisasi dan merasa perlu untuk
dilanjutkan pada materi-materi kimia yang
lainnya.
Berdasar kan korelasinya terhadap
kemampuan termokimia yang rendah (r =
0,2), hal ini menunjukkan bahwa sikap atau
pandangan tidak selalu ditentukan atau
dipengaruhi oleh kemampuan kognitif.
Walaupun sangat mungkin untuk kasus
tertentu sikap atau pandangan yang paling
positif akan berkorelasi dengan kemampuan
kognitif yang paling tinggi, namun secara
umum tidak berlaku, ternyata banyak yang
hanya memahami secara global, secara
garis besar namun memiliki sikap atau
pandangan yang sangat baik atau bahkan
ekstrim. Bukankah sudah menjadi
keyakinan umum bahwa orang yang
melakukan bom bunuh diri
umumnya
memiliki latar belakang ilmu pengetahuan

Semirata 2013 FMIPA Unila |43

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi
Termokimia

atau pemahaman agama


yang tidak
mendalam tetapi memiliki semangat yang
sangat tinggi.
Rendahnya
korelasi
ini
juga
mengindikasikan bahwa sosialisasi nilainilai tauhid ini sangat berhasil dalam
memotivasi siswa terutama dari kelompok
siswa yang berkemampuan rendah dalam
termokimia sehingga para siswa memiliki
pandangan yang sangat positif terhadap
INTMMK , tidak terbedakan antara siswa
yang memiliki kemampuan kognitif rendah
maupun tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan sosialisasi internalisasi nilai
tauhid melalui materi termokimia sangat
efektif berdasarkan hasil pandangan siswa
terhadap internalisasi nilai tauhid melalui
materi kimia yang positif dengan tingkat
internalisasi rata-rata 79 %. Selain itu,
kegiatan
ini jug dapat memotivasi
kelompok siswa yang memiliki kemampuan
kognitif termokimia rendah sehingga tidak
terbedakan dengan kelompok siswa yang
memiliki kemampuan kognitif tinggi dalam
hal memberikan kontribusi terhadap
perolehan rata-rata tigkat internalisasi nilai
tauhid yang tinggi.
Sosialisasi nilai tauhid disarankan dapat
dilakukan dalam waktu bersamaan dengan
penanaman konsep kimianya. Internalisasi
nilai tauhid hendaknya dilakukan secara
terus menerus dalam keseluruhan konsep

44|Semirata 2013 FMIPA Unila

kimia, baik melalui integrasi konsep kimia


dan tauhid maupun sebagai pengantar yang
berfungsi sebagai spirit atau motivasi
maupun sebagai penutup yang berfungsi
untuk memberi arahan dan nasehat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama.(1989). Al-Quran dan
terjemahannya, QS 2:29. Jakarta :
Departemen Agama RI
Blanch, A. (2007). Integrating Religion and
Spirituality in Mental Health: The
Promise and the Challenge. Psychiatric
Rehabilitation Journal, 30(4), 251-260.
Reich, H. K. (2012). How coudl we get to
a more peaceful and sustainable human
World society ? The role of Science and
Religion. Zygon : Journal of Religion
& Science, 47 (2), 308-321
Darmana, A. (2012). Internalisasi Nilai
Tauhid dalam Pembelajaran Sains.Media
pendidikan : Jurnal pendidikan Islam,
27 (1), 66- 84
Darmana, . 2 13 . Internalisasi NilaiNilai Agama Islam Dalam Pembelajaran
Kimia di SMA Plus Al Azhar Medan
Sumatra Utara . Makalah pada
Seminar nasional IPA IV UNNES,
Semarang.
Depdiknas.
(2010).
Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa : Pedoman
Sekolah, Jakarta :
Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai