BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2001 tanggal 27 April
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, di dalam Bab I pasal 1 ayat 10 memberi ketentuan bahwa yang dimaksud
dengan Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh
Lembaga/Badan/Unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan
melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian.
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tanggal 18 Juni
2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Bab
V Pasal 13 c tercantum ketentuan bahwa salah satu cara melakukan pengawasan
fungsional oleh Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur,
Bupati/Walikota adalah melakukan kegiatan pengusutan atas kebenaran laporan
mengenai adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Selanjutnya Keputusan Menteri Kimpraswil No. 01/KPTS/M/2001 tanggal 4 Januari
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah - Pasal 829 menyebutkan dalam uraian tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Inspektorat Jenderal bahwa: Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional di lingkungan Departemen.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 829 Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi sebagaimana tercantum dalam Pasal 830: a)
perumusan kebijakan pengawasan fungsional; b) pelaksanaan pengawasan
fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c)
penyampaian hasil pengawasan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan; dan
d) pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal.
Di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Kimpraswil salah satu kegiatan
pelaksanaan pengawasan fungsional adalah pemeriksaan khusus. Sehubungan
dengan semakin berkembangnya permasalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan
khusus, perlu ada Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pemeriksaan khusus meliputi:
a. Pemeriksaan khusus atas kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan
keuangan/kekayaan Negara dan/atau perekonomian negara
b. Pemeriksaan khusus berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang bersifat rutin
maupun tugas pembangunan yakni :
1) Kasus tidak lancarnya pelaksanaan pembangunan,
2) Kasus kolusi dan nepotisme,
3) Kasus pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil/non pegawai negeri sipil,
4) Kasus bendaharawan dan atau kepala kantor/satuan kerja/pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek yang meninggal dunia atau melarikan diri,
5) Kasus pengadaan barang/jasa,
6) Kasus-kasus yang memerlukan penanganan segera.
3. Urutan Penanganan
Pada umumnya pemeriksaan khusus dilakukan berdasarkan sumber informasi awal
yang berasal dari:
a. Pemberitaan/mass media,
b. Pengaduan/TP 5000/Non TP 5000,
c. Laporan hasil pemeriksaan (LHP),
d. Hasil pengawasan melekat dan verifikasi, atau
e. Permintaan instansi penyidik.
Dalam menangani informasi awal perlu ditentukan urutan prioritas agar secara
keseluruhan pemeriksaan dapat berdaya guna dan berhasil guna. Unsur-unsur yang
perlu dipertimbangkan dalam penentuan urutan prioritas antara lain adalah:
o Harapan masyarakat,
o Program pemerintah,
o Segi materiil,
o Kelengkapan informasi awal,
o Tingkat kemungkinan tercapainya sasaran pemeriksaan,
o Personalia/pemeriksa yang ada yang mampu untuk menanganinya,
o Hal lain atas pertimbangan Menteri/Irjen.
4. Tahapan Pemeriksaan
Pada umumnya tahap-tahap pemeriksaan khusus meliputi proses:
a. Penelaahan dan penelitian informasi awal,
b. Persiapan pemeriksaan,
c. Pelaksanaan pemeriksaan,
d. Ekspose (intern Itjen/intern Departemen),
e. Pelaporan hasil pemeriksaan.
5. Program Kerja Pemeriksaan
Program kerja pemeriksaan merupakan kumpulan prosedur pemeriksaan yang akan
dilaksanakan, sehingga pemeriksaan dapat mencapai tujuannya dengan berdaya
guna dan berhasil guna.
Prosedur pemeriksaan merupakan perintah-perintah dan langkah-langkah
pemeriksaan yang harus dilaksanakan oleh pemeriksa dalam rangka mengumpulkan
bukti-bukti yang relevan, kompeten, cukup, serta material untuk mendukung hasil
pemeriksaan.
Program kerja pemeriksaan khusus harus diarahkan untuk dapat mengungkapkan
kasus yang ada.
6. Kertas Kerja Pemeriksaan
Auditor harus mendokumentasikan hal-hal penting yang menunjukkan bahwa
pemeriksaan/audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Audit Aparat Pengawas
Fungsional Pemerintah (APFP). Hal-hal penting berupa metodologi pemeriksaan yang
dipilih, prosedur pemeriksaan yang ditempuh, bukti pemeriksaan yang dikumpulkan,
simpulan pemeriksaan yang diperoleh selama pemeriksaan harus didokumentasikan
ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
KKP bertujuan:
Menegaskan dan mendukung pendapat, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksaan;
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemeriksaan;
Menyediakan informasi sebagai dasar penyusunan laporan atau menjawab
pertanyaan dari pihak terperiksa atau pihak lainnya;
Membuktikan bahwa auditor telah melaksanakan tugas sesuai dengan Standar
Audit APFP;
Memudahkan perencanaan dan supervisi;
Mendukung pengembangan keahlian auditor;
Membantu memastikan bahwa pekerjaan pemeriksaan yang didelegasikan telah
terlaksana dengan baik;
Menjadi referensi di masa mendatang.
Agar dapat memenuhi tujuannya, KKP harus memenuhi persyaratan berikut :
Lengkap, dalam arti semua informasi penting yang relevan telah dicantumkan,
Jelas, dalam arti tidak memerlukan penjelasan tambahan atau tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda,
Ringkas, dalam arti singkat dan padat tanpa mengorbankan informasi yang
penting,
Sistematis, rapi, dan mudah dibaca,
Bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung maupun kesalahan penyajian
informasi,
Menyandang identifikasi yang jelas, yakni tanggal, nama dan paraf penyusun serta
pengawas.
7. Teknik Pemeriksaan Khusus
Teknik-teknik pemeriksaan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan khusus antara
lain adalah:
a. Peninjauan,
b. Pengamatan,
c. Wawancara/tanya jawab,
d. Konfirmasi/penegasan,
e. Pengujian, Pengusutan, Penilaian
f. Pembandingan,
g. Analisis,
h. Pemeriksaan/penelitian bukti,
i. Rekonsiliasi,
j. Penelusuran,
k. Perhitungan kembali,
l. Pemindaian atau penelaahan pintas.
8. Bukti Pemeriksaan
Bukti pemeriksaan/audit yang relevan, kompeten, cukup, dan material (rekocuma)
harus diperoleh sebagai dasar yang memadai untuk mendukung pendapat, simpulan,
dan rekomendasi.
Bukti pemeriksaan disebut:
- relevan
: Jika bukti tersebut secara logis mendukung atau menguatkan
pendapat atau argumen yang berhubungan dengan tujuan dan
simpulan pemeriksaan.
kompeten : Jika bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin
kesesuaian dengan faktanya.
Bukti yang sah ialah bukti yang memenuhi persyaratan hukum dan undang-undang.
Sesuai dengan KUHP Ps. 184 ayat (1) Alat bukti yang sah ialah:
o Keterangan saksi,
o Keterangan ahli,
o Surat,
o Petunjuk,
o Keterangan terdakwa.
Ayat (2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Bukti yang dapat diandalkan ialah bukti yang baik sumbernya maupun cara
perolehannya dapat diandalkan.
Beberapa petunjuk untuk mempertimbangkan keandalan bukti antara lain adalah:
Bukti yang berasal dari sumber independen lebih dipercaya dari pada bukti yang
berasal dari atau diperoleh melalui pihak terperiksa,
Bukti yang berasal dari pihak terperiksa dengan struktur pengendalian intern yang
kuat lebih dipercaya dari pada bukti yang berasal dari pihak terperiksa dengan
struktur pengendalian intern yang lemah,
Bukti yang diperoleh auditor secara langsung lebih dipercaya dari pada bukti yang
diperoleh secara tidak langsung,
Bukti asli lebih dipercaya dari pada fotokopinya,
Bukti ekstern lebih dipercaya dari pada bukti intern.
Bukti pemeriksaan/audit dapat berupa bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian, dan
bukti analitis.
Bukti fisik adalah bukti yang langsung diperoleh oleh auditor melalui pengukuran dan
perhitungan fisik atau perekaman terhadap orang, harta benda, atau kejadian. Bukti
fisik dapat berupa berita acara pemeriksaan fisik/keuangan, foto, bagan, dan peta.
Bukti dokumen merupakan bukti yang berisi informasi tertulis seperti surat, kontrak,
SKO, SPMU, buku-buku, catatan akuntansi, faktur, dan informasi lainnya.
Bukti kesaksian merupakan bukti yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner, atau
pernyataan tertulis.
Bukti analitis merupakan bukti yang dikembangkan oleh auditor dari bukti
pemeriksaan/audit lainnya. Bukti analitis ini dapat berupa pembandingan, nisbah,
perhitungan, dan argumen logis lainnya.
9. Penggunaan Tenaga Ahli
Auditor dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan pengalamannya
kurang kompeten untuk mendapatkan bukti yang relevan. Untuk memahami apakah
hasil kerja tenaga ahli itu mendukung dugaan atau simpulan pemeriksaan, maka
auditor harus mempelajari metode atau asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli
tersebut.
Jika auditor tidak mempunyai keahlian hukum tetapi menemui masalah hukum, auditor
dapat meminta informasi dari penasehat hukum pihak terperiksa untuk memperoleh
Lampiran II Kepmen Kimpraswil No. 310/KPTS/M/2002
BAB II
PEMERIKSAAN KHUSUS ATAS KASUS PENYIMPANGAN YANG
BERINDIKASI MERUGIKAN KEUANGAN/KEKAYAAN DAN/ATAU
PEREKONOMIAN NEGARA
1. Umum
a. Beberapa Pengertian
Pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap
kasus penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara
dan/atau perekonomian negara, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan
mengenai ada tidaknya indikasi tindak pidana korupsi (TPK) ataupun perdata pada
kasus yang bersangkutan.
Pemeriksaan khusus terhadap kasus-kasus penyimpangan yang menimbulkan
kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara mencakup :
1) Kasus yang berindikasi TPK
Kasus yang berindikasi TPK harus memenuhi seluruh unsur TPK sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang 3 Tahun 1971 Juncto Nomor 31 Tahun 1999
Juncto Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2) Kasus yang berindikasi perdata
Pada umumnya kasus-kasus perdata yang mengakibatkan kerugian
keuangan/kekayaan negara timbul karena adanya perikatan.
Perbuatan melanggar hukum menurut hukum perdata harus memenuhi syarat
seperti yang dirumuskan dalam pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUH Perdata)
Kasus/temuan yang tidak memenuhi unsur TPK dapat diproses sebagai kasus
perdata atau diproses dengan TP/TGR (Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti
Rugi) sebagaimana diatur dalam ICW (Undang-undang Perbendaharaan Indonesia)
atau diproses dengan tindakan administratif sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) nomor 30 tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri. Selain itu,
kasus penyimpangan tersebut dapat juga diproses dan dilakukan pembuktiannya
secara bersamaan tanpa menggugurkan satu sama lain (menurut ketentuan UUTPK, KUH Perdata, TP/TGR dan PP 30/1980)
b. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan khusus adalah kasus penyimpangan yang berindikasi
menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara.
Ruang lingkup pemeriksaan khusus adalah kegiatan/perbuatan yang menyebabkan
terjadinya kerugian negara/potensi kerugian negara/kekayaan negara dan/atau
perekonomian negara; termasuk didalamnya mengenai siapa yang melaksanakan
kegiatan/perbuatan, dimana dan kapan kegiatan/perbuatan tersebut dilakukan, serta
bagaimana cara melakukan kegiatan/perbuatan tersebut.
Hasil penelitian tersebut selanjutnya perlu dituangkan ke dalam sebuah laporan hasil
penelitian. Laporan hasil penelitian informasi harus dapat menyimpulkan perlu
tidaknya dilakukan tindak lanjut berupa pemeriksaan khusus.
3. Persiapan Pemeriksaan
Dalam tahap persiapan pemeriksaan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Penentuan sasaran dan ruang lingkup pemeriksaan
Sasaran dan ruang lingkup pemeriksaan ditentukan
penelaahan dan penelitian informasi awal.
berdasarkan
hasil
d) Upaya lainnya
Dalam hal baik alat/barang bukti asli maupun fotokopinya tidak dapat
dipinjamkan, pemeriksa harus mencatat secara lengkap: nomor dokumen,
tanggal dokumen, halaman buku, dan catatan-catatan lain yang dianggap
perlu untuk mempermudah memperoleh kembali pada saat penyidikan
dilakukan.
2). Pengamanan alat/barang bukti
Alat/barang bukti yang diperoleh pemeriksa harus disimpan di tempat yang
aman,
jangan
sampai
jatuh
ke
pihak
ketiga
yang
dapat
menyalahgunakannya. Pihak obyek yang diperiksa atau penanggung jawab
alat/barang bukti, diminta untuk membuat pernyataan kelengkapan
alat/barang bukti yang diperiksa untuk meyakinkan bahwa tidak ada
alat/barang bukti lainnya yang belum diserahkan/diperlihatkan.
c. Kertas Kerja Pemeriksaan
KKP harus dibuat oleh tim pemeriksa dengan kriteria:
memenuhi syarat pembuatan KKP
dibuat dalam bentuk dan isi yang mengikuti pedoman yang ada
Beberapa hal yang perlu diungkapkan dalam KKP antara lain adalah:
1) Data umum
2) Modus operandi berikut flow chart
3) Penyebab terjadinya penyimpangan
4) Perhitungan kerugian keuangan/kekayaan negara.
Dalam menghitung besarnya kerugian keuangan/kekayaan negara harus
diikuti ketentuan-ketentuan berikut:
Perhitungan harus mencakup ruang lingkup kegiatan yang diperiksa sesuai
dengan surat tugas pemeriksaan,
Perhitungan harus bersifat menyeluruh, tidak menggunakab metode
sampling,
Tidak diperkenankan menggunakan asumsi,
Dalam mengungkapkan kerugian keuangan/kekayaan negara harus
dibedakan antara kerugian bersifat riil/yang telah terjadi dan kerugian yang
bersifat potensial.
Apabila bukti yang diperoleh tidak lengkap, kerugian keuangan/kekayaan
negara hanya dihitung atas dasar bukti-bukti yang ada saja dengan
menyatakan sekurang-kurangnya.
Apabila pemeriksa menghadapi kesulitan dalam menghitung kerugian
keuangan/kekayaan negara karena sifatnya teknis, maka auditor dapat
mempergunakan jasa pihak ketiga yang kompeten dan independen.
5) Ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Di dalam melakukan telaah hukum terhadap unsur TPK sebagaimana dimuat
dalam UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan TPK, serta telaah
terhadap unsur perdata seperti yang dirumuskan dalam pasal 1365 KUH
Perdata, perlu dilakukan pula telaah unsur pelanggaran disiplin PNS
6) Pihak-pihak yang diduga terlibat
Dalam menentukan pihak yang diduga terlibat harus dibedakan antara pihak
swasta dan pejabat/pegawai negeri sipil, ABRI, dan BUMN.
Identitas pelaku harus diungkapkan secara jelas, serta peranan dan tanggung
jawabnya dalam kasus tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
10
11
Bab II
Umum
1. Dasar Pemeriksaan
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan
3. Data Obyek/kegiatan yang Diperiksa
Bab III
Lampiran
12
Penjelasan
Bab I
Bab II
Umum
1. Dasar Pemeriksaan dapat bersumber dari :
- Perintah Menteri
- Surat perintah Inspektur Jenderal Departemen Kimpraswil
- Pendalaman hasil pemeriksaan lainnya: nomor & tanggal LHP
tersebut
- Pengaduan masyarakat
- Dan lain-lain.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan memuat uraian mengenai
masalah pokok yang menjadi sasaran dan ruang lingkup pemeriksaan,
misalnya masalah ganti rugi tanah, pengadaan barang, pemborongan
pekerjaan dan lain-lain dengan menyebutkan periode yang diperiksa
masa pemeriksaan dan jangka waktu pemeriksaan.
Selain itu, diuraikan pula prosedur dan teknik pemeriksaan yang
dipergunakan antara lain adalah konfirmasi, wawancara, pengamatan.
Juga, perlu diinformasikan apabila dijumpai hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam pemeriksaan
3. Data Obyek/Kegiatan yang Diperiksa
- Nama obyek yang diperiksa
- Departemen/lembaga non departemen
- Alamat obyek yang diperiksa
- Organisasi obyek yang diperiksa
Bab III
13
Jenis penyimpangan
Uraian tentang jenis penyimpangan hendaknya cukup singkat saja
atau lebih menekankan uraian klasifikasi penyimpangan. Di
samping itu, dalam uraian tersebut agar dihindarkan penjelasan
mengenai penyebab serta penjelasan lain yang sebenarnya harus
dimuat dalam Sub Bab tentang Penyebab dan Dampak
Penyimpangan.
(2)
(3)
faktor-faktor
penyebab
timbulnya
14
15
Contoh 1.
Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah
Inspektorat Jenderal
......................................................................
-------- Pada hari ini, ................... tanggal .................. jam ......... s/d ......... Waktu
Indonesia Bagian ................ kami/saya ..................................................... NIP
............................ pangkat ......................... (..............) jabatan .......................................
pada Inspektorat Jenderal Dep. Kimpraswil, berdasarkan Surat Tugas Nomor :
.................................. Tanggal : ....................... telah meminta keterangan kepada :
1. Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat Lahir
Tanggal Lahir/Umur
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan/Jabatan
NIP
Pangkat/Golongan
Nama Instansi
Alamat Instansi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tempat Tinggal
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..........................................Telp. ...........................
..............................................................................
..........................................Telp. ...........................
-------- Ia
diminta
keterangannya
dalam
masalah
..................................................................
...............................................................................................................................................
-------- Atas pertanyaan saya, yang bersangkutan memberikan jawaban/keterangan
sebagai berikut :
16
CATATAN
BAPK bukanlah sekedar media komunikasi antara pemeriksa dan pihak pemberi
informasi, namun juga merupakan media untuk mengkonfirmasikan temuan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak terkait.
Penyusunan pertanyaan-pertanyaan dalam BAPK harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Inventarisasi hal-hal/temuan yang akan dikonfirmasikan kepada pihak terkait;
2. Disiapkan bukti pendukung butir 1 di atas;
3. Atas dasar butir 1 dan 2 disusun pertanyaan-pertanyaan yang redaksinya harus
sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh diharapkan sesuai dengan
tujuan konfirmasi;
Jangan mengajukan pertanyaan yang tidak bersandar kepada butir 1 dan 2 dan atau
pertanyaan lain yang justru akan melemahkan substansi temuan itu sendiri tanpa dapat
ditangkal dengan pertanyaan lain dari pemeriksa.
4. Oleh karena itu, pertanyaan baku pada contoh BAPK di bawah ini, hanya
pertanyaan pada nomor 1, 2, 3, dan 41 saja
Sedangkan pertanyaan lain hanya contoh pertanyaan, bukan pertanyaan baku.
Pertanyaan tersebut dikembangkan sesuai dengan masalah, situasi, dan kondisi yang
ada.
17
PERTANYAAN
JAWABAN
1.
Apakah Saudara mengerti mengapa hari ini diminta keterangan oleh pemeriksa?
1.
Jawaban : ...........................
2.
Apakah Saudara pada saat ini berada dalam keadaan sehat jasmani dan rohani,
serta bersediakah saudara memberikan keterangan sehubungan dengan kasus
...............?
2.
Jawaban : ...........................
3.
4.
5.
Harap Saudara ceritakan segala masalah yang Saudara ketahui mengenai kasus
tersebut pada no. 2 di atas, jalan ceritanya (modus operandi), siapa saja pelakunya,
siapa saja yang bisa memberikan keterangan/mengetahui tentang kasus tersebut
dan apakah ada yang menyangkut Harta/kekayaan Negara?
5.
Jawaban : ...........................
6.
7.
8.
9.
10.
Harap Saudara jelaskan tentang tugas pekerjaan yang dibebankan dan menjadi
tanggung jawab Saudara !
10. Jawaban : ...........................
11.
Dimana Saudara melaksanakan tugas pekerjaan tersebut dalam jawaban no. 10 itu?
11. Jawaban : ...........................
12.
Sejak kapan Saudara mulai melakukan tugas pekerjaan seperti jawaban no. 10 itu?
12. Jawaban : ...........................
13.
18
14.
15.
Siapa-siapa saja yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung baik
atasan/bawahan dengan tugas pekerjaan seperti tersebut dalam jawaban no. 10?
15. Jawaban : ...........................
16.
17.
18.
19.
20.
Apakah Saudara telah bekerja dengan jujur, tertib dan cermat untuk kepentingan
Negara?
20. Jawaban : ...........................
21.
Apakah dalam tugas kedinasan, Saudara telah melaksanakan tugas dengan penuh
pengabdian dan tanggung jawab?
21. Jawaban : ...........................
22.
Apakah Saudara telah melaporkan kepada atasan dengan segera pada waktu
Saudara mengetahui ada hal yang membahayakan/merugikan Negara dalam
bidang keuangan, material, dan keamanan?
22. Jawaban : ...........................
23.
24.
25.
26.
27.
19
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Mengapa Saudara melakukan perbuatan tersebut dan apakah yang dijadikan dasar
sehingga Saudara telah melakukan perbuatan/perbuatan-perbuatan seperti tersebut
dalam pertanyaan dan jawaban no. 31?
34. Jawaban : ...........................
35.
Siapakah yang memerintahkan Saudara untuk melakukan perbuatan/perbuatanperbuatan seperti tersebut dalam pertanyaan dan jawaban no. 31?
35. Jawaban : ...........................
36.
Dalam melakukan perbuatan seperti dalam jawaban no. 31, sadarkah Saudara
bahwa telah melanggar larangan/tidak melaksanakan kewajiban sebagai seorang
Pegawai Negeri/Aparatur Negara?
36. Jawaban : ...........................
37.
Kalau sadar mengapa melakukannya dan apa tujuan yang ingin Saudara capai
dalam melakukan pelanggaran tersebut?
37. Jawaban : ...........................
38.
20
39.
Apakah Saudara merasa bersalah dan bagaimana sikap Saudara selanjutnya atas
perbuatan melakukan pelanggaran tersebut di atas?
39. Jawaban : ...........................
40.
Apakah ada hal-hal lain yang perlu Saudara sampaikan kepada peminta keterangan
dalam kesempatan ini :
40. Jawaban : ...........................
41.
Sampai di sini permintaan kami/saya hentikan dan Berita Acara Permintaan Keterangan
ini dilihat dan dibaca sendiri oleh yang bersangkutan, dan telah membenarkan semua
keterangannya, kemudian menandatangani di bawah ini dan membubuhkan parafnya
pada halaman-halaman di muka.
Yang memberikan
keterangan,
( ...............................)
Demikian Berita Acara Permintaan Keterangan ini kami/saya buat dengan sebenarnya,
dengan mengingat sumpah jabatan kami/saya sekarang ini, kemudian ditutup serta
ditandatangani pada hari ini dan tanggal seperti di atas.
Yang meminta
keterangan,
1. ...............................
2. ...............................
21
Contoh 2.
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIP
Jabatan
:
:
:
..................................................................
..................................................................
..................................................................
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa adanya tekanan dalam
bentuk apapun dan pihak manapun dan selanjutnya tidak akan saya cabut dengan alasan
apapun.
.......................,........................... 200 ..
Yang membuat pernyataan,
Meterai
(_________________________)
Mengetahui : *)
Nama
:
Tanda Tangan :
NIP
:
Jabatan
:
*) Atasan langsung yang bersangkutan
22
BAB III
PEMERIKSAAN KHUSUS BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN TUGAS
RUTIN MAUPUN PEMBANGUNAN
Pemeriksaan khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan baik tugas yang bersifat rutin
maupun tugas pembangunan antara lain meliputi pemeriksaan khusus terhadap:
Kasus tidak lancarnya pelaksanaan pembangunan,
Kasus kolusi dan atau nepotisme,
Kasus disiplin pegawai negeri sipil/non pegawai negeri sipil,
Kasus
bendaharawan
dan
atau
kepala
kantor/satuan
kerja/pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek yang meninggal dunia atau melarikan diri,
Kasus pengadaan barang/jasa,
Kasus-kasus yang memerlukan penanganan segera.
1. Pemeriksaan Khusus
Pembangunan (KTLPP)
terhadap
Kasus
Tidak
Lancarnya
Pelaksanaan
a. Umum
Beberapa Pengertian
23
b)
c)
d)
e)
f)
Koordinasi,
Masalah tanah,
Sarana komunikasi dan atau telekomunikasi,
Kepastian hukum,
Faktor ekstern lainnya.
24
Rencana Pemeriksaan
25
26
27
28
Contoh 3.
BERITA ACARA KESEPAKATAN TINDAK LANJUT PENYELESAIAN HAMBATAN
Pelaksanaan
pada
Proyek/Kegiatan .
Pada hari ini ., tanggal ..bertempat di
telah dilaksanakan pertemuan untuk membahas dan memusyawarahkan langkah
penyelesaian hambatan .., yang dihadiri oleh wakil dari instansi/pihak :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Proyek ..
Nama
NIP
Nama
NIP
Dinas Propinsi ..
Pemilik/Penggarap Tanah .
Nama
NIP
Nama
Bawasda Provinsi .
Nama
NIP
Nama
NIP
29
Contoh 4.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KHUSUS KTLPP
BAB I
SIMPULAN PEMERIKSAAN
1. Simpulan
Kemukakan secara singkat dan jelas mengenai:
1) Hambatan pelaksanaan pembangunan yang terjadi,
2) Kegiatan yang telah dilakukan Tim Itjen untuk membantu penyelesaian hambatan
serta hasilnya (langkah-langkah yang telah disepakati untuk menyelesaikan
hambatan oleh masing-masing instansi/pihak terkait sesuai bidang tugasnya),
3) Permasalahan yang tidak memenuhi kriteria KTLPP yang ditemui
(temuan/informasi lainnya).
2. S a r a n
Kemukakan saran-saran dalam rangka:
1) Mengamankan dan melancarkan langkah-langkah untuk mengatasi hambatan
yang telah disepakati,
2) Permasalahan yang tidak memenuhi kriteria KTLPP seperti yang diungkapkan
dalam temuan /informasi lainnya.
BAB II
URAIAN HASIL PEMERIKSAAN
A. UMUM
1. Dasar Pemeriksaan
Surat Perintah Tugas Inspektur Jenderal Dep. Kimpraswil
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan
Kemukakan secara jelas dan singkat sasaran dan ruang lingkup pemeriksaan
3. Prosedur Pemeriksaan :
Pernyataan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan APFP
4. Data Umum
1) Nama Proyek/Kegiatan
: Cukup Jelas
2) Nama Pimpinan/Proyek/Kegiatan
: Cukup Jelas
3) Departemen/Lembaga
: Cukup Jelas
4) Lokasi Proyek/kegiatan
:
(Apabila diperlukan)
5) Pembiayaan dan sumbernya.
Untuk LOAN/KREDIT dikemukakan pula dari mana
6) Tujuan, kegiatan dan realisasi proyek.
(1) Agar diuraikan tujuan dibangunnya proyek yang bersangkutan
(2) Agar diuraikan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan proyek
dalam mencapai tujuan.
(3) Realisasi fisik dan keuangan serta perbandingannya dengan rencana,
diperlukan untuk mendukung uraian permasalahan pada butir B.1 di
bawah. Apabila diperlukan rincian dari realisasi fisik dan keuangan
tersebut, agar dimuat dalam lampiran.
7) Informasi umum yang dianggap perlu/penting untuk menunjang permasalahan
yang akan dibahas.
30
B. Hasil Pemeriksaan
1. Permasalahan dan langkah penyelesaian
Permasalahan Hambatan
(1) Uraikan secara jelas :
Permasalahan kasus hambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya
(penyebab antara dan penyebab utama),
Instansi/pihak yang terkait dengan permasalahan tersebut.
Untuk menentukan penyebab utama perlu penelitian yang mendalam
misalnya:
Keterlambatan pembangunan jalan karena beberapa gardu listrik belum
dipindahkan (penyebab antara).
Belum dipindahkan gardu listrik tersebut karena masyarakat tidak bersedia/
berkeberatan untuk dipakai tanahnya apabila tanpa ganti rugi (penyebab
utama)
2. Langkah Penyelesaian
Uraikan kegiatan apa saja yang dilakukan Itjen Dep. Kimpraswil (tim pemeriksa)
dalam rangka membantu penyelesaian masalah hambatan, seperti :
(1) Penelitian/wawancara dengan masing-masing instansi/pihak yang terkait
secara terpisah.
(2) Pertemuan dengan masing-masing instansi/pihak terkait dalam rangka
menetapkan/menyepakati langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan
kewenangan dan bidang tugas masing-masing (Apabila perlu dapat
diselenggarakan bersama Pemda/Bappeda).
(3) Langkah-langkah yang telah dilaksanakan oleh instansi/pihak terkait sebelum
penyusunan LHP (kalau ada)
3. Temuan/Informasi lainnya
Dalam pemeriksaan KTLPP tidak tertutup kemungkinan ditemui informasi/temuan
yang tidak termasuk kriteria KTLPP, namun perlu dikemukakan.
Sebagai contoh:
penyimpangan intern yang memerlukan perbaikan (a.l.
pengendalian
intern),
kasus
penyelewengan
yang
memerlukan tindak lanjut, dan sebagainya.
BAB III
SARAN TINDAK LANJUT
Kemukakan saran-saran dalam rangka:
1. Mengamankan dan melancarkan pelaksanaan tindak lanjut atas langkah-langkah
yang telah disepakati sesuai dengan Berita Acara Kesepakatan Tindak Lanjut
Penyelesaian Hambatan.
2. Permasalahan yang tidak termasuk kriteria KTLPP seperti yang diungkapkan dalam
informasi lainnya (lihat butir II. B.2).
31
:
:
:
Pelaksanaan Tindak Lanjut oleh Instansi Terkait
Nama Instansi
No. & Tgl. Surat
Uraian Tindak Lanjut
3
4
5
Keterangan
Contoh 5.
: Bentuk Kartu Monitoring tersebut dapat dikembangkan atau disesuaikan dengan kebutuhan pemantauan.
Catatan
32
Petunjuk Pengisian
Kolom (1)
: Cukup Jelas.
Kolom (2)
: Sebutkan langkah yang harus dilakukan oleh Instansi terkait sesuai Berita Acara Kesepakatan Tindak Lanjut Penyelesaian Hambatan
Kolom (3,4,5) : Diisi nama instansi (kolom 3), nomor dan tanggal surat (kolom 4), dan langkah tindak lanjut yang telah dilaksanakan oleh obyek
terperiksa maupun oleh instansi terkait (kolom5).
Kolom (6)
: Untuk hal-hal penting lainnya yang tidak tertampung dalam kolom 1 s.d. 5
No.
Nomor LHP
Nama Obyek Pemeriksaan
Pokok Permasalahan
33
Tata cara Penyelesaian kasus disiplin Pegawai Negeri Sipil mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 30 tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
4. Pemeriksaan Khusus terhadap Kasus Bendaharawan dan atau Kepala
Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek yang Meninggal
Dunia atau Melarikan Diri
a. Pengertian
Inspektur Jenderal dapat memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan
khusus terhadap kasus Bendaharawan dan atau Kepala Kantor/Satuan
Kerja/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek yang meninggal dunia atau melarikan
diri sebagai tindak pendahuluan untuk mengamankan kepentingan Negara.
Setiap yang mengakibatkan kerugian negara perlu segera diambil tindakan
untuk memulihkan kembali kekayaan Negara, sesuai ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Usaha tersebut harus
dilakukan semaksimal mungkin melalui proses penyelesaian Tuntutan
Perbendaharaan (TP) dan atau Tuntutan Ganti Rugi (TGR).
Kerugian Negara adalah berkurangnya Kekayaan Negara yang disebabkan
oleh suatu tindakan melanggar hukum/kelalaian seseorang dan/atau
disebabkan suatu keadaan di luar dugaan dan kemampuan manusia (force
majeure).
Tuntutan Perbendaharaan (TP), merupakan suatu tata cara perhitungan
(rekening proses) terhadap Bendaharawan, jika dalam pengurusannya terjadi
kekurangan perbendaharaan.
Tuntutan Ganti Rugi (TGR) berdasarkan ICW pasal 74, adalah suatu proses
yang dilakukan terhadap Pegawai Negeri bukan Bendaharawan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam
pelaksanaan tugas kewajibannya.
b. Tata Cara Pemeriksaan
Tata cara pemeriksaan khusus ini dapat mengacu kepada Keputusan Menteri
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Nomor: 54/KPTS/M/2000 tanggal
13 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara
Di Lingkungan Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, serta
mengacu kepada tatacara pemeriksaan khusus sebagaimana tercantum
dalam Bab II.
5. Pemeriksaan Khusus terhadap Kasus Pengadaan Barang/Jasa
a. Pengertian
Pengertian barang/jasa menurut ketentuan Keppres No. 18 tahun 2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah
adalah:
34
Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian yang meliputi
bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, peralatan, yang
spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa (Bab I pasal 1.5).
Jasa lainnya, adalah segala pekerjaan dan atau penyediaan jasa selama
jasa konsultansi, jasa pemborongan dan jasa pemasokan barang (Bab I
pasal 1.8).
terhadap
Kasus-Kasus
yang
Memerlukan
35