Oleh :
Elly Elvira ( 101.0035 )
Fitria Gita N. ( 101.0043)
M. Faris S.B ( 101.0073)
Najmi Layalia ( 101.0075 )
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dari aspek sosial budaya .
BAB 2
PEMBAHASAN
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu
aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.
Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum
muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang
semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki
kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara
Pembaharuan 14 Maret 1997).
non-personal atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat
keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu
mencakup interaksi antara orangtua dan anaknya yang saling menyayangi,
interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara suami dengan istri, atau
interaksi antar teman dekat dan saudara.
Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab.
Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab. Termasuk
juga ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi
antar sesama penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja,
interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya.
rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk menganti tugastugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu dikala masih muda
dahulu.
Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat yang meyangkut kegiatan
sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena
kesehatan dan pendapatan yang menurun setelah mereka pensiun. Akibat dari
menurunnya kesehatan dan pendapatan, maka mereka perlu menjadwalkan dan
menyusun kembali pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang
berbeda dengan masa lalu.
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia
dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut
usia
Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan
khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:
Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan
penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada
pihak lain.
Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis
mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan
sekitarnya.
Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja
muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan
mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa
menganggur.
Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,
polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.
undang undang, tradisi dank ode moral. Pada saat yang terdahulu sudah keluar
dari mode atau kurang bias diterima dan menjadi sumber konflik yang potensial
(Elling, ((1977).
b. Enkulturasi
Adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai. Melalui
proses ini oran bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri. Anak-anak
melihat orang tua dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi perilaku.
Pola- pola perilaku menyajikan penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan
seperti, dilahirkan, maut, remaja, hamil, membesarkan anak, sakit penyakit .
c. Etnosentris
Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat penting
bagi perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang
terbaik dan menganggap ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang
rendah.
d. Stereotip
Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang
dibesar besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media
massa dan ilmu kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan tidak bekembangnya
pemikiran seseorang.
Penilaian terhadap budaya bersifat relatif . Budaya bersifat dinamis, adaptif dan
integratif.Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada kesimpulan
bahwa gagasan, perasaan dan perilakumanusia dalam kehidupan sosialnya
sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Demikianpula
pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat
akan diiringi denganperubahan perilaku dari individu yang hidup di
dalamnya.Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap
masalah -masalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam
kelompoknya. Interaksi keduanya membentuk suatu pola spesifik perilaku,
proses pikir,emosi dan persepsi individu atau kelompok dalam bereaksi terhadap
tekanan-tekanan kehidupan. Dengan demikian dapat dimengerti peranan budaya
dalam masalah kesehatan jiwa.
2.10.3 Sosial dan Kultural yang Mempengaruhi Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Yang dipakai sebagai pokok pembicaraan dari bab ini adalah tentang kesehatan
lansia yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan dari penyakit fisik saja ,
tetapi juga atas pengaruh dari sosial kultural . Sering kali perawat harus
merencanakan dan memberikan asuhan kepada individu / keluarga pasien lansia
yang kepercayaan kesehatannya berbeda dari faham perawat . Guna
memberikan pelayanan yang efektif dan cocok perawat harus mengenal
pentingnya pengaruh budaya dan lain - lain kultural .
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami
perubahan- perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua
perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa
perlu untuk bergaul diluar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini
akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di
dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang",
mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah
jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
2.11.2 Klasifikasi
Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para
lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple S,
yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat
harus selalu menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka
melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang
dideritanya.
Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan
berlanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya
kegairahan keinginan , peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan
suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang
membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa
atau kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk
tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberikan kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat
bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara
lanjut usia dan lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan majalah. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan
para klien lanjut usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit,
biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan,
ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa
jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi
kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar, agar merasa
masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama
yang tinggal dipanti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara
lain selalu mengadakan kontak dengan mereka, senasib dan sepenanggungan,
dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi lanjut usia dipanti werda.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menekati kematian, DR Toni
Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam faktor seperti, ketidakpastian
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering
menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan
keluarga/lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksireaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi
hidup ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat di manakah letak
kelemahan dan di mana letak kekuatan klien, agar perawat selanjutnya akan
lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah seelayaknya
perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat
Manusia / pasien
Kesehatan
Lingkungan
d.
Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada
pasien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.
2.12.3 Konsep Utama Teori Transkultural
1. Culture Care
Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan
serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan dan
kesehatan serta meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.
World View
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya
sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.
Culture and Social Structure Dimention
Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup
religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai
budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku
dalam konteks lingkungan yang berbeda
Generic Care System
Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung, memperoleh
kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk
menghadapi kecacatan dan kematiannya.
Profesional system
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang
memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal
serta melakukan pelayanan kesehatan secara professional.
Culture Care Preservation
Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional untuk
mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu
atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.
Culture Care Acomodation
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya tertentu
untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan kesehatan.
Cultural Care Repattering.
Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan keputusan
professional yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.
Culture Congruent / Nursing Care
Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan cara
hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan
keperawatan yang bermanfaat.
2.12.4 Transkultural Care Dengan Proses Keperawatan
Sunrise Model
Pengkajian dan
Diagnosis
Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun
demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat
diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsep yang
dikemukakan saling berhubungan.
3.
Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat
bahwa latar belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat)
yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian asuhan
keperawatan.
4.
Testabilitas teori
5.
Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek
keperawatan, karena teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan
budaya terhadap perilaku hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini sangat
relevan dengan penerapan praktek keperawatan komunitas.
7.
Konsistensi Teori
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Di dalam rumah Ny. A terdapat sebuah TV, Namun TV tersebut tidak pernah
difungsikan. Tidak ada fasilitas telepon di rumah Ny.A, Ny.A biasanya mendapat
kabar tentang anaknya dari tetangga yang juga merantau dan sedang pulang
kampung. Ny.A biasanya menggunakan jasa tukang becak untuk berpergian
sekedar membeli kebutuhan sehari-hari setiap satu minggu sekali. Ny.A mengaku
tidak terbiasaa menggunakan jasa kendaraan bermotor paada saat bepergian,
karena takut jatuh.
3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
Tipe keluarga yang ada pada kasus ini, adalah keluarga dengan lansia
didalamnya. Dimana lansia tersebut memiliki 2 orang anak yang merantau sejak
lioma tahun yang lalu.
4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Intervensi
Diagnosa 1
Tujuan atau Kriteria Hasil (NOC):
Pasien menunjukkan keterampilan interaksi sosial
Pasien menunjukkan keterlibatan sosial
Pasien memahami dampak perilaku diri pada interaksi sosial
Pasie menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki
interaksi sosial
Pasien mendapatakan / meningkatkan keterampilan interaksi sosial (mis;
kedekatan dan kerja sama).
Pasien mengungkapakan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain
Intervensi (NIC) :
Modifikasi perilaku keterampilan sosial : Membantu pasien mengembangkan atau
meningkatakan keterampilan sosial interpersonal.
Pembinaan hubungan kompleks : Membina hubungan yang terapeutik dengan
pasien yang kesulitan berinteraksi dengan orang lain.
Promosi integritas keluarga : Meningkatkan persatuan dan kesatuan keluarga.
Intervensi
Diagnosa 2
Tujuan/ Kriteria Evaluasi (NOC):
Pasien menunjukkan keterlibatan sosial ( interaksi dengan teman dekat,
tetangga, anggota keluarga,berpartisipasi sebagai sukarelawan pada aktivitas
atau organisasi,dan sebagainya)
Mulai membina hubungan dengan orang lain
Mengembangkan hubungan satu sama lain
Mengembangkan keterampilan sosial yang dapat mengurangi isolasi (mis,
bekerja sama)
Melaporkan adanya dukungan sosial (mis, bantuan dalam bentuk dari orang lain
dalam bentuk bantuan emosi, waktu, keuangan, tenaga, atau informasi )
Intervensi (NIC) :
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam
suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan pasien lansia biasanya dipelajari
pada masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara hidup mereka tidak berubah
selama beberapa generasi, walaupun mereka merupakan sumber data-data
bilogis yang penting dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi
untuk memikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka itu.
Perawat harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat
pasiendengan selalu mengadakan komunikasi efektif demi meningkatkan status
kesehatan lansia dan mendukung keberhasilan pemerintah dalam bidang
kesehatan berbasis publik .
4.2. Saran
Makalah dibuat berdasarkan kebutuhan seorang mahasiswa sebagai tanggung
jawabnya dalam menyelesaikan tugas sebuah mata kuliah. Diperlukan
bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing sehingga kiranya makalah
tersebut dapat menjadi sesuatu yang lebih berguna di masa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk
penyusunan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn & Oliver Slevin. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan : Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan
taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban
yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang
mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan
setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan
kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan.
B.
1.
2.
3.
RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian dari lansia?
Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4.
C. TUJUAN
a) Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman memperoleh
informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus
Lansia.
b) Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus
lansia.
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000).Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga
dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalahmasalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).
b) Teori teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi
katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna
biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer,
sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan
suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini
akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
fungsi tubulus berkurang.
a.
Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat
menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : hidup secara
dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the
ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah
diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat
dicakup oleh ego seseorang. manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anakanak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ingin
membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi, individu yang panjang umur
cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri
secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan
situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian
secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang
mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai
berikut :
Jumlah penduduk
: 987 jiwa
a) Laki laki
: 523 jiwa
b) Perempuan
: 464 jiwa
Pendidikan penduduk
: Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus
SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa
: Suku Jawa
Status perkawinan
: Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas
tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
Nilai dan kepercayaan
: Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama
: Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat
polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran
air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti
pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
b.
c.
d.
e.
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi. Apakah
dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan
warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan
komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan) untuk
melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling
berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
a.
B.Analisis data
Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan
biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.
No.
Data
Problem
1 Ds:
Diabetes pada lansia
- Kader
posyandu
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes namun
jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
Kebiasaan
terkontrol
Etiologi
hidup lansia
yang
tidak
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS:
Bidan
desaHipertensi
Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia banyak
posyandu lansia
yang menderita hipertensi
dan
lansia
malas
mengikuti
posyandu
lansia
yang
diselengarakan
setiap
bulannya.
3.
Ds:
Resiko
kerusakanPerubahan status kesehatan
Banyak
warga
yangintegritas kulit
mengeluh gatal-gatal pada
tubuhnya.
Do:
- Tubuh terlihat bintikbintik merah.
Diagnosa
:
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.
b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep
Kriteria penapisan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Dx. 1
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
3
Dx. 2
4
3
4
4
3
3
2
4
3
3
3
4
Dx.3 4
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
4
Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia
Skor :
13
42
40
39
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121
c. Rencana Tindakan
Diagnosa
Diabetes
berhubungan
dengankebiasaan hidup
lansia
yang
tidak
terkontrol
ditandai
dengan 35 % lansia
menderita diabetes
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC