DISLIPIDEMIA
PADA
PASIEN
YANG
DIRAWAT
DI
RS
Metode : Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengetahui manajemen dislipidemia
pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas. Dilakukan random
sampling untuk mendapatkan 30 orang pasien dislipidemia yang dirawat di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin selama penelitian yaitu 1 Oktober 2014 sampai 1
November 2014.
.
Hasil : . Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien dislipidemia lebih banyak pada
laki-laki (56,7%). Dislipidemia paling banyak terjadi pada usia 50-59 tahun (40%). Pasien
dengan dislipidemia kebanyakkan menggunakan obat dari golongan statin yaitu simvastatin
(90%). Mereka rata-rata olahraga cuma 1 kali 1 minggu(56,7%) minimal 30 menit untuk satu
sesi. Individu yang menderita dislipidemia rata-rata tidak merokok (73,3%) Saran dari
penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lanjut dengan sampel dan waktu yang
lebih besar serta memperhatikan faktor-faktor risiko lain agar diperoleh hasil yang lebih
akurat dan bervariasi.
1. Latar Belakang
Menurunkan kadar kolesterol total serum merupakan strategi yang ideal untuk
mengurangi beban penyakit kardiovaskular pada pasien dengan dislipidemia. Obat penurun
kolesterol yang poten, aman dan sangat efektif tersedia dalam bentuk statin, dan ada banyak
metode murah untuk mengidentifikasi mereka yang membutuhkan untuk menurunkan
kolesterol serum mereka. Selain daripada intervensi farmakologik, intervensi nonfarmakologik juga harus diberi perhatian. Hal berkaitan dengan gaya hidup seperti diet yang
seimbang, olahraga rutin, dan menghidari dari merokok dapat memberi kesan yang besar
terhadap control penyakit dislipidemia.
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen dislipidemia pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin bagi periode 1 Oktober 2014-31 Oktober
2014.
3. Metode penelitian
Pada penelitian ini dilakukan observasi data untuk mengetahui manajemen dislipidemia
pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin bagi periode 1
Oktober 2014- 1 November 2014 dan dilakukan pengumpulan data laboratorium dan
kuestioner. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia.
Populasi pasien adalah semua penderita dislipidemia yang dirawat di RS Unhas selama
periode 01 Oktober 1 November tahun 2014. Sampel pula terdiri dari semua penderita
dislipidemia yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin yang
memenuhi kriteria inklusi. Tehnik pengambilan sampel adalah penderita dikelompokkan
menjadi dislipidemia dengan manajemen non-farmakologi, farmakologi dan campuran secara
matching sampling berdasarkan kelompok umur.
Kriteria inklusi adalah semua penderita dislipidemia yang dirawat di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin selama periode 01 Oktober 1 November 2014 dan
memiliki memiliki hasil pemeriksaan laboratorium profil lipid yang lengkap.
Kriteria eksklusi adalah mungkin pasien merokok, pasien dengan penyakit penyerta dan
komplikasi dan data yang diperlukan tidak lengkap.
Peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan mengunjungi pasien dislipidemia
dan memberi lembar kuestioner menyangkut karakteristik demografi (diet dan olahraga) dan
PERSENT
VALID
PERCENT
CUMULATIVE
PERCENT
Laki-laki
17
56.7
56.7
56.7
Perempuan
13
43.3
43.4
100.0
30-39thn
10.0
10.0
10.0
40-49thn
10.0
10.0
20.0
50-59thn
12
40.0
40.0
60.0
60-69thn
11
36.7
36.7
96.7
70-79thn
3.3
3.3
100.0
41.0
41.0
41.0
16.4
16.4
57.4
Jenis Kelamin
Umur
Distribusi
mengikut kadar
lipid
Kolesterol total 25
(>200mg/dl)
HDL
10
(<40mg/dl)
LDL
(>160mg/dl)
16
26.2
26.2
83.6
10
16.4
16.4
100.0
27
90.0
90.0
90.0
10.0
10.0
100.0
26.7
26.7
26.7
22
76.3
76.3
100.0
20.0
20.0
20.0
17
56.7
56.7
76.7
20.0
20.0
96.7
3.3
3.3
100.0
Trigliserida
(>200mg/dl)
Lipid
drugs
lowering
Simvastatin
Lovastation
Lifestyle
Merokok
Tidak merokok
Olahraga
Tidak
1 kali
2 kali
3 kali
Tabel 1 Distribusi dislipidemia mengikut jenis kelamin, umur, kadar lipid, lipid lowering
drugs dan lifestyle
Distribusi pasien dislipidemia mengikut jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dari 30 subjek penelitian, sebanyak 17 orang (56,7%)
merupakan penderita laki-laki dan 13 orang (43,3%) merupakan perempuan. Distribusi pasien
dislipidemia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel dan grafik 5.2.1
orang (26,2%), trigliserida sebanyak 10 orang (16,4%) dan kadar HDL rendah yaitu 10 orang
(16,4%).
Pada penelitian ini, melalui gambar diperoleh bahwa distribusi frekuensi pasien
dengan jenis kelamin pria lebih banyak dibanding wanita yaitu sebanyak 56,7% dari seluruh
jumlah pasien yang menjadi sampel. Secara teoritis, menurut Lennep 2002, kejadian
dislipidemia pada laki- laki lebih besar dari wanita. Hal yang mempengaruhi tingginya resiko
jenis kelamin pria terhadap kejadian penyakit jantung koroner dengan dislipidemia adalah
multifaktorial dimana kebiasaan merokok, hipertensi, faktor stress lebih banyak dialami oleh
pria.
Sebagian besar individu dengan dislipidemia mempunyai kadar kolesterol total yang
tinggi (>200mg/dl). Menurut penelitian yang dijalankan oleh A. F. Al-Kaabba et al, rata-rata
pasien laki-laki memiliki ratio TC/HDL yang tinggi antara kelompok usia 45-54 tahun,
menandakan kelompok ini lebih cenderung terkena penyakit arteri koroner.
Menurut kejadian dislipidemia mengikut kelompok umur, kasus dislipidemia banyak
ditemukan pada kelompok umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 12 orang. Menurut Mc Auley et
al, disregulasi metabolisme kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar LDL-C,
sedangkan studi populasi telah secara konsisten menunjukkan bahwa LDL-C meningkat
dengan usia pada laki-laki dan perempuan. Alasan untuk peningkatan LDL-C pada kedua
jenis kelamin masih belum diketahui. Selain mekanisme intrinsik yang berkontribusi terhadap
kenaikan LDL- C dengan usia masih kurang lengkap; namun gambaran potensi penyebab
sudah mulai muncul. Sebuah penemuan signifikan bahwa ada pengurangan bertahap dalam
tingkat clearance LDL-C dari sirkulasi seiring dengan usia. Bagi menguatkan penemuan ini,
ada bukti bahwa reseptor hepatik LDL-C berkurang sesuai usia pada sesetengah spesis.
Berdasarkan jenis lipid lowering drug yang dikonsumsi oleh pasien, didapatkan
sebagian besar pasien yaitu sebanyak 27 orang mengkonsumsi obat simvastatin. Hanya
sebagian kecil yang mengkonsumsi lovastatin. Dari 4 kelas lipid modification drug yang ada,
statin adalah obat yang paling banyak diresepkan, mempunyai toleransi paling baik dan agen
yang paling efektif. Statin menurunkan LDL-C dengan menghambat HMG-CoA reduktase,
enzim yang mengkatalisis rate-limiting step membatasi sintesis kolesterol. Penurunan
konsentrasi kolesterol hepatosit merangsang peningkatan ekspresi reseptor LDL hepatic yang
mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Beberapa uji klinis yang besar dengan statin telah
menunjukkan keberhasilan obat golongan statin dalam menurunkan LDL-C sebesar 24%,
60% pada pasien dengan hiperkolesterolemia dengan cara yang tergantung dosis (dose
dependant) dan mengurangi trigliserida sebesar 10% sampai 29%. Statin juga dikatakan dapat
meningkatkan kadar HDL-C sebanyak 12%. Obat golongan Statin yang tersedia di pasaran
saat ini dibedakan potensi menurunkan kadar LDL-C mengikutdosis tertentu.Hasil uji klinis
yang vesar telah menunjukkan secara tegas bahwa statin mengurangi kejadian peristiwa
CHD, termasukinfark miokard, kematian koroner, stroke, dan kematian total. Monoterapi
dengan statin dapat ditoleransi dengan baik dan hanya terkait dengan beberapa efek samping,
namun efek samping yang paling serius adalah toksisitas hati dan otot rangka.10
Hanya sebagian kecil individu dengan dislipidemia yang merokok yaitu sebanyak 8
orang. Adapun merokok, banyak penelitian telah mencatat hubungan terbalik antara merokok
dan Tingkat HDL-c, (Hegarty et al, 1982;.. Umeda et al, 1998) yang dalam hubungannya
dengan perubahan dalam sifat anti-aterogenik HDL-c adalah salah satu mekanisme yang
disarankan dimana merokok meningkatkan risiko arteriosklerosis koroner. Tingkat trigliserida
di seluruh serum juga telah ditemukan meningkatkan pada perokok (PHILLIPS et al., 1981).
Phillips et al telah melaporkan hubungan positif antara jumlah merokok dan beta lipoprotein
dan mengemukakan bahwa efek ini adalah sekunder yang menyebabkan kadar trigliserida
yang lebih tinggi pada perokok. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
telah dijalankan oleh Hegarty et al, 1982;.. Umeda et al dan Phillips et al di mana sebagian
besar individu dengan dislipidemia adalah bukan perokok.11
Kekerapan olahraga individu dengan dislipidemia dalam tempoh waktu 1 minggu
dapat dilihat dari tabel 1. Didapatkan sebagian besar individu yaitu 17 orang berolahraga 1
kali dalam 1 minggu, minimal 30 menit setiap sesi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Moghadasi et al menunjukkan hubungan banding terbalik antara gaya hidup tidak sehat dan
angka kejadian dislipidemia yaitu gaya hidup tidak sehat menebabkan angka kejadian
dislipidemia yang lebih tinggi. Analisis regresi linier umum menunjukkan bahwa frekuensi
latihan secara independen terkait dengan profi lipid darah pada pria. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 51,1% laki-laki dan 62,8% perempuan memiliki gaya hidup dan hanya
14,4% dari laki-laki dan 2,2% perempuan lebih dari 2 jam per minggu berpartisipasi dalam
mengatur program latihan. Efek menguntungkan dari aktivitas fisik secara teratur pada
peningkatan kadar HDL-c dan mengurangi tingkat trigliserida telah diamati (NIKKILA et al,
1978;. Umeda et al, 1998.). Nikkila et al. telah melaporkan bahwa pelatihan ketahanan
dikaitkan dengan peningkatan adaptif pada aktivitas lipoprotein lipase (LPL) tidak hanya di
otot rangka, tetapi juga di jaringan adiposa dan bahwa tinggi tingkat HDL-c dari orang yang
aktif secara fisik mungkin menyumbang setidaknya sebagian, kepada peningkatan aktivitas
LPL dan rapid turnover trigliserida-kaya lipoprotein. Dalam penelitian ini, berolahraga 1 jam
per minggu atau lebih memiliki hubungan positif dengan tingkat HDL-c, namun tidak
mencapai statistic yang signifikansi.12
Bagi intervensi diet, evalusai menyeluruh tidak dapat dilakukan karena rata-rata
pasien tidak dapat memberi maklumat yang cukup untuk dievaluasi.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang penyakit jantung koroner dengan
dislipidemia pada pasien yang dirawat di RS UNHAS Makassar periode 1 Oktober 31
Oktober 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut:
I.
II.
III.
(43.33%).
Pasien dengan dislipidemia sebagian besar mengkonsumsi obat dari golongan statin
IV.
V.
minimal 30 menit.
Pasien dislipidemia rata--rata tidak merokok (73,3%)