Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PERMOHONAN

KERJA PRAKTEK

PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN KUALITAS UDARA EMISI DAN


AMBIEN JOB PERTAMINA TALISMAN JAMBI MERANG TANJUNG
JABUNG TIMUR JAMBI DALAM RANGKA PENGELOLAAN KUALITAS
LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
SATITI NURWASINI WIJATI
L2J 009 079

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Telah disetujui proposal kerja praktek ini :


Pada tanggal

Desember 2012

Yang Disusun Oleh

: Satiti Nurwasini Wijati ( L2J 009 079)

Judul

: Pemantauan dan Pengukuran Kualitas


Udara Emisi dan Ambien JOB
PERTAMINA TALISMAN JAMBI
MERANG TANJUNG JABUNG TIMUR
JAMBI dalam rangka Pengelolaan Kualitas
Lingkungan

Menyetujui,

Ketua Program Studi

Koordinator

Teknik Lingkungan

Kerja Praktek

Ir. Syafrudin, CES, MT


NIP 195811071988031001

Ir. Dwi Siwi Handayani, MSi


NIP. 196412021999032001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lingkungan global sedang mengalami perubahan lebih cepat daripada
yang pernah terjadi sebelumnya. Konsumsi energi, air, dan sumber daya alam
tidak terbaharui meningkat boleh jadi menyebabkan kelangkaan di beberapa
bagian wilayah Indonesia. Selain itu, perkembangan pembangunan dewasa ini
telah menciptakan suatu pergeseran system nilai budaya, yakni peralihan dari
budaya agraris menjadi budaya masyarakat industri. Mulai dari pertumbuhan
penduduk yang cepat, pemanfaatan sumber daya alam yang tidak diimbangi
oleh daya dukung alam, dan masalah konversi lahan yang semakin meluas.
Pada dasarnya, pembangunan adalah pendayagunaan sumber daya dengan
melbatkan manusia, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, namun,
bukan hanya dampak positif yang dihasilkan, tetapi juga terdapat dampak
negatif yang bisa dirasakan.
Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia di satu pihak
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat seiring
dengan jumlah penduduk yang kian meningkat. Di lain pihak daya dukung
lingkungan akan terus menurun sebagai akibat dari suatu kegiatan atau usaha
yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Dalam hal ini,
peningkatan industri yang tidak diikuti dengan kegiatan pengelolaan
lingkungan hanya akan menambah bahan pencemaran yang memberi
ancaman yang nyata terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup akan berguna dalam
pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan serta dilaksanakan
dengan kebijaksanaan secara terpadu dan menyeluruh. Hal ini dilakukan
sebagai wujud pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkuingan Hidup. Kegiatan
pengelolaan

dan

pemantauan

lingkungan

sangat

diperlukan

untuk

mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Setiap usaha dan


atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup dan perlu dianalisa sejak awal perencanaannya, sehingga langkah
pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat
dipersiapkan sedini mungkin. Adanya hasil samping (limbah) dari kegiatan
produksi yang dilakukan oleh perusahaan industri telah menjadi fungsi
lingkungan tidak sesuai dengan peranannya, bahkan telah menimbulkan
dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia saat
ini mendorong aktivitas manusia yang selalu dinamis dalam berbagai bidang.
Terkait dalam aspek pemenuhan kebutuhan hidup, sektor industri sebagai
salah satu sarana penunjangnya pun semakin tumbuh subur di berbagai
kawasan. Begitu pula dengan pembangunan berkelanjutan telah menjadi
konsep

terdepan,

Pembangunan

berkelanjutan

merupakan

suatu

pembangunan, yang sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini tetapi tidak
membahayakan kesempatan bagi generasi yang akan datang. Maka, dalam
memasuki era globalisasi dunia dimana industri berkembang dengan pesat
harus mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan. Berkembangnya
industri akan mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
pekerjaan, dan sumber peningkatan eksport. Oleh sebab itu, sektor ekonomi
industri harus mulai memasukkan unsur ekologis ke dalam setiap aspek
pembangunan, sehingga dapat mendukung dimulainya konsep pembangunan
berkelanjutan untuk kemajuan suatu negara.
Berkenaan dengan hal itu, maka sebuah institusi perguruan tinggi
sebagai lembaga pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif,
inovatif dan berwawasan luas, perguruan tinggi diharapkan mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.

Bila tugas dan kewajiban yang dimiliki oleh institusi perguruan tinggi
tersebut tidak dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka dapat
dipastikan bahwa sumber daya manusia yang dihasilkan oleh institusi
perguruan tinggi di Indonesia akan tertinggal jauh dari negara lain. Dengan
demikian, suatu institusi perguruan tinggi dituntut untuk membuka diri,
bekerja sama dan berinteraksi dengan pihak manapun, tak terkecuali dengan
dunia industri, sebagai suatu strategi untuk mempersiapkan output yang
handal, berkemampuan optimal dan mampu bersaing dalam era globalisasi
dan perdagangan bebas. Dan dilain pihak, dunia industri pun menyambut
interaksi tersebut dengan penilaian yang positif dan saling menguntungkan.
Dunia pendidikan terutama perguruan tinggi, dan industri yang ada di
Indonesia

selalu

mengalami

masalah

yang

sama,

yaitu

terjadinya

ketidaksesuaian antara teori yang diberikan pada kuliah dengan aplikasi yang
terjadi dalam lapangan. Sebagai akibat yang ditimbulkan oleh hal ini adalah
lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi kurang mengenal dunia kerja
yang akan dihadapinya. Hal ini akan menjadi masalah yang cukup besar jika
dunia industri tidak melakukan tindakan preventif. Pelatihan dan keterlibatan
langsung di lapangan harus dilakukan terlebih dahulu kepada lulusan
perguruan tinggi tersebut agar mereka dapat mengenal pekerjaan yang
dijalani. Dengan demikian dapat terjadi pemahaman dan optimalisasi dalam
aplikasi teori-teori yang diberikan di perguruan tinggi dengan dunia industri.
Berdasarkan gambaran diatas, maka dengan ini kami memohon
adanya partisipasi dari JOB PERTAMINA TALISMAN JAMBI MERANG
TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI

berupa kesempatan kepada

mahasiswa untuk melakukan kerja praktek. Hal ini merupakan wujud dari
usaha untuk menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja, terutama dalam
dunia industri.

1.2.

Dasar Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek


Dasar dari kegiatan Kerja Praktek ini adalah :
1. Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Kurikulum

Program

Studi

Teknik

Lingkungan

Fakultas

Teknik

Universitas Diponegoro Semarang.


3. Mata kuliah Kerja Praktek yang harus diambil oleh mahasiswa.
1.3.

Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek pada kurikulum Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori pencemaran udara mengenai
proses pemantauan dan pengukuran kualitas udara emisi partikulat dan
ambien yang diperoleh di bangku kuliah dengan masalah yang terjadi di
lapangan.
3. Mengetahui mekanisme proses pemantauan dan pengukuran kualitas
udara emisi partikulat dan ambien yang dilakukan JOB PERTAMINA TALISMAN JAMBI MERANG
4. Terjadinya hubungan kerjasama yang baik antara dunia pendidikan dan
Perusahaan, khususnya JOB PERTAMINA

- TALISMAN JAMBI

MERANG

1.4.

Kegunaan Kegiatan Kerja Praktek


Kegunaan dari pelaksanaan kegiatan kerja praktek antara lain :
1. Merupakan salah satu mata kuliah dan syarat mengikuti ujian akhir atau
tugas akhir (TA) di Program Studi Teknik Lingkungan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses pemantauan dan
pengukuran kualitas udara dan ambien yang dilakukan JOB PERTAMINA
- TALISMAN JAMBI MERANG

3. Memberikan kesempatan bagi praktikan untuk mengembangkan keilmuan


dan keahlian yang telah dipelajari pada perkuliahan
4. Mengenalkan dunia kerja pada salah satu bidang keahlian sarjana Teknik
Lingkungan, khususnya bagi praktikan.
1.5.

Lokasi Kerja Praktek


Kantor Pusat JOB PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG
berada di Jakarta dan Fieldnya berada di Jambi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Umum
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan merupakan instrumen
manajemen lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh sesuatu perusahaan
dalam

implmentasi

kegiatannya

dilapangan.

Sesuatu

pengelolaan

lingkungan perlu dipantau untuk mengetahui sejauh mana efektivitas


pengelolaan lingkungan tersebut (Tuhana T.A, 2002)
2.2.

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,

penataan,

pemeliharaan,

pengawasan,

pengendalian,

pemulihan,

dan

pengembangan lingkungan hidup.


2.2.1. Kelompok aktivitas pengelolaan dan tujuannya
Menurut Tuhana Taufiq Andriana dalam buku Audit Lingkungan,
kelompok aktivitas pengelolaan adalah :
a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
dampak negatif lingkungan melalui pemilihan alternatif kegiatan, tata
letak lokasi, dan rancang bangun proyek.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan

untuk

menanggulangi,

meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul


disaat usaha atau kegiatan itu beroperasi, maupun hingga saat usaha atau
kegiatan itu beroperasi, maupun hingga pada saat usaha atau kegiatan itu
berakhir (termasuk penglolaan dampak sisa).
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga dampak
tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada pemrakarsa
maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak
positif tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi
lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya

kerena tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi
dan atau ekologis sebagai akibat dari usaha atau kegiatan yang
bersangkutan)
2.2.2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan
Menurut Tuhana Taufiq Andriana dalam buku Audit Lingkungan, Untuk
menangani dampak lingkungan akibat dari suatu usaha atau kegiatan, maka dapat
dilakukan dengan mengunakan salah satu dari beberapa pendekatan, seperti :
1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi merupakan pendekatan pengelolaan lingkungan
melalui penggunaan teknologi tertentu.
2. Pendekatan sosial ekonomi
Pendekatan sosial ekonomi merupakan upaya penanganan dampak melalui
tindakan-tindakan yang bermotivasikan sosial ekonomi.
3. Pendekatan institusi
Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan di
tempuh pemrakarsa dalam rangka penanganan dampak lingkungan akibat
dari suatu usaha atau kegiatan.
2.3.

Pemantauan Lingkungan
Menurut Vertel Yance, Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan,

pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut


prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan
dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang
dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu
tertentu (FISIP USU).
Pemantauan lingkungan berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap
mekanisme kerja suatu sistem pengelolaan lingkungan.
2.3.1. Manfaat Pemantauan Lingkungan
Menurut Tuhana Taufiq Andriana dalam buku Audit Lingkungan, secara
garis besar manfaat pemantauan lingkungan adalah:

1. Untuk menilai keragaan (Performance) suatu kegiatan atau kondisi


lingkungan menurut persyaratan teknis dan atau kondisi yang digariskan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sebagai upaya untuk memantau efektivitas kegiatan pencegahan,
penanggulangan, dan pengendalian dampak lingkungan.
3. Untuk mengindentifikasi sejak awal perubahan-perubahan lingkungan
yang bersifat negatif atau merusak sehingga upaya penanggulangan dapat
dilaksanakan sedini mungkin guna mencegah kerusakan lingkungan yang
lebih parah.
4. Dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk kompensasi atas
sumberdaya alam yang hilang atau rusak.
2.3.2. Jenis-jenis Pemantauan Lingkungan
Menurut vertel yance, jenis-jenis pemantauan lingkungan sebagai berikut :
1. Pematauan Kualitas Efluen (limbah)
Limbah adalah bahan keluaran berbentuk benda padat, cair dan gas yang
dihasilkan dari suatu sistem proses produksi. Menurut karakteristiknya, limbah
dapat digolongkan kedalam beberapa kategori yaitu limbah cair, limbah padat,
limbah gas dan partikel, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada
umumnya limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Volume limbah dari suatu sistem produksi dapat dikurangi dengan
cara :
a. Pengurangan dan penggunaan bahan baku dan bahan campuran
secara efisien (reduce),
b. Penggunaan kembali (reuse),
c. Daur ulang (recycling),

d. Perolehan kembali materi dan energi (recovery),


e. Memperpanjang daur hidup materi (life cycle assessment), yang
seluruhnya merupakan konsep minimisasi limbah.
Kadar racun limbah dapat dikurangi dengan cara melakukan treatment
tertentu. Beberapa teknik pengolahan limbah yang dikenal luas antara lain pengola

han secara biologis, mekanis, kimia dan radiasi. Untuk menjamin limbah yang
dilepas ke alam bebas tidak membahayakan makhluk hidup dan untuk menjaga
agar kualitas lingkungan tetap berada dalam batas yang ditoleransi, pemerintah
menetapkan Baku Mutu Limbah yang boleh dilepas ke alam bebas. Baku mutu
adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan batas maksimal kadar bahan yang
dikandung di dalam beberapa parameter tertentu antara lain BOD, COD, pH dan
Lemak.
Untuk memperoleh kualitas limbah yang berada di bawah ambang batas
baku mutu, harus dilakukan uapya pengelolaan yang memadai secara teknis.
Untuk menilai hasil pengelolaan limbah perlu dilakukan upaya pemantauan
lingkungan secara rutin. Tolok ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas
efluen adalah :
a. KEP-13/MEN LH/3/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
b. KEP-42/MEN LH/10/1996 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Eksplorasi Dan Produksi Migas.
c. KEP-48/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.
d. KEP-49/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Getaran
e. PerGub Sumsel No 16 tahun 2005 tentang peruntukan air dan baku mutu air
sungai
f. PerGub Sumsel no 18 tahun 2005 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan
industri, hotel, rumah sakit, domestik dan pertambangan batubara
g. Pergub Sumsel No 17 tahun 2005 Tentang baku mutu udara ambien.

2. Pemantauan Kualitas Ambien


Ambien adalah komponen lingkungan seperti air, udara, tanah, flora dan
fauna. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya semua makhluk hidup
membutuhkan kualitas lingkungan hidup yang memadai. Limbah yang dihasilkan
dari suatu proses produksi kemudian dilepas ke alam bebas tanpa melalui suatu
proses pengolahan, dapat menurunkan kualitas lingkungan. Jika kualitas
lingkungan sudah sedemikian buruk dapat mengancam kelangsungan hidup
organisme. Oleh karena itu setiap limbah yang akan di lepas ke alam bebas harus

diolah terlebih dahulu. Untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap berada
dalam batas toleransi, pemerintah menetapkan berbagai Baku Mutu Lingkungan
Ambien seperti Baku Mutu Udara, Baku Mutu Air, Baku Mutu Kebisingan. Baku
mutu air terkait dengan penggolongan air menurut peruntukannya. Ada beberapa
kelas dalam peruntukan badan air yaitu:

No
1

TABEL 2.1 PERUNTUKKAN GOLONGAN SUNGAI


KELAS
PERUNTUKKAN BADAN AIR/SUNGAI
I
Air yang digunakan sebagai air baku air minum,
pariwisata air, perikanan air tawar, penyiraman
tanaman dan peruntukkan lain yang sesuai dengan
mutu kebutuhannya.

II

Air yang digunakan perikanan air tawar, penyiraman


tanaman dan peruntukkan lain yang sesuai dengan
mutu kebutuhannya.

III

Air yang digunakan sebagai perikanan air tawar,


penyiraman tanaman dan peruntukkan lain yang sesuai
dengan mutu kebutuhannya.

IV

Air yang digunakan penyiraman tanaman dan


peruntukkan lain yang sesuai dengan mutu
kebutuhannya.

Sumber : Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pencemaran Air.


Kelas tersebut memiliki baku mutu standar ( Streamt Standart ) yang
bilamana konsentrasinya terlampaui setiap parameter ( baik fisika, kimia dan
biologi ) dapat dikatakan kondisi perairan tercemar. Model tersebut berlaku untuk
unsur pencemar yang bersifat non konservatif, konservatif pembuangan panas,
maupun zat radio aktif. Permasalahannya apabila kondisi perairan dibagian hulu
buangan titik ini sudah tercemari maka pengelolaannya tidak sesederhana
mungkin. Jika bagian hilir yang diperhitungan ternyata kondisi tercemar maka

pengelolaannya bisa dilakukan pada sumber buangan titik tersebut selama bagian
hulu belum mengalami pencemaran.
Untuk menentukan apakah suatu badan air telah tercemar perlu
diperhatikan beberapa variabel yaitu debit limbah, debit badan air penerima,
beban pencemaran maksimum, baku mutu air yang dikaitkan dengan
penggolongan air menurut peruntukannya. Untuk mencegah agar tidak terjadi
kondisi tercemar, perlu dilakukan pemantauan rutin terhadap kualitas limbah yang
dihasilkan dan badan air penerima. Tolok ukur yang digunakan untuk
mengevaluasikan kualitas ambien adalah :
a. PP 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
b. KEP-43/MEN LH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis
Lepas Di Daratan.
c. PP 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan
Laut.
d. PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
e. KEP-107/KABAPEDAL / III/1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara
f. Permen LH no 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
2.3.3. Ruang Lingkup Pemantauan lingkungan.
Menurut Tuhana Taufiq Andriana dalam buku Audit Lingkungan, Dalam
dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan, ruang lingkup pemantauan
lingkungan meliputi :
1. Jenis dampak (penting)
Jenis dampak (penting) yang hendak dipantau harus jelas. Setiap dampak
penting yang telah dikelola dilakukan pemantauan untuk mengetahui perubahan
apakah sesuai dengan sasaran pengelolaan atau tidak.
2. Faktor lingkungan yang dipantau

Faktor lingkungan yang dipantau adalah parameter atau variabel


lingkungan yang hendak dipantau karena mengalami perubahan (dampak).
3. Tolok ukur dampak
Tolok ukur dampak adalah ukuran sesuatu parameter atau variabel yang
telah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan atau kaidah ilmiah yang
dapat diperkenankan di lingkungan. Tolok ukur ini umumnya ditetapkan sebagai
baku mutu.
4. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi dimana parameter lingkungan yang
terkena dampak dilakukan pemantauan/pengukuran. Hasil pengukuran pada lokasi
inilah yang dapat dijadikan bahan penilaian efektivitas kegiatan pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan oleh suatu kegiatan atau usaha.
5. Periode pemantauan
Periode pemantauan adalah jangka waktu pengukuran sesuatu parameter
lingkungan pada suatu lokasi/tempat tertentu yang ditetapkan dalam Rencana
Pemantauan lingkungan.
6. Metode pemantauan
Dalam melaksanakan pemantauan, maka metodenya harus ditetapkan
sesuai dengan jenis dan sifat dari parameter lingkungan yang hendak dipantau.

7. Pendayagunaan hasil pemantauan


Hasil pemantauan merupakan bahan masukan untuk penyempurnaan
pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan. Hasil pemantauan ini
merupakan ukuran kinerja sesuatu kegiatan atau usaha (perusahaan) dalam
pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.
2.4.

Perkembangan Industri dan Bahan Pencemar


Perkembangan industri yang semakin pesat dapat meningkatkan

taraf hidup masyarakat dengan terbukanya lapangan pekerjaan, akan tetapi perlu
dipikirkan juga efek sampingnya yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat
berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas. Limbah gas pada industri
dapat menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara disebabkan adanya
unsur zat yang seandainya ada di atmosfer memberikan dampak buruk terhadap

kesehatan manusia, hewan, tumbuhan atau kehidupan manusia, merusak harta


benda, atau mengganggu kenyamanan hidup dan penggunaan harta benda.
Adapun Sembilan kelompok bahan pencemar penting yakni :
1. Suspended Particular Matter (SPM)
Butir butir partikulat seperti debu, karbon, asbestos, tembaga,
arsenic, cadmium, Nitrat (NO3) dan butir butir cairan kimia seperti
sulfuric acid (H2SO4), Minyak PCBs, Dioxins dan berbagai pestisida.
2. Senyawa mengandung sulfur
Sulfur Oksida, terdiri atas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida
(SO3)
3. Karbon Oksida
Karbon Oksida terdiri dari Karbon Monoksida (CO) dan karbon
dioksida (CO2)
4. Senyawa mengandung nitrogen
Nitrogen Oksida yakni Nitric Oksida (NO), Nitrogen Dioksida
(NO2) dan Nitrous Oksida (N2O)
5. Volatile Organic Compounds (VOCs)
Volatile Organic Compounds (VOCs) seperti Metane (CH4),
Benzene (C6H6), Formaldehyde (CH20), Cholofluorocarbons (CFCs).
6. Photochemical Oxidant
Seperti Ozon (O3), Peroxycyl nitrates, hydrogen peroxide begitu
pula formal dehyde (CH20)yang terbentuk dalam atmosfir sebagai
reaksi bahan kimia yang dipicu sinar matahari.
7. Senyawa radioaktif.
Senyawa radiaktif seperti radon-222, Iodine-131, Strontium-90,
Plutonium-239 dan radioisotopes yang masuk atmosfir sebagai gan dan
bahan partikulat.
8. Panas yang dihasilkan pembakaran minyak bumi dan yang serupa
9. Kebisingan yang di hasilkan kendaraan bermotor, pesawat terbang,
bunyi mesin. (Soedomo, 2001)

2.5.

Faktor Emisi
Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar
sejumlah tertentu gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya batu
bara yang umumnya ditulis dalam rumus kimianya sebagai C (karbon),
jika dibakar sempurna dengan O2 (oksigen) akan dihasilkan CO2
(karbondioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Ternyata
untuk setiap batu bara yang dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO 2
yaitu CO (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH4 (metana), NO2
(nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida), maupun abu. Produk hasil
pembakaran selain CO2 tersebut umumnya disebut sebagai polutan (zat
pencemar).
Faktor emisi didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan
yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah tertentu bahan bakar selama
kurun waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor
emisi suatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari
proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.
(Soedomo,2001)

2.6.

Efek Pencemaran Udara


2.6.1 Efek Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Manusia
Data

epidemi

menunjukkan

bahwa

pemaparan

partikulat

dihubungkan dengan peningkatan terjadinya angka sakit saluran


pernapasan, bronchitis, penurunaan fungsi ginjal, serta angka kematian.
Dalam waktu pemaparan yang pendek, pemaparan partikulat juga
meningkatkan timbulnya angka sakit asma.
Potensi pengaruh patikulat terhadap kesehatan tidak hanya
ditentukan oleh tingkat konsentrasi, tetapi juga oleh kondisi fisik dan
kimia yang terkandung di dalamnya, Sebagai contoh partikulat dengan

m
ukuran > 10

dapat disisihkan sebelum masuk saluran pernapasan

m
tetapi untuk yang berukuran < 2 atau 3

dapat mencapai paru-paru. Hal

ini dapat menunjukkan pentingnya mengetahui ukuran partikel sebagai


pertimbangan. Fine Particle terbentuk dari senyawa sulfat dan senyawa
sekunder lain yang mungkin bersifat toksik. Coarse Particle didominasi
oleh adanya dust. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan
pemantauan kualitas udara, terutama yang bersifat inhalable, berdasarkan

m
ukuran partikel yang < 2,5

m
serta antara 2,5 10

.(Cooper dan

Alley,1994)
2.6.2 Efek Pencemaran Udara Terhadap Material dan Tanaman
Pencemaran udara berpengaruh pada material dengan proses
soiling atau korosi. Tingginya kadar asap dan partikulat dihubungkan
denga terjadinya proses korosi antara pelapis dan struktur material dengan
senyawa asam atau alkalin, terutama sulfur dan materi korosif. Ozon
sangat efektif dalam mempercepat proses korosi karet.
Senyawa pencemar yang diketahui sebagai phytoxicants adalah SO

. Peroxyacetyle Nitrate (PAN-hasil proses fotokimia pada smoge), serta


etana. Disamping itu ada jumlah sedikit gas klorin, hidrogen klorida,
amonia, dan merkuri. Secara umum polutan akan masuk ke tubuh tanaman
melalui proses respirasi, kemudian akan merusak klorofil dan menghambat
fotosintesis tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan, dapat dilihat dari
daunnya, dimulai dari penurunan tingkat pertumbuhan hingga kematian
tanaman.(Cooper dan Alley,1994)
2.7.

Pengendalian Pencemaran udara


Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Pengendalian Pencemaran Udara di Dalam Proses

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan di dalam proses dan


di luar proses. Yang termasuk dalam pengendalian di dalam proses
adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki proses agar sisa pembakaran seminimal mungkin.
b. Memperbaiki proses agar bahan yang diproses terisolasi dari
lingkungan.
c. Memperbaiki kondisi proses.
d. Memperbaiki peralatan agar tidak terjadi kebocoran lingkungan.
e. Pemasangan alat penangkap polutan pada aliran gas yang akan
dibuang ke lingkungan.
f. Perancangan dan pemasangan cerobong yang sesuai dengan
ketentuan dan dengan memperhatikan kondisi lingkungan.
(Soedomo,2001)
2. Teknik Pengendalian Emisi Gas
Teknik yang dipilih tergantung pada karakteristik fisik dan kimiawi
polutan. Untuk emisi gas tertentu kontrol emisi dapat dilakukan
dengan lebih dari satu teknik. Teknik yang digunakan untuk
mengontrol emisi gas adalah:
a. Absorsi ; adalah transfer massa gas polutan dari aliran gas
pembawa ke liquid larut tertentu. Mekanisme absorpsi adalah
difusi gas melalui gas pembawa, keseimbangan antara interface gas
liquid dan difusi gas melalui liquid.
b. Adsorpsi ; adalah proses tertahannya gas atau uap molekul pada
permukaan padatan. Sedangkan adsorbent adalah suatu zat padat
yang dapat mengadsorpsi molekul. Adsopsbate adalah molekul
yang tertahan pada permukaan padat.
c. Pembakaran (Combution) ; proses pembakaran sering digunakan
untuk mengendalikan emisi gas hidrokarbon atau senyawa organik
yang berbau yang diemisikan oleh berbagai jenis industri. Prinsip
pembakaran atau insinerasi adalah reaksi oksidasi senyawa

hidrokarbon oleh oksigen yang berasal dari udara pada temperatur


yang tinggi dan waktu reaksi yang memadai, maka senyawa
hidrokarbon akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan air.
d. Kondensasi ; adalah suatu proses untuk mengubah suatu gas atau
uap menjadi cairan. Gas dapat berubah menjadi cair dengan
menurunkan temperaturnya atau meningkatkan tekanan.
3. Teknik Pengendalian Partikulat
Terdapat beberapa peralatan kontrol partikulat yang digunakan, yaitu
mechanical separator, misal : gravity settler, atau cyclone, fabric filter,
electrostatic precipitators, dan wet scrubber.
2.8.

Teknologi Pengolahan Pencemaran Udara


Teknologi Pengolahan emisi pencemaran udara industry telah berkembang

lama, seperti halnya teknologi pengolahan limbah cair dan padat Industri. Jenis
teknologi ini tergolong dalam teknologi konvensional yang bersifat retrofit yaitu
teknologi yang digunakan untuk mengurangi, menurunkan dan menghilangkan
kadar pencemaran.
Secara umum teknologi yang diterapkan dapat dibedakan menjadi
Pengolahan pencemar partikulat dan aerosol dan Pengolahan pencemar gas.
Perbedaan antara kedua golongan tersebut didasarkan atas sifat fisiko kimia
unsure dan sifat aerodinamikanya, seperti terlihat dalam table dibawah ini :

Tabel 2.1 Peralatan untuk partikel dan aerosol


Kelas Peralatan
Pengendapan
Cyclone
1. Diameter Besar
2. Diameter Kecil
3. Rotor Mekanik
Srubber
1. Menara Semprot Sederhana

Gaya - Mekanisme
Grafitasi

Diamater
Mikrometer
50

Sentrifugal + Impaksi
Sentrifugal + Impaksi
Sentrifugal + Impaksi

25
>5
>6

impaksi + Intersepsi langsung

25

2. Packed tower
3. Wet Cyclone
4. Inertial power driven
5. Cell Induced Spray
6. Ventury
Filter
1. High Velocity impingent
2. Deep fiber filter
3. Asbestos all glass fiber
4. Plastic fiber - super fine
5. Cellulose ester fiber
Electrostatic Precipitator
1. Single stage high voltage
2. Two stage low voltage

impaksi + Intersepsi langsung


impaksi + Int lsg + sentrif
impaksi + Int lsg + sentrif
impaksi + Intersepsi langsung
impaksi + Intersepsi langsung

5
5
5
5
<1

impaksi + Intersepsi langsung


impaksi + Int lsg + difusi
impaksi + Int lsg + difusi
impaksi + Int lsg + difusi + el
impaksi + Int lsg + difusi + el

10
5
1
0.1
0.01

Elektrostatik
Elektrostatik
Sumber : (Soetomo, 2001)

<1
<1

BAB III
METODOLOGI
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data-data untuk menyusun laporan Kerja Praktek
dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data
sekunder.
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data-data sekunder dapat diperoleh melalui data-data sebagai berikut:
a. Data literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian sebelumnya
b. Data keterangan berupa bagan alir proses produksi dan
dampak yang mungkin timbul.
c. Data manajemen kepengurusan sistem pengelolaan limbah
d. Data-data lain yang relevan sebagai data pendukung
2. Pengumpulan Data Primer
Data-data primer merupakan data atau keterangan yang diperoleh di
lapangan. Pengumpulan data-data primer dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Teknik Dokumentasi.
Melakukan pelingkupan materi dari data-data yang ada, antara lain
laporan periodic, technical paper, instruction and operation manual,
kriteria desain, dan sebagainya yang berhubungan dengan teori
dasar dan teknik pengoperasian sistem-sistem yang ada pada JOB
PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG
2. Teknik Interview.
Melakukan wawancara dengan orang-orang yang berkaitan dengan
tujuan

dan

sasaran

pelaksanaan

kerja

praktek

mengenai

pemahaman terhadap sistem JOB PERTAMINA - TALISMAN

JAMBI MERANG baik yang bersifat umum maupun khusus


seperti supervisor, engineer, operator technician, dan lain-lainnya.
3. Teknik Analisa Data.
Analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

Kualitatif, yaitu data yang berupa uraian kalimat, penjelasan


serta keterangan berdasarkan pada teori dalam literature.

Perhitungan, yaitu data yang berupa hasil perhitungan dari


tugas yang diberikan pembimbing berdasarkan dalam literatur.

3.2

Penyusunan Laporan Kerja Praktek


Laporan Kerja Praktek mempunyai orientasi sebagai bahan analisa
pengumpulan data primer dan data sekunder yang didapatkan selama
penulis melaksanakan kerja praktek di JOB PERTAMINA - TALISMAN
JAMBI MERANG Penyusunan laporan kerja praktek mencakup berbagai
hal dan keterangan tentang pngelolaan dan pemantauan lingkungan baik
pengelolaan effluen dan ambien di JOB PERTAMINA - TALISMAN
JAMBI MERANG Dengan adanya penyusunan laporan kerja praktek ini
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi serta masukan bagi JOB
PERTAMINA

- TALISMAN JAMBI MERANG Sedangkan bagi

praktikan, laporan kerja praktek ini bertujuan agar dapat mengembangkan


wawasan keilmuan sesuai dengan bidang Teknik Lingkungan. Adapun
metodologi penyusunan laporan kerja praktek adalah sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan

Bab II

Tinjauan Pustaka

Bab III

Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek

Bab IV

Gambaran

Umum

Organisasi

dan

Manajemen

di

JOB

PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG


Bab V

Analisis dan Pembahasan Pemantauan dan Pengukuran Kualitas


Udara Emisi dan Ambien di JOB PERTAMINA - TALISMAN
JAMBI

MERANG

Lingkungan
Bab VI

Kesimpulan dan Saran

dalam

rangka

Pengelolaan

Kualitas

3.3.

Diagram Kerja Praktek


Didalam kegiatan kerja praktek ini terdapat tahapan pelaksanaan seperti

tergambar pada bagan di bawah ini :

Mulai

TAHAP
PERSIAPAN

Proses Administrasi

Studi Literatur

Pengumpulan Data

TAHAP
PELAKSANAAN

TAHAP
PENYUSUNAN
LAPORAN

DATA SEKUNDER :
- Data dari laporan
- Dokumen dan referensi di PT.
Indonesia Power
- Literatur dari berbagai sumber

DATA PRIMER :
- Interview
- Dokumentasi
- Pengamatan
langsung di lapangan

1. Pengumpulan data primer


- observasi lapangan
- wawancara
2 . Pengumulan data sekunder
- data laporan bulanan
- data pengelolaan dan pemantauan lingkungan, seperti:
a. data pengelolaan dan pemantauan reklamasi lahan
tambang. dan pengendalian air asam tambang
b. data pemantauan indikator lingkungan (udara,air, dan
keanekaragaman hayati)
- data-data pendukung lainnya

Analisa dan Pembahasan


Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Proses Produksi PT.
Sucofindo

Kesimpulan dan Saran


Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerja Praktek

BAB IV
GAMBARAN UMUM
JOINT OPERATING BODY (JOB) PERTAMINA TALISMAN JAMBI
MERANG
4.1.

Profil Singkat Perusahaan


Joint Operating Body (JOB) PERTAMINA TALISMAN Jambi Merang

merupakan Badan Operasi Bersama yang dimiliki oleh PT. Pertamina Hulu Energi
Jambi Merang, Talisman (Jambi Merang) Ltd dan Pacific Oil dan Gas (Jambi
Merang) Ltd dan dibentuk pada tahun 1989.
Terdapat 3 Lapangan Blok Jambi Merang yang terdiri dari Lapangan
Gelam, Sungai Kenawang, dan Pulau Gading. Lapangan Gelam merupakan
unitisasi dengan Blok Corridor yang dioperasikan oleh Conocophillips sudah
berproduksi. Lapangan Sungai Kenawang dan Pulau Gading masih dalam tahap
persiapan produksi.
4.2.
4.2.1.

VISI DAN MISI PERUSAHAAN


Visi JOINT OPERATING BODY (JOB) PERTAMINA TALISMAN

JAMBI MERANG
Menjadi JOB terbaik dan terbesar dalam produksi gas
4.2.2. Misi JOINT OPERATING BODY (JOB) PERTAMINA TALISMAN
JAMBI MERANG
Meningkatkan dan memelihara keselamatan, kesehatan kerja serta
lingkungan kerja yang kondusif, meningkatkan cadangan, produksi, dan
laba dengan menerapkan teknologi modern dan strategi eksplorasi yang
tepat serta mengimplementasikan good corporate governance dengan
menerapkan etika bisnis yang baik.

4.3

LOKASI PERUSAHAAN
JOB PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG berada di Jambi.

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan kerja praktek ini kami ajukan, semoga dapat
memberikan penjelasan maksud dan tujuan kerja praktek ini kepada HR dan GS
Manajemen JOB PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG. Selain itu
semoga dari kegiatan ini akan memberikan manfaat dan menyumbangkan
pemikiran dan wawasan tentang pengelolaan teknologi bersih dan minimasi
limbah perusahaan tersebut, serta akan lebih terjalin kemitraan yang positif dan
saling menguntungkan antara keduanya.
Besar harapan kami untuk dapat diterima melaksanakan kerja praktek di
JOB PERTAMINA - TALISMAN JAMBI MERANG. Atas perhatian serta
dukungannya, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Produksi Bersih. www.bapedal-jatim.go.id
Coutrier, P. L. 1999. The Status Of Cleaner Production In Indonesia
Indonesia Environmental Management Agency, Bapedal. Jakarta
Djajadiningrat, Asis. H. 2001. Cleaner Production. Kursus Dasar-Dasar
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, PPLH ITB. Bandung
Eckenfelder,W.W. 2000. Industrial Water Pollution Control. Mc Graw Hill
Book Company. Singapore.
Ginting, Sabar. 2003. Pelaksnaan dan Keuntungan Penerapan Produksi
Bersih di Indonesia. Seminar Nasional Cleaner Production 17 Desember 2003.
Semarang
Hendradjaja. 2003. Strategi Perencanaan dan Penerapan Good
Housekeeping (GHK) dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Seminar
Nasional Cleaner Production 17 Desember 2003. Semarang
Hilman, Masnellyarti. 2003. Kebijakan Nasional Produksi Bersih. Seminar
Nasional Cleaner Production 17 Desember 2003. Semarang
(http://yuasabattery.co.id/).

CURICULUM VITAE
Satiti Nurwasini Wijati
University Students Primary Number : L2J 009 079
Address
: Jl. Sukun II No.6b Kelurahan Srondol Wetan Kecamatan
Banyumanik
Postal Code : 50263
Address of Campus

: Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro


Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang

Telp

: 0818455284, (024) 70130199

Mobile
: +62 852 331 54391
Email
: satitinurwasini@rocketmail.com
Sex
: Female
Marital Status
: Single
Place of Birth: Curup
Date of Birth : 16 Agustus 1991
Religion
: Islam
FORMAL EDUCATION
INSTITUTION
Diponegoro
University (Undip)
MAN 3 Malang
SMP N 2
Pangkalpinang
SDN 10
Pangkalpinang
TK Aisyiah

MAJOR
Faculty of Technology,
Environmental Engineering
Department
Natural Science

YEAR
FROM UNTIL
2009

Now

2006

2009

2003

2006

1997

2003

1996

1997

INFORMAL EDUCATION
PERIOD
DESCRIPTION
2004 - 2006 Journalistic Community, De-Journ (Fotografer)
2007
Leadership and Organizational Training,BDI MAN 3 Malang
2008
Leadership and Organizational Training, OSIA MAN 3 Malang
2010
Leadership and Organizational Training, HMTL UNDIP
2010
AUTOCAD 2007 Training
2012

EPANET Training
Driving Course

ORGANIZATIONAL AND EVENT EXPERIENCES


PERIOD
DESCRIPTION
2009
KBS ( BEM FT UNDIP ) as Sie.Dekorasi dan Dokumentasi
2009
Hari Bumi (HMTL UNDIP) as Sie.Acara Divisi Tanam Pohon
2009
Donor Darah (HMTL UNDIP) as Sie.Dekorasi dan Dokumentasi
2010
Field Trip (HMTL UNDIP) as Sie.Dekorasi dan Dokumentasi
2009
Kegiatan Mandiri Berbagi Motivasi dan Membangun Jiwa Entrepreneurship
2010
2011
2010
2011
2011
2012
2012

(HMTL UNDIP) as Sekretaris


LKMM PD (HMTL UNDIP) as Sekretaris
PMB (HMTL UNDIP) as Sie.Acara
Seminar Kota (HMTL UNDIP) as Sekretaris
Jobtest Training (HMTL UNDIP) as Ketua Pelaksana
Leadership Training (HMTL UNDIP) as Sekretaris
Baksos Thekelan (HMTL UNDIP) as Sie.Acara
KKL Teknik Lingkungan angk.2009 as Sekretaris

I declare that details data stated above are true.


Semarang, 5th August 2012
Satiti Nurwasini Wijati

Anda mungkin juga menyukai