Anda di halaman 1dari 8

BAB II

ELEKTRON DALAM LOGAM I


(MODEL ELEKTRON BEBAS)

Logam memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, misalnya besi dalam
produksi otomobil, tembaga untuk penghantar listrik dan lain-lain. Umumnya, logam
memiliki sifat kekuatan fisik tinggi, kerapatan tinggi, konduktivitas listrik dan termal baik,
dan daya refleksi tinggi. Sifat ini berkaitan dengan struktur mikroskopis bahan, yang dapat
diasumsikan bahwa suatu logam mengandung elektron bebas, dengan konsentrasi besar, yang
dapat bergerak dalam keseluruhan volume kristal.
Saat atom bebas membentuk logam, semua elektron valensi menjadi elektron
konduksi dalam logam. Elektron konduksi bergerak bebas di antara ion, sehingga
keadaannnya berubah tajam. Berbeda dengan elektron cores yang tetap terlokalisasi
sehingga karakternya relatif tidak berubah. Dengan demikian, gambaran sederhana tentang
kristal logam adalah suatu kisi ion teratur dalam ruang, dan elektron bebas bergerak di antara
ion tersebut. Gambaran lebih lengkapnya, bahwa ion bergetar secara termal di sekitar titik
setimbang, dan demikian pula elektron bebas bergerak termal di antara ion kristal dan
merubah arah geraknya setiap kali menumbuk ion (kemungkinan besar) atau elektron lain
(kemungkinan kecil).
Dalam logam Na, proporsi volume yang terisi oleh ion cores hanya sekitar 15%.
Hal ini terjadi karena radius ion Na + adalah 0,98 ; sedangkan setengah jarak antartetangga
terdekat atom adalah 1,83 . Konsentrasi elektron konduksi dapat dihitung dari valensi dan
kerapatan logam. Jika m dan Z, masing-masing adalah kerapatan bahan dan valensi atom,
maka konsentrasi elektronnya adalah

dengan N adalah bilangan Avogadro dan M adalah berat atom. Logam memiliki konsentrasi
elektron yang besar, yakni n = 1029/m3. Misalnya, logam Na, K, Cu, Ag dan Au adalah
monovalen; dan logam Be, Mg, Zn dan Cd adalah divalen.

Bagian awal bab ini membahas perkembangan model elektron bebas. Bahasan
kapasitas panas dan suseptibilitas magnetik dari sumbangan elektron menunjukkan bahwa
yang sesuai dengan eksperimen adalah hanya jika elektron mengikuti prinsip eksklusi Pauli.
Kemudian, dikenalkan konsep tingkatan Fermi dan permukaan Fermi, yang dapat digunakan
untuk memperjelas deskripsi konduktivitas listrik dalam logam.
Dalam bab ini juga dibahas pengaruh medan magnet terhadap gerakan elektron bebas,
yakni efek Hall dan resonansi siklotron. Bahasan kedua hal ini menghasilkan informasi yang
mendasar tentang logam.
Dalam model elektron bebas ini elektron mengalami tumbukan dengan fonon dan
ketidakmurnian. Hal ini menghasilkan ungkapan hukum Matthiessen. Selain itu, elektron
dapat melepaskan diri dari permukaan logam sehingga terjadi emisi thermionik. Akhirnya,
bab ini ditutup dengan dikemukakannya beberapa kegagalan model elektron bebas dalam
membahas sifat logam.

MODEL ELEKTRON BEBAS KLASIK


Teori Drude tentang Elektron dalam Logam
Drude (1900) mengandaikan bahwa dalam logam terdapat elektron bebas, yang
membentuk sistem gas elektron klasik, yang bergerak acak dalam kristal dengan kecepatan
random vo karena energi termal dan berubah arah geraknya setelah bertumbukan dengan ion
logam. Karena massanya yang jauh lebih besar, maka ion logam tidak terpengaruh dalam
tumbukan ini.
Kehadiran medan listrik dalam logam hanya mempengaruhi gerak keseluruhan
electron karena ion-ion tertata berjajar dan bervibrasi di sekitar titik kisi sehingga tidak
memiliki neto gerak translasi. Misalnya, terdapat medan listrik dalam arah sumbu-X.
Percepatan elektron yang timbul

dengan e dan m*, masing-masing adalah muatan dan massa efektif elektron. Jika waktu ratarata antara dua tumbukan elektron dan ion adalah

, maka kecepatan hanyut dalam selang

waktu tersebut

Oleh karena itu rapat arus yang terjadi

dimana penjumlahan dilakukan terhadap semua elektron bebas setiap satuan volume.
Elektron bergerak secara acak, sehingga vo=0. Oleh sebab itu menjadi

Karena hubungan Jx=, maka konduktivitas listrik menjadi

Pengukuran menunjukkan bahwa nilai rata-rata logam sekitar 5.10 7(m)-1 dengan
menganggap masa efektif m* sama dengan massa bebas m o=9,1.10-31kg, maka didapatkan

nilai

berorde 10-14 s. Contoh analisa lain adalah konduktivitas termal. Misalnya,

sepanjang sumbu- X terdapat gradien suhu T/x, maka akan terjadi aliran energi persatuan
luas perdetik (arus kalor) Qe. Berdasarkan eksperimen arus kalor Q e tersebut sebanding
dengan gradien suhu T/x
Qe = -K T/x
dengan K adalah konduktivitas termal. Dalam isolator, panas dialirkan sepenuhnya oleh
fonon. Sedangkan dalam logam dialirkan oleh fonon dan elektron. Tetapi karena konsentrasi
elektron dalam logam sangat besar, maka konduktivitas termal fonon jauh lebih kecil
daripada elektron, yakni Kfonon10-2K elektron, sehingga konduktivitas fonon diabaikan.
Dari pendekatan teori kinetik gas diperoleh ungkapan konduktivitas termal

dimana CV, v dan

masing-masing adalah kapasitas panas elektron persatuan

volume,

kecepatan partikel rata-rata dan lintas bebas rata-rata partikel. Karena CV =(3/2)nk, (1/2)mv2
=(3/2)kT dan l =v , maka konduktivitas menjadi

Perbandingan konduktivitas termal dan listrik adalah

Hal ini sesuai dengan penemuan empirik oleh Wiedemann-Frans (1853). Kadangkadang
perbandingan di atas dinyatakan sebagai bilangan Lorentz

Ternyata, hukum Wiedemann-Frans sesuai dengan pengamatan untuk suhu tinggi (termasuk
suhu kamar) dan suhu sangat rendah (beberapa K). Tetapi, untuk suhu intermediate, K/T
bergantung pada suhu.
Dalam teori drude, lintas bebas rata-rata elektron bebas,

l = v , tidak bergantung suhu.


o

Namun, karena vo~T1/2, maka keadaan mengharuskan


Hal ini didukung fakta eksperimen bahwa ~T -1, sehingga dari ungkapan konduktivitas listrik
didapatkan

Ungkapan terakhir ini menunjukkan bahwa bila T naik, maka n menurun. Hal ini tidak sesuai
dengan fakta, dan menyebabkan teori Drude tidak memadai.

Model Elektron Bebas Klasik


Model elektron bebasa klasik tentang logam mengambil andaian berikut.
a. Kristal digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugus ion positip (yang
membentuk kisi kristal) dan elektron yang bebas bergerak dalam volume kristal.
b. Elektron bebas tersebut diperlakukan sebagai gas, yang masing-masing bergerak
secara acak dengan kecepatan termal (seperti molekul dalam gas ideal tidak ada
tumbukan, kecuali terhadap permukaan batas).
c. Pengaruh medan potensial ion diabaikan, karena energi kinetik elektron bebas sangat
besar.
d. Elektron hanya bergerak dalam kristal karena adanya penghalang potensial di
permukaan batas.
Misalnya, setiap atom memberikan Z V elektron bebas, maka jumlah total elektron tersebut
perkilomol

Bila elektron berperilaku seperti dalam gas ideal, maka energi kinetik totalnya

sehingga kapasitas panas sumbangan elektron bebas

Kapasitas panas total dalam logam, termasuk sumbangan oleh fonon, adalah

Jadi, setidaknya kapasitas panas logam harus 50% lebih tinggi daripada isolator. Tetapi,
eksperimen menunjukkan bahwa untuk semua bahan padatan (logam dan isolator) nilai CV
mendekati 3R pada suhu tinggi. Pengukuran yang akurat menunjukkan bahwa sumbangan
elektron bebas terhadap kapasitas panas total adalah reduksi harga klasik (3/2)R oleh factor
10-2. Oleh karena itu model elektron bebas klasik tidak memberikan hasil ramalan C v yang
memadai. Suseptibilitas magnetik mengkaitkan momen magnetik M dan kuat medan
magnetik H melalui ungkapan

Dalam hal ini hanya dibahas untuk bahan isotropik, sehingga skalar. Pengaruh medan
magnet luar

terhadap elektron bebas menyebabkan setiap momen dipol

, yang

acak arahnya, memperoleh energi magnetik

Jika distribusi momen dipol elektron bebas memenuhi statistik Maxwell-Boltzmann,


maka momen dipol rata-rata dalam arah medan memenuhi

Dimana adalah sudut antara dan H.

dengan L(x)=coth x (1/x) = fungsi Langevin

Dengan menggunakan deret

maka untuk medan H tidak kuat, yakni H<<kT momen dipol rata-rata tersebut berharga

Jika jumlah momen dipol magnet adalah N, maka magnetisasinya

Dengan membandingkan persamaan-persamaan diperoleh suseptibilitas magnetik

Tetapi, eksperimen tidak menunjukkan adanya kebergantungan terhadap T. Hal ini berarti
model elektron bebas klasik tidak dapat menerangkan tentang mengapa untuk paramagnet
elektron tidak bergantung pada T.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil yang dibahas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kristal adalah suatu
padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan
polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk
kristal ketika mengalami proses pemadatan. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat
ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler
antara atom-atom untuk menentukan strukturnya. Bunga salju, intan, dan garam
dapur.
Dalam logam terdapat elektron bebas, yang membentuk sistem gas elektron
klasik, yang bergerak acak dalam kristal dengan kecepatan random vo karena energi
termal dan berubah arah geraknya setelah bertumbukan dengan ion logam. Karena
massanya yang jauh lebih besar, maka ion logam tidak terpengaruh dalam tumbukan
ini.
Hukum Wiedemann-Frans sesuai dengan pengamatan untuk suhu tinggi (termasuk
suhu kamar) dan suhu sangat rendah (beberapa K). Tetapi, untuk suhu intermediate,
K/T bergantung pada suhu.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka diharapkan para pembaca lebih mengetahui apa itu
elktron dalam logam, elektron bebas klasik dan hukum wiedemann. Namun wacana
ini hanya sebagian kecil dari materi zat padat. Jadi untuk lebih mengetahui dengan
lanjut tentang materi fisika zat padat, hendaknya membaca berbagai referensi agar
lebih memahami.

DAFTAR PUSTAKA
Http:/www.google.com/hokum wiedemann-frans/elektronbebas klasik

Makalah fisika zat padat.pdf Drs. Parno


Suwitra, Nyoman. 1989. Pengantar fisika zat padat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai