Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. S
Jenis Kelamin: Laki-laki
Tanggal Lahir: 1 July 1977
Usia: 37 tahun
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Nomor Rekam Medis: 694689
Alamat: Toli-toli
Tanggal Pemeriksaan: 02 Januari 2015
Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Mata RSWS
Dokter Pemeriksa: dr. R
ANAMNESIS
Keluhan utama

: Penglihatan kabur pada mata kiri

Anamnesis terpimpin

: dialami sejak 1 tahun yang lalu pada mata kiri,

secara perlahan-lahan, semakin lama semakin memberat sehingga sekarang.


Pertamanya muncul selaput di bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata
berlebihan (+), kotoran mata berlebihan (+), rasa mengganjal (+),nyeri (+),
riwayat nyeri sebelumnya (+), riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan
tangan (+), riwayat mata merah (-), gatal (-),silau (+), rasa berpasir (-), riwayat
trauma (-), riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit
kencing manis (-), riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-),
riwayat pemakaian kacamata (-), Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang, Gizi kurang, Compos mentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi: 88 x/ menit
Pernafasan: 20 x/ menit
Suhu : 36,8 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan

OS

OD

edema (-)

edema (-)

lakrimasi (+)

lakrimasi (-)

sekret (+)

sekret (-)

hiperemis (+), injeksio


(+), benjolan di bagian
temporal dan nasal mata

hiperemis (-)

Tertutup dengan selaput

Jernih

Bilik Mata Depan

Sulit dievaluasi

Normal

Iris

Sulit dievaluasi

Coklat, kripte (+)

Pupil

Sulit dievaluasi

bulat, sentral

Lensa

Sulit dievaluasi

Jernih

Foto Klinis

Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva

Mekanisme muskular

Kornea

FOTO KLINIS PASIEN

Gambar 1 : Kedua mata pasien dari depan.

Gambar 1.1 : Mata kanan pasien kelihatan selaput putih menutupi sebagian
konjungtiva pada daerah temporal dan nasal mata kanan pasien.

Palpasi
Palpasi

OD

OS

Tensi Okuler

Tn

Tn

Nyeri Tekan

(+)

(-)

Massa Tumor

(+)

(-)

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

OD

OS

hiperemis (+), Injeksio


konjungtiva (+), benjolanbenjolan berukuran
dengan permukaan tidak
rata dan tidak berbatas
tegas pada daerah
temporal mata. Benjolanbenjolan dengan
permukaan tidak rata dan
tidak berbatas tegas pada
daerah nasal
mata.Terfiksir,
pendarahan akut (-)

Hiperemis (-)

Tertutup dengan selaput


dan massa dengan
permukaan tidak rata

Jernih

Bilik Mata Depan

Sulit dievaluasi

Normal

Iris

Sulit dievaluasi

Coklat, kripte (+)

Pupil

Sulit dievaluasi

Bulat, sentral, RC (+)

Lensa

Sulit dievaluasi

Jernih

Glandula Preaurikuler
Tonometri :
TOS : Sulit dievaluasi
TOD : 12 mmHg
Pemeriksaan Visus :
VOS

: 1/

VOD : 6/6
Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva

Kornea

Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva Hiperemis (+), Sekret (+), tampak benjolan di
superotemporal dan di bagian nasal dengan permukaan tidak rata dan berbatas
tidak tegas, kornea tertutupi dengan selaput, detail lain sulit dievaluasi.
OFTALMOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
FOTO ROENTGEN DADA
Pulmo normal dan cardiomegaly
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
WBC :
RBC :
HGB :
HCT :
PLT :
CT :
BT :
PT :
aPTT :
Na :
K:
Cl :
SGOT :
SGPT :
Ureum :

Hasil
6,2
5,18
13,5
40,8
309
730
300
11,7 INR 0,97
24,1
136
3,9
104
21
13
30 mg/L

Nilai Normal
(4,00 11,00)
(4,50 5,50)
(13,0 16,0)
(40,0 50,0)
(150 450)
(4 10)
(3 7)
(10,8 14,4)
(26,4 37,6)
(136 145)
(3,5 5,1)
(97 - 111)
<35
<45
0 53

satuan
103/uL
106/uL
g/dL
%
103/uL
Menit
Menit
Detik
Detik
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
U/L

Creatinine :
HbsAg (ELISA) :
Anti HCV (rapid)
GDS :

1 mg/L
< 0,13 (-)
(-)
101

0,6 1,3
< 0,13 (-); 13,0 (+)
Negatif
(200)
mg/L

Resume :
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke poliklinik mata RSWS dengan
keluhan penglihatan kabur pada mata kiri dialami sejak 1 tahun yang lalu secara
perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti selaput di
bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+), kotoran mata
berlebihan (+), rasa mengganjal (+), nyeri (+), riwayat nyeri sebelumnya (+),
riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+), riwayat mata merah
(-), gatal (-), silau (+), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan
sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing manis (-), riwayat
penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat pemakaian kacamata
(-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
compos mentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOS : 1/, VOD : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian superotemporal dan nasal
mata dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil
mata kanan sulit dievaluasi. Segmen anterior mata kiri dalam batas normal. TOS
sulit dievaluasi dan TOD dalam batas normal. Hasil foto roentgen dada dalam
batas normal.

Diagnosis Kerja

Suspek OD Ocular Surface Squamous Neoplasia


Diagnosis Banding
-

Pyterigium, pinguekula, Kista Konjungtiva dan Tumor Glandula


Lakrimalis.

Penatalaksanaan :
Cendo Xytrol ED/6 jam/topikal OS
Cendo lyteers ED/8 jam/ Topikal OS
Anjuran
-

Pemeriksaan Histopatologis jaringan

Prognosis
Quo ad Vitam: Bonam
Quo ad Visam

: Dubia et. Malam

Quo as Sanationam

: Dubia et. Bonam

Quo ad Comesticam: Dubia et. Malam

Diskusi
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami penurunan
visus di mata kiri yang dialami sejak 1 tahun yang lalu semakin lama semakin
memberat. Pertamanya timbul selaput di bagian mata putih dan semakin
membesar. Terdapat keluhan air mata berlebihan, kotoran mata berlebihan dan
rasa mengganjal pada mata kanan pasien. Terdapat keluhan nyeri, riwayat nyeri
sebelumnya. Terdapat riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan.
Tidak terdapat riwayat mata merah, gatal, rasa berpasir dan riwayat trauma
disangkal. Terdapat riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol. Riwayat
penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, riwayat alergi dan riwayat
pemakaian kacamata disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOS : 1/, VOD : 6/6. Segmen anterior mata kiri ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian temporal dn nasal mata.
Benjolan dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas. Kornea, iris dan
pupil mata kanan sulit dievaluasi . Segmen anterior mata kiri dalam batas normal.
TOS sulit dievaluasi dan TOD dalam batas normal. Hasil foto roentgen dada
dalam batas normal.
Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan,
pasien sesuai untuk didiagnosis Suspek OD Ocular Surface Squamous Neoplasia
.Pada saat ini pasien direncanakan untuk Pemeriksaan laboratorium
lengkap dan dibiopsi untuk menegakkan diagnosis.

BAB I
PENDAHULUAN

Karsinoma

sel

skuamosa

konjungtiva

merupakan

keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.


Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000
penduduk, tergantung lokasi geografik. Beberapa tahun terakhir
didapatkan

peningkatan

insiden

Karsinoma

Sel

Skuamosa

Konjungtiva di Rwanda Uganda dan Malawi yang berkaitan


dengan

infeksi

HIV.

Sinar

ultraviolet

sebelumnya

diduga

merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang diduga
juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human papilomavirus
(HPV).1,3,4
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura
palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.
Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki
permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat
menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis
yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan
untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi.
Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau fluorouracil dapat
membantu untuk mencegah kekambuhan.1,2
Displasia konjungtiva adalah suatu kondisi jinak yang terjadi sebagai lesi
terisolasi atau kadang-kadang lebih seperti pterygia dan pingueculae dan dapat
menyerupai karsinoma in situ secara klinis dan bahkan secara histologis. Istilah
neoplasia intraepithelial konjungtiva disebutkan pada semua lesi epitel mulai dari
displasia sampai karsinoma yang terbatas pada epitel. Biopsi eksisi akan
menegakkan diagnosa dan memberikan penyembuhan pada sebagian besar lesi.2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai
umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi
pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Karsinoma Sel
9

Skuamous Invasif merupakan displasia progresif yang menembus


membran
menginvasi

basal

sampai

kornea

dan

ke

substantia

sklera.

propria

Diagnosis

dan

dapat

ditegakkan

dari

pemeriksaan histopatologi.2,4
Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini
sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau
temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.1,2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade
malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang
tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh
jarang Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah
eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,
dan

kemoterapi

topical.

Dengan

eksisi

lengkap,

biasanya

prognosisnya baih dan angka rekurensinya kurang dari 10 %.2,5,6

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Gambar 2.1: Bagian eksternal mata dari depan.Kelihatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva

11

Gambar 2.2: Bagian eksternal mata dari samping.Keliatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva

12

Gambar 2.3: Potongan melintang bagian anterior bola mata

Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak
mata bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri
atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus.2
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan
dengan sangt longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah
bergerak.2
Tidak seperti membrana mukus lain yang terdapat di dalam tubuh, struktur
ini jelas kelihatan langsung. Oleh kerna itu, segala lesi dan tumor pada daerah
konjungtiva dianggap masih di derajat awal. Ini kerna kebanyakan dari tumor ini
mempunyai cii-ciri yang tipikal, dimana suatu diagnose yang akurat dapat dibuat
dengan hanya pemeriksaan ocular eksternal dan lampu slit biomikroskop, dengan
syarat seorang dokter itu mengetahui karekteristiknya dari penyakit yang
didiagnosa.12
2.2 SQUAMOUS CELL CARCINOMA PADA MATA
2.2.1 Definisi dan Epidemiologi
Karsinoma

sel

skuamosa

adalah

suatu

keganasan

konjungtiva primer yang sering di dapat. Insidennya bervariasi


berdasarkan geografis, ras, usia dan kaitannya dengan HIV/AIDS.
Secara internasional insidennya bervariasi secara geografis, 0,03
hingga 3,5 per 100.000 penduduk per tahun. Di Amerika Serikat,
insidennya dilaporkan 0,13 per 100.000 penduduk. Di Australia,
insidennya diperkirakan 1,9 per 100.000 penduduk. Penelitian di

13

Afrika selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan


yang drastis jumlah kasus yang didiagnosa sebagai karsinoma
sel skuamosa konjungtiva. Di Uganda, terdapat peningkatan
resiko 10 kali lipat karsinoma konjungtiva pada individu dengan
HIV, di Zimbabwe dilaporkan angka. Karsinoma sel Skuamosa
adalah 2 dari 100 pasien yang diperiksa. Diduga ini berkaitan
dengan infeksi virus HIV.4,5,6
Individu yang tinggal dekat khatulistiwa cenderung muncul
pada usia yang lebih muda dari pada yang tinggal jauh dari
khatulistiwa. Karsinoma sel skuamosa lebih dominan mengenai
orang Kaukasian.4,7
Lesi

neoplastik

epitel

konjungtiva

meliputi

displasia,

neoplasma intraepitel, dan karsinoma sel skuamosa. Lesi ini


dibedakan secara histopatologi berdasarkan invasi ke membran
basal epitel. Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan
displasia progresif yang menembus membran basal sampai ke
substantia propria dan dapat menginvasi kornea dan sklera.2,4,8
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cendrung mengenai
umur yang lebih tua yaitu dekade ke lima dan enam (rata rata 60
tahun), dapat terjadi di usia lebih muda pada pasien dengan
xeroderma pigmentosum dan daerah tropis. Pasien dengan AIDS
mempunyai resiko 13 kali untuk berkembangnya keganasan
epitel ini.4,7
2.2.2 Patofisiologi dan Etiologi
Etiologi

Karsinoma

Sel

Skuamosa

Konjungtiva

belum

diketahui, namun diduga bahwa maturasi abnormal epitel


konjungtiva akibat kombinasi dari beberapa faktor, seperti:2,4,10
-

Paparan sinar ultra violet yang berlebihan

14

Conjungtival sun exposure terlihat dengan adanya solar


elastosis di substantia propria. Tulvatana et al. menemukan
bahwa solar elastosis lebih sering ditemukan (53,3%) pada
kasus neoplasma dan merupakan faktor resiko untuk kasus
neoplasma di konjungtiva.
-

HPV tipe 16 dan 18. Human Papilloma Virus khususnya tipe


16 dan 18, sudah diidentifikasi pada neoplasma epitel
konjungtiva dengan immunohistochemical dan analisis
molekuler,

namun

peranannya

masih

belum

jelas.

Karcioglu dan Isa telah mengidentifikasi DNA tipe 16 dan


18 pada 57% spesimen CIN, 55% dari KSSK dan 32 % pada
konjungtiva normal selama operasi katarak.
-

Individu dengan HIV positive dan pasien dengan Xeroderma


Pigmentosum

lebih

mungkin

diserang

akibat

status

imunologisnya.
-

Faktor resiko lainnya diduga karena inflamasi yang lama,


asap rokok dan pemakaian lensa kontak yang lama.

Gambar 3 : Neoplasia epitel konjungtiva.


2.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis
Diagnosis
pemeriksaan

karsinoma

sel

histopatologi.

skuamosa
Pemeriksaan

ditegakkan

dari

histopatologi

memperlihatkan perubahan dari polaritas sel dengan gangguan


maturasi seluler. Akantosis, sel atypia, dan peningkatan rasio

15

nukleus dan sitoplasma dapat diketahui. Karsinoma sel skuamosa


terdiri dari sel sel dengan nucleus yang besar dan sitoplasma
eosinofilik yang banyak, dan biasanya mengenai lapisan epitel
bagian dalam. Sel tumor dapat well diferentiated atau mudah
dikenali sebagai squamous atau moderately differentiated atau
poorly differentiated atau sulit dibedakan dengan dari keganasan
lain seperti carcinoma sebaseus.8,9

Gambar 4 : Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada


konjungtiva.

Sebagian

besar

pasien

mempunyai

keluhan

adanya

pertumbuhan massa di mata, yang bertambah ukurannya


dengan cepat. Sering pula ditemui keluhan kemerahan atau
iritasi. Tumor ini sering terdapat di daerah inter palpebral dekat
nasal

atau

temporal

limbus,

namun

bisa

juga

mengenai

konjungtiva palpebra atau kornea.4,9,11


Pertumbuhannya

bisa

berbentuk

nodular,

gelatin,

leukoplakia dengan pembuluh darah di sekitarnya. Tumor yang


muncul terlokalisir dapat menyerupai degenerasi konjungtiva dan
diragukan dengan pterigium, pingecula. Tipe difus juga bisa

16

ditemukan dan klinis menyerupai konjungtivitis kronis.Karena


kemunculannya

bervariasi,

ia

dapat

merupakan

suatu

masquerade syndrome.10,12
Dalam

analisa

60

kasus

karsinoma

sel

skuamosa

konjungtiva, Tunc dkk mendapatkan mata merah (68%) dan


iritasi okuler (57%) sebagai gejala terbanyak. Mc Kelvie dkk yang
meneliti 26 kasus lainnya, mendapatkan 77% kasus dengan
munculan suatu massa dan diagnosis preoperatif dibuat hanya
pada 3% kasus. Mauriello dkk yang mengobservasi l4 kasus
karsinoma sel skuamosa adenoid konjungtiva mendapatkan
bahwa tumor ini dapat muncul dengan tanda- tanda peradangan,
sedangkan yang lainya berupa massa yang tidak nyeri dan
pertumbuhannya lambat.4,6,7
Van Dessel pernah melaporkan kasus karsinoma sel
skuamosa

konjungtiva

yang

memperlihatkan

masquerade

syndrome uveitis. Diagnosis diketahui dari pemeriksaan sitologi


cairan COA. Dari anamnesa didapatkan bahwa beberapa minggu
sebelum terjadinya uveitis, pasien menjalani operasi pterigium
pada mata yang sama. Lesinya sedikit meninggi, bulat putih,
dikelilingi oleh pembuluh darah yang melebar dan berlokasi di
kuadran temporal atas mata kiri. Hasil patologis menunjukkan
suatu

perubahan

actinic

atypical

ringan.

Spesimen

biopsi

diulang, dan histopatologis mendiagnosa suatu karsinoma sel


skuamosa.13
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva bisa juga terlihat
tanpa adanya pertumbuhan massa yang jelas. Mahmood dkk
melaporkan tiga kasus dengan gambaran klinik yang tidak biasa
dari peradangan jaringan dan penipisan kornea atau sklera tanpa
adanya massa. Pada satu kasus, didapatkan riwayat trauma
sebelumnya sehingga pasien didiagnosa awal dengan ulkus

17

Moren's dan setelah dilakukan tap COA baru diketahui karsinoma


sel skuamosa sedangkan pada dua kasus lainnya, didapatkan
riwayat operasi pterigium sebelumnya.2,4
Jika terdapat kecurigaan suatu keganasan sel skuamosa
konjungtiva, biopsi eksisional merupakan pemeriksaan gold
standar. Untuk lesi yang sangat besar, biopsi insisional dapat
dilakukan, namun cara yang tepat dan manipulasi minimal dari
jaringan

sekitarnya

penting

untuk

mencegah

penyebaran

tumor.2,4\
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada Karsinoma
sel

skuamosa

membantu

konjungtiva.

untuk

Pewarnaan

menentukan

Rose

perluasan

lesi

Bengal

dapat

yang

tepat.

Pemeriksaan dengan slitlamp, gonioskopi dilakukan jika curiga


adanya keterlibatan intraokuler. Palpasi pembesaran kelenjar
limfe dilakukan untuk mencari metastase regional. CT Scan dan
MRI dapat membantu jika ada invasi ke orbita.2,4,8
2.2.4 Diagnosa Banding
Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa pada mata
adalah sebagai berikut:4,5,8
-

Pterygium

: adalah selaput berdaging, penambahan

segitiga sebuah ke kornea, biasanya di sisi hidung bilateral.


Hal ini dianggap fenomena iritasi akibat sinar ultraviolet,
pengeringan, dan lingkungan berangin, karena sering
terjadi pada orang-orang yang menghabiskan sebagian
besar hidup mereka di luar rumah di cerah, berdebu, atau
berpasir, lingkungan tertiup angin. Temuan patologis di
konjungtiva

adalah

sama

dengan

pinguecula.

Dalam

kornea, ada penggantian lapisan Bowman oleh hialin dan


jaringan elastis.

18

Gambar 5 : Pterygium dengan penambahan kearah kornea

Pinguekula : sangat umum pada orang dewasa. Muncul


sebagai nodul kuning di kedua sisi kornea (lebih sering di
sisi hidung) di daerah apertura palpebra. Nodul, terdiri dari
hialin dan jaringan elastis kuning, jarang bertambah besar,
tetapi

peradangan

umum.

Secara

umum,

tidak

ada

perawatan yang diperlukan, tetapi dalam kasus-kasus


tertentu

pingueculitis,

steroid

topikal

yang

lemah

(misalnya, prednisolon 0,12%) atau obat anti-inflamasi


nonsteroid topikal dapat diberikan.

19

Gambar 6 : Pinguekula
-

Melanoma Maligna : Melanoma maligna dari konjungtiva


jarang terjadi. Sebagian besar berasal dari daerah melanosis
diperoleh primer, beberapa muncul dari nevi konjungtiva,
beberapa tampaknya muncul de novo. Beberapa melanositik,
sementara yang lain sangat berpigmen

Gambar 7 : Melanoma maligna Konjungtiva

Tumor Kelenjar Lakrimal : Kelenjar lakrimal adalah


kelenjar yang mengeluarkan air mata dan terletak di atas
dan di samping mata. Ketika sel-sel kelenjar lakrimal
menjadi abnormal dan berkembang biak, mereka
membentuk pertumbuhan jaringan yang disebut tumor.
Sebuah tumor kelenjar lakrimal bisa jinak (non kanker) atau
20

ganas (kanker, yang berarti dapat menyebar ke bagian lain


dari tubuh)

Gambar 8 : Sebuah tumor di bagian superior.

2.2.5 Penatalaksanaan
Terapi Bedah
Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva
adalah eksisi luas. Dianjurkan untuk batas eksisi 2-3 mm dari
tumor yang terlihat. Frozen section dapat menilai batas lateral
eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas dalam.
Setelah eksisi dapat dilakukan krioterapi pada batas konjungtiva
yang tinggal dan dasar lesi untuk menurunkan angka rekurensi.
Krioterapi

dapat

menghancurkan

sel

tumor

melalui

penghancuran oleh dingin sama seperti yang diakibatkan oleh


iskemia lokal.2,4,8
Radiasi dapat digunakan sebagai terapi adjuvant, pada lesi
yang luas dengan batas yang tidak jelas dan sebagai terapi
paliatif pada kasus yang tidak dapat ditoleransi dengan operasi.

21

Kearsley dkk, melaporkan 140 kasus yang diteraoi dengan


radioterapi strontium 90 dengan angka rekurensi 2,3%.2,4,7
Enukleasi

diindikasikan

jika

terdapat

perluasan

ke

intraokuler dan untuk kasus lanjut dengan keterlibatan orbit4


eksenterasi adalah prosedur pilihan.4,8
Terapi Medis
Terapi

dengan

anti

metabolit

5FU

(5

Fluorouracil),

Mytomicin C (MMC) telah digunakan sebagai terapi adjuvant


dalam manajemen keganasan konjungtiva. Obat ini diindikasikan
pada lesi lesi rekuren setelah eksisi primer, batas yang tidak
bebas tumor pada pemeriksaan histopatologi dan lesi yang difus
dan luas.4,8
Midena dkk menunjukkan bahwa kemoterapi konjungtiva
topical 5 FU l% tetes mata, efektif sebagai terapi adjur'.ctif
karsinoma sel skuamosa konjungtiva dan tidak didapatkan
komplikasi yang serius. Kemp yang memberikan mitomicin C
0,04 % tetes mata sebelum operasi dan pemberian MMC 0,4
mg/ml intra operasi, dalam manajemen keganasan konjungtiva
yang rekuren dan difus mendapatkan hasil yang memuaskan.13,17
Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva
menurut Kelompok Seminar Onkologi Mata, Bedah Plastik dan
Rekonstruksi Mata adalah sebagai berikut:
1. Bila tumor di konjungtiva bulbi
-

Diameter tumor l-2 mm : Eksisi 2-3 mm dari batas


makroskopik tumor, diikuti dengan pengobatan krioterapi
-700oC

Diameter

tumor

-5

mm

Bila

eksisi

luas

tidak

memungkinkan dianjurkan enukleasi atau eksenterasi


-

Diameter >5 mm : Eksenterasi.

22

2. Bila tumor sudah menginvasi orbita


-

Tanpa pembesaran KGB regional : Eksenterasi, dan bila


operasi tidak bebas tumor diberikan radioterapi loco
regional.

Dengan pembesaran KGB regional: Eksenterasi, Diseksi


KGB dan radioterapi loco regional.

3. Bila didapat invasi tumor ke intrakranial, sinus


paranasal, pembesaran KGB tanpa metastase jauh:
-

Operasi bersama dengan bagian lain jika memungkinkan

Bila inoperabel, dapat dilakukan debulking tumor yang


dilanjutkan dengan radioterapi

4. Bila didapatkan metastase jauh:


-

Pemberian Sitostatika

Radioterapi Loco regional

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya terjadi
dalam tahun pertama setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat
sampai 5 tahun. Rekurensinya jarang terutama pada eksisi yang
komplit.

Temuan

histopatologi

dan

batas

eksisi

juga

mempengaruhi angka rekurensi. Tunc dkk mendapatkan angka


rekurensi 4,5% dan 5,3% masing-masing untuk neoplasma
intraepitel dan karsinoma sel skuamosa konjungtiva. Dengan
eksisi lengkap, angka rekurensi kurang dari 10%.4,8
Invasi intraokuler dilaporkan 2-8% kasus dan invasi orbita
l2 18% kasus. Tunc, mendapatkan angka lebih tinggi yaitu l3%,
invasi orbita 11%. Mc Kelvie, mendapatkan invasi intraokuler l3%
dan invasi ke orbita 15%.4,6
Metastase karsinoma sel skuamosa ke kelenjar limfe
preaurikuler dan servikal, pemah dilaporkan insidennya 0-4%.

23

Zimmerman dkk, hanya mendapatkan 4 kasus dari 87 kasus


karsinoma sel skuamosa. Metastase ke kelenjar parotis, paru dan
tulang juga pernah dilaporkan.9
2.2.7 Prognosis
Karsinoma

sel

skuamosa

konjungtiva

merupakan

keganasan tipe low grade malignancy. Prognosis umumnya baik,


namun hal itu juga terganrung pada ukuran lesi, temuan
histopatologis,

eksisi

dilaporkan

bervariasi,

karsinoma

sel

yang

komplit.

Tunc

skuamosa

Angka

yang

kematian

menganalisa

konjungtiva

yang

60

kasus

mendapatkan

angka

kematian 0%, beberapa melaporkan tinggi sampai 4-8%.4,6,8


BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma

sel

skuamosa

konjungtiva

merupakan

keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.


Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000
penduduk, tergantung lokasi geografik.
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura
palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.
Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki
permukaan seperti gelatin. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna
dieksisi. Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau
fluorouracil dapat membantu untuk mencegah kekambuhan.
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai
umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi

24

pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Diagnosis


ditegakkan dari pemeriksaan histopatologi.
Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini
sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau
temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade
malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang
tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh
jarang. Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah
eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,
dan kemoterapi topical.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia.
2. Vaughan, D.G., Asbury, T., et al. 2007. General Oftalmologi. Edisi 17.
London: McGraw Hill.
3. Midena E et al. Treatment of Conjunctival Squamous Cell
Carcinoma With Topical 5 Fluorouracil. Br J Ophthalmology
2000 ;84 :268-272.
4. Tunc M, et al. Intraepithelial and Invasive Squamous Cell
Carcinoma of The Conjunctiva : analysis of 60 cases. Br J
Ophthalmology 1999; 83 : 98-103.
5. Poole, TRG. Conjunctival squamous cell carcinoma in
Tanzania. British Joumal of Ophthalmology 1999 ; 83 (2) : 177179.

25

6. McKelvie PA et al. Squamous cell carcinoma of the conjunctiva


: a series of 26 cases. British Journal of Ophthalmology 2002;
86 : 168-173.
7. Mauriello JA. Adenoid Squamous Carcinoma of the conjunctiva
a clinicopathological study of 14 cases. British Journal of
Opthalmology 1997; 81(11): 1001-1005.
8. American Academy of Ophtalmology. Clinical Approach to
Neoplastic Disorder of the Conjunctiva and Cornea. In :
External Disease and Cornea. BCSC Section 8, 20032004:241-246.
9. Jacoebiec FA et al. 2005. Secondary and Metastatic Tumours
of The Orbit. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 2. Chap
46. Philladelphia: Lippincott Raven.
10. Tulvatana, W. et al. Risk factors for conjungtival squamous
cell neoplasia : a matched case-control study. British Journal
of Ophthalmology 2003 ; 87 : 396-398.
11. Crawford, JB. 2005. Conjunctival Tumours. In: Duane's
Clinical Ophthalmology. Vol 4. Chap. 10. Philladelphia:
Lippincott Raven.
12. Squamous Carcinoma and Intraepithelial Neoplasia of the
Conjunctiva. Diakses dari: www. eye cancer.com. 2013.
13. Van Dessel P, et al. Invasive Squamous Cell Carcinoma of The
Conjunctiva. Bull. Soc. Gelge Ophthalmol 2000 ;278;43-47

26

Anda mungkin juga menyukai