IDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. S
Jenis Kelamin: Laki-laki
Tanggal Lahir: 1 July 1977
Usia: 37 tahun
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Nomor Rekam Medis: 694689
Alamat: Toli-toli
Tanggal Pemeriksaan: 02 Januari 2015
Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Mata RSWS
Dokter Pemeriksa: dr. R
ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis terpimpin
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang, Gizi kurang, Compos mentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi: 88 x/ menit
Pernafasan: 20 x/ menit
Suhu : 36,8 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan
OS
OD
edema (-)
edema (-)
lakrimasi (+)
lakrimasi (-)
sekret (+)
sekret (-)
hiperemis (-)
Jernih
Sulit dievaluasi
Normal
Iris
Sulit dievaluasi
Pupil
Sulit dievaluasi
bulat, sentral
Lensa
Sulit dievaluasi
Jernih
Foto Klinis
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Mekanisme muskular
Kornea
Gambar 1.1 : Mata kanan pasien kelihatan selaput putih menutupi sebagian
konjungtiva pada daerah temporal dan nasal mata kanan pasien.
Palpasi
Palpasi
OD
OS
Tensi Okuler
Tn
Tn
Nyeri Tekan
(+)
(-)
Massa Tumor
(+)
(-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
OD
OS
Hiperemis (-)
Jernih
Sulit dievaluasi
Normal
Iris
Sulit dievaluasi
Pupil
Sulit dievaluasi
Lensa
Sulit dievaluasi
Jernih
Glandula Preaurikuler
Tonometri :
TOS : Sulit dievaluasi
TOD : 12 mmHg
Pemeriksaan Visus :
VOS
: 1/
VOD : 6/6
Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva Hiperemis (+), Sekret (+), tampak benjolan di
superotemporal dan di bagian nasal dengan permukaan tidak rata dan berbatas
tidak tegas, kornea tertutupi dengan selaput, detail lain sulit dievaluasi.
OFTALMOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
FOTO ROENTGEN DADA
Pulmo normal dan cardiomegaly
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
WBC :
RBC :
HGB :
HCT :
PLT :
CT :
BT :
PT :
aPTT :
Na :
K:
Cl :
SGOT :
SGPT :
Ureum :
Hasil
6,2
5,18
13,5
40,8
309
730
300
11,7 INR 0,97
24,1
136
3,9
104
21
13
30 mg/L
Nilai Normal
(4,00 11,00)
(4,50 5,50)
(13,0 16,0)
(40,0 50,0)
(150 450)
(4 10)
(3 7)
(10,8 14,4)
(26,4 37,6)
(136 145)
(3,5 5,1)
(97 - 111)
<35
<45
0 53
satuan
103/uL
106/uL
g/dL
%
103/uL
Menit
Menit
Detik
Detik
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
U/L
Creatinine :
HbsAg (ELISA) :
Anti HCV (rapid)
GDS :
1 mg/L
< 0,13 (-)
(-)
101
0,6 1,3
< 0,13 (-); 13,0 (+)
Negatif
(200)
mg/L
Resume :
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke poliklinik mata RSWS dengan
keluhan penglihatan kabur pada mata kiri dialami sejak 1 tahun yang lalu secara
perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti selaput di
bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+), kotoran mata
berlebihan (+), rasa mengganjal (+), nyeri (+), riwayat nyeri sebelumnya (+),
riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+), riwayat mata merah
(-), gatal (-), silau (+), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan
sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing manis (-), riwayat
penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat pemakaian kacamata
(-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
compos mentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOS : 1/, VOD : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian superotemporal dan nasal
mata dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil
mata kanan sulit dievaluasi. Segmen anterior mata kiri dalam batas normal. TOS
sulit dievaluasi dan TOD dalam batas normal. Hasil foto roentgen dada dalam
batas normal.
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan :
Cendo Xytrol ED/6 jam/topikal OS
Cendo lyteers ED/8 jam/ Topikal OS
Anjuran
-
Prognosis
Quo ad Vitam: Bonam
Quo ad Visam
Quo as Sanationam
Diskusi
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami penurunan
visus di mata kiri yang dialami sejak 1 tahun yang lalu semakin lama semakin
memberat. Pertamanya timbul selaput di bagian mata putih dan semakin
membesar. Terdapat keluhan air mata berlebihan, kotoran mata berlebihan dan
rasa mengganjal pada mata kanan pasien. Terdapat keluhan nyeri, riwayat nyeri
sebelumnya. Terdapat riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan.
Tidak terdapat riwayat mata merah, gatal, rasa berpasir dan riwayat trauma
disangkal. Terdapat riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol. Riwayat
penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, riwayat alergi dan riwayat
pemakaian kacamata disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOS : 1/, VOD : 6/6. Segmen anterior mata kiri ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian temporal dn nasal mata.
Benjolan dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas. Kornea, iris dan
pupil mata kanan sulit dievaluasi . Segmen anterior mata kiri dalam batas normal.
TOS sulit dievaluasi dan TOD dalam batas normal. Hasil foto roentgen dada
dalam batas normal.
Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan,
pasien sesuai untuk didiagnosis Suspek OD Ocular Surface Squamous Neoplasia
.Pada saat ini pasien direncanakan untuk Pemeriksaan laboratorium
lengkap dan dibiopsi untuk menegakkan diagnosis.
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma
sel
skuamosa
konjungtiva
merupakan
peningkatan
insiden
Karsinoma
Sel
Skuamosa
infeksi
HIV.
Sinar
ultraviolet
sebelumnya
diduga
merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang diduga
juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human papilomavirus
(HPV).1,3,4
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura
palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.
Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki
permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat
menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis
yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan
untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi.
Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau fluorouracil dapat
membantu untuk mencegah kekambuhan.1,2
Displasia konjungtiva adalah suatu kondisi jinak yang terjadi sebagai lesi
terisolasi atau kadang-kadang lebih seperti pterygia dan pingueculae dan dapat
menyerupai karsinoma in situ secara klinis dan bahkan secara histologis. Istilah
neoplasia intraepithelial konjungtiva disebutkan pada semua lesi epitel mulai dari
displasia sampai karsinoma yang terbatas pada epitel. Biopsi eksisi akan
menegakkan diagnosa dan memberikan penyembuhan pada sebagian besar lesi.2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai
umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi
pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Karsinoma Sel
9
basal
sampai
kornea
dan
ke
substantia
sklera.
propria
Diagnosis
dan
dapat
ditegakkan
dari
pemeriksaan histopatologi.2,4
Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini
sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau
temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.1,2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade
malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang
tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh
jarang Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah
eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,
dan
kemoterapi
topical.
Dengan
eksisi
lengkap,
biasanya
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Gambar 2.1: Bagian eksternal mata dari depan.Kelihatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva
11
Gambar 2.2: Bagian eksternal mata dari samping.Keliatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva
12
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak
mata bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri
atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus.2
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan
dengan sangt longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah
bergerak.2
Tidak seperti membrana mukus lain yang terdapat di dalam tubuh, struktur
ini jelas kelihatan langsung. Oleh kerna itu, segala lesi dan tumor pada daerah
konjungtiva dianggap masih di derajat awal. Ini kerna kebanyakan dari tumor ini
mempunyai cii-ciri yang tipikal, dimana suatu diagnose yang akurat dapat dibuat
dengan hanya pemeriksaan ocular eksternal dan lampu slit biomikroskop, dengan
syarat seorang dokter itu mengetahui karekteristiknya dari penyakit yang
didiagnosa.12
2.2 SQUAMOUS CELL CARCINOMA PADA MATA
2.2.1 Definisi dan Epidemiologi
Karsinoma
sel
skuamosa
adalah
suatu
keganasan
13
neoplastik
epitel
konjungtiva
meliputi
displasia,
Karsinoma
Sel
Skuamosa
Konjungtiva
belum
14
namun
peranannya
masih
belum
jelas.
lebih
mungkin
diserang
akibat
status
imunologisnya.
-
karsinoma
sel
histopatologi.
skuamosa
Pemeriksaan
ditegakkan
dari
histopatologi
15
Sebagian
besar
pasien
mempunyai
keluhan
adanya
atau
temporal
limbus,
namun
bisa
juga
mengenai
bisa
berbentuk
nodular,
gelatin,
16
bervariasi,
ia
dapat
merupakan
suatu
masquerade syndrome.10,12
Dalam
analisa
60
kasus
karsinoma
sel
skuamosa
konjungtiva
yang
memperlihatkan
masquerade
perubahan
actinic
atypical
ringan.
Spesimen
biopsi
17
sekitarnya
penting
untuk
mencegah
penyebaran
tumor.2,4\
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada Karsinoma
sel
skuamosa
membantu
konjungtiva.
untuk
Pewarnaan
menentukan
Rose
perluasan
lesi
Bengal
dapat
yang
tepat.
Pterygium
adalah
sama
dengan
pinguecula.
Dalam
18
peradangan
umum.
Secara
umum,
tidak
ada
pingueculitis,
steroid
topikal
yang
lemah
19
Gambar 6 : Pinguekula
-
2.2.5 Penatalaksanaan
Terapi Bedah
Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva
adalah eksisi luas. Dianjurkan untuk batas eksisi 2-3 mm dari
tumor yang terlihat. Frozen section dapat menilai batas lateral
eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas dalam.
Setelah eksisi dapat dilakukan krioterapi pada batas konjungtiva
yang tinggal dan dasar lesi untuk menurunkan angka rekurensi.
Krioterapi
dapat
menghancurkan
sel
tumor
melalui
21
diindikasikan
jika
terdapat
perluasan
ke
dengan
anti
metabolit
5FU
(5
Fluorouracil),
Diameter
tumor
-5
mm
Bila
eksisi
luas
tidak
22
Pemberian Sitostatika
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya terjadi
dalam tahun pertama setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat
sampai 5 tahun. Rekurensinya jarang terutama pada eksisi yang
komplit.
Temuan
histopatologi
dan
batas
eksisi
juga
23
sel
skuamosa
konjungtiva
merupakan
eksisi
dilaporkan
bervariasi,
karsinoma
sel
yang
komplit.
Tunc
skuamosa
Angka
yang
kematian
menganalisa
konjungtiva
yang
60
kasus
mendapatkan
angka
sel
skuamosa
konjungtiva
merupakan
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia.
2. Vaughan, D.G., Asbury, T., et al. 2007. General Oftalmologi. Edisi 17.
London: McGraw Hill.
3. Midena E et al. Treatment of Conjunctival Squamous Cell
Carcinoma With Topical 5 Fluorouracil. Br J Ophthalmology
2000 ;84 :268-272.
4. Tunc M, et al. Intraepithelial and Invasive Squamous Cell
Carcinoma of The Conjunctiva : analysis of 60 cases. Br J
Ophthalmology 1999; 83 : 98-103.
5. Poole, TRG. Conjunctival squamous cell carcinoma in
Tanzania. British Joumal of Ophthalmology 1999 ; 83 (2) : 177179.
25
26