Anda di halaman 1dari 5

Manusia, Kebudayaan dan Peradaban Ipteks

Oleh Listiyono Santoso


Pengantar
Kebudayaan selalu menarik untuk diperbincangkan. Meski diakui
bahwa dalam kehidupan budaya dan diskusi kebudayaan -yang selalu
berkembang dimana-mana-, kebudayaan meminjam terminology Ignas
Kleden (1987:155)-tidak selalu dihayati dalam citarasa yang sama,
pengertian yang sama, atau dibicaran dengan menggunakan idiom-idiom
yang sama pula. Selalu saja ada konstruksi 1 berbeda berkaitan dengan
pemahaman kita terhadap kebudayaan berikut proses-prosesnya. Tidak
heran jika kita membuka literature tentang kebudayaan selalu dihadirkan
sejumlah pemaknaan kebudayaan yang berbeda. Tiap penulis, pakar
kebudayaan atau apapun namanya akan memberikan pengertian berlainan
satu sama lain.
Sebut saja Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
fenomena material. Kebudayaan dimaknai sebagai keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Aliran antropologi
kognitif yang diusung oleh James P. Spradley memahami kebudayaan
sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku social. Franz
Boas menyebut kebudayaan mencakup semua manifestasi kebiasaan social
daripada satu masyarakat, reaksi-rekasi seorang individu yang timbul karena
pengaruh kebiasaan masyarakat di mana ia tinggal, dan hasil karya kegiatan
manusiawi sebagaimana ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan itu.

Ignas Kledens menyebutnya ada 3 kelompok utama yang mewakili pengertian khas
tentang kebudayaan, yakni eksekutif pemerintah dan politis, ilmuwan social, dan para
budayawan dan seniman

Terlepas dari konteks ini, kebudayaan tidaklah bermakna tunggal.


Selalu hadir varian kebudayaan tergantung dari paradigma yang digunakan
untuk mengkonstruksikannya. Namun yang menjadi titik singgung yang
sama berkaitan dengan kebudayaan menurut JWM. Bakker (1984: 17)
bahwa dalam kebudayaan kedudukan manusia adalah sentral, bukan
sebagai orang, tetapi sebagai pribadi. Kepadanya segala kegiatan diarahkan
sebagai tujuan. Itulah yang katanya- membedakan agama dengan
kebudayaan. Beda dengan agama, kebudayaan adalah spesifik insani,
realisasi dari bawah, bukan rahmat dari atas.
Kebudayaan itu Khas Manusia(wi)
Kebudayaan (intinya) adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan
nilai-nilai insani melalui upaya membudayakan alam, memanusiakan hidup
dan menyempurnakan hubungan keinsanian sebagai kesatuan. Menjadi
wajar ketika kondisi alam lingkungan dan alam social yang berbeda akan
melahirkan konstruksi kebudayaan yang berbeda pula. Begitu pula proses
interaksi dan adaptasi yang berbeda meski dalam alam lingkungan yang
sama akan melahirkan fenomena kebudayaan yang berbeda pula.
Dalam konteks demikian, kebudayaan adalah dimensi manusia sendiri
sebagai pencipta di dunia. Melalui kebudayaan manusia menemukan
realisasi dirinya sebagai homa faber bukan sebagai homo viator. Melalui
kebudayaan pulalah manusia menemukan eksistensinya sebagai manusia
yang hidup di dunia. Yang berkesedaran ada didunia. Inilah yang kemudian
menjadikan kehidupan kemanusian menjadi lebih beradab. Artinya, fungsi
kebudayaan pada akhirnya mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat
dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta
membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu, agar 1) hidup lebih baik,
2) lebih manusiawi, dan 3) berperikemanusiaan.

Itulah sebabnya, dalam rangka menciptakan peradaban manusia


menjadi lebih baik, maka manusia selalu berusaha menciptakan segala
sesuatu

berdasarkan

menghasilkan
peradaban

kualitas

sejumlah

manusia.

olah

teknologi

Sejumlah

budinya.
yang

Tradisi

berdampak

teknologi

kemudian

penciptaan
bagi

itu

kemajuan

tercipta-

dari

kecerdasan akal budi manusia. Dimana teknologi diciptakan oleh manusia


dalam

rangka

untuk

mempermudah

manusia

memenuhi

tuntutan

kehidupannya.
Teknologi untuk Peradaban Ipteks
Jika mengacu pada klasifikasi 7 unsur kebudayaan 2 yang dibuat oleh
para pakar kebudayaan, maka teknologi menjadi unsur pertama yang
dianggap menentukan terjadinya konstruksi peradaban. Melalui teknologi,
sebuah peradaban bangsa dapat dijelaskan taraf kebudayaannya. Berbagai
negara maju sudah memberikan bukti bahwa semakin tinggi teknologi yang
dimilikinya seolah- menjadi penentu (utama) bagi kualitas peradaban yang
dimilikinya.
Sebagaimana dijelaskan di awal, teknologi diciptakan oleh manusia
agar mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia. Teknologi komunikasi,
seperti telepon dan HP diciptakan oleh manusia dalam rangka untuk
mempermudah komunikasi antar manusia, siapapun, dimanapun dan
kapanpun. Teknologi informasi (TV) diciptakan untuk kian mempermudah
memperoleh berbagai informasi terhadap peristiwa dan kejadian; dimanapun
dan kapanpun. Begitu juga pula teknologi transportasi diciptakan karena
manusia berkeinginan jarak tempuh menjadi lebih cepat dicapai.
Secara umum, teknologi diartikan sebagai suatu rangkaian sarana,
proses, dan ide, sekaligus merupakan alat-alat dan mesin-mesin yang
2

7 unsur kebudayaa menurut C Kluckhohn; sistem teknologi dan peralatan, sistem mata pencaharian
hidup, kesenian, bahasa, sistem pengetahuan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, dan Sistem
religi dan upacara keagamaan;

tercipta. Sederhananya, teknologi merupakan sarana atau aktivitas yang


dengannya

manusia

berusaha

mengubah

dan

menangani

alam

lingkungannya. Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan.


Jika teknologi dianggap sebagai tecnique (seni-kerajinan), maka berbagai
hal yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam penguasaan
alam lingkungan haruslah disebut sebagai teknologi.
Itulah teknologi. Kemampuan manusia dalam penciptaan teknologi
akhirnya- berhubungan dengan kemampuan akal budi manusia dalam
penguasaan alam lingkungannya. Semakin tinggi (kreatif) kemampuan akal
budi manusia semakin bervarian teknologi yang diciptakannya. Revolusi
industri di Inggris di paruh abad 16 adalah bukti munculnya kreator teknologi
yang mampu menggerakkan peradaban dunia menjadi lebih maju, meski
tanpa harus disebut menjadi lebih baik. Mengapa demikian? Karena
kemajuan peradaban Ipteks tidaklah kemudian berhubungan dengan kualitas
kehidupan menjadi lebih beradab secara moral.
Berbagai dampak sebagai akibat dari perkembangan teknologi tidak
bisa di elakkan lagi. Teknologi bagai pisau bermata dua; yang sama
tajamnya. Di satu sisi memberikan kemudahan bagi manusia, di sisi lain
memberikan petaka bagi kemanusiaan. Teknologi komunikasi membuat
manusia mudah saling berkomunikasi tanpa saling ketemu, tapi justru lewat
itu manusia dibentuk menjadi kian individualis. Teknologi transportasi kian
mempermudah perjalanan manusia, tetapi justru juga melahirkan polusi dan
kebisingan.
Rumah kaca dibangun dimana-mana mempermudah konstruksi
bangunan, tetapi ternyata malah melahirkan pemanasan global yang
berkepanjangan.

Teknologi

persenjataan

yang

seharusnya

membuat

manusia kian aman, justru membuat manusia malah kian tidak aman. Lalu
apa yang sesungguhnya terjadi? Tidak lain adalah ketidakmampuan manusia

mengendalikan perkembangan Ipteks yang diciptakannya sendiri. Yang


semula hanya sarana, malah berubah menjadi tujuan. Yang semula hanya
sebagai benda-material, malah berubah menjadi ideologi.
Teknologi penting, tapi tidak terpenting, Bahwa teknologi mampu
menjadikan hidup manusia kian efisien, efektif dan produktif tidak bisa
dibantah. Tetapi menjadi teknologi sebagai yang utama dalam kehidupan ini
akan berbahaya bagi peradaban kemanusiaan ke depan.
Penutup
Teknologi akan selalu ada di bawah kendali manusia. Tanpa manusia
yang menciptakannya, teknologi tidak akan ada. Tanpa manusia, teknologi
tidak

akan

menjadi

lebih

sempurna.

Dan

tanpa

manusia

yang

memeliharanya, teknologi tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, kita
sebagai pengguna teknologi harus memiliki kontrol terhadap teknologi agar
teknologi yang seharusnya ada di bawah kendali kita tidak justru berbalik
merugikan kita.
Perkembangan teknologi haruslah tetap dalam koridor untuk sarana
manusia memanusiakan dirinya sendiri, bukan malah terjebak oleh
kepungan teknologisasi. Teknologi adalah sarana manusia, bukan tujuan
manusia. Karenanya menjadi lebih bijaksana jika manusia memikir ulang
menata penciptaan teknologi yang berguna bagi kepentingan kemanusiaan.
Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai