Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

DI DUSUN GOKERTEN SRIGADING

DOSEN PENDAMPING: EVITA A. N., S.SiT


NAMA MAHASISWA
1.
2.
3.
4.

Isriani Widiastuti
Cahya Yustisia
Dewi Purwanti
Febri Anawati

(120110)
(120112)
(120081)
(120079)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA


OKTOBER 2014
HALAMAN PENGESAHAN

Judul

: Pengabdian Pengabdian Masyarakat Di Dusun


Gokerten Srigading Bantul

Dosen Pendamping

: Evita A. N., S.SiT

Ketua Pelaksana

a. Nama
b. NIM
c. Perguruan Tinggi

: Dewi Purwanti
:
: Akademi Kebidanan Yogyakarta

Jumlah pelaksana

: 3 Mahasiswa

Nama Anggota pelaksana

:
1. Isriani Widiastuti
2. Febri Anawati
3. Cahya Yustisia

Waktu Kegiatan

Bentuk kegiatan

:
1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker
serviks dan IVA
2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker
payudara dan pentingnya SADARI
3. Kurangnya pengetahuan remaja tentang TIAD
KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, dan
NAPZA).
4. Masyarakat belum mengaplikasian tentang cuci
tangan menggunakan sabun.
5. Masyarakat belum mengaplikasian tentang cuci
tangan menggunakan sabun
6. Aktivitas fisik seperti olahraga yang masih
kurang.

Sifat kegiatan

: Pengabdian Kepada Masyarakat

Sumber dana

:
1. Dana Institusi

: Rp. 500.000

2. Sumber dana lain : Rp. 106.500


3. Total Dana
: Rp. 606.000
Yogyakarta, 5 Desember 2014
Ketua Pelaksana

Sekretaris

Dewi Purwanti

Isriani Widiastuti

NIM 120081

NIM 120110
Mengetahui

Kepala BPPKM

Nining Tunggal SS, SKM, MPH


NIDN. 0529057902

Dosen pendamping

Evita A. N., S.SiT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga proposal penyusunan rencana kegiatan dusun sebelas dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas praktik
Kebidanan Komunitas.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini dapat diselesaikan
berkat dorongan, semangat, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dengan kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Henri Soekirdi, M.Kes Selaku direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta.
2. Evita A. N., S.SiT selaku pembimbing
3. Rekan-rekan kebidanan komunitas dusun sebelas.
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis
banggakan. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
sebagai perbaikan proposal selanjutnya.

Yogyakarta, 5 Desember 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.

Latar Belakang...........................................................................................1

B.

Tujuan Kegiatan.........................................................................................2
1.

Tujuan Umum........................................................................................3

2.

Tujuan Khusus.......................................................................................3

C.

Manfaat Kegiatan.......................................................................................3
1.

Untuk Masyarakat..................................................................................3

2.

Untuk Mahasiswa..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


A.

TRIAD KRR..............................................................................................5
1.

Seksualitas.............................................................................................5

2.

HIV/AIDS..............................................................................................8

3.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain).....................15

BAB III PENDATAAN..........................................................................................30


A.

Hasil Pendataan........................................................................................30

B.

Skala Prioritas Masalah............................................................................53

BAB IV METODE KEGIATAN............................................................................59


A.

Kerangka Pemecahan masalah.................................................................59

B.

Rencana Kegiatan....................................................................................62

C.

Rancangan Evaluasi (proses, hasil)..........................................................63

D.

Organisasi Pelaksana...............................................................................65

E.

Rincian Biaya...........................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................68

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.Untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia
sehat 2015 yang dikenal sebagai Millenium Development Goals (MDGs).
Seperti diketahui bersama, 8 (delapan) obyektif yang dimaksud masing
masing adalah: (i) menghapuskan kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan;
(ii) memenuhi kebutuhan pendidikan dasar; (iii) mempromosikan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (iv) mengurangi angka
kematian anak; (v) meningkatan kualitas kesehatan ibu; (vi) memberantas
HIV/AIDS, malaria, dan beragam penyakit lainnya; (vii) menjamin
keberlanjutan lingkungan hidup; dan (viii) mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2015
tersebut, perlu adanya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat,
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat tersebut meliputi penggerakan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pendorong kemandirian
masyaraat untuk hidup sehat, pemeliharaan dan peningkatan pelayanan
kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau, peningkatan kesehatn
individu keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
nasional turut serta ambil bagian dalam menangani masalah kesehatan.
Bagi seorang bidan yang nantinya akan ditempatkan didesa dalam
menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat
desa dimana ia bertugas. Selain itu dituntut dapat memberikan asuhan
bermutu tiggi dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal
masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya, melakukan
pendekatan dan bekerjasa dalam memberikan pelayanan, sehingga

masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut


secara aktif dalam menanggulangi masalah kesehatan baik untuk individu
mereka sendiri maupun keluarga dan masyaraat sekitarnya. Oleh sebab itu,
banyaknya peran bidan dalam masyarakat membuat bidan harus dapat
berbicara dan mendekatkan diri pada masyarakat, serta mampu melakukan
tindakan untuk dapat membantu masyarakat serta dapat di terima oleh
masyarakat (Eny Retna, 2010).
Dalam upaya mengaplikasikan teori kebidanan komunitas yang
telah didapat diperlukan praktek secara nyata pada pengelolaan komunitas
dimasyarakat, untuk itu sebanyak 4 mahasiswa semester V Akademi
Kebidanan

Yogyakarta

mengadakan

kegiatan

praktek

kebidanan

komunitas di Dusun Gokerten Desa Srigading Kecamatan Sanden


Kabupaten Bantul. Secara geografis dusun Gokerten terletak di dataran
yang mana didusun tersebut memiliki jumlah penduduk sebanyak 306
jiwa, Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 24 November 2014 s.d. 20
Desember

2014

tersebut

meliputi

kegiatan

praktik,

diantaranya

mengadakan kegiatan peningkatan pengetahuan remaja tentang Triad


KRR, penyuluhan kanker servik dan pentingnya pemeriksaan IVA serta
pap smear, penyuluhan kesehatan tentang kanker payudara serta
pentingnya SADARI dan aktivitas fisik seperti olahraga .Kegiatan
pengabdian yang dilakukan oleh para mahasiswa Akademi kebidanan
yogyakarta tersebut sangat tepat yaitu dapat meningkatkan pengetahuan
dan kemandirian warga Gokerten dalam hal kesehatan terutama dalam
memajukan kesehatan ibu dan anak.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum

Membantu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan


masyarakat di wilayah Dusun Gokerten Desa Srigading Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
Memberikan Asuhan Kebidanan komunitas pada masalah
kesehatan prioritas meliputi :
a. Pengkajian, melakukan analisa data dan penyusunan POA.
b. Melakukan implementasi kebidanan sesuai dengan masalah yang
telah ditemukan.
c. Memilih dan membuat media pengajaran yang tepat sebagai
penopang kegiatan pendidikan kesehatan.
d. Menerapkan proses belajar mengajar di komunitas.

C. Manfaat Kegiatan
1

Untuk Masyarakat
a. Sebagai subyek, masyarakat diharapkan memiliki kemampuan
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan, dan pendidikan di
desanya secara mandiri.
b. Sebagai obyek, masyarakat akan mendapatkan pelayanan melalui
berbagai rangkaian kegiatan yang menunjang peningkatan kualitas
kesehatan, dan pendidikan.

3. Untuk Mahasiswa
a. Sebagai subyek, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu, dan
pengetahuan yang didapat untuk kepentingan masyarakat secara
langsung.
b. Sebagai obyek, bakti sosial adalah sarana pendidikan dan pelatihan
non formal bagi mahasiswa dengan terjun langsung ke masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A TRIAD KRR
1

Seksualitas
a. Pengertian
Emosi dan sikap berkaitan dengan perilaku dan orientasi
seksual. Konsep konstruksi sosial terhadap nilai, orientasi dan
perilaku yang berkaitan dengan seks.

(Julfita Raharjo).

Seksualitas berasal dari kata seks, yang memiliki beberapa arti:


1) Jenis kelamin: biologis yg
membedakan laki-laki dan
dperempuan.
2) Reproduksi seksual: bagian tubuh tertentu dari laki-laki
maupun perempuan yg dpt melahirkan bayi: organ reproduksi.
3) Organ reproduksi: bagian dalam dan luar; perempuan a.l
vagina, rahim, laki-laki: testis, penis.
4) Rangsangan atau gairah seksual: disebabkan perasaan tertarik
yang sangat kuat pada seseorang shg terasa ada getaran aneh
yang muncul.
5) Hubungan seks: penetrasi
6) Orientasi seksual: kecenderungan seseorang mencari pasangan
seksualnya berdasar jenis kelamin:
a) Heteroseksual
b) Homoseksual
c) Biseksual
b. Pubertas
Masa seseorang alami :
1) Perubahan struktur tubuh: tinggi dan besar
2) Perubahan kerja hormon:
a) Perempuan : estrogen dan progesteron, panggul mulai
melebar membesar, tumbuh payudara, menstruasi/haid,
Tumbuh bulu halus, jerawat
b) Laki-laki : hormon Testosteron
Tumbuh bulu halus, perubahan
produksi sperma
3) Perubahan Psikis
a)Emosi

mimpi basah

suara, jerawat,

b)Pikiran
c)Perasaan
d)lingkungan pergaulan
e)tanggung jawab
4) Perubahan Fisik Lain
a) Perempuan
Kulit-rambut berminyak
(1) Keringat bertambah banyak
(2) Lengan tungkai kaki panjang
(3) Tangan-kaki tambah besar
(4) Tulang wajah memanjang membesar
(5) Pantat berkembang
(6) Indung telur membesar
(7) Vagina keluarkan cairan
b) Laki-laki
(1) Kulit dan rambut berminyak
(2) Keringat bertambah banyak
(3) Tubuh tambah berat tinggi
(4) Lengan-tungkai tambah besar
(5) Tangan kaki tambah besar
(6) Tulang wajah memanjang
(7) Pundak-dada besar- bidang
(8) Tumbuh jakun
(9) Suara jadi berat
(10) Penis buah zakar membesar
c) Mimpi Basah
(1) Sperma keluar melalui proses ejakulasi dan tidak
disadari, biasanya saat tidur.
(2) Normal untuk laki-laki yang belum menikah, terjadi
periodik berkisar setiap 2-3 minggu.
(3) Sperma juga dapat keluar melalui rangsangan terhadap
alat kelamin yang dilakukan sendiri (masturbasi/
onani).
(4) Sperma diproduksi tiap hari, tidak selalu harus
dikeluarkan tetapi diserap oleh tubuh dan keluar
melalui keringat, kotoran cair dan padat.
d) Menstruasi
(1) Proses perubahan/penebalan lapisan dalam rahim yg
banyak mengandung pembuluh darah: siap dibuahi.
Bila tidak terjadi pembuahan keluar melalui vagina.
(2) Mulai umur 9 - 12 tahun
(3) Lama setiap siklus 4-5 hari

(4) Berakhir (menopause): 40-50 tahun, Indonesia rata-rata


di atas 50 tahun.
e) Keperawanan
(1) Selaput hymen pd mulut rahim: pori-pori
(2) Robek bila:
(a) Alat kelamin laki-laki masuk
(b) Luka penetrasi pada mulut vagina
(c) Kecelakaan atau olahraga berat (jatuh dari kuda,
sepeda): sangat jarang terjadi.
f) Kehamilan
(1) Hasil pembuahan yang terjadi dari bertemunya sel telur
dan sperma, terjadi pada masa subur.
(2) Kehamilan memerlukan berbagai persiapan yang perlu
diperhatikan dengan pertimbangan matang.
g) Kesiapan yang diperlukan
(1) Kesiapan Fisik
Seluruh proses pertumbuhan tubuh dan organ
reproduksi perempuan benar-benar siap usia minimal 20
tahun
(2) Kesiapan Mental/Psikis dan Emosi
(a) Suami-istri benar-benar telah menginginkan mempunyai anak.
(b) Suami-istri telah siap menjadi orangtua yang mampu mengasuh
dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang.
(3) Kesiapan Sosial Ekonomi
Mampu memenuhi kebutuhan dasar bagi
keluarga termasuk anak-anak yang dilahirkan.
Contohnya pakaian, makan, minum, tempat tinggal dan
pendidikan anak.
(4) Konsekuensi hubungan seks pra nikah
(a) IMS/ HIV-AIDS
(b) Kehamilan tidak diinginkan (KTD)
i.
Pendarahan
ii.
Komplikasi
iii.
Kehamilan bermasalah
iv. Keguguran
4. HIV/AIDS
a. Pengertian

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired


Immune

Deficiency

Syndrome

(disingkat

AIDS)

adalah

sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena


rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV
atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies
lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus
(atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan
air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal
dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit.
AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh
dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih
dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni
1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah
paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan
kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja,
dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.

Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara,


sehingga

memperlambat

pertumbuhan

ekonomi

dan

menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan


antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian
dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan
tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih
berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan
lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada
orang-orang y ang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus,
fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur
sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik
umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir
semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar
menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan
kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan
sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan
limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop
elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T),
makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara
langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar
sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah
membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang

dari 200 per mikroliter (L) darah, maka kekebalan di tingkat sel
akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS.
Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis,
kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS;
yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam
darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa
terapi
antiretrovirus,

rata-rata

lamanya

perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai


sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS
hanya sekitar 9,2 bulan. Namun, laju perkembangan penyakit ini
pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai
20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah
kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi
kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya
memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih
muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit
yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan
adanya

infeksi

lainnya

seperti

tuberkulosis,

juga

dapat

mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang


yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang
kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki
beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang
berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan
dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS,
serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
b. Penularan seksual
1) Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada
kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal
seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung
lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa

pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada


risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti
tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif
maupun

insertif.

meningkatkan

risiko

Kekerasan
penularan

seksual
HIV

secara
karena

umum

pelindung

umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik


terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
2) Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV
karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan
epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga
karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit
dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian
epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika
Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih
besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin
seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko
tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil,
oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah,
infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan
pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
3) Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan
dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum
terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai
tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus
plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa
beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.
Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah
sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita
lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon,
ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang
lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi

dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih
mematikan.
4) Kontaminasi patogen melalui darah
Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya
AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba. Jalur penularan
ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik,
penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk
darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik
(syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh
organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya
merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis
B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik
merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV
dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat
Tiongkok, dan Eropa Timur.
5) Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum
yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1
banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV
dapat lebih jauh mengurangi risiko itu. Pekerja fasilitas
kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain)
juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini
dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima
rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak
dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena
sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi.
WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika
Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas
kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum
dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia
menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan
HIV melalui fasilitas kesehatan.

c. Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil


di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik
dan pengamatan HIV dilakukan. Namun, menurut WHO, mayoritas
populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan
"antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi
darah yang terinfeksi".
1) Penularan masa perinatal
2) Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in
utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir
kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat
penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan
adalah sebesar 25%. Namun, jika sang ibu memiliki akses
terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara
bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.
Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama
beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban
virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan
risiko penularan sebesar 4%.
3) Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik;
seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari),
pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta
penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang
diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan
terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup
pasien.

5. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain)


a. Pengertian

NAPZA adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk kedalam


tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan
saraf

pusat,

sehingga

menyebabkan

gangguan

kesehatan

fisik,psikis, dan fungsi sosialnya krn trjd kebiasaan, ketagihan, dan


ketergantungan.
Jenis NAPZA yang disalahgunakan:
1) Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis

maupun

penurunan

atau

semisintetis
perubahan

yang

dapat

kesadaran,

menyebabkan

hilangnya

rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat


menimbulkan ketergantungan. zat atau obat yang dpt
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. morfin, heroin, petidin, ganja/
kanabis dll.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
a) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan

pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan

tidak

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat


tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin,
Kokain, Ganja.
b) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan

serta

mempunyai

potensi

tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.


c) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

2) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. ekstasi, shabu, amfetamin dll
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat
atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
b) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan

sindroma

ketergantungan.

Contoh

Phenobarbital.
d) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan

sindroma

ketergantungan.

Contoh

Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).


3) Zat adiktif lainnya
Zat adiktif adalah bahan/ zat yg berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut narkotika dan psikotropika, meliputi:
a) Minuman beralkohol (whiskey, vodca, manson house, TKW
dll)

b) Inhalansia (gas yg dihirup). lem, thinner, nail remover,


bensin
b. Penggunaan Napza
Diperlukan untuk dunia pengobatan/Medik, penggunaan
diatur oleh UU RI tentang Narkotika dan Psikotropika. Morfin
sebagai anti nyeri yang kuat penggunaannya hanya untuk
kepentingan medik dan diatur dengan Pedoman Penggunaan
Morfin yang dikeluarkan Depkes
c. Penyalahgunaan dan Ketergantungan
1) Penyalahgunaan NAPZA
Penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA scr
berkala atau teratur di luar indikasi medis, shg menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan gangguan fungsi sosial.
2) Ketergantungan NAPZA
Keadaan dimana tlh terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, shg tubuh memerlukan jumlah NAPZA yg makin
bertambah(toleransi)
3) Pola Penggunaan NAPZA
Pengaruh dan Akibat

Penyalahgunaan

NAPZA.

Bergantung pd beberapa faktor, yaitu:


a) Jenis yg digunakan
b) Jumlah atau dosis yg dipakai
c) Frekuensi pemakaian
d) Cara pemakaian
e) Beberapa NAPZA yg digunakan bersamaan
f) Kondisi fisik pemakai
g) Pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat
h) Gangguan daya ingat
i) Gangguan perhatian
j) Gangguan persepsi
k) Gangguan motivasi
l) Gangguan kendali diri
d. Gejala yang muncul
1) Intoksikasi
a) ganja: perasaan melambung, inkoherensi dan asosiasi
longgar,

bicara

cepat,

percaya

diri

meningkat,

disorientasi, halusinasi, mual, diare, parestesi, pusing


b) obat tidur dan alkohol: lepas kontrol, agresif, mudah
tersinggung, dll

c) stimulansia (amfetamin, ekstasi, shabu): denyut nadi


meningkat, TD meningkat, mual, muntah, mulut kering,
tidak bisa diam, gemetar
d) opioid (heroin/ putauw,

morfin):

cadel,

apatis,

mengantuk, daya ingat terganggu, gerak lamban


2) Kelebihan dosis (over dosis):
a) heroin/ putauw: penekanan sistem pernafasan, shg dpt
berakibat kematian
b) amfetamin (ekstasi, shabu): kematian akibat pecahnya
pembuluh darah otak
3) Sindrom ketergantungan
a) Ketergantungan Fisik, ditunjukkan dengan adanya toleransi
dan atau gejala putus zat
b) Ketergantungan Psikologis, adalah keadaan dimana adanya
keinginan/ dorongan yang tak tertahankan (kompulsif)
untuk menggunakan NAPZA.
e. Komplikasi Medik-psikiatri (Ko-morbiditas)
Gangguan tidur, gangguan fungsi seksual, cemas, depresi
berat, pada penyalahguna heroin/ putaw. Paranoid, psikosis, depresi
berat kadang-kadang percobaan bunuh diri, mania, agitasi, cemas
sampai

panik,

keadaan

ini

dijumpai

pada

penyalahguna

stimulansia.
Gangguan psikotik, gangguan cemas, kehilangan motivasi,
acuh tak acuh dan gangg daya ingat. Sering ditemukan pada
penyalahguna ganja. Depresi, cemas sampai panik dan paranoid
sering ditemukan pd penyalahgunaan alkohol dan sedatif hipnotika
f. Komplikasi Medik
Akibat pemakaian yang lama:
1) Opiat (heroin, putaw):
a) Paru: bronkhopneumonia, edema paru
b) Jantung: endokarditis
c) Hepar: hepatitis C
d) Penyakit menular seksual & HIV/AIDS
2) Kanabis (ganja, cimeng)
a) Daya tahan tubuh turun mudah infeksi
b) Kerusakan mukosa mulut hitam & kotor
c) Radang saluran nafas kronis
3) Kokain
a) Aritmia jantung

b)
c)
d)
e)

Ulkus lambung
Perforasi septum nasi
Kerusakan paru
Malnutrisi & anemia

4) Alkohol
a) Sal.Cerna: tukak lambung, perdarahan usus, kanker
b) Hepar: sirosis hepatis & kanker hati
5) Stimulansia (amfetamin, ekstasi, shabu)
a) Perdarahan intrakranial
b) Denyut jantung tidak teratur
c) Malnutrisi & anemia
d) Gangguan jiwa (depresi berat, psikosis,
paranoid)
6) Inhalansia
a) Toksis pada hepar, otak, paru, jantung & ginal
b) Cepat lelah
c) Kulit membiru
g. Akibat pola hidup yang berubah:
1) Berkurangnya selera makan
2) Kurangnya perhatian terhadap mutu makanan & kebersihan diri
kurang gizi, kurus, pucat, penyakit kulit & gigi berlubang
h. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari
NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1) Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.Jenis ini
membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda
( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik
(obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).
2) Golongan Stimulan ( Upper )Adalah jenis NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar
dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi),
Kokain.
3) Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu.
Contoh: Kanabis ( ganja).

i. Penyalahgunaan Napza :
Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering
disalahgunakan. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :
1) Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
2) Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
3) Opioda sintetik : Metadon.
Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak
murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin
dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10
kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein,
Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai
penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi,
penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian
menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek
rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan
percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi.
Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa
lingkungannya menjadi musuh.
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih
mudah larut. Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet,
snow / salju. Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain
menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau
alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan
menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar
bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan
beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar,


kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.
Kanabis, nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish,
marijuana, grass, bhang. Berasal dari tanaman kanabis sativa atau
kanabis indica. Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa
dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih
santai, rasa gembira berlebihan (euphoria), sering berfantasi /
menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive,
kering pada mulut dan tenggorokan.
Amphetamine, nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan
dan juga tablet. Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan
yang berbentuk tablet diminum dengan air. Ada 2 jenis
Amphetamine : MDMA ( methylene dioxy methamphetamine ),
nama jalanan : Inex, xtc, dikemas dalam bentuk tablet dan capsul
dan Metamphetamine ice, nama jalanan : SHABU, SS, ice. Cara
pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan
asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus ( boong ).
Lysergic Acid termasuk dalam golongan halusinogen, nama
jalanan : acid, trips, tabs, kertas. Bentuk : biasa didapatkan dalam
bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan
kapsul. Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah,
dan bereaksi setelah 3060 menit kemudian, menghilang setelah 8
12 jam. Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu
sehingga

timbul

obsesi

yang

sangat

indah

dan

bahkan

menyeramkan dan lama lama menjadikan penggunaanya


paranoid.
Sedatif Hipnotik ( Benzodiazepin ), termasuk golongan
zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ), nama
jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Cara
pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat
anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien
yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat
tidur.
Solvent / Inhalasi : adalah uap gas yang digunakan dengan
cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner,
Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin. Biasanya digunakan
dengan cara coba coba oleh anak di bawah umur, pada golongan
yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala
berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru,
jantung dan hati.
Alkohol merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan
manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah
dan umbi umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih
dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga
dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. Nama
jalanan : booze, drink. Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan
penurunan kesadaran
j. Penyebab Penyalahgunaan Napza
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai
faktor :
1) Faktor individual :Kebanyakan dimulai pada saat remaja,
sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi,
psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri ciri remaja yang
mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :

a) Cenderung memberontak
b) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi,
cemas.
c) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma
yang ada
d) Kurang percaya diri
e) Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f) Murung, pemalu, pendiam
g) Merasa bosan dan jenuh
h) Keinginan untuk bersenang senang yang berlebihan
i) Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j) Identitas diri kabur
k) Kemampuan komunikasi yang rendah
l) Putus sekolah
m) Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
k. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
masyarakat.
1) Lingkungan Keluarga
2) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
3) Hubungan kurang harmonis
4) Orang tua yang bercerai, kawin lagi
5) Orang tua terlampau sibuk, acuh
6) Orang tua otoriter
7) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
8) Kurangnya kehidupan beragama.
Lingkungan Sekolah
1) Sekolah yang kurang disiplin
2) Sekolah terletak dekat tempat hiburan
3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
4) Adanya murid pengguna NAPZA.
Lingkungan Teman Sebaya :
1) Berteman dengan penyalahguna
2) Tekanan atau ancaman dari teman.
Lingkungan Masyrakat / Sosial :

1) Lemahnya penegak hukum


2) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat
seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA.Akan tetapi makin
banyak faktor faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang
menjadi penyalahguna NAPZA.
l. Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA :
1) Perubahan Fisik :
a) Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara
pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
b) Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut
jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan
meninggal.
c) Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,
menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi,
kejang, kesadaran menurun.
d) Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak
perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas
suntikan pada lengan.
2) Perubahan sikap dan perilaku :
a) Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah,
sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
b) Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
c) Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang
tanpa ijin.
d) Sering mengurung diri, berlama lama di kamar mandi,
menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
e) Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal
oleh anggota keluarga yang lain.
f) Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan
tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual
barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat
kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.

g) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah,


kasar, bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.
m. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Napza :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1) Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi
penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi. Upaya ini
terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai
resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan
NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,
agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak
dapat diatasi dengan baik.
2) Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi
menggunakan NAPZA.
3) Pencegahan Tersier: merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah
penyalahgunaan NAPZA :
1) Mengasuh anak dengan baik.
a) penuh kasih sayang
b) penanaman disiplin yang baik
c) ajarkan membedakan yang baik dan buruk
d) mengembangkan
kemandirian,
memberi

kebebasan

bertanggung jawab
e) mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat
baik atau mencapai prestasi tertentu.
2) Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat, hal ini membuat
anak rindu untuk pulang ke rumah.
3) Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4) Orang tua menjadi contoh yang baik. Orang tua yang merokok
akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5) Kembangkan komunikasi yang baik Komunikasi dua arah,
bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati
pendapat anak.
6) Memperkuat kehidupan beragama. Yang diutamakan bukan hanya
ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang

terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan


sehari-hari.
7) Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar
dapat berdiskusi dengan anak.
Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan
penyalahgunaan NAPZA :
1) Upaya terhadap siswa :
a) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan
akibat penyalahgunaan NAPZA.
b) Melibatkan siswa dalam perencanaan

pencegahan

dan

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.


c) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan
ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari
pemakaian NAPZA dan merokok.
d) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa
( ekstrakurikuler ).
e) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa
yang

telah

menyalahgunakan

NAPZA

untuk

bisa

menghentikannya.
f) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari hari.
2) Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
a) Razia dengan cara sidak
b) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk
lingkungan sekolah
c) Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin
guru
d) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
e) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai
dengan pulang sekolah.
3) Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
a) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan
membina huibungan yang harmonis antara pendidik dan anak
didik.
b) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah
c) Sikap keteladanan guru amat penting

d) Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang


sekolah.
Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah
penyalahguanaan NAPZA:
a) Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat
tinggal, sehingga masalah yang terjadi di lingkungan dapat
diselesaikan secara bersama- sama.
b) Memberikan penyuluhan kepada
penyalahguanaan

NAPZA

sehingga

masyarakat
masyarakat

tentang
dapat

menyadarinya
c) Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan
dengan NAPZA.
d) Melibatkan semua
melaksanakan

unsur

pencegahan

penyalahguanaan NAPZA.

dalam
dan

masyarakat

dalam

penanggulangan

BAB III
PENDATAAN
A Hasil Pendataan
1. Data Kualitatif Dusun Gokerten, Srigading
a. Masalah yang sering muncul di bidang KIA
Secara keseluruhan tidak ada masalah kesehatan yang sering muncul
di bidang KIA.
b. Program kegiatan yang sudah dijalankan
Secara keseluruhan program kegiatan yang telah dijalankan yaitu:
1) Posyandu balita dan Lansia
2) Organisasi muda-mudi
Organisasi muda-mudi atau karang taruna beranggotakan 30
orang, tetapi yang aktif hanya 20 orang. Pertemuan dilakukan
setiap 2 minggu bertempat di masjid.
3) Ibu PKK
Dusun Gokerten mempunyai 1 PKK yang terdiri dari RT 1, RT 2,
RT 3, dan RT 4. Pertemuan dilakukan setiap 2 minggu sekali
dengan kegiatan adalah arisan.
4) Pengajian
Pengajian dilakukan setiap malam di masjid dusun Gokerten.
c. Peran tokoh masyarakat dalam kegiatan program yang ada
Peran tokoh masyarakat selalu berpartisipasi pada semua
kegiatan atau acara yang dilakukan dusun, baik dukuh, RT, kader dan
semua masyarakat. Namun, pada program muda mudi ada sebagaian
yang kurang aktif atau berpartisipasi karena masih ada yang bersifat
individual.

d. Keterlibatan masyarakat dengan program yang ada


Sebagaian besar masyarakat sudah terlibat pada program yang
ada, kunjungan balita dan ibu hamil sudah aktif di posyandu, akan
tetapi lansia hanya beberapa yang terlibat.

e. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan


Secara keseluruhan faktor pendukung pelaksanaan kegiatan
sudah cukup baik, karena kegiatan posyandu sudah rutin, sarana
prasarana tercukupi, dan para kader yang sudah berperan aktif. Jumlah
kader kesehatan di dusun Gokerten berjumlah 10 orang dengan
koordinator kadernya Ny. Sri
f. Hambatan-hambatan pelaksanaan kegiatan
Secara keseluruhan masyarakat sudah menyadari tentang
pentingnya kesehatan. Akan tetapi untuk tercapainya kesehatan
tersebut masih banyak hambatan seperti kurang aktifnya partisipasi
warga melakukan donor darah pada program bank darah dan susahnya
pengelolaan ambulans desa.
1. Data Kuantitatif
a. Data Geografis
Dusun Gokerten terletak di Desa Srigading, Kecamatan Sanden,
Kabupaten Bantul. Perbatasan dusun Gokerten adalah dengan dusun
sangkeh dan malangan.
b. Data Demografis
1) Data Warga Gokerten
(a) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk
laki-laki

54%

Perempuan

46%

Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di dusun Gokerten menurut jenis kelamin


seperti pada diagram di atas yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak
164 jiwa (54%) dari total jumlah penduduk dan jenis kelamin pria
sebanyak 142 jiwa (46%) dari total jumlah penduduk, yaitu 306
jiwa.
(b) Jumlah Penduduk Menurut Umur
>80
75-80
71-75
66-70
61-65
56-60
51-55
46-50
41-45
36-40
31-35
26-30
21-25
16-20
11-15
6-10
1-5
0-12 bln

14
16
6
14
19
15
19
30
25
26
19
11
17
21
15
25
13
1

10

15

20

25

30

35

Jumlah

Gambar 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur


Jumlah penduduk di Dusun Gokerten 306 jiwa. Penduduk
terbanyak pada kisaran usia 46 sampai 50 tahun, yaitu sebanyak 30 jiwa
dan paling sedikit pada kisaran usia 0-12 bulan, yaitu 1 jiwa.
(c) Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Warga

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan


1

Tid
ak

Be
lu
m

Se
ko
la
h
ta
m
at
sd
Ta
m
at
SM
P
Ta
m
at
PT

Jumlah
79
62
36
32
111023 7 9 16

Gambar 1.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat


Pendidikan
Jumlah penduduk di Dusun Gokerten berdasarkan tingkat
pendidikan dari yang belum sekolah sampai tamat pasca
sarjana adalah 286 jiwa, yang lainnya bukan sasaran karena
penduduk tersebut berusia lanjut. Terbanyak pada jenjang
pendidikan tamat SMA, yaitu sebanyak 79 jiwa.
(d) Jumlah Penduduk Menurut Agama Warga
Sebagian besar penduduk di dusun Gokerten memeluk
agama Islam sebagai kepercayaan mereka, hanya 1 Keluarga
yang memeluk kepercayaan lain yaitu katolik.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama


islam
katholik

2) Data PHBS
Data PHBS disesuaikan dengan jumlah KK di Gokerten, yaitu 107 KK.

(a) Melakukan PHBS Nasional Menurut KK

ya; 39%
tidak; 61%

Gambar 1.5 Melakukan PHBS Nasional Menurut KK


Sebagian

besar

keluarga

di

dusun

Gokerten

tidak

melakukan PHBS Nasional (65 KK). Namun, ada 42 dari 107 KK


yang telah melakukan PHBS Nasional.
(b) Melakukan PHBS Bantul Menurut KK

sehat 2
sehat 3

Gambar 1.6 Melakukan PHBS Bantul Menurut KK


Dari total keseluruhan KK di dusun Gokerten yang
berjumlah 107 KK, 3 keluarga termasuk dalam kriteria strata
sehat 2 PHBS Bantul. Kemudian untuk strata sehat 1 tidak ada,
dan yang paling banyak adalah strata sehat 3 yaitu 107 KK.
Keluarga yang dikatakan termasuk dalam strata sehat 1 apabila

keluarga tersebut melakukan 1 sampai 5 indikator PHBS. Lalu,


dikatakan termasuk strata sehat 2 apabila keluarga tersebut
melakukan 6 sampai 10 indikator PHBS, dan dikatan termasuk
strata sehat 3 apabila keluarga tersebut melakukan 11 sampai 15
indikator PHBS.
(c) Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Persalinan di Dusun Gokerten pada bulan Januari sampai
bulan November sebanyak 13 persalinan dan semuanya ditolong
oleh tenaga kesehatan.
(d) Pemberian ASI Eksklusif
ya

tidak

31%

69%

Gambar 1.7 Pemberian ASI Ekslusif


Sejak bulan Januari sampai bulan Oktober, di dusun
Gokerten terdapat 13 balita. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 9 bayi dan ada empat bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif.
(e) Menimbang BALITA Setiap Bulan

ya

tidak

8%

92%

Gambar 1.8 Menimbang BALITA Setiap Bulan


Sebagian besar Balita di dusun Gokerten telah rutin
ditimbang setiap bulan. Namun, ada 1 dari 13 balita yang tidak
rutin melakukan penimbangan tiap bulan.
(f) Menggunakan Air Bersih Menurut KK
Semua keluarga di dusun Gokerten telah menggunakan
air bersih yang bersumber dari sumur.
(g)

Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Menurut KK

ya

tidak

11%

89%

Gambar 1.10 Mencuci Tangan dengan Sabun


Sebanyak 95 keluarga dari 107 KK sudah mencuci
tangan menggunakan sabun. Namun, 12 keluarga lainnya tidak
menggunakan sabun ketika mencuci tangan.

(h) Menggunakan Jamban Sehat Menurut KK

ya

tidak

14%

86%

Gambar 1.11 Menggunakan Jamban Sehat


Sebanyak 92 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten telah menggunakan jamban sehat. Namun, ada 15
keluarga yang tidak menggunakan jamban sehat.
(i) Pemberantasan Sarang Nyamuk Menurut KK
ya

tidak

7%

93%

Gambar 1.12 Pemberantasan Sarang Nyamuk

Sebanyak 99 keluarga dari total 107 KK di dusun


Gokerten telah melakukan pemberantasan sarang nyamuk satu
minggu sekali. Namun, ada 8 keluarga yang tidak melakukan
pemberantasan sarang nyamuk satu minggu sekali.
(j) Mengkonsumsi Buah dan Sayur Menurut KK
ya

tidak

12%
88%

Gambar 1.1 Mengonsumsi Buah dan Sayur


Sebanyak 94 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten telah mengonsumsi buah dan sayur setiap hari.
Namun, ada 13 keluarga yang hanya mengonsumsi sayur setiap
hari dan tidak mengonsumsi buah-buahan.
(k) Melakukan Aktivitas Fisik Menurut KK
ya

tidak

14%

86%

Gambar 1.14 Melakukan Aktivitas Fisik Menurut KK


Sebanyak 92 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten melakukan aktivitas fisik setiap harinya. Namun, ada

15 keluarga yang salah satu anggota keluarganya tidak


melakukan aktivitas fisik setiap hari.
(l) Tidak Merokok di Dalam Rumah
ya

tidak

35%

65%

Gambar 1.15 Tidak Merokok di Dalam Rumah


Sebanyak 70 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten tidak merokok di dalam rumah. Namun, ada 37
keluarga yang salah satu anggota keluarganya merokok di dalam
rumah.
(m)Ibu Hamil Periksa di Tenaga Kesehatan
Pada bulan November ini, tidak ditemukan ibu hamil di dusun
Gokerten.
(n) Bayi Diimunisasi Lengkap
Bayi yang diimunisasi lengkap di Dusun Gokerten pada bulan
Januari sampai bulan November sebanyak 13 bayi.

(o) Menggosok Gigi Menurut KK

ya

tidak

7%

93%

Gambar 1.16 Menggosok Gigi Menurut KK


Sebanyak 100 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten telah melakukan gosok gigi sehari dua kali pada saat
pagi hari dan malam sebelum tidur. Namun, ada 7 keluarga yang
melakukan gosok gigi dua kali sehari akan tetapi pada saat
mandi.
(p) Mengelola Sampah Menurut KK
ya

tidak

2%

98%

Gambar 1.17 Mengelola Sampah Menurut KK


Sebanyak 2 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten tidak mengelola sampah dengan benar. Namun, ada
105 keluarga yang sudah mengelola sampah dengan benar.

(q) Mempunyai Jaminan Kesehatan Menurut KK


ya

tidak

9%

91%

Gambar 1.18 Mempunyai Jaminan Kesehatan


Sebanyak 97 keluarga dari total 107 KK di dusun
Gokerten

sudah

mempunyai

jaminan

kesehatan

seperti

jamkesmas dan askes. Namun, ada 10 keluarga yang masih


belum mempunyai jaminan kesehatan.
2) Data KIA
(a) Hamil
Pada bulan November ini, tidak ditemukan ibu hamil di dusun
Gokerten
(b) Persalinan
Tidak ada ibu bersalin di Dusun Gokerten selama pendataan pada
tanggal 24 -29 November 2014.
(c) Nifas
Tidak terdapat ibu nifas di dusun Gokerten.
(d) Bayi
Terdapat 1 bayi di dusun Gokerten selama pendataan tanggal 24 29 November 2014
(e) Balita
Di dusun Gokerten terdapat 13 balita.

ya

tidak

8%

92%

Gambar. 1.20 Keaktifan balita ke posyandu


Posyandu tidak rutin= 1, Posyandu rutin= 12

ya; 40%
tidak; 60%

Gambar 1.21 Keaktifan balita ke PAUD


Balita yang akif mengikuti kegiatan PAUD berjumlah 2 dan
yang tidak 3 orang
(f) Neonatus
Tidak ditemukan neonatus di dusun Gokerten selama
pendataan tanggal 24 29 November 2014.
(g) KB
1. Jumlah Pasangan Usia Subur

20 - 35 tahun

36 - 49 tahun

13%

50 - 60 tahun

23%

65%

Gambar. 1.22 Pasangan Usia Subur


Untuk pasangan usia subur yang usianya 20-35 ada
11 pasang, yang usianya 36-49 ada 31 pasang, dan
yang usianya lebih dari 60 tahun ada 6 pasang.

2. Penggunaan Alat Kontrasepsi

MOW; 6%
IUD; 27%

tidak kb; 38%

implant; 10% alamiah; 4%


suntik; 8% pil; 4% kondom; 2%

Gambar. 1.23 Akseptor KB dan metode


kontrasepsi yang digunakan
Tidak KB= 18 orang, alamiah= 2 orang, suntik= 4 orang,
pil= 2 orang, kondom = 1 orang, implant= 5 orang, IUD=
13 orang, MOW= 3 orang.
3. Tempat Pelayanan Kontrasepsi

RS; 25% puskesmas; 29%

RB; 46%

Gambar. 1.24 Tempat Pelayanan KB


Puskesmas= 8, RB= 13, RS= 7
4. Efek Samping Penggunaan Alat Kontrasepsi

pusing

perdarahan

bb naik

lain-lain

flek-flek

6%
38%

25%

19%

13%

Gambar. 1.25 Efek samping penggunaan kontrasepsi


Efek samping penggunaan alat kontrasepsi pada ibu-ibu di
Dusun Gokerten yaitu flek-flek sebanyak 2 orang, BB naik
sebanyak 3 orang, perdarahan sebanyak 4, pusing sebanyak 1
5.

orang dan lain-lain sebanyak 6 orang.


Pemeriksaan IVA
ya

tidak

2%

98%

Gambar. 1.26 Pemeriksaan IVA


Dari diagram di atas menunjukan ibu ibu di Gokerten
sebagian besar tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA

sebanyak 53 orang, sedangkan hanya 1 orang yang


6.

melakukan pemeriksaan IVA.


Pemeriksaan Pap Smear

ya; 6%

tidak; 94%

Gambar. 1.27 Pemeriksaan Pap Smear


Dari 54 jumlah ibu-ibu yang ada di Gokerten, terdapat
51 orang belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear,
hanya 3 orang yang pernah melakukan pemeriksaan pap smear
7. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

ya; 35%
tidak; 65%

Gambar. 1.28 Pemeriksaan Pap Smear


Sebanyak 19 orang ibu pernah melakukan SADARI di dusun
Gokerten, namun, ada 35 orang yang tidak pernah melakukan
SADARI.

(h) Remaja
1. Jumlah Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin

laki-laki; 41%
perempuan; 59%

Gambar 1.29 Jumlah remaja berdasarkan jenis kelamin


Jumlah remaja putra di dusun Gokerten ada 13 orang, dan
remaja putri berjumlah 19 orang.
3) Pengetahuan Remaja Berdasarkan 6 Kriteria
kurang

cukup

16%

baik

28%

56%

Gambar. 1.30 Pengetahuan remaja berdasarkan 6 kriteria


Pengetahuan

remaja

berdasarkan

kriteria

yaitu

pengetahuan seks primer, seks sekunder, pubertas, pacaran, seks


pranikah dan aborsi didapatkan hasil yang memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 9 orang, yang berpengetahuan cukup sebanyak
18, dan yang berpengetahuan baik hanya 5 orang.

Tabel 1.1 Pengetahuan remaja berdasarkan 6 kriteria


No.

Kriteria

Ya

Tidak

1. Seks Primer

9 (29%)

23 (71%)

2. Seks sekunder

15 (47%)

17 (53%)

3. Seks pra nikah

25 (78%)

7 (22%)

4. Pubertas

28 (88%)

4 (12%)

5. Pacaran

15 (47%)

17 (53%)

6. Aborsi

23 (70%)

9 (30%)

4) Pengetahuan Remaja Berdasarkan 3 Kriteria

baik; 16%kurang; 19%

cukup; 66%

Gambar. 1.31 Pengetahuan remaja berdasarkan 3 kriteria


Pengetahuan remaja berdasarkan 3 kriteria yaitu pengetahuan
rokok,

alkhohol,

NAPZA

didapatkan

yang

kurang

pengetahuannya sebanyak 6 orang , yang berpengetahuan cukup


sebanyak 21, dan yang berpengetahuan baik hanya sebanyak 5
orang.
Tabel 1.2 Pengetahuan remaja berdasarkan 3 kriteria
No.

Kriteria

Ya

Tidak

1. Merokok

18 (56%)

14 (44%)

2. Alkohol

53 (95%)

15 (47%)

3. NAPZA

16 (50%)

16 (50%)

D. Skala Prioritas Masalah


1. Remaja
a. Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksualitas
No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:


Dengan mudah

Potensi masalah untuk dicegah: Tinggi

Menonjolnya masalah: Masalah tidak


perlu segera ditangani

Nilai : 10/5= 2
b. Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV /AIDS
No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Dengan mudah
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 9/5= 1,8

c. Kurangnya pengetahuan remaja tentang NAPZA


No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Dengan mudah
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 9/5= 1,8

2. Kesehatan Reproduksi
a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan IVA
No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Dengan mudah
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 9/5= 1,8

b. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker payudara dan SADARI


No.
1

Kriteria
Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Nilai

Bobot

Skor

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Dengan mudah
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 9/5= 1,8

3. PHBS
a. Pengaplikasian tentang gosok gigi pada saat setelah makan pagi dan
sebelum tidur yang belum tepat
No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Hanya sebagian
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 7/5= 1,4
b. Pengaplikasian cuci tangan dengan air bersih dan sabun belum
sepenuhnya dilakukan
No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Hanya sebagian
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 7/5= 1,4

c. Aktifitas fisik bagi lansia


No.

Kriteria

Nilai

Bobot

Skor

Sifat masalah: Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah:

Hanya sebagian
3

Potensi masalah untuk dicegah: Cukup

Menonjolnya masalah: Masalah tidak

perlu segera ditangani


Nilai : 7/5= 1,4
B. Perhitungan Pioritas Masalah
1. Prioritas 1 : Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksualitas
Nilainya : 2
2. Prioritas 2 : Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV /AIDS
Nilainya : 1,8
3. Prioritas 3 : Kurangnya pengetahuan remaja tentang NAPZA
Nilainya : 1,8
4. Prioritas 3 : Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan
pemeriksaan IVA dan Pap Smear
Nilainya : 1,8
5. Prioritas 5 : Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker payudara dan
pentingnya SADARI
Nilainya : 1,8
6. Pengaplikasian cuci tangan dengan air bersih dan sabun
Nilainya : 1,4
7. Prioritas 10 : Pengaplikasian tentang gosok gigi pada saat setelah makan
pagi dan sebelum tidur yang belum tepat
Nilainya : 1,4
8. Aktifitas Fisik bagi lansia
Nilainya : 1,4

Prioritas Masalah :
1.
2.
3.
4.

Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksualitas


Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV /AIDS
Kurangnya pengetahuan remaja tentang NAPZA
Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA

serta Pap Smear.


5. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kanker payudara dan pentingnya
SADARI
6. Kurangnya kesadaran pengaplikasian cuci tangan menggunakan sabun.
7. Pengaplikasian tentang gosok gigi pada saat setelah makan pagi dan
sebelum tidur yang belum tepat.
8. Kurangnya aktifitas fisik bagi lansia

BAB IV
METODE KEGIATAN

A Kerangka Pemecahan masalah


1.

Remaja
a. Kurangnya pengetahuan tentang seksualitas
Kurangnya pengetahuan
remaja tentang seksualitas

Penyuluhan dan game

Meningkatkan pengetahuan
remaja tentang seksualitas

b. Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV /AIDS


Kurangnya pengetahuan
remaja tentang HIV AIDS

Penyuluhan dan game

Meningkatkan pengetahuan
remaja tentang HIV AIDS

c. Kurangnya pengetahuan remaja tentang NAPZA


Kurangnya pengetahuan
remaja tentang NAPZA

Penyuluhan dan game

Meningkatkan pengetahuan
remaja tentang NAPZA

d. Kurangnya pengetahuan remaja tentang PUP (Pendewasaan usia


Perkawian)

Kurangnya pengetahuan
remaja tentang PUP

Penyuluhan dan game

Meningkatkan pengetahuan
remaja tentang PUP
2.

PHBS
a. Gosok gigi
Pengaplikasian tentang

Melakukan penyuluhan

gosok gigi pada saat setelah

tentang gosok gigi yang baik

makan pagi dan sebelum

dan benar sesuai indikator

tidur yang belum tepat.

pada PHBS.

Masyarakat Gokerten
mampu menerapkan
kebiasaan gosok gigi sesuai
indikator PHBS.

b. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun


Melakukan penyuluhan
serta demonstrasi pada
anak-anak tentang cuci
tangan sesuai indikator
PHBS

Kurangnya kesadaran anak


untuk mencuci tangan
dengan air bersih dan
sabun

Masyarakat Gokerten
terutama anak mampu
menerapkan kebiasaan cuci
3.

Gangguan Reproduksi

tangan sesuai indikator

PHBS.
a. Pengetahuan Kanker Serviks, IVA, dan Pap Smear.

Kurangnya pengetahuan ibu


tentang kanker serviks dan
pemeriksaan IVA serta pap
smear

Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan ibu


tentang kanker serviks dan
pentingnya pemeriksaan IVA
dan pap smear

b. Pengetahuan tentang kanker payudara dan pentingnya pemeriksaan


SADARI
Kurangnya pengetahuan ibu
tentang kanker payudara dan
pentingnya SADARI

Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan ibu


tentang kanker payudara dan
pentingnya SADARI.

E. Rencana Kegiatan
No

1.

Nama Kegiatan

Tempat

Waktu

Sasaran

Metode

Media

Peningkatan

Pantai

Mingg

Remaja

Penyulu Leaflet

pengetahuan remaja

Goa

u, 7

dusun

han dan

tentang seksualitas,

Cemara

Desem

Gokerte

game

HIV/AIDS, NAPZA,

ber

dan PUP

2014
pukul
07.00
09.00
WIB

2.

Meningkatan

Balai

kesadaran warga

pertemu u, 7

dusun

terutama lansia

an

Desem

Gokerte

untuk melakukan

peduku

ber

aktifitas fisik seperti

han

2014

senam lansia

Mingg

pukul

Lansia

Senam

Musik

15.30
16.30
WIB

8.

Peningkatan

Balai

pengetahuan tentang

Pertemu Desem

kanker serviks,

an PKK

WUS

Penyul

Powerp

Gokerten

uhan

oint

ber

dan

pemeriksaan IVA,

2014

Video

dan pap Smear

pukul
19.0020.00

9.

Penigkatan

Balai

pengetahuan tetang

Pertemu Desem

kanker payudara,

an PKK

dan SADARI

WUS

Penyul

Powerp

Gokerten

uhan

oint

ber

dan

2014

Video

pukul
20.0021.00
Peningkatan

10.

TPA

17

Anak-

Penyul

kesadaran untuk

Desem

anak

uhan

mecuci tanga dan

ber

dusun

dan

gosok gigi pada anak

2014

Gokerten

demon

pukul

strasi

15.00-

sikat

16.00

gigi

WIB

serta
cuci
tangan

F. Rancangan Evaluasi (proses, hasil)


No.
1.

Nama Kegiatan
Peningkatan pengetahuan

Evaluasi
1. Evaluasi proses : Diharapkan remaja

remaja tentang Seksualitas,

Gokerten

HIV dan AIDS serta

mengerti tentang Seksualitas, HIV

NAPZA

dan

AIDS

dapat
serta

memahami

dan

NAPZA yang

diberikan saat penyuluhan.


2. Evaluasi hasil : Diharapkan setelah
dilakukan

penyuluhan,

Gokerten

dapat

remaja

meningkatkan

pengetahuan dan mengerti mengenai


HIV dan AIDS, seksualitas serta
NAPZA, Serta dapat menerapkan
2.

Meningkatkan
pengaplikasian gosok gigi
setelah makan pagi dan
sebelum tidur pada balita.

dikehidupan sehari-hari.
1. Evaluasi Proses
Diharapkan ibu di Gokerten dapat
memahami dan mengerti tentang
gosok gigi setelah makan pagi dan
sebelum tidur pada balita.
2. Evaluasi Hasil
Diharapkan ibu di Gokerten dapat
menerapkan gosok gigi setelah
makan pagi dan sebelum tidur pada
balita .

3.

Peningkatan pengetahuan
tentang kanker serviks,
pemeriksaan IVA, dan
pemeriksaan Pap Smear

1. Evaluasi Proses
Diharapkan WUS di Gokerten
dapat memahami dan mengerti
tentang kanker serviks,
pemeriksaan IVA, dan Pap Smear.
2. EvaluasiHasil
Diharapkan WUS di Gokerten
dapat melakukan pemeriksaan IVA
atau pun Pap Smear di tenaga
kesehatan atau jika ada

pemeriksaan IVA gratis.


4.

Peningkatan pengetahuan
tentang kanker payudara
dan SADARI

5.

1. Evaluasi proses
Diharapkan WUS di Gokerten
dapat memahami dan mengerti
tentang kanker payudara dan
SADARI
2. Evaluasi hasil
WUS di Gokerten dapat melakukan
SADARI setiap hari setelah
dilakukan penyuluhan.

Peningkatan kualitas
aktivitas fisik bagi lansia
melalui senam lansia

G. Organisasi Pelaksana
1. Remaja
Penanggung jawab : Febri Anawati
Anggota

: Dewi Purwanti

Seksi perlengkapan: Isriani Widiastuti


Seksi Konsumsi

: Cahya Yustisia

1. Evaluasi proses
Diharapkan melalui senam ini,
para warga khususnya lansia
dapat memperoleh manfaat yaitu
tetap sehat.
2. Evaluasi hasil
Warga Gokerten khususnya lansia
terus melakukan aktifitas fisik
seperti senam setiap minggu.

2.

Gosok gigi dan cuci tangan pada balita


Penanggung jawab

: Isriani Widiastuti

Anggota

: Cahya Yustisia

Seksi Perlengkapan

: Dewi Purwanti

Seksi konsumsi

: Febri Anawati

3. Penyuluhan Kanker Serviks dan IVA


Penanggung jawab

: Cahya Yustisia

Anggota

: Dewi Purwanti

Seksi Perlengkapan

: Isriani Widiastuti

Seksi Konsumsi

: Febri Anawati

4. Penyuluhan Kanker Payudara dan SADARI


Penanggung jawab

: Cahya Yustisia

Anggota

: Dewi Purwanti

Seksi Perlengkapan

: Isriani Widiastuti

Seksi Konsumsi

: Febri Anawati

5. Senam Lansia
Penanggung jawab

: Dewi Purwanti

Anggota

: Cahya Yustisia

Seksi Perlengkapan

: Isriani Widiastuti

Seksi Konsumsi

: Febri Anawati

H. Rincian Biaya
No

Keterangan

1.

Konsumsi
Penyuluhan

Uraian

Remaja 35 x @ Rp. 2.500

Jumlah

Rp. 87.500

dan sepeda sehat


Penyuluhan

gosok 25 x @ Rp. 2.500

Rp. 62.500

gigi dan cuci tangan


Penyuluhan IVA dan 40 x @ Rp. 3.000

Rp. 120.000

Pap Smear
Senam lansia

25 x @ Rp. 3000

TOTAL
2.

Rp. 345.000

Pasta gigi

4 x @ Rp. 5.000

Rp. 20.000

Sikat gigi

25x @ Rp. 4.000

Rp. 100.000

TOTAL
3.

Rp. 120.000

Print proposal

155 x @ Rp. 200

Rp. 46.500

Print Leaflet

1 x @ Rp. 3000

Rp.

3.000

Fotokopi Leaflet

35 x @ Rp. 200

Rp.

7.000

TOTAL
4

Rp. 75.000

Perlegkapan

Rp. 56.500
Sepeda

sehat
a. Balon

Rp.

5.000

TOTAL

Rp.

5.000

Uang instruktur senam

Rp.

80.000

TOTAL

Rp. 80.000

Jumlah Total

Rp. 606.500

Dana Mandiri

Rp. 106.500

Dana Masyarakat

5.

10 x @ Rp. 500

Dana Institusi

Rp. 500.000

DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, H., (2006), Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora


Utama Press.
Siti, Maryam R, dkk, (2008), Mengenal Usia Lanjut dan Penangannya, Jakarta:
Salemba Medika.
Patmonodewo, S., 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chandra, Budiman, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.
Setiawan, R. H. dan D. Dasuki, 1995, Risiko Terjadinya Berat Bayi Lahir
Rendah
Pada Kehamilan Remaja, Berita kedokteran masyarakat 11 (1995)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai