PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau
penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu
diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem
vena,sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak
memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada system transportasi oksigen, karbondioksida, dan
hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan
seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan
cerebrospinalis dan lainnya. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah darah, antara lain yang
dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.
(Sudoyo A.W, dkk, 2009)
Hipertensi telah menjadi penyakit yang menjadi perhatian di banyak Negara di dunia, karena
hipertensi seringkali menjadi penyakit tidak menular nomor satu di banyak negara. Hipertensi di
Indonesia masih termasuk 12 penyakit tidak menular, dan menempati urutan ke 6. Namun demikian,
hipertensi harus diwaspadai karena merupakan faktor resiko terhadap kejadian kerusakan beberapa
organ seperti jantung, ginjal, otak, dan pembuluh darah itu sendiri. (Jane Soepardi, 2012 ) Di
Puskesmas Pantoloan angka kejadian hipertensi tahun 2012-2013 menempati urutan pertama pada
kasus penyakit tidak menular 61,57 %. (Profil PKM Pantoloan, 2013)
Hipertensi berasal dari bahasa Inggris hypertension. Kata hypertension itu sendiri berasal
dari bahasa latin yaitu hyper yang berarti super atau luar biasa dan tension yang berarti tekanan
atau tegangan. Sehingga dalam istilah kedokteran hipertensi berarti tekanan darah tinggi. Tekanan
darah (Blood Presure/ TD) adalah tekanan yang dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran
yang dipakai dalam pengukuran dengan mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP)
dan diastolik (DBP) dengan satuan mmHg. (Fauci, at all, 2008,)
Takanan darah yang meningkat atau hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 2-5 menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang. Menurut WHO
(2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang
dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti
genetik, Ras, usia, jenis kelamin, stres psikis, obesitas, asupan garam, merokok, dan konsumsi
1
alkohol. Selain itu juga karena adanya kerusakan pada organ tertentu seperti ginjal, jantung, atau
gangguan sistem hormonal. (Gleadle.J. 2005) Berikut ini akan disajikan refleksi kasus tentang
hipertensi di Puskesmas Pantoloan.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. R
Pendidikan Terakhir
: SMP
Umur
: 60 Tahun
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan pusing dirasakan sejak dua hari, dirasakan seperti oleng, dan belum minum obat
apapun. Keluhan lain yang dirasakan nyeri kepala dan rasa mual. Keluhan seperti ini sudah
berulang kali dirasakan, dan dirasakan pertama kali tujuh tahun yang lalu. Keluhan dirasakan
memberat saat beraktifitas dan membaik saat berbaring. Penglihatan pasien juga dirasakan kabur,
saat melihat jauh dan dekat. Tidak ada riwayat merokok, tidak ada nyeri dada dan sesak, tidak ada
demam, tidak ada keluhan sering mimisan. Konsumsi garam pasien sehari-hari saat memasak
sekitar setengah sendok makan. Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Karena pasien
pernah mengalami peningkatan kolesterol, sehingga menurut pasien dia sudah menghindari
makanan yang mengandung kolesterol. Sehari-hari pasien hanya beraktifitas di rumah karena
pasien hanya seorang ibu rumah tangga, dan jarang berolahraga.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat hipertensi : Ada (ayah kandung dan saudara kandung laki-laki yang pertama)
PP
: Pasien
BB : 68 Kg
TB : 160 cm
IMT : 26,5
Vital Sign :
Tekana Darah
: 170/ 90 mmHg
Pernapasan :
Nadi
: 82
Suhu
Kali/ Menit
20
:
36,8
Kali/ Menit
C
Kepala :
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, dan beberapa berwarna putih, tersebar merata
4
Mata :
Mulut
Skelra
: Ikterik (-)/(-)
Pupil
: Isokor (kanan=kiri)
: Tidak ada stomatitis, lidah tampak bersih, faring tidak hiperemis, tidak
ada pembesaran tonsil
Leher :
Kelenjar GB
: Tidak ada pembesaran
Tiroid
: Tidak ada pembesaran
JVP
: R5 = +2 CmH2O
Massa lain
: Tidak ada
Dada :
Paru - Paru :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada sikatrik, tidak tampak adanya massa, jenis
Palpasi
Perkusi
pernapasan spontan
: Ekspansi paru kanan=kiri, vokal fremitus kanan=kiri
: Sonor kanan=kiri, dengan batas heper dan paru pada SIC VI linea
midclaviculari kiri
: Vesikuler pada hampir semua lapangan paru
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
: Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Pulasasi iktus kordis teraba pada SIC V line midclavicularis sinistra,
Perkusi
: Dinding perut datar, tidak ada sikatrik, tidak ada pelebaran vena, dan tidak
tampak adanya massa.
: Tidak ada bising aorta abdominal, tidak ada peningkatan peristaltik usus (6
kali/ menit)
: Timpani
: Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba.
- Atas
- Bawah
V. RESUME :
Anamnesis
oleng,
Nyeri kepala (+) dan mual (+).
Memberat saat beraktifitas
Penglihatan kabur, saat melihat
makan/hari
Jarang konsumsi sayur dan buah
tinggi
Riwayat kolesterol tinggi sejak satu
tahun terakhir
Pemeriksaan fisis
TD : 170/ 90 mmHg
Pola makan pasien masih mengkonsumsi makanan berminyak dan berbahan santan.
V. DIAGNOSIS KERJA :
Hipertensi Grade II + vertigo
VII. PENATALAKSANAAN :
Non Medikamentosa :
Diet Rendah natrium
Diet Rendah lemak
Modifikasi lifestyle
Konsumsi sayur dan buah
Diet rendah protein
Medikamentosa :
Captopril
2 x 25 mg
Antasida Syr
3 x 1 Cth
r Muda
Palu, 30/12-2014
Dokte
Irwan
Muhaeimin H.M.
NIM : N 111
12 004
BAB III
PEMBAHASAN
Pada refleksi kasus ini, membahas sebuah kasus yaitu seorang perempuan berumur 60 tahun,
datang dengan keluhan pusing. Keluhan pusing dirasakan sejak dua hari, dirasakan seperti oleng.
Keluhan lain yang dirasakan nyeri kepala dan rasa mual. Keluhan seperti ini sudah berulang kali
dirasakan, dan dirasakan pertama kali tujuh tahun yang lalu. Keluhan dirasakan memberat saat
beraktifitas dan membaik saat berbaring. Penglihatan pasien juga dirasakan kabur, saat melihat jauh
dan dekat. Konsumsi garam pasien sehari-hari saat memasak sekitar setengah sendok makan. Karena
pasien pernah mengalami peningkatan kolesterol, Sehari-hari pasien hanya beraktifitas di rumah
karena pasien hanya seorang ibu rumah tangga. Dalam keluarga pasien, ada yang memiliki riwayat
tekanan darah tinggi yaitu ayah kandung dan memiliki keluhan nyeri kepala.
Dari data anamnesis yang di dapatkan, diagnosis pasien mengarah ke gejala hipertensi. Gejala
hipertensi diantaranya : Sakit kepala, pusing atau migraine, gangguan penglihatan, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mudah marah, cemas dan sulit tidur.(Sudoyo A.W dkk, 2009) Pada pasien
ini gejala hipertensi yang terjadi yaitu pusing, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Selain itu,
pasien juga memiliki beberapa faktor resiko hipertensi. Faktor resiko hipertensi umur, jenis kelamin,
etnis, hereditas, stress psikologis, pola makan, dan gaya hidup. (Sudoyo A.W dkk, 2009) Pada pasien
ini faktor hipertensi yang dimiliki yaitu diantaranya:
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
Berdasarkan umur, pasien tergolong dalam Lanjut Usia (60-74 tahun). (Kumar V, dkk, 2002)
2. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup
bervariasi.9 Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi
menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga
usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria. 5 Hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Pasien pada kasus ini adalah
perempan dan usia lebih dari 50 tahun. (Sudoyo A.W dkk, 2009)
3. Hereditas
risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5. kali lipat. Penelitian menunjukkan bahwa
tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki
hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,
dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan besar dalam
menentukan tekanan darah. Ayah kandung pasien dan saudara perempuan pasien juga menderita
hipertensi. (Sudoyo A.W dkk, 2009)
4. Pola Makan
a. Mengonsumsi garam dan lemak tinggi
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Lemak trans (ditemukan pada makanan yang diproses, misalnya
biskuit dan margarin) dan lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit,
produk daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat
menyumbat peredaran darah. Pada pasien konsumsi garam (NaCl) perhari 5 gram/ hari,
sedangkan yang di anjurkan bagi pasien hipertensi adalah 2 gram/ hari.5
Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet
vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah. Pada pasien kasus ini
dia jarang mengkonsumsi buah-buahan dank arena suami bekerja sebagai penjual daging
sapi, pasien juga biasa mengkonsumsi daging.
5. Gaya Hidup
a. Olahraga tidak terarur
Selajutnya dari hasil pemeriksaan fisis, terdapat peningkatan Tekanan Darah yaitu 170/ 90
mmHg, sedangkan pemeriksaan fisis lainnya kesan dalam batas normal. Pada kasus hipertensi
esensial, pemeriksaan yang bermakna yaitu tekanan darah yang meningkat, sedangkan pada
pemeriksaan fisis lainnya cenderung normal. Pada pasien terjadi peningkatan tekanan darah yang
termasuk hipertensi grade II. Pasien pernah melakukan pemeriksaan penunjang tiga bulan yang lalu
yaitu GDS : 124 mg/dL, kolesterol : 325 mg/dL, Asam Urat : 8.0 mg/dL. Dari hasil ini terdapat
peningkatan kolesterol dan asm urat. Kolesterol yang tinggi merupakan factor resiko aterosklerosis.
Hal ini sesuai dengan pola makan pasien yang kurang baik, yaitu makanan yang berbahan santan.
Patofisiologi hipertensi pada lansia dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur
anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan peningkatan
upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi.
Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi
kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan
dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan
pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.
(Kumar V, dkk. 2002)
Penatalaksanaan pada pasien ini, diantaranya :
I. Non medikamentosa
a) Diet rendah natrium
Dengan membatasi konsumsi garam yaitu tidak lebih 2 gram/ hari, dapat menurunkan
2-8 mmHg.
b) Diet rendah lemak
Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting seperti
flavonoids, sterol, dan phenol.6 Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur dapat
menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg.
d) Perubahan gaya hidup
Karena pasien memiliki kadar asam urat yang tinggi, maka penting juga bagi pasien
unuk mengurangi konsumsi makanan dengan protein, karena Asam urat berasal dari asam
amino purin yang menyusun protein.
II. Medikamentosa
a) Captopril 2 x 25 mg
untuk hpertensi grade II, diberikan terapi kombinasi 2 antihipertensi. Biasanya golongan
thiazide dan dapat di kombinasi dengan glongan ACEI, ARB, BB, atau CCB. ( Sudoyo A.W,
dkk, 2009) Pasien hanya mendapatkan obat golongan ACEI karena hanya obat ini yang
tersedia di layanan Posyandu Lansia.. Oleh karena itu, baiknya untuk mendapatkan
pengobatan yang sesuai pasien dapat di sarankan periksa kembali di Puskesmas atau di Rumah
Sakit.
b) Antasida Sirup 3 x 1 Cth
Antasida sirup terdiri dari Aluminium Hidroksida 200 mg Magnesium Hidroksida 200 mg,
yang merupakan antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin
sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. ( Sudoyo
A.W, dkk, 2009) Obat simptomatis ini sesuai pemberiannya dengan teori, yang berguna untuk
mengurangi rasa mual.
Untuk keluhan vertigo, juga dapat berkurang dengan pemberian ACEI. Vertigo yang terjadi di
duga akibat sumbatan aliran darah ke otak (A. Karotis atau A. Vertebralis). Dengan efek vasodilatasi
oleh ACEI dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Sedangkan untuk terapi peningktan kadar asam
urat bagi pasien, baiknya di lakukan kembali pemeriksaan kadar asam urat, karena saat anamnesis
pasien tidak ada keluhan gout.
BAB III
KESIMPULAN
Pada refleksi kasus ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa prevalensi
hipertensi pada lanjut usia di Puskesma Pantoloan tahun 2012-2013, menempati urutan pertama
kasus penyakit tidak menular. Hipertensi pada pasien lanjut usia sebenarnya dapat merupakan hal
yang wajar, tetapi ada beberapa faktor yang dapat memperburuk perjalanan penyakit ini. Faktor ini
disebut sebgai faktor resiko yang beberapa diantaranya dapat di modifikasi dan lainya tidak dapat di
modifikasi. Pada kasus hipertensi pasien lanjut usia ini faktor resiko yang dapat di modifikasi ini
yang sangat penting untuk mencegah buruknya perjalanan penyakait. Faktor resiko ini diantaranya
pola makan dan gaya hidup. Oleh karena itu, sebagai saran pada kasus ini, sebaiknya pihak
Puskesmas lebih sering lagi memberikan penjelasan mengenai hal ini kepada pasien sebgai usaha
preventive melalui program posyandu lansia.
Selain masalah preventif, untuk masalah kuratif pada kasus ini memang belum sesuai
dengan teori. Hal ini dikarenakan keterbatasan obat yang ada di kegiatan Posyandu Lansia, sehingga
sebagai saran, baiknya pasien di minta untuk periksa kembali ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauci, at all (ed), 2008, Harrissons Principles of Internal Medicine, volume II, Ed 17, Mc
Graw Hill USA.
2. Gleadle.J. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga. Jakarta.
3. Jane Soepardi, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
4. Kumar V, Cotran R S. Dan Robbins S L. 2002 Robbins Buku Ajar Patologi. ed 7. vol 2. EGC.
Jakarta.
5. Puskesmas Perawatan Pantoloan. 2013. Profil Puskesmas Perawatan Pantoloan Tahun 2013
6. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. ed 5.
InternaPublishing. Jakarta.
7. The Seventh Report of the Joint National Committee. 2004. Prevention, Detection,