Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

HUKUM KONTRAK NASIONAL DAN KONTRAK


KONSTRUKSI

DIFINISI FORJE MAJEURE


DAN
PERBEDAAN PEMUTUSAN KONTRAK
OLEH PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA
JASA

Aceng Maulana Karim


2013831037
Dosen Pengajar :
Dr. Sarwono Hardjomuljadi

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

1. Difinisi Force Majeure (Keadaan kahar) berdasarkan beberapa sumber


a. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kahar : mahakuasa (sifat Allah), sewenang-wenang

b. Force majeure atau yang sering diterjemahkan sebagai keadaan memaksa


merupakan keadaan dimana seorang terhalang untuk melaksanakan prestasinya
karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya
kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan,
sementara seseorang tersebut tidak dalam keadaan beriktikad buruk. Lihat pasal
1244 KUH Perdata.dalam hal ini, kejadian-kejadian yang merupakan force
majeure tersebut tidak pernah terduga oleh para pihak sebelumnya akan adanya
peristiwa tersebut, maka seyogyanya hal tersebut harus sudah dinegosiasi diantara
para pihak.Dengan perkataan lain, bahwa peristiwa yang merupakan force
majeure tersebut tidak termasuk kedalam asumsi dasar (basic assumption) dari
para pihak ketika kontrak tersebut dibuat. Sungguhpun pasal 1244 dan juga pasal
1245 KUH Perdata hanya mengatur masalah force majeure dalam hubungan
dengan pergantian biaya rugi dan bunga saja, akan tetapi perumusan pasal-pasal
ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengartikan force majeure pada
umumnya.
Dari rumusan-rumusan dalam pasal KUH Perdata seperti tersebut diatas dapat
dilihat kausa- kausa force majeure menurut KUH Perdata, yaitu sebagai berikut
1. Force majeure karena sebab-sebab yang tak terduga.
2. Force majeure karena keadaan memaksa.
3. Force majeure karena masing-masing perbuatan tersebut dilarang.
Dari seluruh pasal-pasal dalam KUH Perdata yang mengatur tentang force majeure, dapat
ditarik kesimpulan bahwa syarat-syarat dari suatu force majeure adalah sebagai berikut :
1. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure
tidak terdugaoleh para pihak (vide pasal 1244 KUH Perdata).

tersebut

haruslah

2. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yang harus
melaksanakan prestasi (pihak debitur) tersebut (vide pasal 1244 KUH Perdata).
3.

Peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure tersebut diluar kesalahan


pihak debitur (vide pasal 1545 KUH Perdata).

4. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure tersebut bukan kejadian


yang disengaja oleh debitur. Ini merupakan perumusan yang kurang tepat. Sebab
yang semestinya tindakan tersebut diluar kesalahan para pihak (lihat pasal 1545
KUH Perdata), bukan tidak disengaja. Sebab, kesalahan para pihak baik yang
dilakukan dengan sengaja ataupun yang tidak disengaja, yakni dalam bentuk
kelalaian (negligence).
5. Para pihak debitur tidak dalam keadaan iktikad buruk (vide paasl 1244 KUH
Perdata).
6.

Jika terjadi force majeure, maka kontrak tersebut menjadi gugur, dan sedapat
mengkin para pihak dikembalikan seperti seolah-olah tidak pernah dilakukan
(vide pasal 1545 KUHP Perdata.

7. Jika terjadi force majeure, maka para pihak tidak boleh menuntut ganti rugi.
Vide pasal 1244 juncto pasal 1245, juncto pasal 1553 ayat (2) KUH Perdata.
2

Akan tetapi, karena kontrak yang bersangkutan menjadi gugur karena adanya
force majeure tersebut, maka untuk menjaga terpenuhinya unsur-unsur
keadilan, pemberian restitusi atau quantum merit tentu masih dimungkinkan.
8.

Resiko sebagai akibat dari force majeure, beralih dari pihak kreditur kepada
pihak debitur sejak saat seharusnya barang tersebut diserahkan (vide pasal
1545 KUH Perdata). Pasal 1460 KUH Perdata mengatur hal ini secara tidak
tepat (diluar sistem).

c. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Keadaan kahar (bahasa Perancis: force majeure yang berarti "kekuatan yang lebih besar")
adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat
dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Yang termasuk kategori keadaan kahar adalah peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana
alam, pemogokan, kebakaran, dan bencana lainnya yang harus dinyatakan oleh
pejabat/instansi yang berwenang.
d. Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kementerian Pekerjaan Umum 2014
Suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi :
1. bencana alam;
2. bencana non alam;
3. bencana sosial;
4. pemogokan;
5. kebakaran; dan/atau
6. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama
Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.
e. FIDIC Persyaratan Kontrak UntukPelaksanaan KonstruksiMDB HARMONISED
EDITION
Dalam Klausula ini, Keadaan Kahar berarti suatu kejadian atau keadaan luar biasa:
a) yang berada di luar kekuasaan suatu Pihak,
b) yang tidak dapat dihadapi dengan persiapan sewajarnya olehPihak tersebut, sebelum
memasuki Kontrak,
c) yang, setelah timbul, tidak dapat dihindari atau diatasisewajarnya oleh Pihak tersebut,
dan
d) yang secara mendasar tidak disebabkan oleh Pihak lain.
Keadaan Kahar dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada, kejadianatau keadaan luar biasa
dari jenis yang tercantum di bawah ini, sepanjang persyaratan (a) sampai (d) terpenuhi :
i. perang, pertikaian (dengan atau tanpa pernyataanperang), invasi, serangan musuh
asing,
ii. pemberontakan, terorisme, sabotase oleh orangorangyang bukan Personil
Kontraktor, revolusi,huruhara, kudeta militer atau pengambilalihankekuasaan, atau
perang sipil,
iii. kerusuhan, huruhara, kekacauan, pemogokan ataupenyegelan oleh orang-orang yang
bukan PersonilKontraktor,

iv. amunisi perang, bahan peledak, radiasi ion ataukontaminasi radioaktif kecuali yang
disebabkan olehpenggunaan Kontraktor atas amunisi, bahan peledak,radiasi atau
radioaktif, dan
v. bencana alam seperti gempa bumi, angin ribut, taifunatau aktivitas gunung berapi
f.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi


Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul
di luar kemanan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu
pihak

g. Rahmat S.S. Soemadipradja dalam bukunyaPenjelasan HukumTentang Keadaan


Memaksa, menyimpulkan keadaan memaksa atau overmacht menurut KUH Perdata
Keadaan memaksa atau overmacht adalah keadaan yang melepaskan seseorang atau suatu
pihak yang mempunyai kewajiban untuk dipenuhinya berdasarkan suatu perikatan (i.e. si
berutang atau debitur), yang tidakatau tidak dapat memenuhi kewajibannya, dari
tanggung jawab untuk memberi gantirugi, biaya dan bunga, dan/atau dari tanggung jawab
untuk memenuhi kewajibannyatersebut.
Dalam perkembangannya, keadaan memaksa dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan kriteria-kriteria yang berbeda sebagai berikut :
Kriteria
Penjelasan
Berdasarkan penyebab 1. Overmacht karena keadaan alam, yaitu keadaan memaksa
yang disebabkanoleh suatu peristiwa alam yang tidak dapat
diduga dan dihindarioleh setiap orang karena bersifat alamiah
tanpa unsur kesengajaan,misalnya banjir, longsor, gempa
bumi, badai, gunung meletus,dan sebagainya.
2. Overmacht karena keadaan darurat, yaitu keadaan memaksa
yang ditimbulkanoleh situasi atau kondisi yang tidak wajar,
keadaan khususyang bersifat segera dan berlangsung dengan
singkat, tanpa dapatdiprediksi sebelumnya, misalnya
peperangan, blokade, pemogokan,epidemi, terorisme,
ledakan, kerusuhan massa, termasuk di dalamnyaadanya
kerusakan
suatu
alat
yang
menyebabkan
tidak
terpenuhinyasuatu perikatan.
3. Overmacht karena musnahnya atau hilangnya barang objek
perjanjian.
4. Overmacht karena kebijakan atau peraturan pemerintah,
yaitukeadaan memaksa yang disebabkan oleh suatu keadaan
di manaterjadi perubahan kebijakan pemerintah atau hapus
atau dikeluarkannyakebijakan yang baru, yang berdampak
pada kegiatan yangsedang berlangsung, misalnya terbitnya
suatu peraturan Pemerintah(pusat maupun daerah) yang
menyebabkan suatu objek perjanjian.
Berdasarkan sifat
1. Overmacht tetap, yaitu keadaan memaksa yang
mengakibatkan suatuperjanjian tidak mungkin dilaksanakan
atau tidak dapat dipenuhisama sekali.
2. Overmacht sementara, adalah keadaan memaksa yang
mengakibatkanpelaksanaan suatu perjanjian ditunda daripada
waktu yang ditentukan semula dalam perjanjian. Dalam
keadaan yang demikian,perikatan tidak berhenti (tidak batal),
tetapi hanya pemenuhan prestasinya yang tertunda.
Berdasarkan objek
1. Overmacht lengkap, artinya mengenai seluruh prestasi itu
tidak dapatdipenuhi oleh debitur.
2. Overmacht sebagian, artinya hanya sebagian dari prestasi itu
4

Kriteria
Berdasarkan subjek

1.

2.

Berdasarkan
lingkup

ruang 1.
2.

Kriteria lain dalam 1.


ilmu hukum kontrak

2.

3.

Penjelasan
yangtidak dapat dipenuhi oleh debitur.
Overmacht objektif adalah keadaan memaksa yang
menyebabkanpemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan
oleh siapa pun, hal inididasarkan pada teori
ketidakmungkinan (imposibilitas).
Overmacht subjektif adalah keadaan memaksa yang terjadi
apabilapemenuhan
prestasi
menimbulkan
kesulitan
pelaksanaan bagidebitur tertentu. Dalam hal ini, debitur
masih
mungkin
memenuhiprestasi,
tetapi
dengan
pengorbanan yang besar yang tidak seimbang,atau
menimbulkan bahaya kerugian yang besar sekali bagi
debitur.Hal ini di dalam sistem Anglo American disebut
hardship yangmenimbulkan hak untuk renegosiasi.
Overmacht umum, dapat berupa iklim, kehilangan, dan
pencurian.
Overmacht khusus, dapat berupa berlakunya suatu peraturan
(Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah). Dalam hal ini,
tidak berartiprestasi tidak dapat dilakukan, tetapi prestasi
tidak boleh dilakukan.
Ketidakmungkinan
(impossibility).
Ketidakmungkinan
pelaksanaankontrak adalah suatu keadaan di mana seseorang
tidak mungkin lagimelaksanakan kontraknya karena keadaan
di luar tanggung jawabnya.Misalnya, kontrak untuk menjual
sebuah rumah, tetapi rumahtersebut hangus terbakar api
sebelum diserahkan kepada pihak pembeli.
Ketidakpraktisan (impracticability). Maksudnya adalah
terjadinya peristiwajuga tanpa kesalahan dari para pihak,
peristiwa tersebut sedemikianrupa, di mana dengan peristiwa
tersebut para pihak sebenarnyasecara teoretis masih mungkin
melakukan prestasinya, tetapisecara praktis terjadi
sedemikian rupa sehingga kalaupun dilaksanakanprestasi
dalam kontrak tersebut, akan memerlukan pengorbananyang
besar dari segi biaya, waktu atau pengorbanan lainnya.
Dengandemikian, berbeda dengan ketidakmungkinan
melaksanakan kontrak,di mana kontrak sama sekali tidak
mungkin dilanjutkan, padaketidakpastian pelaksanaan
kontrak ini, kontrak masih mungkin dilaksanakan,tetapi
sudah menjadi tidak praktis jika terus dipaksakan.
Frustrasi (frustration). Yang dimaksud dengan frustrasi di sini
adalahfrustrasi terhadap maksud dari kontrak, yakni dalam
hal ini terjadi peristiwayang tidak dipertanggungjawabkan
kepada salah satu pihak,kejadian mana mengakibatkan tidak
mungkin lagi dicapainya tujuandibuatnya kontrak tersebut,
sungguhpun sebenarnya para pihak masihmungkin
melaksanakan kontrak tersebut. Karena, tujuan dari
kontraktersebut tidak mungkin tercapai lagi sehingga dengan
demikian kontrak tersebut dalam keadaan frustrasi.

h. R. Subekti, Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia periode 1968 hingga tahun 1974
Keadaan memaksa dimana Debitur menunjukkan bahwa tidak terlaksananya apa yang
dijanjikan itu disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga,dan di mana ia
tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwayang timbul di luar dugaan
5

tadi. Dengan perkataan lain, hal tidak terlaksananyaperjanjian atau kelambatan dalam
pelaksanaan itu, bukanlah disebabkankarena kelalaiannya. Ia tidak dapat dikatakan salah
atau alpa, dan orang yang tidak salah tidak boleh dijatuhi sanksi-sanksi yang diancamkan
atas kelalaian.Untuk dapat dikatakan suatu keadaan memaksa (overmacht), selain
keadaanitu di luar kekuasaannya si debitur dan memaksa, keadaan yang telahtimbul
itu juga harus berupa keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktuperjanjian itu dibuat,
setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si debitur.
i.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan yang menulis kembali difinisi dari Dr. H.F.A. Vollmar
Overmacht adalah keadaan di mana debitur sama sekali tidak mungkin
memenuhiperutangan
(absolute
overmacht)
atau
masih
memungkinkan
memenuhiperutangan, tetapi memerlukan pengorbanan besar yang tidak seimbang
ataukekuatan jiwa di luar kemampuan manusia atau dan menimbulkan kerugianyang
sangat besar (relative overmacht).

j.

Purwahid Patrik, penulis Buku Dasar-Dasar Hukum Perikatan


Overmacht atau keadaan memaksa adalah debitur tidak melaksanakan prestasi karena
tidak ada kesalahan maka akan berhadapandengan keadaan memaksa yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya.

2. Perbedaan pemutusan kontrak oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa


a. berdasarkan Persyaratan Kontrak UntukPelaksanaan KonstruksiMDB HARMONISED EDITION
No.
Uraian
Pengguna Jasa
Penyedia Jasa
1
Sebab pemutusan a. Kontraktor gagal memenuhi Jaminan Pelaksanaan (Sub a. Kontraktor tidak menerima bukti yang sah dalam tenggang
Klausa 4.2)
waktu 42 hari sesudah menyampaikan pemberitahuan
b.Kontraktor mengabaikan Pekerjaan atau dengan jelas
berdasarkan Sub-Klausula 16.1 [Hak Kontraktor untuk
memperlihatkan niat
untuk
tidak melanjutkan
Menghentikan Pekerjaan] sehubungan dengan kegagalan
pelaksanaan kewajibannya menurut Kontrak
memenuhi Sub-Klausula 2.4. [Pengaturan Keuangan
c. Tanpa alasan yang jelas gagal untuk :
Pengguna Jasa]
i. melanjutkan Pekerjaan sesuai dengan Klausula 8 b. Enjinir gagal, dalam tenggang waktu 56 hari setelah
[Tanggal Mulai Pekerjaan, Keterlambatan dan
menerima Laporan Tagihan dan dokumen pendukung, untuk
Penghentian Sementara], atau
menerbitkan Berita Acara Pembayaran terkait.
ii. memenuhi pemberitahuan yang dikeluarkan menurut c. Kontraktor tidak menerima jumlah yang menjadi haknya
Sub-Klausula 7.5 [Penolakan] atau Sub-Klausula 7.6
berdasarkan Berita Acara Pembayaran Sementara dalam
[Perbaikan Pekerjaan], dalam jangka waktu 28 hari
tenggang waktu 42 hari sesudah berakhirnya batas waktu
setelah menerima pemberitahuan tersebut.
sebagaimana dinyatakan dalam Sub-Klausula 14.7
d.Mengsubkontrakkan seluruh Pekerjaan atau mengalihkan
[Pembayaran] di mana pembayaran harus dilakukan (kecuali
Kontrak tanpa kesepakatan yang disyaratkan
untuk pemotongan sesuai dengan Sub-Klausula 2.5. [Klaim
e. Jatuh pailit atau kehilangan kemampuan untuk
oleh Pengguna Jasa]).
membayar,menuju likuidasi, menerima putusan pailit dari d. Pengguna
Jasa
secara
mendasar
gagal
pengadilan,bergabung dengan kreditor, atau menjalankan
melaksanakankewajibannya
berdasarkan
Kontrak
usahanya dibawah kurator, pengawas, atau manajer untuk
sedemikian rupa sehingga secara material dan merugikan
kepentingankreditor, atau jika suatu tindakan yang
mempengaruhi keseimbangan ekonomi dari Kontrak
dilakukan atau suatukejadian yang terjadi (menurut
dan/atau kemampuan dari Kontraktor untuk melaksanakan
hukum yang berlaku) memilikidampak yang sama dengan
Kontrak.
tindakan atau kejadian di atas.
e. Pengguna Jasa gagal memenuhi Sub-Klausula 1.6.
f. Memberikan atau menawarkan untuk memberi (langsung
[Perjanjian Kontrak] atau Sub-Klausula 1.7 [Penunjukan]
maupun tidak langsung) kepada siapapun uang suap, f. Penghentian
yang
berkepanjangan
mempengaruhi
hadiah, persenan, komisi atau barang berharga lainnya,
keseluruhan Pekerjaan seperti dinyatakan pada Sub-klausula
sebagai insentif atau hadiah:
8.11 [Penghentian yang Berkepanjangan]
i. untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan g. Pengguna Jasa jatuh pailit atau tidak memiliki kemampuan
apapun dalam kaitannya dengan Kontrak, atau
untuk membayar, menuju likuidasi, memperoleh putusan
ii. untuk memperlihatkan atau tidak memperlihatkan
pailit dari pengadilan, bergabung dengan kreditornya atau
sikap yang menguntungkan atau sebaliknya kepada
menjalankan usahanya di bawah kurator, pengawas atau
siapapun dalam kaitannya dengan Kontrak, atau jika
manajer untuk kepentingan kreditor, atau jika suatu tindakan
7

No.

Uraian

Kewajiban

Pengguna Jasa
Penyedia Jasa
Personil Kontraktor, wakil atau Subkontraktor
yang dilakukan atau suatu kejadian yang terjadi (menurut
memberikan atau menawarkan (langsung maupun
hukum yang berlaku) memiliki dampak yang sama dengan
tidak langsung) kepada siapapun insentif atau hadiah
tindakan atau kejadian di atas.
sebagaimana dinyatakan diatas. Akan tetapi, h. Dalam hal Bank menghentikan pinjaman atau kredit yang
pemberian insentif atau hadiah berdasarkan hukum
digunakan untuk melakukan pembayaran baik sebagian
atau peraturan kepada Personil Kontraktor tidak
maupun seluruh pembayaran kepada Kontaktor, apabila
akan mengakibatkan pemutusan.
Kontraktor tidak menerima jumlah yang menjadi haknya
dalam waktu 14 hari berdasarkan Sub-Klausula 14.7
[Pembayaran] untuk pembayaran berdasarkan Berita Acara
Pembayaran Sementara, Kontraktor dapat, tanpa merugikan
hak Kontraktor untuk memperoleh biaya bunga berdasarkan
Sub-Klausula 14.8 [Keterlambatan Pembayaran], mengambil
salah satu tindakan berikut:
i.
menghentikan pekerjaan atau menurunkan tingkat
kecepatan pelaksanaan pekerjaan, atau
ii.
memutuskan pekerjaan berdasarkan Kontrak dengan
menyampaikan pemberitahuan kepada Pengguna Jasa,
dengan salinan kepada Enjinir, pemutusan mana
berlaku 14 hari setelah penyampaian pemberitahuan.
i. Kontraktor tidak menerima perintah Enjinir yang
mencatattentang kesepakatan kedua belah pihak dalam
pemenuhanpersyaratan Mulainya Pekerjaan berdasarkan
Sub-Klausula8.1 [Tanggal Mulai Pekerjaan]
a. Pengguna jasa telah menyampaikan pemberitahuan dalam a. Penyedia Jasa telah menyampaikan pemberitahuan dalam
jangka 14 hari kepada kontraktor kecuali apabila sebab
jangka 14 hari kepada Pengguna Jasa kecuali apabila sebab
pemutusan kontrak karena poin e dan f diatas, pengguna
pemutusan kontrak karena poin f dan g diatas, penyedia jasa
jasa dapat segera memutuskan kontrak
dapat segera memutuskan kontrak
b.Enjinir telah meminta kepada Kontraktor melalui b.Sesudah pemberitahuan pemutusan berdasarkan Subpemberitahuan untuk memperbaiki kegagalan dan
Klausula 15.5[Hak Pengguna Jasa atas Pemutusan demi
kerusakan dalam waktu yang ditetapkan, akan tetapi
Kepentingan PenggunaJasa], Sub-Klausula 16.2 [Pemutusan
Kontraktor gagal memenuhi permintaan tersebut.
oleh Kontraktor] atau Sub-Klausula 19.6 [Opsi untuk
c. Setelah pemberitahuan pemutusan berdasarkan SubPemutusan,
Pembayaran
danPembebasan]
berlaku,
Klausula 16.2[Pemutusan oleh Kontraktor)] berlaku,
Kontraktor harus segera:
8

No.

Uraian

Hak

Pengguna Jasa
Pengguna Jasa harus segera:
i.
mengembalikan Jaminan Pelaksanaan kepada
Kontraktor
ii.
membayar Kontraktor sesuai dengan Sub-Klausula
19.6 [Opsiuntuk Pemutusan, Pembayaran dan
Pembebasan], dan
iii.
membayar kepada Kontraktor kerugian atau denda
yangditanggung Kontraktor akibat pemutusan
tersebut.

i.

ii.
iii.

Penyedia Jasa
menghentikan semua pekerjaan selanjutnya, kecuali
untukpekerjaan yang diperintahkan oleh Enjinir untuk
melindungikehidupan
atau
harta
milik
ataukeselamatan pekerjaan,
menyerahkan Dokumen Kontraktor, Peralatan,
Material danpekerjaan lain, yang mana Kontraktor
telah menerimapembayaran, dan
memindahkan semua Barang-Barang lain dari
Lapangan,kecuali yang diperlukan untuk keselamatan
danmeninggalkannya di Lapangan.

a. Pengguna Jasa berhak untuk memutuskan Kontrak, setiap a.Setelah pemberitahuan pemutusan oleh Pengguna Jasa sesuai
saat demi kepentingan Pengguna Jasa, dengan
klausa 15.2 berlaku efektif, Enjinir harus menindaklanjuti
menyampaikan pemberitahuan pemutusan kepada
sesuai dengan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
Kontraktor. Pemutusan akan berlaku efektif 28 hari
menyetujui atau menentukan nilai Pekerjaan, Barang-barang
setelah tanggal paling akhir dari tanggal-tanggal di mana
dan Dokumen Kontraktor, serta biaya lain yangmenjadi hak
Kontraktor menerima pemberitahuan tersebut atau
Kontraktor untuk pekerjaan yang dilaksanakan sesuai
Pengguna Jasa mengembalikan Jaminan Pelaksanaan.
dengan Kontrak
b.Setelah pemberitahuan pemutusan menurut Sub-Klausula b.Jika Enjinir gagal untuk mensahkan sesuai dengan Sub15.2 [Pemutusan Kontrak oleh Pengguna Jasa] berlaku
Klausula 14.6 [Penerbitan Berita Acara Pembayaran
efektif, PenggunaJasa dapat:
Sementara] atau Pengguna Jasa gagal memenuhi Subi. melanjutkan sesuai dengan Sub-Klausula 2.5 [Klaim
Klausula 2.4 [Pengaturan KeuanganPengguna Jasa] atau
olehPengguna Jasa],
Sub-Klausula 14.7 [Pembayaran], Kontraktor,dapat, sesudah
ii. menahan pembayaran lebih lanjut kepada
menyampaikan pemberitahuan tidak kurang dari 21hari
Kontraktor hinggabiaya pelaksanaan, penyelesaian
kepada
Pengguna
Jasa,
menghentikan
pekerjaan
dan perbaikan cacat mutu,ganti rugi atas
(ataumenurunkan kecepatan pekerjaan), kecuali dan hingga
keterlambatan penyelesaian (jika ada), danseluruh
Kontraktormenerima Berita Acara Pembayaran, bukti yang
biaya yang dikeluarkan oleh Pengguna Jasa,
dapat diterima ataupembayaran, sebagaimana yang mungkin
telahditetapkan, dan/atau
terjadi dan sebagaimanadinyatakan dalam pemberitahuan.
iii. menerima ganti rugi dari Kontraktor atas kerugian
dankompensasi kepada Pengguna Jasa serta biaya
ekstra lainuntuk menyelesaikan Pekerjaan, setelah
memperhitungkanjumlah
yang
menjadi
hak
Kontraktor menurut Sub-Klausula15.3 [Penilaian
9

No.

Uraian

Pengguna Jasa
pada Tanggal Pemutusan]. Setelah menerimaganti
rugi atas kerugian, kompensasi dan biaya
ekstralainnya, Pengguna Jasa akan membayarkan
sisanya kepadaKontraktor.

Penyedia Jasa

b. berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik IndonesiaNomor : 14/PRT/M/2013tentangPerubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
No.
Uraian
Pengguna Jasa
Penyedia Jasa
1
Sebab pemutusan a. Penyedia jasa terlibat penyimpangan prosedur, a. PPK terlibat penyimpangan prosedur, melakukan KKN
melakukan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat
dan/atau pelanggaran persaingan sehat di dalam
di dalam pelaksanaan pengadaan yang sudah diputuskan
pelaksanaan pengadaan yang sudah diputuskan oleh
oleh instansi berwenang
instansi berwenang
b. Penyedia jasa mengalihkan sebagian atau seluruh b. Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk
pekerjaan utama dalam Kontrak
menunda pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan, dan
c. penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan
perintah tersebut tidak ditarik selama 28 (dua puluh
kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya
delapan) hari
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
c. PPK tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan
d. penyedia tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan, tidak
angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
memulai pelaksanaan pekerjaan
tercantum dalam SSKK
e. penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh
delapan) hari dan penghentian ini tidak tercantum dalam
program mutu serta tanpa persetujuan Pengawas
Pekerjaan
f. penyedia berada dalam keadaan pailit
g. penyedia selama Masa Kontrak gagal memperbaiki
Cacat Mutu dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
PPK
h. penyedia tidak mempertahankan keberlakuan Jaminan
Pelaksanaan
i. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat
kesalahan penyedia sudah melampaui 5% (lima
perseratus) dari nilai Kontrak dan PPK menilai bahwa
Penyedia tidak akan sanggup menyelesaikan sisa
10

No.

Uraian

Kewajiban

Hak

Pengguna Jasa
pekerjaan
j. penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan
oleh instansi yang berwenang

Penyedia Jasa

a. Pengguna Jasa harus mencairkan Jaminan Pelaksanaan


a. Penyedia paling lambat pada waktu pemutusan kontrak
b. Pengguna jasa harus mencairkan Jaminan Pemeliharaan
berkewajiban untuk menyerahkan semua dokumen dan
untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan
piranti lunak tersebut beserta daftar rinciannya kepada PPK.
c. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam
Penyedia dapat menyimpan 1 (satu) buah salinan tiap
dokumen dan piranti lunak tersebut. Pembatasan (jika ada)
mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut
di atas di kemudian hari diatur dalam SSKK.
a. Menerima sisa Uang Muka yang harus dilunasi oleh
Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka
dicairkan
b. Menerima pembayaran denda keterlambatandari
Penyedia Barang/Jasa
c. Semua Bahan, Perlengkapan, Peralatan, Hasil Pekerjaan
Sementara yang masih berada di lokasi kerja setelah
pemutusan Kontrak akibat kelalaian atau kesalahan
penyedia, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh PPK
tanpa kewajiban perawatan/pemeliharaan. Pengambilan
kembali semua peninggalan tersebut oleh penyedia
hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan
kepentingan PPK.
d. Semua rancangan, gambar, spesifikasi, desain,
laporandan dokumen-dokumen lain serta piranti lunak
yang dipersiapkan oleh penyedia berdasarkan Kontrak
ini sepenuhnya merupakan hak milik PPK.

11

Anda mungkin juga menyukai