Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STRES DAN PENGELOLAANYA

Oleh :
Nama

: 1. Frida Setia Oktaviani (12110202)


2. Nur Arif Setiawan (12110237)
3. Mus

Kelas

: 2F

Dosen

: Suhendri, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah BK PRIBADI. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah BK Pribadi di program studi
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan pada IKIP PGRI
Semarang. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Suhendri, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah BK Pribadi dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Mei 2013


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2
2.1 TEORI STRES...................................................................................................2
2.2 GEJALA STRES...............................................................................................3
2.3 FAKTOR PEMICU STRES..............................................................................4
2.4 PENGELOLAAN STRES.................................................................................8
BAB III..............................................................................................................................10
PENUTUP.........................................................................................................................10
3.1 SIMPULAN.....................................................................................................10
3.2 SARAN............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perasaan stres yang timbul disebabkan karena insting atau reaksi tubuh untuk
mempertahankan diri. Reaksi seperti ini adalah baik pada saat atau kondisi gawat darurat atau
emergensi, seperti reaksi keluar dari mobil yang kecepatannya melampaui batas dan akan menabrak
jalan. Stress juga dapat disebabkan karena gejala-gejala fisik yang berlangsung terlalu lama, seperti
dalam merespon tantangan dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Stress menjadikan tubuh
anda bekerja secara berlebihan yang dapat membuat anda merasa cemas, takut, khawatir dan
tegang.
Hal lain yang mungkin menjadikan seseorang stress termasuk di PHK dari pekerjaan,
ditinggal atau anak pulang kampung, ditinggal pergi suami atau orang yang dicintai, bercerai atau
menghadapi pernikahan, penyakit tertentu, kecelakaan, kenaikan pangkat dalam pekerjaan, masalah
keuangan, pindah rumah atau mempunyai momongan baru dan lain sebagianya.
Kondisi stres dapat menyebabkan masalah kesehatan atau menjadikan masalah-masalah yang
ada menjadi lebih berat jika seseorang tidak dapat menemukan cara atau jalan untuk
menghadapinya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Stres
Stres merupakan fenomena psikofisik. Stres dialami oleh setiap orang, dengan tidak
mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa
dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja atau dewasa; dialami oleh pejabat atau warga
masyarakat biasa; dialami oleh pengusaha tau karyawan; dialami oleh guru maupun siswa;
dan dialami oleh pria maupun wanita,
Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruhpositif yaitu
mendorong

individu

untuk

melakukan

sesuatu,

membangkitkan

kesadaran,

dan

menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, yaitu menimbulkan perasaanperasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau depresi; dan memicu berjangkitnya sakit
kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.
Teori dasar tentang stres dapat disimpulkan ke dalam tiga variabel pokok, yaitu sebagai
berikut (Ray Woolfe dan Windy Dryden, 1998: 530-532: James W. Greenwood, III & James
W. Greenwood, Jr., 1979:30).
1) Variabel Stimulus, atau engineering approach (pendekatan rekayasa) yang
mengkonsepsikan stres sebagai suatu stimulus atau tuntutan yang mengancam
(berbahaya), yaitu tekanan dari luar terhadap individu yang dapat menyebabkan sakit
(mengganggu kesehatan). Dalam model ini, stres dapat juga disebabkan oleh stimulasi
eksternal baik sedikit maupun banyak.
2) Variabel Respon, atau physiological approach (pendekatan fisiologi) yang didasarkan
pada model triphase dari hans Selye.Dia mengembangkan konsep yang lebih spesifik
tenmtang reaksi manusia terhadap stressor, yan dia namakan GAS (General
Adaptation Syndrome), yaitu mekanisme respon tipikal tubuh dalam merespon rasa
sakit, ancaman atau stressor lainnya.
3) Variabel Interaktif, yang meliputi dua teori yaitu sebagai berikut.
a) Teori Interaksional. Teori yang memfokuskan pembahasannya kepada aspekaspek keterkaitan antara individu dengan lingkungannya, dan hakikat hubungan
b)

antara tuntutan pekerjaan dengan kebebasan mengambil keputusan.


Teori Transaksional yang memfokuskan pembahasannya kepada aspek-aspek
kognitif dan afektif individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya, serta
gaya-gaya coping yang dilakukannya.

Menurut Dadang Hawari (1997 : 44-45) stres tidak dapat dipisahkan dari distres dan
depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap
2

permasalahan kehidupan yang dialaminya. Apabila fungsi oragan tubuh sampai terganggu
dimakan stres. Sedangkan depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang
dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruhpengaruh pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri
untuk dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.
Stres dapat diartikan sebagai respon fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak,
tudak nyaman atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi.
Sementara A. Baum (Shelley E. Taylor, 2003) mengartikan stres sebagai pengalaman
emosional yang negatif yang disertai perubahan-perubahahan biokimia, fisik, kognitif dan
tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasi
dampak-dampaknua.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah perasaan tidak enak,
tidak nyaman atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu
terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek atau orang) yang mengancam,
menggangu, membebani, atau membahayakand keselamatan, kepentingan, keinginan, atau
kesejahteraan hidupnya.
Stimulus yang termasuk (a) peristiwa, seperti : ujian/tes bagi para pelajar/mahasiswa,
kematian seseorang yang dicintai, kemacetan lalulintas (b) Objek, seperti : binatang buas,
peraturan yang berat atau tuntutan pekerjaan/tugas yang diluar kemampuan, dan (c) Orang,
seperti sikap dan perlakuan orang tua dan guru yang galak atau kasar, pimpinan yang otoriter,
para preman (orang-orang jahat) dan penguasa zalim.
2.2 Gejala Stres
Untuk mengetahui apakah diri kita atau orang lain mengalami stres, dapat dilihat
dari gejala-gejalanya, baik fisik maupun psikis.
1)

Gejala fisik, diantaranya : sakit kepala, sakit lambung (mag). Hypertensi (darah
tinggi), sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia, mudah lelah, keluar

keringat dingin, kurang selera makan dan sering buang air kecil.
2) Gejala psikis, diantaranya gelisah atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi belajar atau
bekerja, sikap apatis (masa bodoh).

2.3 Faktor-faktor Pemicu Stres

Faktor pemicu stres itu dapar diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok


berikut
1. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang
berfungsinya salah satu anggota tubuh dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal.
2. Stressor Psikologik, seperti : berburuk sangka, frustasi karena gagal memperoleh sesuatu
yang diinginka.
3. Stressor Sosial,
a. Iklim kehidupan keluarga, seperti : hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis
(broken home).
b. Faktor pekerjaan, seperti : kesulitan mencari pekerjaan,pengangguran, kena PHK,
perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan
kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
Faktor yang menggangu kestabila (stres) organisme berasal dari dalam maupun
dari luar. Faktor yang berasal dari dalam organisme adalah biologis dan psikologis,
sedangkan yang berasal dari luar adalah faktor lingkungan.
1. Faktor Biologis
Stressor biologis meliputi faktor-faktor genetika, pengalaman hidup, ritme
biologis, tidur, makanan, postur tubuh, kelelahan, penyakit dan abnormalitas
adaptasi.
a. Faktor Genetika
Predisposisi biologis yang menyebabkan stres adalah faktor-faktor yang
berkembang sebelum kelahiran atau komposisi genetika. Dalam kenyataan,
semua karakteristik, biologis maupun mental setiap individu, termasuk
kelemahan dan kekuatannya dikontrol oleh intruksi-intruksi kode genetika
tertentu dalam dirinya.
b. Pengalaman Hidup
Setiap individu memiliki pengalaman hidup yang unik. Pengalaman hidup
merupakan proses transisi kehidupan individu mulai masa anak sampai masa
dewasa. Masa transisi ini melahirkan suasana krisis atau stres pada diri
individu.

c. Tidur (Sleep)
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk tidur. Apabila dia mengalami kurang tidur atau
tidurnya tidak nyenyak, maka akan berakibat kurang baik bagi dirinya.
d. Diet
Diet artinya makanan atau vitamin sebagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dalam
hidupnya, setiap individu membutuhkan nutrisi yang seimbang, yaitu : karbohidrat,
4

protein, vitamin, mineral dan air. Kekurangan (malnutrisi) atau kelebihan nutrisi (seperti
makan yang berlebihan) cenderung mempengaruhi proses metabolisme tubuh yang
normal dan menganggu kadar gula darah yang normal, sehingga menimbulkan stres,
karena mengganggu mekanisme homeostatis tubuh.
e. Postur Tubuh
Postur merupakan fungsi dari kerangka dan perototan tubuh secara keseluruhan. Postur
tubuh yang kurang sempurna atau normal dapat merintangi keberfungsian sistem organorgan tubuh, seperti : gerak-gerak refleksi, sistem cardiovascular, dan sistem pencernaan.
f. Kelelahan (Fatigue)
Secara teknis, kelelahan ini merupakan suatu kondisi dimana reseptor sensoris atau motor
kehilangan kemampuan dan kekuatan untuk merespon stimulus.
g. Penyakit (Diseas)
Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi dan struktur tubuh yang menyebabkan
kegagalan dalam mencegah datangnya stressor. Kemampuan organisme untuk menolak
penyakit didasarkan kepada sejumlah kegiatan penyeimbang yang kompleks, yaitu proses
homeostatis, atau stabilisasi dinamis yang melibatkan berbagai bagian tubuh dalam
bekerjasamanya satu sama lainnya.
h. Adaptasi yang Abnormal
Kemampuan beradaptasi merupakan satu ciri dari sistem organik. Adaptasi merupakan
modifikasi sendiri untuk memperoleh yang diperlukan bagi kelangsungan hidup dengan
cara mengatasi kondisi-kondisi lingkungan. Salah satu gambaran esensial dari proses
adaptif ini adalah membatasi respon stres untuk meminimalkan jumlah atau wilayah
tubuh yang diperlukan untuk memelihara homeostatis. Terdapat tiga bentuk proses
adaptasi yang abnormal yaitu :
respon adaptif yang tidak memadai (hypoadaptasi).
respon adaptif yang eksessif (hyperadaptasi).
respon adaptif yang tidak tepat. Adaptasi yang abnormal ini dapat
melemahkan kemampuan tubuh untuk memberikan respon yang normal
terhadap stressor, sehingga tubuh mudah terserang stress.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang diduga menjadi pemicu stres, diantaranya sebagai berikut.
a. Persepsi
Salah satu faktor yang terlibat dalam persepsi adalah sistem pancaindera. Ingatan,
motivasi, gen keturunan dan interpretasi dari sinyal yang duterima oleh pancaindera
bersatu membentuk persepsi.
b. Perasaan dan Emosi
Emosi merupakan aspek psikologis yang komplek dari keadaan homeostatik yang
normal (normal homeostatic state) yang berawal dari satu stimulus psikologi.
Tujuh macam emosi yang paling berkaitan dengan stres adalah :

Kecemasan (Enxiety), Kecemasan pada dasarnya adalah suatu reaksi diri untuk
menyadari suatu ancaman (threat) yang tidak menentu.
Rasa bersalah dan rasa khawatir (Guilt & Worry), Rasa bersalah dan cemas dapat
dikategorikan sebagai kegelisahan dengan suatu ancaman yang jelas.
Rasa Takut (Fear), Sama halnya dengan kegelisahan, rasa takut berkaitan dengan
kejadian yang akan terjadi. Rasa takut adalah tanggapan terhadap suatu ancaman
tertentu, berbeda halnya dengan rasa gelisah yang merupakan tanggapan atas
ancaman yang belum menentu kejelasannya.
Marah (Anger), Marah adalah emosi yang kuat ditandai dengan adanya reaksi sistem
syaraf yang akut dan dengan adanya sikap melawan baik secara terang-terangan atau
tersembunyi.
Cemburu (Jealousy), Cemburu meliputi keinginan untuk menguasai, mengendalikan,
atau memperbudak seseorang sebagai rasa kepemilikan atas orang tersebut. Cemburu
dapat menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, atau marah.
Kesedihan dan Kedukaan (Loss and bereavement), Sedih adalah rasa sakit atau pilu
yang mengakibatkan adanya perubahan
c. Situasi
Situasi adalah sebuah konsepsi individual tentang suatu keadaan atau kondisi dimana
dia berada pada suatu waktu. Satu hal penting adalah bahwa situasi tersebut tidak harus
selalu berhubungan dengan kenyataan yang ada, tetapi biasanya merupakan hasil dari
pengenalan (cognition) dan penilaian (appraisal) yang sangat tergantung kepada setiap
individual.
Tipe situasi yang dapat menimbulkan stres adalah :
1. Ancaman (Threat)
2. Frustrasi (Frustration)
3. Konflik (Conflict)
d. Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup meliputi keseluruhan kejadian psikologis seorang individu selama
hidupnya. Pengalaman hidup dapat dibagi ke dalam tiga kategori: perubahan hidup,
masas transisi kehidupan (life passages), dan krisis kehidupan (life crises).
e. Keputusan Hidup
Keputusan hidup bukan berarti keputusan yang diambil individu dalam
kesehariannya untuk menentukan pilihan-pilihan yang ada, namun keputusan hidup
memiliki konsekuensi psikologis yang lama yang akan menetukan jalan hidup dan
kesehatan mental individu.
Teori analisis transaksional menyatakan bahwa dalam menjalani kehidupan, setiap
orang akan berada dalam salah satu dari empat posisi kehidupan berikut.
IM NOT OK YOURE OK
IM NOT OK YOURE NOT OK
IM OK YOURE NOT OK
IM OK YOURE OK (Harris, 1967).
6

f. Perilaku (behavior)
Dalam bahasan ini, perilaku secara umum didefinisikan sebagai semua output dari
setiap tingkatan hierarki dari sistem syaraf, seperti sensasi, perasaan, emosi,
kesadaran, penilaian, dsb. Lebih jauh lagu, setiap perilaku diatas dapat menyebabkan
stres dan juga dapat merupakan akibat stres.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, biotik, dan sosial. Masing-masing
lingkungan itu dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Lingkungan Fisik, seperti: cuaca (sangat panas atau sangat dingin), peristiwa alam
(seperti gempa bumi, topan badai, banjir bandang, dan tanah longsor.
b. Lingkungan Biotik. Manusia modern cenderung menjadi pemangsa (predator) bagi
makhluk lainnya. Meskipun begitu mereka juga masih rentan untuk dimangsa.
c. Lingkungan Sosial. Yang menjadi sumber stres manusia pada dasarnya adalah manusia
itu sediri, yaitu manusia dalam lingkungan kehidupan sosial yang lebih luas.
Lingkungan sosial yang dapat dikategorikan sebagai sumber stres, diantaranya:
kehidupan perkotaan, gaya hidup modern.

2.4

Pengelolaan (Manajemen) Stres


Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus dan Folkman
(Taylor, 2003:219) coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang
ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Coping terdiri atas upayaupaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola (seperti menuntaskan,
tabah, mengurangi, atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal dan konflik
diantaranya.
1. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan
terhadap seseorang yang mengalami sters dari orang lain yang memiliki hubungan dekat
(saudara atau teman).
Menurut Rietschlin (Shelley E. Taylorm 2003), sebagai pemberian informasi
dari orang lain yang dicintai atau mempunyai kepedulian, dan memiliki jaringan
komunikasi atau kedekatan hubungan, seperti orang tua, suami dan lain-lain.
House (1981) mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki empat fungsi,
diantaranya:
a. Emotional Support,
b. Appraisal support,
c. Informational support,
d, Instrumental support,
2. Kepribadian
7

Tipe atau karakteristik kepribadian seseorang berpengaruh cukup berarti terhadap


coping atau usaha dalam mengatasi stres yang dihadapinya. Diantara tipe atau
karakteristik kepribadian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hardiness (Ketabahan, Daya tahan)
Tipe kepribadian yang yang ditandai dengan komitmen. Seperti yang
dikemukakan Suzanne Kobasa (1979) hardiness menjelaskan ketiga karakteristik
tersebut sebagai berikut:
Commitment
Internal Locus Control
Challange
b. Optimism
Suatu kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik
(Weiten/Lloyd, 1994: 90). Sikap sesorang opitmis memungkin seseorang untuk meng
cope stres secara lebih efektif, dan dapat mereduksi dampaknya, yaitu jatuh sakit.
c. Humoris
Orang yang humoris cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi stres dari
pada orang yang tidak senang humor.
Menurut Weiten dan Lloyd coping itu ada yang negatif sementara coping yang konstruktif,
diartikan sebagai upaya upaya untuk menghadapi situasi stres secara sehat. Coping konstruktif
dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau metode diantaranya :
1. Rational-Emotive Therapy, suatu pendekatan terapi yang memfokuskan kepada upaya untuk
mengubah pola berfikir klien yang irrasional sehingga dapat mengurangi gangguan emosi
atau perilaku yang meladaptif. Albert Ellis mengemukakan Sesorang yang memiliki pikiran
irrasional seperti diatas akan rentan stres, sebab suasana kehidupan nyata sangat berbeda
dengan apa yang dia inginkan.
2. Meditasi, merupakan latihan mental untuk memfokuskan kesadaran atau perhatian dengan
cara yang nonanalitis (Weiten & Lloyd, 1994). Meditasi sudah banyak digunakan orang
3.

sebagai metode untuk mengatasi stres.


Relaksi, Lehrer & Woolfolk (1984), mengemukakan relaksi dapat mengatasi kekalutan

emosi dan mereduksi masalah fisiologis (gangguan atau penyakir fisik).


4. Mengamalkan ajaran agama sebagai wujud keimanan kepada Tuhan. Kualitas keimanan
seseorang tampak dari caranya beribadah kepada Allah baik yang bersifat ibadah mahdlah
(hablumminallah) maupun ibadah goir mahdlah (hablumminannaas). Seseorang yang taat
beribadah dan memahami makna subtansi ibadah tersebut, maka dia akan memiliki sifatsifat pribadi yang positif (berakhlak mulia), sehingga dia mampu mengelola hidup dan
kehidupannya (baik dalam tataran personal maupun sosial), secara sehat, bermanfaat, atau
bermakna.
8

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Stres adalah suatu kondisi

yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada

peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu
dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress merupakan beban yang melebihi
kemampuan maksimum jiwa itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Dalam pengelolaan stress, stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam
konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan
potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang
berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan
mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

3.2 Saran
Mengamati gejala gejala stres yang dialami anak didik kita, bagi konselor memhamahi
aspek-aspek psikologi pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasaranya
layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspekaspek psikologis, pribadi atau perilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan
mampu memperoleh kehidupan yang bermakna baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain,
seperti kita

DAFTAR PUSTAKA

1)

Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung : Remaja Rosdakarya

10

Anda mungkin juga menyukai