BAB VII (Fix)
BAB VII (Fix)
BAB VII
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA
bertambah
besar
yang
disebabkan
oleh
mekanisasi
7.1.
LINGKUNGAN
Seperti kita ketahui bahwa lingkungan kerja yang baik dapat berpengaruh
besar terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja, dimana akan
menambah kualitas dan produktivitas dari para pekerja yang ada pada PT.
Nickelback Marampak Resources. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan
penambangan dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya,
147
BAB VII
seperti terhadap air permukaan dan air tanah, tanah dan tata guna lahan setempat,
tumbuhan alam serta populasi fauna yang ada pada daerah sekitar. Hal-hal ini
kemudian dikaji sebagai bagian dari proses yang mengarah kepada pemberian izin
penambangan oleh pihak yang berwenang.
Berikut adalah contoh komponen-komponen di alam yang dapat terkena
dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan.
A. Komponen Fisika Kimia
1. Iklim Lokal
Dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap persiapan dan operasi
penambangan yaitu dampak terhadap perubahan iklim lokal yang terjadi
akibat kegiatan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah
pucuk (top soiling) dan tanah penutup (overburden) untuk penggalian nikel
serta pembersihan lahan untuk areal penempatan tanah penutup atau tanah
pucuk. Sedangkan dampak positifnya
2. Kualitas Udara
Dampak dari kegiatan penambangan pada umumnya menghasilkan
partikel debu. Kegiatan pada tahap operasi penambangan seperti
pengupasan tanah pucuk (top soiling) maupun tanah penutup
148
BAB VII
(overburden), penambangan nikel, dan pengangkutan nikel ke stock
pile merupakan sumber dari partikel debu tersebut. Sebagai dampak
dari kegiatan tersebut adalah terjadinya penurunan kualitas udara.
Kualitas
udara
yang
mengalami
penurunan
adalah
berupa
nikel dan
149
BAB VII
Kegiatan
yang
diperkirakan
menimbulkan
dampak
terhadap
Menteri
Lingkungan
Hidup
No.
Kep-
150
BAB VII
8. Kualitas Tanah
Penurunan kualitas tanah diperkirakan terjadi pada tahap persiapan,
penambangan dan pasca penambangan. Sifat-sifat kimia tanah terdiri
dari kandungan bahan organik tanah seperti P dan K yang tersedia
serta pH tanah. Tolok ukur kualitas tanah adalah pada sifat fisik dan
sifat kimia tanah serta ketebalan tanah pucuk (top soil).
9. Fisiografi
Kegiatan penambangan nikel merupakan sumber dampak pada
perubahan bentuk fisiografi lahan. Parameter lingkungan yang
dipantau adalah perbedaan ketinggian topografi sebelum dan
sesudah penggalian pada areal wilayah penambangan, tumpukantumpukan tanah longsoran di sekitar areal penimbunan dan
berkurangnya nilai estetika lingkungan.
B. Komponen Biologi
a. Biota Darat
1. Vegetasi
Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap
persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing).
Parameter yang dipantau yaitu perubahan jumlah populasi dan
perbandingan kondisi awal dari lingkungan tersebut.
151
BAB VII
2. Satwa Liar
Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap
persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing).
Parameter yang dipantau adalah penyebaran, kekayaan jenis,
kelimpahan dan kondisi habitat satwa liar pada kawasan
penambangan.
b. Biota Air
Plankton, terumbu karang serta hewan-hewan air seperti ikan akan
terganggu ketersediaannya yang disebabkan oleh adanya aliran air
asam tambang dan limbah oli yang tercecer masuk ke perairan di
sekitar daerah penambangan.
152
BAB VII
Timbulnya erosi tanah pada areal penambangan yang tidak
ada vegetasinya akan berdampak pada menurunnya kualitas
air permukaan dan masuk ke badan sungai. Dampak
penurunan kualitas air ini akan menimbulkan dampakdampak lainnya berupa terganggunya kehidupan biota air
pada daerah aliran sungai maupun di daerah pelabuhan dan
menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah sekitar.
3. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran
Dampak yang akan timbul dari
seluruh
kegiatan
153
BAB VII
kekeruhan air yang terjadi.
5. Dampak Air Asam Tambang
Acid Rock Drainage (ARD) atau air asam batuan diareal
pertambangan yang berasal dari tempat pembuangan
batuan yang tidak terencana dengan baik sehingga
menyebabkan air asam tambang. Hal ini terjadi karena
adanya oksidasi mineral-mineral sulfida dalam batuan yang
dipercepat oleh bakteri, cuaca panas dan curah hujan yang
tinggi. ARD dan limpasan sedimen merupakan faktor
utama yang dapat mempengaruhi kualitas air.
B. Aspek Kesehatan
Air asam dari kegiatan penambangan yang tidak dikelola
dengan baik akan
berakibat
terhadap
menurunnya
timbulnya
penyakit ISPA
154
BAB VII
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan
penataan,
pemeliharaan,
pemulihan,
lingkungan
hidup.
pemanfaatan,
pengawasan,
Pengelolaan
pengembangan,
dan
lingkungan
pengendalian
hidup
yang
dan
asas
manfaat
bertujuan
mewujudkan
155
BAB VII
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha
dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku
mutu kerusakan lingkungan hidup sebagaimana terdapat pada pasal
14 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997. Setiap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana tercantum dalam pasal 16. Mengigat besarnya
dampak yang mungkin akan timbul akibat dari aktivitas tambang,
diperlukan upaya pengelolaan yang terencana dan terukur.
7.1.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
AMDAL merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk
menjaga agar lingkungan dikelola dengan baik.
Menurut
156
BAB VII
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat
luas tetapi disusun kurang cermat sehingga dipertanyakan manfaat
dan fungsinya terutama dalam jangka panjang, misalnya beberapa
proyek bendungan terancam kegagalan karena penyusunan rencana
yang kurang baik, selain terjadinya laju erosi yang tinggi dan
meningkat dengan waktu di DAS hulunya.
Seluruh program mungkin saja dapat dianalisis sebagai suatu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat
dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi
sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan. Menurut
Fandeli (1995) pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek
kelayakan lingkungan bisa disebut sebagai upaya pembangunan
berwawasan lingkungan yang pada hakekatnya dilaksanakan untuk
mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
157
BAB VII
a)
b)
c)
d)
e)
dampak;
f) Sifat kumulatif dampak tersebut;
g) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)
dampak.
Sesuai Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana salah satu pasalnya memberikan kewenangan
kepada daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup, sehingga
diharapkan dapat memudahkan dalam pembinaan, pengawasan dan
penertibannya.
Zain (2006) menjelaskan kebijakan penerapan AMDAL, yaitu;
a) AMDAL merupakan instrumen efektif untuk pengendalian
terutama pencegahan dampak lingkungan hidup;
b) AMDAL merupakan kajian dari studi kelayakan suatu rencana
usaha/kegiatan (Ayat 1 Pasal 2 PP No 27 Tahun 1999).
Implikasi dari ketentuan ini adalah AMDAL harus dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan atas
kelayakan altenatif rencana usaha/kegiatan proyek dari sudut
lingkungan;
Manfaat studi AMDAL pada saat studi kelayakan:
Ruang pengambilan keputusan untuk menolak/menyetujui
suatu altenatif rencana usaha/kegiatan dari segi lingkungan
masih fleksibel.
158
BAB VII
Untuk
meningkatkan
mutu
penerapan
AMDAL
melalui
2.
3.
dipertanggung jawabkan;
Pemrakarsa wajib melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan Kerangka Acuan, Penilaian Kerangka Acuan,
4.
5.
159
BAB VII
dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pembangunan
yang berpotensi mengurangi kualitas dan kuantitas lingkungan
hidup di daerah.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, beberapa program/kegiatan
strategis yang dilaksanakan antara lain:
a)
Program
Pengendalian
Kerusakan
dan
Pencemaran
c)
Sengketa Lingkungan;
Program Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan dan
pemanfaatan teknologi Remote Sensing melalui data citra
d)
satelit;
Program penilaian AMDAL bagi kegiatan-kegiatan yang
e)
wajib AMDAL;
Penanganan kasus lingkungan hidup yang mencuat di
masyarakat.
baik.
Perbaikan-perbaikan
terhadap
pengelolaan
160
BAB VII
mengurangi debu dengan melakukan penyiraman jalan, memasang
jaring penghalang penyebaran debu dan alat penyiram air dari debu
yang dipasang pada ujung alat conveyor di pelabuhan, membuat
gorong-gorong sebagai tempat aliran air pada jalan, membuat
tempat penampungan limbah dengan ijin KLH, melaksanakan
penimbunan pada lokasi bekas tambang untuk kegiatan reklamasi
dan revegetasi dan membuat kolam pengendapan air limbah.
Kenyamanan bertempat tinggal warga dan kesehatan dinilai
masyarakat masih kurang, namun untuk penyerapan tenaga kerja
dan perkembangan di bidang ekonomi dinilai cukup baik.
PT. Nickelback Marampak Resources dalam upaya menanggulangi
dampak penting melalui tindakan tindakan yang bermotif sosial
ekonomi meliputi sebagai berikut :
a. Kompensasi atas lahan milik penduduk untuk keperluan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang menguntungkan kedua
pihak
b. Penerimaan karyawan terutama yang tidak memerlukan
keterampilan diutamakan dari masyarakat lokal sekitar lokasi
kegiatan.
c. Rencana PT. Nickelback Marampak Resources untuk Program
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan bekerja sama dengan pemerintah setempat
melakukan pengarahan dan pembimbingan, antara lain
161
BAB VII
mengadakan pelatihan untuk beralih mata pencaharian atas
berubahnya lingkungan.
2) Pemberian pelatihan keterampilan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan nikel PT. Nickelback Marampak Resources,
seperti
pelatihan
mengenai
perbengkelan,
kursus
guru,
pengembangan
perpustakaan
dan
masyarakat
yang
waktunya
ditentukan
oleh
perusahaan.
6) Membantu pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan
masyarakat antara lain pembangunan dan perbaikan jalan,
pembangunan
dan
perbaikan
drainase, pembangunan
162
BAB VII
aan
Rencana
Seharusnya
Pengelolaan
Dilakukan
No
Ya
a
k
1
Pengelolaan Debu
Melakukan penyiraman
Sesuai
163
BAB VII
2
Sesuai
peralatan yang
mengeluarkan suara
bising.
Melakukan
pengujian/pengukuran
3
kebisingan.
Pengelolaan Emisi Udara
Melakukan penanaman
Sesuai
Sesuai
164
BAB VII
5
Sesuai
Sesuai
rugi/kompensasi pada
pembebasan lahan sesuai
kesepakatan.
Melaksanakan program
Corporate Social
Responsibility.
Melakukan revegetasi
dengan jenis tanaman
yang bernilai ekonomis,
ekologis dan estetis.
Mengaktifkan kegiatan
penyiraman jalan
disekitar pemukiman
penduduk secara periodik.
Membangun terasering
untuk mencegah erosi.
165
BAB VII
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk merumuskan
seperangkat kegiatan pemantauan lingkungan yang dianggap perlu
dan tepat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Selain itu tujuan
penyusunan program pemantauan lingkungan adalah untuk
membagi tugas dan wewenang yang jelas antar pihak yang
berkepentingan dalam pengoperasian dan pengembangan kegiatan
pertambangan nikel dalam rangka mengurangi, mencegah, dan
menanggulangi risiko dampak negatif serta meningkat dampak
positif yang timbul.
Kegunaan pemantauan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman dalam mencegah, menanggulangi dan
mengendalikan dampak negatif dalam keterpaduan yang
harmonis.
b. Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengelolah
dan
mengevaluasi
lingkungan
hidup
di
tempat
yang
keikutsertaan
masyarakat
dalam
pengelolaan
lingkungan.
7.1.6. Pemantauan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak
Resources
166
BAB VII
Berdasarkan
hasil
pengamatan
atau
penelitian
mengenai
bergerak
dan
bergerak.
Pemantauan
kualitas
Marampak
Resources
menunjukkan
bahwa
karena
masih
berada
dibawah
ambang
batas
167
BAB VII
2.
pemukiman
penduduk
dengan
interval
jarak
168
BAB VII
untuk dilakukan reklamasi tersebut ditumbuhi vegetasi dengan
dilakukan pemantauan untuk pengujian sample tanah dengan
frekuensi setahun sekali.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan pihak manajemen PT.
Nickelback Marampak Resources telah dilakukan dengan baik
sesuai ketentuan peraturan yang telah ditetapkan dan upaya
untuk perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah telah
dilakukan dilapangan dengan program reklamasi. Pemantauan
lingkungan yang dilakukan oleh PT. Nickelback Marampak
Resources adalah melakukan pemantauan secara visual dengan
menggunakan teropong, kemudian mencocokan jenis satwa
dengan buku pengenalan jenis-jenis margasatwa dengan
maksud untuk mengetahui masih adanya satwa-satwa yang
dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Frekuensi dan
kontinuitas
pelaksanaan
pemantauan
seharusnya
selama
kegiatan berlangsung.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen
PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan
peneliti tetap ada perlakuan untuk pemantauan terhadap satwa
namun upaya tersebut tidak didukung dengan data tentang
jumlah satwa namun tetap dilakukan upaya yg serius untuk
pemantauan jenis satwa sehingga kedepannya memiliki
database dari swapantau satwa.
169
BAB VII
4.
dilakukan
pada
lahan-lahan
yang
telah
170
BAB VII
intensif agar tanaman dapat tumbuh dan resisten dengan
kondisi tanah yang ada.
Tabel 7.2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan PT. Nickelback Marampak
Resources
Pelaksanaan
T
No Rencana Pengelolaan
Ya
Dilakukan
Sesuai / Tidak Sesuai
a
k
1
Sesuai
171
BAB VII
Bapedalda Kab. Kukar
dan Kota Samarinda.
Pengujian sampel air
limbah pada titik
swapantau dilakukan
pemantauan setiap 1
2
bulan sekali.
Pemantauan Emisi Udara
Melakukan pengujian
Sesuai
172
BAB VII
dengan menggunakan
jasa teknis Hiperkes
3
Samarinda.
Pemantauan Kebisingan
Pemantauan dilakukan
Sesuai
pada kegiatan
operasional tambang
yang menimbulkan
suara bising seperti alat
angkut, alat-alat berat
dan prosesing yang
menganggu kesehatan
dan lingkungan.
Kebisingan diukur
dengan menggunakan
alat sound level meter
(dBA) selama + 1 jam
dengan interval jarak +
20 meter.
Frekuensi pemantauan
dilakukan 2 kali dalam
setahun
dengan menggunakan
jasa teknis Hiperkes
4
Samarinda.
Pemantauan Kualitas Tanah
Pengambilan sampel
Sesuai
173
BAB VII
telah direklamasi.
Pengujian sampel tanah
dilakukan dengan
bantuan jasa
laboratorium tanah
Universitas
Mulawarman
Samarinda.
Frekuensi pemantauan
dilakukan 1 kali
setahun.
Pemantauan Satwa
Melakukan pengamatan
Sesuai
Sesuai
langsung dengan
menggunakan teropong
untuk mengetahui jenisjenis satwa yang masih
berada dilokasi
6
tambang.
Pemantauan Revegelasi
Pemantauan dilakukan
untuk mengamati secara
visual dan mendata jenis
vegetasi yang tumbuh.
Pemantauan dilakukan
untuk indikasi terjadinya
perubahan satwa karena
tipe vegetasi
174
BAB VII
penutup/rona awalnya
dilokasi tersebut.
Lokasi pemantauan
dilakukan pada lahanlahan terbuka yang telah
direklamasi. Frekuensi
pemantauan
dilaksanakan 1 kali
setahun pada saat musim
kemarau.
7.2.
keselamatan kerja yaitu mencegah karyawan dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,meminimalkan kerugian biaya dan material serta membangun suasana
lingkungan kerja yang sehat dan aman maka PT. Nickelback Marampak
Resources meletakkan pengelolaan Keselamatan Kerja dalam prioritas yang
utama.
a.
Strategi
Implementasi Sistem Manajemen LK3
Meningkatkan Safety perfomance para pengawas sehingga mampu
melakukan
identifikasi
bahaya
dan penilaian
resiko serta
175
BAB VII
b. Program Kerja
Program kerja disusun berdasarkan strategi yang dijalankan yaitu:
1) Implementasi Sistem Manajemen LK3
Implementasi Sistem Manajemen LK3 meliputi: green strategi,
green process, green product, dan green employe.
2) Menyempurnakan struktur organisasi keselamatan kerja
.Untuk mendukung tercapainya visi, misi dan program kerja
keselamatan kerja dilakukan penyempurnaan bentuk organisasi
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
yaitu
dengan
adanya
training,
inspeksi
terencana,
safety
campaign,dan audit.
3) Membangun Organisasi P2K3
Untuk efektifnya program keselamatan kerja maka organisasi
P3K3 yang sudah ada akan lebih diaktifkan lagi. Organisasi P3K3
yang beranggotakan departemen-departemen di PT. Nickelback
Marampak Resources dan Kontraktor dan secara struktur
menempatkan Kepala Teknik Tambang di level yang paling tinggi
dan sebagai koordinator kerja adalah Departemen Keselamatan
Kerja.
4) Membuat Job Safety Analysis semua pekerjaan
Program kerja ini diharapkan dapat diterapkan guna mendukung
adanya analisa penyebab kecelakaan yang mungkin terjadi dalam
pekerjaan serta dapat mencari cara-cara yang aman sehingga
kecelakaan dapat dihindari.
5) Membuat Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak
Resources Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak
176
BAB VII
Resources disusun sebagai panduan karyawan melaksanakan
pekerjaan yang aman dan sesuai ketentuan keselamatan kerja
perusahaan. Isi dari Safety Manual Book PT. Nickelback
Marampak
Resources
meliputi
kebijakan
Kepala
Teknik
Pertama
Pada
Kecelakaan
dan
sangsi-sangsi
pelanggaran.
6) Penerapan PPE Violation Regulation
Untuk mengurangi besarnya kecelakaan kerja maka disusunlah
peraturan sangsi pelanggaran alat pelindung diri atau PPE
Violation Regulation. Peraturan ini berisi jenis-jenis pelanggaran
beserta sangsi yang akan diterima. Jenis sangsi adalah mulai dari
peringatan lisan sampai dikeluarkan dari perusahaan.
7) Penerapan Sanksi Pelanggaran Lalu lintas
Sanksi Pelanggaran Lalu Lintas diterapkan mulai kegiatan
pertambangan dan akan berjalan terus di tahun berikutnya.
8) Implementasi Kep Men No. 555
Program ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan keselamatan
kerja yang dipersyaratkan di dalam Kep Men No 555.
Meningkatkan tingkat kesadaran K-3 dengan pelatihan, publikasi
dan program kampanye keselamatan kerja.
9) Menyiapkan Safety Contest Program
Untuk mengukur kepedulian karyawan terhadap keselamatan
kerja dan untuk merangsang karyawan memperdalam ilmu
keselamatan kerja maka dilaksanakan safety contest program
yaitu program perlombaan keselamatan kerja.
10) Menyelenggarakan Safety Training
177
BAB VII
Guna meningkatkan pemahaman keselamatan kerja bagi para
karyawan, maka telah disusun matrik training, antara lain:
Annual Safety Training For Refreshing: program ini adalah
program pelatihan keselamatan kerja yang diselenggarakan
secara in house oleh PT. Nickelback Marampak Resources
diperuntukkan kepada seluruh karyawan dengan instructor
adalah safety officer PT. Nickelback Marampak Resources.
Materi dari program ini adalah: pengenalan peraturan
perusahaan, standar keselamatan kerja umum, pemadaman
Rescue Nasional)
Fire Drill/Fire Brigade: pelatihan ini diselenggarakan oleh
departemen keselamatan kerja diperuntukkan bagi anggota
darurat
Safety Management: pelatihan untuk memperkenalkan sistem
manajemen keselamatan kerja
178
BAB VII
Lingkungan
dan
Keselamatan
&
Resources.
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (IMBR) : pelatihan
bagaimana
para
pengawas
maupun
karyawan
stiker,pengujian
calon
pemegang
simper
dan
angkut nikel.
Meningkatkan kemampuan Emergency Response Team PT.
Nickelback Marampak Resources
179
BAB VII
Semitunggal dan program ini dilaksanakan untuk lebih
mengefektifkan
kemampuan
team
tanggap
darurat
kerja,
inspeksi
dan
investigasi meliputi:
Melaksanakan Safety Coordination and Safety Meeting
Program ini dilaksanakan guna membahas permasalahan
keselamatan kerja di lokasi kerja. Program ini dilaksanakan
dengan kontraktor dan anggota P2K3 dengan waktu yang
180
BAB VII
Program ini dilaksanakan guna mengetahui unjuk kerja
pelaksanaan sistem keselamatan kerja di perusahaan dengan
pelaksana dari badan audit independen.
Komitmen PT. Nickelback Marampak Resources dalam mengurangi
dampak akibat penambangan nikel akan mengalokasikan dana untuk lingkungan
& K3. Adapun program-program secara umum yang akan dijalankan dalam
kaitannya dengan lingkungan dan K3 terdiri dari program lingkungan
penambangan, program pengembangan masyarakat, program pasca tambang, serta
program K3. Kajian lebih detil program-program ini akan dibahas lebih
mendalam dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
c. Program Lingkungan Pertambangan
1) Melakukan reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang,
daerah penimbunan dan daerah terbuka lainnya. Daerah yang
terbuka tersebut perlu ditimbun kembali dengan material tanah
penutup.
2) Membuat kolam pengendap pada aliran air sebelum masuk ke
perairan umum.
3) Penyiraman jalan tambang secara rutin dua kali sehari.
4) Monitoring kualitas air sungai, air laut, airtanah, air limbah dan
kualitas udara ambien terutama partikel (debu) serta kebisingan di
sekitar daerah penambangan dan permukiman terdekat.
5) Monitoring erosi untuk daerah yang terbuka dan kesuburan tanah di
daerah reklamasi.
d. Program Pengembangan Masyarakat
181
BAB VII
1) Menempatkan CD officer yang langsung berhubungan dengan
masyarakat dengan tujuan untuk menjembatani kepentingan
masyarakat dengan kepentingan perusahaan.
2) Mendirikan poliklinik yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan dan
masyarakat sekitar.
3) Membantu penyediaan sarana keagamaan, pendidikan, olah raga
dan transportasi.
4) Penyerapan tenaga kerja lokal.
5) Memberikan kesempatan magang bagi lulusan SMU dan SMK serta
pendidikan dan pelatihan dalam bidang teknisi, pertanian,
perikanan, kewirausahaan.
6) Penggunaan jasa lokal dalam bidang transportasi, kontraktor
kegiatan penunjang, dan penyediaan bahan-bahan logistik.
7) Pemakaian produk lokal/dalam negeri berupa bahan makanan,
perabotan
mess,kantor
dan
workshop, peralatan/spare
parts
pertambangan.
7) Penanganan masalah sosial ekonomi (pekerja, pengembangan bisnis
lokal, partisipasi pelayanan sosial masyarakat)
f.
182
BAB VII
1) Memasang rambu dan tanda bahaya sesuai standar yang berlaku.
2) Mewajibkan penggunaan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja
bagi karyawan seperti helm, masker, sepatu safety, sarung tangan.
3) Menerapkan sistem manajemen K3 di lingkungan kerja dengan
penerapan sanksi atau peringatan bagi yang melanggar aturan K3.
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja/karyawan secara rutin
dan kontiyu.
5) Pihak perusahaan
menyediakan
fasilitas
kesehatan
untuk
K3
seperti masker, ear plug, sepatu safety, helm, kacamata kerja dan
lain sebagainya dalam bekerja untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan kerja.
7.2.1.
Pengelolaan K3 Pertambangan
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik
oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut
didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Nikel
183
BAB VII
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
6. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
7. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3
di Bidang Pertambangan
8. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan
Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas
Bumi
9. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas
Bumi
10. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan
Umum
11.Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan
Umum.
Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:
1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur Tambang
Adalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur
Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan
Lingkungan Mineral, Nikel dan Panas Bumi, Kepala Dinas
ESDM di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
184
BAB VII
2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT)
PIT adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di
lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K
Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1, Keputusan
Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247
K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002) baik di Pusat
maupun Daerah.
3. Buku Tambang
Adalah buku catatan yang memuat
elemen
perusahaan
dalam
pengelolaan
K3
185
BAB VII
3. Program K3
4. Anggaran dan Biaya
5. Dokumen dan laporan K3
Manajer Tambang
Pengawas Tambang
Pengawas Peralatan
186