Anda di halaman 1dari 40

BAB VII

BAB VII
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA

Kegiatan penambangan dari waktu ke waktu memiliki konsep dasar


pengolahan yang relatif tidak berubah, yang berubah ialah skala kegiatannya yang
semakin

bertambah

besar

yang

disebabkan

oleh

mekanisasi

peralatan penambangan. Perkembangan teknologi pengolahan yang semakin


canggih dapat membuat atau dengan kata lain mengekstraksi bijih yang memiliki
kadar rendah menjadi lebih bernilai ekonomis sehingga semakin luas dan dalam
lapisan bumi yang harus digali. Hal ini menyebabkan kegiatan penambangan
dapat menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan sangat riskan.
Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktivitas penambangan maka
diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang baik dan tepat.

7.1.

LINGKUNGAN
Seperti kita ketahui bahwa lingkungan kerja yang baik dapat berpengaruh

besar terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja, dimana akan
menambah kualitas dan produktivitas dari para pekerja yang ada pada PT.
Nickelback Marampak Resources. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan
penambangan dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya,

Studi Kelayakan Sorowako

147

BAB VII
seperti terhadap air permukaan dan air tanah, tanah dan tata guna lahan setempat,
tumbuhan alam serta populasi fauna yang ada pada daerah sekitar. Hal-hal ini
kemudian dikaji sebagai bagian dari proses yang mengarah kepada pemberian izin
penambangan oleh pihak yang berwenang.
Berikut adalah contoh komponen-komponen di alam yang dapat terkena
dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan.
A. Komponen Fisika Kimia
1. Iklim Lokal
Dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap persiapan dan operasi
penambangan yaitu dampak terhadap perubahan iklim lokal yang terjadi
akibat kegiatan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah
pucuk (top soiling) dan tanah penutup (overburden) untuk penggalian nikel
serta pembersihan lahan untuk areal penempatan tanah penutup atau tanah
pucuk. Sedangkan dampak positifnya

akan dirasakan pada saat

pelaksanaan kegiatan reklamasi atau penimbunan tanah dan revegetasi atau


penanaman kembali lahan yang dilakukan pada areal bekas bukaan
tambang (pit) serta waste dump area. Kegiatan reklamasi dan revegetasi ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan tambang. Parameter
lingkungan yang dipantau adalah tingkat kenaikan temperatur udara
dimana mutu temperatur normal pada umumnya berkisar 21 - 35 oC.

2. Kualitas Udara
Dampak dari kegiatan penambangan pada umumnya menghasilkan
partikel debu. Kegiatan pada tahap operasi penambangan seperti
pengupasan tanah pucuk (top soiling) maupun tanah penutup

Studi Kelayakan Sorowako

148

BAB VII
(overburden), penambangan nikel, dan pengangkutan nikel ke stock
pile merupakan sumber dari partikel debu tersebut. Sebagai dampak
dari kegiatan tersebut adalah terjadinya penurunan kualitas udara.
Kualitas

udara

yang

mengalami

penurunan

adalah

berupa

peningkatan kandungan kadar debu atau TSP (Total Suspended


Particulate). Parameter lingkungan yang dipantau adalah kualitas
debu udara ambien (TSP) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
3. Kualitas Air
Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soiling), penambangan nikel,
pembersihan lahan untuk areal waste dump dan penimbunan tanah
(tanah pucuk dan tanah penutup), penimbunan

nikel dan

pengolahannya merupakan sumber dampak penurunan kualitas air di


sungai atau pada daerah sekitar pelabuhan. Meningkatnya erosi dan
adanya aliran air asam tambang yang masuk ke perairan akan
mengakibatkan kekeruhan air permukaan dan sifat keasaman air
meningkat. Selain itu pengoperasian sarana penunjang seperti
generator dan alat-alat perbengkelan akan menghasilkan limbah
berupa oli yang dapat tercecer ke badan sungai maupun di daerah
pelabuhan yang ada di sekitar daerah penambangan.
4. Kebisingan

Studi Kelayakan Sorowako

149

BAB VII
Kegiatan

yang

diperkirakan

menimbulkan

dampak

terhadap

kebisingan yaitu pada tahap operasi, dimana kita ketahui bahwa


suara mesin dari alat-alat berat pada saat kegiatan penambangan
akan menimbulkan kebisingan. Parameter kebisingan yang dipantau
adalah tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu menurut
Keputusan

Menteri

Lingkungan

Hidup

No.

Kep-

48/MENLH/11/1996 untuk baku mutu nilai kebisingan.


5. Erosi atau Longsor
Seluruh aktivitas pembukaan lahan dan pembuatan jalan akan
berdampak pada terjadinya erosi atau longsor. Faktor-faktor penting
yang harus dipelajari adalah besarnya curah hujan bulanan, sifat-sifat
tanah, lereng serta penggunaan lahan.
6. Drainase
Drainase digunakan sebagai tempat mengalir air sungai setempat.
Tolok ukurnya adalah tidak terjadinya banjir maupun kekeringan
baik pada lokasi bekas kegiatan penambangan mapun pasca
penambangan.
7. Sedimentasi
Sumber dampak yang diperkirakan yaitu berasal dari kegiatan
penambangan seperti pengupasan lahan, penggalian nikel dan
pengangkutan nikel ke stockpile. Tolok ukurnya yaitu tidak
terjadinya pengendapan atau pendangkalan pada badan-badan sungai
atau parit.

Studi Kelayakan Sorowako

150

BAB VII

8. Kualitas Tanah
Penurunan kualitas tanah diperkirakan terjadi pada tahap persiapan,
penambangan dan pasca penambangan. Sifat-sifat kimia tanah terdiri
dari kandungan bahan organik tanah seperti P dan K yang tersedia
serta pH tanah. Tolok ukur kualitas tanah adalah pada sifat fisik dan
sifat kimia tanah serta ketebalan tanah pucuk (top soil).
9. Fisiografi
Kegiatan penambangan nikel merupakan sumber dampak pada
perubahan bentuk fisiografi lahan. Parameter lingkungan yang
dipantau adalah perbedaan ketinggian topografi sebelum dan
sesudah penggalian pada areal wilayah penambangan, tumpukantumpukan tanah longsoran di sekitar areal penimbunan dan
berkurangnya nilai estetika lingkungan.

B. Komponen Biologi
a. Biota Darat
1. Vegetasi
Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap
persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing).
Parameter yang dipantau yaitu perubahan jumlah populasi dan
perbandingan kondisi awal dari lingkungan tersebut.

Studi Kelayakan Sorowako

151

BAB VII

2. Satwa Liar
Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap
persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing).
Parameter yang dipantau adalah penyebaran, kekayaan jenis,
kelimpahan dan kondisi habitat satwa liar pada kawasan
penambangan.
b. Biota Air
Plankton, terumbu karang serta hewan-hewan air seperti ikan akan
terganggu ketersediaannya yang disebabkan oleh adanya aliran air
asam tambang dan limbah oli yang tercecer masuk ke perairan di
sekitar daerah penambangan.

7.1.1. Dampak dari Kegiatan Penambangan di Wilayah PT. Nickelback


Marampak Resources pada Lingkungan Sekitar
A. Aspek Geofisika-Kimia
1. Perubahan Bentang Alam
Akibat dari metode penambangan terbuka (open pit) yaitu
terjadinya perubahan bentang alam (morfologi), dimana
perbukitan menjadi lembah dan lembah berbalik menjadi
perbukitan serta merubah aliran air permukaan (run off)
yang diikuti dengan tingginya erosi tanah dan suspended
solid atau sedimentasi pada air sungai terdekat.
2. Penurunan Kualitas Air

Studi Kelayakan Sorowako

152

BAB VII
Timbulnya erosi tanah pada areal penambangan yang tidak
ada vegetasinya akan berdampak pada menurunnya kualitas
air permukaan dan masuk ke badan sungai. Dampak
penurunan kualitas air ini akan menimbulkan dampakdampak lainnya berupa terganggunya kehidupan biota air
pada daerah aliran sungai maupun di daerah pelabuhan dan
menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah sekitar.
3. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran
Dampak yang akan timbul dari

seluruh

kegiatan

penambangan nikel adalah peningkatan kadar debu disekitar


areal penambangan serta getaran yang ditimbulkan dari
alat-alat berat yang digunakan pada kegiatan penambangan
akan menggangu kehidupan warga sekitar maupun satwasatwa yang ada pada daerah sekitar.
4. Peningkatan Erosi Tanah
Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) dan
penimbunan waste akan menimbulkan erosi tanah di lokasi
tersebut. Dampak ini akan mempengaruhi komponen
lingkungan lainnya yaitu meningkatkan kekeruhan air,
terjadinya sedimentasi dan berakibat terhadap pendangkalan
sungai serta menurunnya kesuburan tanah karena pada top
soil yang berada di permukaan tanah akan ikut terkikis
bersama-sama air yang mengalir. Selain itu, dampak
lanjutannya seperti terganggunya kehidupan biota air akibat

Studi Kelayakan Sorowako

153

BAB VII
kekeruhan air yang terjadi.
5. Dampak Air Asam Tambang
Acid Rock Drainage (ARD) atau air asam batuan diareal
pertambangan yang berasal dari tempat pembuangan
batuan yang tidak terencana dengan baik sehingga
menyebabkan air asam tambang. Hal ini terjadi karena
adanya oksidasi mineral-mineral sulfida dalam batuan yang
dipercepat oleh bakteri, cuaca panas dan curah hujan yang
tinggi. ARD dan limpasan sedimen merupakan faktor
utama yang dapat mempengaruhi kualitas air.
B. Aspek Kesehatan
Air asam dari kegiatan penambangan yang tidak dikelola
dengan baik akan

berakibat

terhadap

menurunnya

kesuburan tanah karena air asam dapat melarutkan unsur


hara yang ada ditanah. Dampak kesehatan dalam jangka
panjang yaitu apabila termakan oleh manusia maupun
mahkluk hidup lainnya maka dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti menurunnya IQ pada anak, Idiot serta
dapat menyebabkan penyakit kanker. Dampak kesehatan
dalam jangka pendek adalah

timbulnya

penyakit ISPA

akibat dari debu yang dihasilkan dari kegiatan penambangan.


7.1.2. Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah Upaya

Studi Kelayakan Sorowako

154

BAB VII
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan

penataan,

pemeliharaan,

pemulihan,

lingkungan

hidup.

pemanfaatan,
pengawasan,

Pengelolaan

pengembangan,
dan

lingkungan

pengendalian
hidup

yang

diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas


berkelanjutan,

dan

asas

manfaat

bertujuan

mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup


dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup
yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina
lingkungan hidup;
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap
dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang

Studi Kelayakan Sorowako

155

BAB VII
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha
dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku
mutu kerusakan lingkungan hidup sebagaimana terdapat pada pasal
14 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997. Setiap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana tercantum dalam pasal 16. Mengigat besarnya
dampak yang mungkin akan timbul akibat dari aktivitas tambang,
diperlukan upaya pengelolaan yang terencana dan terukur.
7.1.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
AMDAL merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk
menjaga agar lingkungan dikelola dengan baik.

Menurut

Soemarwoto ( 2003), konsep AMDAL yang mempelajari dampak


pembangunan terhadap lingkungan dan dampak lingkungan
terhadap pembangunan juga didasarkan pada konsep ekologi, yang
secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Pasal 16
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup berbunyi sebagai berikut : Setiap rencana yang

Studi Kelayakan Sorowako

156

BAB VII
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat
luas tetapi disusun kurang cermat sehingga dipertanyakan manfaat
dan fungsinya terutama dalam jangka panjang, misalnya beberapa
proyek bendungan terancam kegagalan karena penyusunan rencana
yang kurang baik, selain terjadinya laju erosi yang tinggi dan
meningkat dengan waktu di DAS hulunya.
Seluruh program mungkin saja dapat dianalisis sebagai suatu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat
dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi
sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan. Menurut
Fandeli (1995) pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek
kelayakan lingkungan bisa disebut sebagai upaya pembangunan
berwawasan lingkungan yang pada hakekatnya dilaksanakan untuk
mewujudkan

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable

development). Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih


terinci dampak negatif dan positif yang akan timbul dari suatu
usaha atau kegiatan tersebut, sehingga sejak dini telah dapat
dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positifnya. Menurut Hardjasoemantri
(2002) dampak penting ditentukan antara lain oleh:

Studi Kelayakan Sorowako

157

BAB VII
a)
b)
c)
d)
e)

Besar jumlah manusia yang akan terkena dampak;


Luas wilayah penyebaran dampak;
Lamanya dampak berlangsung;
Intensitas dampak;
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena

dampak;
f) Sifat kumulatif dampak tersebut;
g) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)
dampak.
Sesuai Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana salah satu pasalnya memberikan kewenangan
kepada daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup, sehingga
diharapkan dapat memudahkan dalam pembinaan, pengawasan dan
penertibannya.
Zain (2006) menjelaskan kebijakan penerapan AMDAL, yaitu;
a) AMDAL merupakan instrumen efektif untuk pengendalian
terutama pencegahan dampak lingkungan hidup;
b) AMDAL merupakan kajian dari studi kelayakan suatu rencana
usaha/kegiatan (Ayat 1 Pasal 2 PP No 27 Tahun 1999).
Implikasi dari ketentuan ini adalah AMDAL harus dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan atas
kelayakan altenatif rencana usaha/kegiatan proyek dari sudut
lingkungan;
Manfaat studi AMDAL pada saat studi kelayakan:
Ruang pengambilan keputusan untuk menolak/menyetujui
suatu altenatif rencana usaha/kegiatan dari segi lingkungan
masih fleksibel.

Studi Kelayakan Sorowako

158

BAB VII

Pencegahan dampak lingkungan dapat dilakukan dengan lebih


efektif.

Untuk

meningkatkan

mutu

penerapan

AMDAL

melalui

akuntabilitas proses penilaian AMDAL, maka Pemerintah Provinsi


Sulawesi Selatan dalam hal ini Bapedalda Prov. Sulawesi Selatan
melaksanakan beberapa kebijakan yang menyangkut proses
AMDAL seperti:
1.

Peningkatan terus menerus kompetensi dan integritas Komisi

2.

Penilai dan Komisi Teknis AMDAL;


Meningkatkan dan mengembangkan teknis pengujian/penilain
AMDAL yang bersifat praktis, logis dan sistematis serta dapat

3.

dipertanggung jawabkan;
Pemrakarsa wajib melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan Kerangka Acuan, Penilaian Kerangka Acuan,

4.

AMDAL dan RKL/RPL;


Melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan AMDAL,RKL/RPL berdasarkan kewenangan

5.

Provinsi (lintas Kab/Kota);


Inventarisasi data pelaksanaan wajib AMDAL yang disetujui
oleh Pemkab/Kota.

Bapedalda sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam


pengendalian lingkungan hidup di daerah telah mengembangkan
berbagai kebijakan dan program guna mengatasi berbagai
permasalahan lingkungan hidup yang dirasakan semakin besar dan
kompleks yang pada akhirnya diharapkan dapat mengeliminir

Studi Kelayakan Sorowako

159

BAB VII
dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pembangunan
yang berpotensi mengurangi kualitas dan kuantitas lingkungan
hidup di daerah.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, beberapa program/kegiatan
strategis yang dilaksanakan antara lain:
a)

Program

Pengendalian

Kerusakan

dan

Pencemaran

Lingkungan (Penilaian Peringkat Kinerja/PROPER yang


meliputi sektor Industri dan Jasa, Pertambangan serta Sektor
b)

Kehutanan dan Pertanian.


Program Penaatan dan Penegakan Hukum serta Penyelesaian

c)

Sengketa Lingkungan;
Program Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan dan
pemanfaatan teknologi Remote Sensing melalui data citra

d)

satelit;
Program penilaian AMDAL bagi kegiatan-kegiatan yang

e)

wajib AMDAL;
Penanganan kasus lingkungan hidup yang mencuat di
masyarakat.

7.1.4. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan oleh PT. Nickelback


Marampak Resources
Menurut pengamatan oleh pihak manajemen PT. Nickelback
Marampak Resources, pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan
dengan

baik.

Perbaikan-perbaikan

terhadap

pengelolaan

lingkungan telah dimulai dengan penghematan energi dengan


pemakaian solar cell untuk keperluan kantor dan penerangan,

Studi Kelayakan Sorowako

160

BAB VII
mengurangi debu dengan melakukan penyiraman jalan, memasang
jaring penghalang penyebaran debu dan alat penyiram air dari debu
yang dipasang pada ujung alat conveyor di pelabuhan, membuat
gorong-gorong sebagai tempat aliran air pada jalan, membuat
tempat penampungan limbah dengan ijin KLH, melaksanakan
penimbunan pada lokasi bekas tambang untuk kegiatan reklamasi
dan revegetasi dan membuat kolam pengendapan air limbah.
Kenyamanan bertempat tinggal warga dan kesehatan dinilai
masyarakat masih kurang, namun untuk penyerapan tenaga kerja
dan perkembangan di bidang ekonomi dinilai cukup baik.
PT. Nickelback Marampak Resources dalam upaya menanggulangi
dampak penting melalui tindakan tindakan yang bermotif sosial
ekonomi meliputi sebagai berikut :
a. Kompensasi atas lahan milik penduduk untuk keperluan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang menguntungkan kedua
pihak
b. Penerimaan karyawan terutama yang tidak memerlukan
keterampilan diutamakan dari masyarakat lokal sekitar lokasi
kegiatan.
c. Rencana PT. Nickelback Marampak Resources untuk Program
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan bekerja sama dengan pemerintah setempat
melakukan pengarahan dan pembimbingan, antara lain

Studi Kelayakan Sorowako

161

BAB VII
mengadakan pelatihan untuk beralih mata pencaharian atas
berubahnya lingkungan.
2) Pemberian pelatihan keterampilan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan nikel PT. Nickelback Marampak Resources,
seperti

pelatihan

mengenai

perbengkelan,

kursus

mengemudi dll, sehingga jika kegiatan tambang nikel


berakhir tidak akan menimbulkan gejolak sosial.
3) Meningkatkan pendidikan masyarakat khususnya anak-anak
untuk semua suku-suku yang ada di sekitar. Kegiatan
dengan cara membantu SD dan SMP yang ada antara lain
pelatihan

guru,

pengembangan

perpustakaan

dan

memberikan bea siswa bagi siswa yang berprestasi.


4) Melibatkan penduduk setempat dalam penyediaan benih
untuk kegiatan revegetasi.
5) Di bidang kesehatan mencakup antara lain penyediaan air
bersih dan sanitasi lingkungan, pelayanan pengobatan gratis
untuk

masyarakat

yang

waktunya

ditentukan

oleh

perusahaan.
6) Membantu pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan
masyarakat antara lain pembangunan dan perbaikan jalan,
pembangunan

dan

perbaikan

drainase, pembangunan

instalasi air bersih, membantu pembangunan fasilitas umum


seperti rumah ibadah sesuai dengan kebutuhan.
Berikut merupakan tabel Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
oleh PT. Nickelback Marampak Resources.

Studi Kelayakan Sorowako

162

BAB VII

Tabel 7.1. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak


Resources
Pela
ksan
Pengelolaan Yang

aan
Rencana

Seharusnya

Pengelolaan

Dilakukan

Sesuai / Tidak Sesuai

No
Ya

a
k
1

Pengelolaan Debu
Melakukan penyiraman

Sesuai

pada jalan lintas produksi


dan dekat dengan
pemukiman penduduk.
Memperlambat laju
kendaraan.
Melakukan revegetasi di
kiri-kanan jalan tambang.
Menggunakan sarana K3
bagi karyawan.
Melakukan pengerasan
jalan.
Mengatur lalu lintas jalan
Melakukan pengujian dan
pengukuran emisi debu.

Studi Kelayakan Sorowako

163

BAB VII
2

Pengelolaan Tingkat Kebisingan


Membuat buffer zone.
Merawat dan mengontrol

Sesuai

peralatan yang
mengeluarkan suara
bising.
Melakukan
pengujian/pengukuran
3

kebisingan.
Pengelolaan Emisi Udara
Melakukan penanaman

Sesuai

pohon dengan tingkat


kerapatan yang cukup.
Melakukan pengaturan
pada ujung conveyor dan
memasang selongsongan
kain pada ujung conveyor.

Pengelolaan Limbah Cair


Membuat oil trap dan oli

Sesuai

bekas dikumpul dalam


drum.
Membuat tempat untuk
penimbunan sementara
limbah.
Menyalurkan limbah
kepada pembeli yang
telah memiliki ijin KLH.

Studi Kelayakan Sorowako

164

BAB VII
5

Pengelolaan Kualitas Tanah


Melakukan penataan

Sesuai

lahan (rekontoring lahan)


Mengamankan top soil.
Melakukan segera
penanaman kembali
Membuat, menata dan
6

merawat saluran drainase


Pengelolaan Kerusakan Lahan Penduduk
Melaksanakan ganti

Sesuai

rugi/kompensasi pada
pembebasan lahan sesuai
kesepakatan.
Melaksanakan program
Corporate Social
Responsibility.
Melakukan revegetasi
dengan jenis tanaman
yang bernilai ekonomis,
ekologis dan estetis.
Mengaktifkan kegiatan
penyiraman jalan
disekitar pemukiman
penduduk secara periodik.
Membangun terasering
untuk mencegah erosi.

7.1.5. Pemantauan Lingkungan

Studi Kelayakan Sorowako

165

BAB VII
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk merumuskan
seperangkat kegiatan pemantauan lingkungan yang dianggap perlu
dan tepat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Selain itu tujuan
penyusunan program pemantauan lingkungan adalah untuk
membagi tugas dan wewenang yang jelas antar pihak yang
berkepentingan dalam pengoperasian dan pengembangan kegiatan
pertambangan nikel dalam rangka mengurangi, mencegah, dan
menanggulangi risiko dampak negatif serta meningkat dampak
positif yang timbul.
Kegunaan pemantauan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman dalam mencegah, menanggulangi dan
mengendalikan dampak negatif dalam keterpaduan yang
harmonis.
b. Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengelolah
dan

mengevaluasi

lingkungan

hidup

di

tempat

yang

diperkirakan akan terpengaruh oleh kegiatan pembangunan,


serta pengelolaan wilayah yang lebih luas.
c. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam kaitannya
dengan

keikutsertaan

masyarakat

dalam

pengelolaan

lingkungan.
7.1.6. Pemantauan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak
Resources

Studi Kelayakan Sorowako

166

BAB VII
Berdasarkan

hasil

pengamatan

atau

penelitian

mengenai

pemantauan lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak Resources


dapat disampaikan sebagai berikut:
1.

Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Nickelback


Marampak Resources adalah melakukan pengujian kualitas
udara berupa kadar debu, kebisingan dan emisi udara jenis
tidak

bergerak

dan

bergerak.

Pemantauan

kualitas

udara/penyebaran (kadar debu) penting dilakukan agar tidak


menimbulkan gangguan pada kesehatan dan lingkungan
sekitarnya. Pengukuran debu dilakukan di sekitar lokasi jalur
angkutan nikel, kantor dan daerah pemukiman penduduk
dengan jarak pengukuran dari sumber debu sekitar 20 meter.
Dengan frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pemantauan lingkungan yang telah dilakukan PT. Nickelback
Marampak Resources menurut pengamatan peneliti bahwa
untuk pemantauan kualitas udara/debu telah dilaksanakan
dengan baik sesuai ketentuan Baku Mutu Lingkungan dan
hasil yang dicapai dalam penilaian swapantau pada kualitas
udara/debu di daerah operasional penambangan nikel PT.
Nickelback

Marampak

Resources

menunjukkan

bahwa

percemaran terhadap kualitas udara/debu masih bersifat


normal

karena

masih

berada

dibawah

ambang

batas

sebagaimana dengan ketetapan baku mutu lingkungan.

Studi Kelayakan Sorowako

167

BAB VII
2.

Pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Nickelback


Marampak Resources adalah pemantauan kebisingan yang
dilakukan terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan seperti misalnya suara bising dari operasional
tambang seperti alat angkut, alat berat dan alat prosesing yang
dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
Kebisingan diukur dengan menggunakan alat Sound Level
Meter (dBA), lama pengukuran 1 jam. Pengukuran
dilakukan di sekitar lokasi jalur angkutan nikel, kantor dan
daerah

pemukiman

penduduk

dengan

interval

jarak

pengukuran 20 m. Frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali


dalam setahun.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen
PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan
peneliti bahwa pemantauan kebisingan telah dilaksanakan
dengan baik dan pengukuran tingkat kebisingan dari hasil
swapantau berada dibawah ambang batas baku mutu
lingkungan.
3.

Pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Nickelback


Marampak Resources adalah pada pemantauan kualitas tanah
(erosi dan kesuburan tanah) dengan cara :
Pengambilan contoh tanah
Pengujian di laboratorium tanah
Pelaksanaan pemantauan dilakukan sejak tanah buangan bekas
galian telah ditata dan tertutup oleh tanah penutup dan daerah

Studi Kelayakan Sorowako

168

BAB VII
untuk dilakukan reklamasi tersebut ditumbuhi vegetasi dengan
dilakukan pemantauan untuk pengujian sample tanah dengan
frekuensi setahun sekali.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan pihak manajemen PT.
Nickelback Marampak Resources telah dilakukan dengan baik
sesuai ketentuan peraturan yang telah ditetapkan dan upaya
untuk perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah telah
dilakukan dilapangan dengan program reklamasi. Pemantauan
lingkungan yang dilakukan oleh PT. Nickelback Marampak
Resources adalah melakukan pemantauan secara visual dengan
menggunakan teropong, kemudian mencocokan jenis satwa
dengan buku pengenalan jenis-jenis margasatwa dengan
maksud untuk mengetahui masih adanya satwa-satwa yang
dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Frekuensi dan
kontinuitas

pelaksanaan

pemantauan

seharusnya

selama

kegiatan berlangsung.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen
PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan
peneliti tetap ada perlakuan untuk pemantauan terhadap satwa
namun upaya tersebut tidak didukung dengan data tentang
jumlah satwa namun tetap dilakukan upaya yg serius untuk
pemantauan jenis satwa sehingga kedepannya memiliki
database dari swapantau satwa.

Studi Kelayakan Sorowako

169

BAB VII
4.

Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak PT.


Nickelback Marampak Resources adalah pada pemantauan
lingkungan yang dilakukan yaitu mengamati secara visual dan
mendata jenis vegetasi yang tumbuh dan jenis tersebut
dicocokan kedalam buku pengenalan jenis tumbuhan atau
menanyakan kepihak masyarakat sekitar. Pemantauan ini
dilakukan untuk indikasi terjadinya perubahan satwa karena
tipe vegetasi penutup /rona awalnya di lokasi tersebut. Lokasi
pemantauan

dilakukan

pada

lahan-lahan

yang

telah

direklamasi berupa lahan terbuka dan lahan tergenang bekas


kegiatan tambang, sekitar areal disposal dan pada kiri-kanan
jalan angkut menuju ke stockpile maupun lingkungan
perumahan dan perkantoran.
Frekuensi dan kontinuitas pelaksanaan pemantauan dilakukan
satu kali setahun dimaksudkan pada musim kemarau untuk
mengetahui ada tidaknya rekahan pada permukaan tanah dan
pada musim penghujan untuk mengetahui adanya erosi.
Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan PT. Nickelback Marampak Resources menurut
pengamatan peneliti bahwa pemantauan revegetasi telah
dilakukan dengan baik dan tetap melakukan peningkatan
dengan perlakuan secara kontinu dengan pemeliharaan yang

Studi Kelayakan Sorowako

170

BAB VII
intensif agar tanaman dapat tumbuh dan resisten dengan
kondisi tanah yang ada.
Tabel 7.2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan PT. Nickelback Marampak
Resources
Pelaksanaan
T
No Rencana Pengelolaan

Ya

Pengelolaan Yang Seharusnya

Dilakukan
Sesuai / Tidak Sesuai

a
k
1

Pemantauan Kualitas Air


Melakukan analisi air

Sesuai

limbah pada kolam


pengendapan untuk
memantau kualitas air
limbah.
Untuk mengetahui
parameter hasil
dilakukan uji sampel
dengan bantuan jasa
laboratorium.
Pengambilan sampel air
pada titik penaatan oleh
karyawan perusahaan
PT. BBE yang
disaksikan oleh petugas

Studi Kelayakan Sorowako

171

BAB VII
Bapedalda Kab. Kukar
dan Kota Samarinda.
Pengujian sampel air
limbah pada titik
swapantau dilakukan
pemantauan setiap 1
2

bulan sekali.
Pemantauan Emisi Udara
Melakukan pengujian

Sesuai

emisi gas buang yang


tidak bergerak seperti
pada genset dan yang
bergerak seperti
peralatan alat-alat berat.
Pengujian dilakukan
dengan menggunakan
alat high volume
sampling meter selama
+ 1 jam (mg/m3) dari
sumber debu berjarak +
20 meter.
Pengukuran dilakukan
disekitar jalan angkutan
nikel, perkantoran, areal
tambang dan
pemukiman penduduk.
Frekuensi pemantauan
dilakukan 2 kali setahun

Studi Kelayakan Sorowako

172

BAB VII
dengan menggunakan
jasa teknis Hiperkes
3

Samarinda.
Pemantauan Kebisingan
Pemantauan dilakukan

Sesuai

pada kegiatan
operasional tambang
yang menimbulkan
suara bising seperti alat
angkut, alat-alat berat
dan prosesing yang
menganggu kesehatan
dan lingkungan.
Kebisingan diukur
dengan menggunakan
alat sound level meter
(dBA) selama + 1 jam
dengan interval jarak +
20 meter.
Frekuensi pemantauan
dilakukan 2 kali dalam
setahun
dengan menggunakan
jasa teknis Hiperkes
4

Samarinda.
Pemantauan Kualitas Tanah
Pengambilan sampel

Sesuai

pada contoh tanah yang

Studi Kelayakan Sorowako

173

BAB VII
telah direklamasi.
Pengujian sampel tanah
dilakukan dengan
bantuan jasa
laboratorium tanah
Universitas
Mulawarman
Samarinda.
Frekuensi pemantauan
dilakukan 1 kali
setahun.
Pemantauan Satwa
Melakukan pengamatan

Sesuai

Sesuai

langsung dengan
menggunakan teropong
untuk mengetahui jenisjenis satwa yang masih
berada dilokasi
6

tambang.
Pemantauan Revegelasi
Pemantauan dilakukan
untuk mengamati secara
visual dan mendata jenis
vegetasi yang tumbuh.
Pemantauan dilakukan
untuk indikasi terjadinya
perubahan satwa karena
tipe vegetasi

Studi Kelayakan Sorowako

174

BAB VII
penutup/rona awalnya
dilokasi tersebut.
Lokasi pemantauan
dilakukan pada lahanlahan terbuka yang telah
direklamasi. Frekuensi
pemantauan
dilaksanakan 1 kali
setahun pada saat musim
kemarau.

7.2.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Sesuai dengan visi dan misi atau tujuan perusahaan dalam bidang

keselamatan kerja yaitu mencegah karyawan dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,meminimalkan kerugian biaya dan material serta membangun suasana
lingkungan kerja yang sehat dan aman maka PT. Nickelback Marampak
Resources meletakkan pengelolaan Keselamatan Kerja dalam prioritas yang
utama.
a.

Strategi
Implementasi Sistem Manajemen LK3
Meningkatkan Safety perfomance para pengawas sehingga mampu
melakukan

identifikasi

bahaya

dan penilaian

resiko serta

pengawasan safety di area masing-masing


Meningkatkan awareness safety seluruh karyawan
Pelaksanaan seluruh sistem, prosedur dan standart safety PT.
Nickelback Marampak Resources
Melaksanakan audit keselamatan kerja

Studi Kelayakan Sorowako

175

BAB VII
b. Program Kerja
Program kerja disusun berdasarkan strategi yang dijalankan yaitu:
1) Implementasi Sistem Manajemen LK3
Implementasi Sistem Manajemen LK3 meliputi: green strategi,
green process, green product, dan green employe.
2) Menyempurnakan struktur organisasi keselamatan kerja
.Untuk mendukung tercapainya visi, misi dan program kerja
keselamatan kerja dilakukan penyempurnaan bentuk organisasi
keselamatan

dan

kesehatan

kerja

yaitu

dengan

adanya

penambahan section loss control, berfungsi sebagai bagian yang


menyelenggarakan

training,

inspeksi

terencana,

safety

campaign,dan audit.
3) Membangun Organisasi P2K3
Untuk efektifnya program keselamatan kerja maka organisasi
P3K3 yang sudah ada akan lebih diaktifkan lagi. Organisasi P3K3
yang beranggotakan departemen-departemen di PT. Nickelback
Marampak Resources dan Kontraktor dan secara struktur
menempatkan Kepala Teknik Tambang di level yang paling tinggi
dan sebagai koordinator kerja adalah Departemen Keselamatan
Kerja.
4) Membuat Job Safety Analysis semua pekerjaan
Program kerja ini diharapkan dapat diterapkan guna mendukung
adanya analisa penyebab kecelakaan yang mungkin terjadi dalam
pekerjaan serta dapat mencari cara-cara yang aman sehingga
kecelakaan dapat dihindari.
5) Membuat Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak
Resources Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak

Studi Kelayakan Sorowako

176

BAB VII
Resources disusun sebagai panduan karyawan melaksanakan
pekerjaan yang aman dan sesuai ketentuan keselamatan kerja
perusahaan. Isi dari Safety Manual Book PT. Nickelback
Marampak

Resources

meliputi

kebijakan

Kepala

Teknik

Tambang, peraturan umum keselamatan kerja di lingkungan


pertambangan nikel yang dimaksud, prosedur keselamatan kerja,
Pertolongan

Pertama

Pada

Kecelakaan

dan

sangsi-sangsi

pelanggaran.
6) Penerapan PPE Violation Regulation
Untuk mengurangi besarnya kecelakaan kerja maka disusunlah
peraturan sangsi pelanggaran alat pelindung diri atau PPE
Violation Regulation. Peraturan ini berisi jenis-jenis pelanggaran
beserta sangsi yang akan diterima. Jenis sangsi adalah mulai dari
peringatan lisan sampai dikeluarkan dari perusahaan.
7) Penerapan Sanksi Pelanggaran Lalu lintas
Sanksi Pelanggaran Lalu Lintas diterapkan mulai kegiatan
pertambangan dan akan berjalan terus di tahun berikutnya.
8) Implementasi Kep Men No. 555
Program ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan keselamatan
kerja yang dipersyaratkan di dalam Kep Men No 555.
Meningkatkan tingkat kesadaran K-3 dengan pelatihan, publikasi
dan program kampanye keselamatan kerja.
9) Menyiapkan Safety Contest Program
Untuk mengukur kepedulian karyawan terhadap keselamatan
kerja dan untuk merangsang karyawan memperdalam ilmu
keselamatan kerja maka dilaksanakan safety contest program
yaitu program perlombaan keselamatan kerja.
10) Menyelenggarakan Safety Training

Studi Kelayakan Sorowako

177

BAB VII
Guna meningkatkan pemahaman keselamatan kerja bagi para
karyawan, maka telah disusun matrik training, antara lain:
Annual Safety Training For Refreshing: program ini adalah
program pelatihan keselamatan kerja yang diselenggarakan
secara in house oleh PT. Nickelback Marampak Resources
diperuntukkan kepada seluruh karyawan dengan instructor
adalah safety officer PT. Nickelback Marampak Resources.
Materi dari program ini adalah: pengenalan peraturan
perusahaan, standar keselamatan kerja umum, pemadaman

api ringan dan penanganan keadaan darurat serta first aid.


In House Training Safety & Health: pelatihan ini ditujukan
untuk level pengawas, dengan instructor dari badan pelatihan

keselamatan kerja yang sudah bersertifikat


In House Training Emergency Response (Fire & Rescue):
pelatihan ini

merupakan pelatihan pembekalan bagi para

anggota emergency response team atau rescue perusahaan.


Instrukturnya adalah tim dari Basarnas (Badan Search &

Rescue Nasional)
Fire Drill/Fire Brigade: pelatihan ini diselenggarakan oleh
departemen keselamatan kerja diperuntukkan bagi anggota

tim pemadam kebakaran dan para pengawas shift.


Emergency Handling: pelatihan untuk penanganan gawat

darurat
Safety Management: pelatihan untuk memperkenalkan sistem
manajemen keselamatan kerja

Studi Kelayakan Sorowako

178

BAB VII

Job Safety Analysis: pelatihan bagaimana proses pembuatan

job safety analysis


Sistem Manajemen

Lingkungan

dan

Keselamatan

&

Kesehatan Kerja: pelatihan dalam rangka sosialisasi dan


implementasi sistem LK3

PT. Nickelback Marampak

Resources.
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (IMBR) : pelatihan
bagaimana

para

pengawas

maupun

karyawan

mengidentifikasi bahaya ditempat kerjanya dan menilai


tingkat/derajat potensi bahaya, sehingga dapat memberikan
prioritas berdasarkan tingkat bahayanya dan mengambil
langkah-langkah pengendaliannya.
11) Meningkatkan kualitas sistem pemadam kebakaran dan lalu lintas
tambang serta sistem penanganan keadaan gawat darurat
Pelayanan dan memonitor kebutuhan Simper & Sticker
Program ini berisi pengecekan persyaratan pembuatan simper
dan

stiker,pengujian

calon

pemegang

simper

dan

pemeriksaan kelengkapan kendaraan.


Memonitor dan merawat keberadaan Traffic & Safety Sign
Program ini merupakan perawatan dan pengadaan rambu

keselamatan kerja dan rambu lalu lintas di area kerja.


Memonitor Speed Limit
Program ini dilaksanakan guna memonitor batas kecepatan
kendaraan yang diijinkan di jalan tambang maupun jalan

angkut nikel.
Meningkatkan kemampuan Emergency Response Team PT.
Nickelback Marampak Resources

Studi Kelayakan Sorowako

179

BAB VII
Semitunggal dan program ini dilaksanakan untuk lebih
mengefektifkan

kemampuan

team

tanggap

darurat

(emergency response) pada setiap shift dan area kerja.


Mengirimkan the PT. Nickelback Marampak Resources
Emergency Rescue Team ke Rescue Challenge, program ini
dimaksudkan untuk memberikan bekal pengalaman yang
cukup bagi team tanggap darurat (emergency response) PT.

Nickelback Marampak Resources.


12) Pelaksanaan koordinasi keselamatan

kerja,

inspeksi

dan

investigasi meliputi:
Melaksanakan Safety Coordination and Safety Meeting
Program ini dilaksanakan guna membahas permasalahan
keselamatan kerja di lokasi kerja. Program ini dilaksanakan
dengan kontraktor dan anggota P2K3 dengan waktu yang

telah direncanakan sebelumnya.


Melaksanakan Joint Inspection and Occasionally Inspection
Program ini dilakukan untuk mengecek kondisi area kerja
dan berjalan tidaknya sistem keselamatan kerja di setiap area
kerja. Dilakukan oleh para safety officer, pengawas lapangan,
manager produksi serta secara berkala dilakukan oleh wakil

Kepala Teknik Tambang dan Project Manager Kontraktor.


13) Melakukan Audit Keselamatan Kerja
Melakukan audit di daerah kerja kontraktor
Program ini secara berkala dilaksanakan untuk mengukur

kinerja Keselamatan kerja di area kontraktor


Melakukan internal audit : LK3
Program ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja
keselamatan kerja dari berbagai aspek.
Melakukan eksternal audit oleh badan independent

Studi Kelayakan Sorowako

180

BAB VII
Program ini dilaksanakan guna mengetahui unjuk kerja
pelaksanaan sistem keselamatan kerja di perusahaan dengan
pelaksana dari badan audit independen.
Komitmen PT. Nickelback Marampak Resources dalam mengurangi
dampak akibat penambangan nikel akan mengalokasikan dana untuk lingkungan
& K3. Adapun program-program secara umum yang akan dijalankan dalam
kaitannya dengan lingkungan dan K3 terdiri dari program lingkungan
penambangan, program pengembangan masyarakat, program pasca tambang, serta
program K3. Kajian lebih detil program-program ini akan dibahas lebih
mendalam dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
c. Program Lingkungan Pertambangan
1) Melakukan reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang,
daerah penimbunan dan daerah terbuka lainnya. Daerah yang
terbuka tersebut perlu ditimbun kembali dengan material tanah
penutup.
2) Membuat kolam pengendap pada aliran air sebelum masuk ke
perairan umum.
3) Penyiraman jalan tambang secara rutin dua kali sehari.
4) Monitoring kualitas air sungai, air laut, airtanah, air limbah dan
kualitas udara ambien terutama partikel (debu) serta kebisingan di
sekitar daerah penambangan dan permukiman terdekat.
5) Monitoring erosi untuk daerah yang terbuka dan kesuburan tanah di
daerah reklamasi.
d. Program Pengembangan Masyarakat

Studi Kelayakan Sorowako

181

BAB VII
1) Menempatkan CD officer yang langsung berhubungan dengan
masyarakat dengan tujuan untuk menjembatani kepentingan
masyarakat dengan kepentingan perusahaan.
2) Mendirikan poliklinik yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan dan
masyarakat sekitar.
3) Membantu penyediaan sarana keagamaan, pendidikan, olah raga
dan transportasi.
4) Penyerapan tenaga kerja lokal.
5) Memberikan kesempatan magang bagi lulusan SMU dan SMK serta
pendidikan dan pelatihan dalam bidang teknisi, pertanian,
perikanan, kewirausahaan.
6) Penggunaan jasa lokal dalam bidang transportasi, kontraktor
kegiatan penunjang, dan penyediaan bahan-bahan logistik.
7) Pemakaian produk lokal/dalam negeri berupa bahan makanan,
perabotan

mess,kantor

dan

workshop, peralatan/spare

parts

penambangan, pengolahan dan transportasi.


8) Program kemitraan berupa pembelian produk dan mendirikan
koperasi bagi masyarakat.
e. Program Pasca Tambang
1) Penyusunan perencanaan kegiatan pasca tambang bersama-sama
2)
3)
4)
5)
6)

dengan seluruh stake holders.


Rehabilitasi lahan bekas tambang dan monitoring hasilnya.
Pengamanan bekas bukaan tambang dan monitoring hasilnya.
Pengelolaan air dan monitoring hasilnya.
Penanganan aset dan infrastruktur.
Penyerahan dokumen bahan galian yang tersisa dalam areal

pertambangan.
7) Penanganan masalah sosial ekonomi (pekerja, pengembangan bisnis
lokal, partisipasi pelayanan sosial masyarakat)
f.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)

Studi Kelayakan Sorowako

182

BAB VII
1) Memasang rambu dan tanda bahaya sesuai standar yang berlaku.
2) Mewajibkan penggunaan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja
bagi karyawan seperti helm, masker, sepatu safety, sarung tangan.
3) Menerapkan sistem manajemen K3 di lingkungan kerja dengan
penerapan sanksi atau peringatan bagi yang melanggar aturan K3.
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja/karyawan secara rutin
dan kontiyu.
5) Pihak perusahaan

menyediakan

fasilitas

kesehatan

untuk

penanganan tingkat pertama dan berkerjasama dengan rumah


sakit/puskesmas terdekat.
6) Pemeriksaan (pembaharuan) secara rutin alat-alat keselamatan dan
kesehatan kerja yang digunakan sesuai standar kesehatan dan
standart kerja.
7) Setiap pekerja wajib mamatuhi dan melaksanakan SOP (Standart
Operation Procedure), pada setiap kegiatan yang telah dibuat.
8) Pihak perusahaan sebagai pemrakarsa sebaiknya membentuk divisi
khusus yangmenangani Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang bertugas memberikan penerangan
dan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan peralatan

K3

seperti masker, ear plug, sepatu safety, helm, kacamata kerja dan
lain sebagainya dalam bekerja untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan kerja.
7.2.1.

Pengelolaan K3 Pertambangan
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik
oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut
didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Nikel

Studi Kelayakan Sorowako

183

BAB VII
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
6. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
7. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3
di Bidang Pertambangan
8. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan
Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas
Bumi
9. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas
Bumi
10. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan
Umum
11.Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan
Umum.
Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:
1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur Tambang
Adalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur
Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan
Lingkungan Mineral, Nikel dan Panas Bumi, Kepala Dinas
ESDM di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Studi Kelayakan Sorowako

184

BAB VII
2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT)
PIT adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di
lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K
Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1, Keputusan
Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247
K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002) baik di Pusat
maupun Daerah.
3. Buku Tambang
Adalah buku catatan yang memuat

larangan, perintah dan

petunjuk PIT yang wajib dilaksanakan Kepala Teknik


Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen No.555. K Tahun 1995).
Sedangkan

elemen

perusahaan

dalam

pengelolaan

K3

pertambangan terdiri atas:


1. Kepala Teknik Tambang (KTT)
Adalah seseorang yang jabatannya tertinggi di Job Site
untuk memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya
serta ditaatinya peraturan perundang-undangan K3 pada
suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya (Pasal 1,Kepmen No. 555.K
Tahun 1995).
2. Organisasi dan Personil K3

Studi Kelayakan Sorowako

185

BAB VII
3. Program K3
4. Anggaran dan Biaya
5. Dokumen dan laporan K3

Manajer Tambang

Ka. Devisi K-3 & Lingkungan

Pengawas Tambang

Pengawas Sarana Tambang

Pengawas Peralatan

Gambar 7.1. Struktur Organisasi K-3 dan Lingkungan

Studi Kelayakan Sorowako

186

Anda mungkin juga menyukai