KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) kabupaten dan kota merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota ke dalam rencana distribusi
pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan bangunan pada kawasan perkotaan maupun
kawasan fungsional kabupaten dan kota. Dengan kata lain, RDTR kabupaten dan kota
mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh
perencanaan ruang di atasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman,
nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR kegiatan berskala kecamatan/
kawasan/ lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Salah satu fungsi RDTR adalah sebagai pedoman teknis yang merupakan arahan
pembangunan daerah untuk perizinan pemanfaatan ruang, perizinan letak bangunan dan
bukan bangunan, kapasitas dan intensitas bangunan dan bukan bangunan, penyusunan
zonasi, serta pelaksanaan program pembangunan. Fungsi tersebut dalam realisasinya sulit
dilaksanakan karena dalam RDTR biasanya dalam satu hamparan lahan dengan luasan
tertentu dianggap memiliki karakteristik yang sama sehingga dalam pengendalian
pemanfaatan ruangnya pun diperlakukan sama, padahal dalam satu area lahan dengan luasan
tertentu dan peruntukan tertentu (zona peruntukan) memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga perlakuan pengendalian pemanfaatan ruangnya pun sebaiknya disesuaikan dengan
karakteristiknya. Oleh sebab itu, pada tahapan selanjutnya agar RDTR dapat operasional di
lapangan terutama sebagai perangkat pengendalian, maka untuk lebih menjabarkan RDTR
diperlukan juga peraturan zonasinya
Laporan Akhir merupakan tahap akhir dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Demikian laporan antara ini kami susun, atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Palembang,
November 2014
Tim Penyusun
Kata Pengantar | i
Laporan Antara
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB - 1
BAB - 2
1.2
1.2.2
1.3
1.4
2.2
2.3
2.4
Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi ..... 2-9
2.5
BAB - 3
BAB - 4
4.2
4.2.2
Daftar Isi | ii
Laporan Antara
4.3
BAB - 5
4.2.3
4.2.4
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
5.2
5.1.2
5.1.3
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6
BAB - 6
BAB - 7
BAB - 8
7.1
7.2
7.3
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
Laporan Antara
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
TABEL 1-1
TABEL 1-2
TABEL 1-3
TABEL 1-4
TABEL 1-5
TABEL 4-1
TABEL 4-2
TABEL 4-3
TABEL 4-4
TABEL 4-5
TABEL 4-6
TABEL 4-7
TABEL 4-8
TABEL 4-9
TABEL 4-10
TABEL 4-11
TABEL 4-12
TABEL 4-13
TABEL 4-14
TABEL 4-15
Daftar Tabel | iv
Laporan Antara
TABEL 5-1
RENCANA PEMBAGIAN BWP, SUB BWP DAN BLOK PERENCANAAN ............ 5-5
TABEL 5-2
TABEL 5-3
TABEL 5-4
TABEL 5-5
TABEL 5-6
TABEL 5-7
TABEL 5-8
TABEL 5-9
TABEL 5-10
TABEL 5-11
TABEL 5-12
TABEL 5-13
TABEL 5-14
TABEL 5-15
TABEL 7-1
TABEL 8-1
TABEL 8-2
TABEL 8-3
TABEL 8-4
Daftar Tabel | v
Laporan Antara
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1-1
GAMBAR 1-2
GAMBAR 1-3
GAMBAR 2-1
GAMBAR 2-2
GAMBAR 2-3
GAMBAR 4-1
GAMBAR 4-2
GAMBAR 4-3
GAMBAR 4-4
GAMBAR 4-5
GAMBAR 4-6
GAMBAR 4-7
GAMBAR 4-8
GAMBAR 4-9
GAMBAR 4-10
GAMBAR 4-11
GAMBAR 5-1
Daftar Gambar | vi
Laporan Antara
GAMBAR 5-2
GAMBAR 5-3
GAMBAR 5-4
GAMBAR 5-5
GAMBAR 5-6
GAMBAR 5-7
GAMBAR 5-8
GAMBAR 5-9
GAMBAR 5-10
GAMBAR 5-11
GAMBAR 5-12
GAMBAR 5-13
GAMBAR 5-14
GAMBAR 6-1
GAMBAR 8-1
GAMBAR 8-2
Laporan Antara
BAB - 1 PENDAHULUAN
BAB PENDAHULUAN
1.1
Peraturan perundang-undangan yang cukup relevan untuk dapat dijadikan referensi didalam
melaksanakan kegiatan/ pekerjaan ini, antara lain:
1.
2.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Tanah dan BendaBenda yang Ada di atasnya;
3.
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
1967
tentang
Ketentuan
Ketentuan
Pokok
Pertambangan;
4.
5.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pendahuluan | 1-1
Laporan Antara
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
22.
23.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Peraturan Pemerintah Nomopr 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
31.
Pendahuluan | 1-2
Laporan Antara
32.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah;
33.
34.
35.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
16
Tahun
2005
tentang
Pengembangan
Sistem
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
37.
38.
39.
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota;
40.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
41.
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
42.
43.
44.
45.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api;
46.
47.
48.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
Pendahuluan | 1-3
Laporan Antara
49.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
50.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah terakhir kalinya
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006;
51.
52.
53.
Peraturan
Bersama
Menteri
Dalam
Negeri,
Menteri
Pekerjaan
Umum,
Menteri
Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor :
18 Tahun 2009, Nomor : 07 / PRT / M / 2009, Nomor : 19 / PER / M.KOMINFO / 03 /
2009, Nomor : 3 / P / 2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi;
54.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan;
55.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
56.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
57.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
58.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Strategis;
59.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
60.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau kegiatanYang TelahMemiliki Izin Usaha
Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup;
Pendahuluan | 1-4
Laporan Antara
61.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63 / PRT / 1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai;
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 15 Tahun 2012 tentang RTRW Kota
Palembang Tahun 2012 - 2032.
1.2
Perkembangan kota tidak langsung menyatu dengan pusat kota, tetapi cenderung akan
membentuk pusat-pusat pertumbuhan di sekeliling kota dan dihubungkan dengan jaringan
jalan. Diharapkan lama-kelamaan pusat-pusat pertumbuhan yang terpisah-pisah berdasarkan
fungsinya akan dapat menyatu dan membentuk Kota yang lebih besar dan kompak.
Pendahuluan | 1-5
Laporan Antara
Didalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, dinyatakan bahwa
hirarki sistem pusat-pusat pelayanan terdiri dari 1). Pusat Pelayanan Kota; 2).Sub Pusat
Pelayan Kota; dan 3). Pusat Pelayanan Lingkungan. Hirarki pusat-pusat pelayanan di Kota
Palembang adalah:
1.
Sub Wilayah Kota (SWK) Pusat Kota sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Sub
wilayah kota Pusat Kota ini terdiri dari 44 Kelurahan dengan pusat SWK di sekitar
pasar 16 Ilir. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota karena hingga
saat ini masih terdapat fungsi-fungsi primer pelayanan kota, yang melayani tidak
saja dalam wilayah kota Palembang akan tetapi juga wilayah regional dan
nasional.
Karakteristik Utama:
Pendahuluan | 1-6
Laporan Antara
Kawasan
perumahan
dengan
intensitas
tinggi
dan
mengarah
pada
bangunan vertical;
b.
Sub Wilayah Kota (SWK) Jakabaring sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). SWK ini
terdiri dari 17 Kelurahan dengan pusat SWK di sepanjang koridor Jl. Gubernur
Bastari. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota baru, karena kondisi
eksisting sudah mulai banyak terdapat pusat-pusat pelayanan yang mampu
melayani skala kota dan regional. Apalagi dengan adanya rencana kawasan ini
dijadikan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.
Karakteristik Utama:
SWK
ini
menjadi
orientasi
baru
bagi
penduduk
dalam
pemenuhan
Kawasan perumahan;
Kawasan perkantoran;
Kawasan pendidikan;
Pariwisata;
Pendahuluan | 1-7
Laporan Antara
2.
Sub Wilayah Kota (SWK) Alang-alang Lebar, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6
kelurahan.
Karakteristik Utama:
Terdapat terminal tipe A Alang-Alang Lebar dan pasar yang cukup besar
yang malayani tidak saja lingkungan sekitarnya tetapi juga di wilayah Kab.
Banyuasin;
Lahan belum terbangun masih cukup luas terutama di Kel. Siring Agung
dan Kel. Bukit Baru yang layak untuk pengembangan perumahan dan
permukiman.
b.
Kawasan perumahan;
Sub Wilayah Kota (SWK) Sukarami sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan
dengan pusat SWK di sekitar Kebun Bunga dan sepanjang koridor jalan
Kol.Burlian.
Karakteristik Utama:
Pergerakan yang intensif pada ruas jalan di kawasan ini erat kaitannya
dengan keberadaan Bandara SMB II. Hal ini akan bertambah pesat sejalan
rencana pengembangan Bandara;
Pendahuluan | 1-8
Laporan Antara
Adanya
rencana
pengembangan
Pelabuhan
Tanjung
Api-Api
akan
c.
Kawasan perumahan;
Sub Wilayah Kota (SWK) Kertapati, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6 kelurahan
dengan pusat SWK di sekitar stasiun Kertapati.
Karakteristik utama:
Pusat koleksi dan distribusi karena didukung oleh akses yang baik terutama
ke arah wilayah selatan Kota Palembang dalam konteks regional maupun
pusat kota.
Kawasan perumahan;
Pendahuluan | 1-9
Laporan Antara
d.
Sub Wilayah Kota (SWK) Gandus, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 2 kelurahan
dengan pusat SWK di sekitar kantor kecamatan Gandus.
Karakteristik Utama:
e.
Kawasan perumahan;
Kawasan Militer;
Sub Wilayah Kota (SWK) Plaju sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan, dengan
pusat SWK di sekitar Pasar dan Terminal Plaju.
Karakteristik Utama:
Kegiatan utama berupa industri skala besar (industri polutif) berupa industri
migas;
Berkembang pula kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal dan regional
dengan adanya Pasar Plaju yang melayani sekitar kawasan dan Kab.
Banyuasin;
Kawasan perumahan;
Kawasan pariwisata.
Pendahuluan | 1-10
Laporan Antara
f.
Terdapat
pelabuhan
Boom
Baru,
pelabuhan
tradisional
Sungai
Lais,
g.
Kawasan perumahan;
Kawasan pariwisata.
Sub Wilayah Kota (SWK) Sako, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan dengan
pusat pelayanan di sekitar Pasar Sako.
Karakteristik Utama;
Kegiatan perdagangan skala lokal dan pusat koleksi dan distribusi hasil
pertanian;
Kawasan perumahan;
Pendahuluan | 1-11
Laporan Antara
1.2.1
Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di
skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama
di kawasan-kawasan permukiman atau pusat pemerintahan kelurahan.
TABEL 1-1
SWK-Jakabaring
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SWK-Sukarami
SWK-Alang-Alang Lebar
SWK-Gandus
SWK-Lemabang
SWK-Sako
SWK-Plaju
SWK-Kertapati
TABEL 1-2
NO
SWK
Pusat Kota
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
Karang Jaya
Karang Anyar
36 Ilir
27 Ilir
28 Ilir
29 Ilir
30 Ilir
32 Ilir
35 Ilir
Kemang Manis
Bukit Lama
Lorok Pakjo
26 Ilir D1
Sei Pangeran
Kepandean Baru
16 Ilir
13 Ilir
14 Ilir
15 Ilir
17 Ilir
18 Ilir
LUAS (Ha)
208.280
257.308
61.628
9.784
17.484
29.780
133.166
76.418
94.370
50.709
490.449
307.107
57.165
82.599
37.946
24.301
15.185
9.839
28.800
48.074
13.474
Pusat SWK
Sekitar 16 Ilir
PERUNTUKAN
CBD
Pariwisata
Perumahan.
Perdagangan/Jasa
Pendidikan
Perkantoran
Industri kecil/RT
Pendahuluan | 1-12
Laporan Antara
NO
SWK
NO
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
20 Ilir D. I
20 Ilir D.III
20 Ilir D.IV
Lawang Kidul
Kuto Batu
11 Ilir
10 Ilir
9 Ilir
8 Ilir
Duku
Talang Semut
19 Ilir
22 Ilir
23 Ilir
24 Ilir
26 Ilir
20 Ilir D. II
Pipareja
Ario Kemuning
Sekip Jaya
Talang Aman
Pahlawan
Demang Lebar Daun
LUAS Pusat Kota
KECAMATAN
LUAS (Ha)
Ilir Timur I
Ilir Timur I
Ilir Timur I
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Ilir Timur II
Bukit Kecil
Bukit Kecil
Bukit Kecil
Bukit Kecil
Bukit Kecil
Bukit Kecil
Kemuning
Kemuning
Kemuning
Kemuning
Kemuning
Kemuning
Ilir Barat I
102.887
66.775
75.139
117.203
45.215
18.104
12.121
98.441
332.763
186.091
46.992
35.668
8.967
11.476
86.541
31.805
102.474
174.995
93.291
122.641
106.730
90.785
297.328
4,318.298
Pusat SWK
PERUNTUKAN
TABEL 1-3
NO
WP
NO
1
2
3
4
5
6
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
Srijaya
Karya Baru
Talang Kelapa
Alang-Alang Lebar
Bukit Baru
Siring Agung
Alang-alang
Alang-alang
Alang-alang
Alang-alang
Ilir Barat I
Ilir Barat I
KECAMATAN
Alang-Alang
Lebar
Sukarami
1
2
3
4
5
6
7
Kebon Bunga
Talang Betutu
Sukadadi
Talang Jambe
Suka Bangun
Sukarami
Suka Jaya
Sukarami
Sukarami
Sukarami
Sukarami
Sukarami
Sukarami
Sukarami
Jakabaring
1
2
3
4
5
Tuang Kentang
8 Ulu
15 Ulu
Silaberanti
16 Ulu
SU
SU
SU
SU
SU
I
I
I
I
II
Lebar
Lebar
Lebar
Lebar
LUAS (HA)
PUSAT SWK
PERUNTUKAN
222.714
702.966
944.928
686.216
2,703.739
1,731.365
6,991.928
592.911
967.265
502.500
505.900
216.147
499.443
861.119
4,145.285
34.114
170.965
617.442
410.477
375.706
Sekitar Pasar
Alang-Alang Lebar
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Kebun Bunga
Jl. Kol. Burlian
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Industri
Bandara
Militer
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Sport centre
Pendidikan
Perkantoran
Pendahuluan | 1-13
Laporan Antara
NO
WP
NO
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kertapati
1
2
3
4
5
6
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
1 Ulu
2 Ulu
3/4 Ulu
5 Ulu
7 Ulu
9/10 Ulu
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
SU
Karya Jaya
Keramasan
Kemang Agung
Kemas Rindo
Ogan Baru
Kertapati
Kertapati
Kertapati
Kertapati
Kertapati
Kertapati
Kertapati
KECAMATAN
LUAS (HA)
I
I
I
I
I
I
II
II
II
II
II
II
81.682
32.047
93.851
130.420
64.162
48.773
38.671
31.842
37.935
120.812
165.947
188.963
2,643.809
1,904.227
1,546.003
324.183
209.739
236.802
84.851
4,305.805
PUSAT SWK
PERUNTUKAN
Pariwisata.
Industri kecil/RT
Kertapati
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Industri
TABEL 1-4
NO
WP
NO
1
2
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
Pulo Kerto
Gandus
Gandus
Gandus
KECAMATAN
Gandus
Plaju
1
2
3
4
5
6
7
Talang Putri
Komperta
Plaju Ilir
Talang Bubuk
Plaju Ulu
Plaju Darat
Bagus Kuning
Plaju
Plaju
Plaju
Plaju
Plaju
Plaju
Plaju
Lemabang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2 Ilir
3 Ilir
5 Ilir
1 Ilir
Sungai Buah
Kalidoni
Sei Lais
Sei Selincah
Sei Selayur
IT II
IT II
IT II
IT II
IT II
Kalidoni
Kalidoni
Kalidoni
Kalidoni
LUAS (HA)
1,784.346
2,496.252
4,280.598
136.853
505.543
53.645
123.277
51.592
343.735
178.046
1,392.691
235.137
118.035
72.441
495.420
110.011
401.350
706.576
1,206.164
313.105
3,658.239
PUSAT SWK
PERUNTUKAN
Sekitar Jembatan
Musi II
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Pertanian/Agropolitan
Pariwisata
Sekitar Pasar
Plaju
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Industri
Pariwisata
Pasar Lemabang
Permukiman
Perdagangan/Jasa
Industri
Pariwisata
Pendahuluan | 1-14
Laporan Antara
NO
8
WP
Sako
NO
1
2
3
4
5
6
KELURAHAN
NAMA KELURAHAN
Sukamaju
Sialang
Sako
Sako Baru
Bukit Sangkal
Lebonggajah
Sukamulya
Karya Mulya
Srimulya
KECAMATAN
Sako
Sako
Sako
Sako
Kalidoni
Sematang
Borang
Sematang
Borang
Sematang
Borang
Sematang
Borang
LUAS (HA)
501.885
133.871
607.465
501.300
449.761
179.352
PUSAT SWK
Pasar Sako
PERUNTUKAN
Permukiman
Perdagangan/Jasa
1,245.133
663.000
500.042
4,781.809
36,518.462
Adapun klasifikasi kegiatan fungsional adalah sebagaimana tercantum pada tabel dibawah:
TABEL 1-5
Fungsi
Primer
Pertama (I)
Kedua (II)
Ketiga (III)
Sekunder
Kegiatan Skala Kota
(pusat perdagangan,
pemerintahan, dll)
Terminal tipe C
Kegiatan Skala BWK
(perdagangan pada
subpusat kota, dll)
Kawasan Primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi primer adalah
fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi
kebutuhan pelayanan kota dan wilayah pengembangannya, sedangkan kawasan Sekunder
adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi sekunder sebuah kota
Pendahuluan | 1-15
Laporan Antara
dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiri yang lebih berorientasi ke
dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan
jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang
bersifat khusus.
1.
Jalan yang menghubungkan PKN dengan PKW (Kayuagung, Muara Enim, Baturaja,
Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat) antara lain adalah Jl. Yusuf
Singedikane, Jl. Sriwijaya Raya, Jl. Alamsyah RP, Jl. Mahmud Badarudin, Jl.
Gubernur Bastari, Jl. Lingkar Selatan, Jl. Sukarno-Hatta, Jl. Raya PerumnasTerminal Alang-Alang Lebar;
Jalan menuju Bandara dan Pelabuhan primer (Tanjung Api-Api) adalah Jl. Harun
Sohar, Jl. Akses Bandara, , Jl. Tanjung Api-Api.
2.
Jalan Kolektor Primer di Kota Palembang, yaitu jalan yang terhubung dengan kawasan
fungsi primer II (Boom Baru, PUSRI, Pertamina, Terminal Plaju, Terminal Jakabaring,
Pasar Induk, CBD, pelabuhan 35 Ilir), antara lain,
Sudarso, Jl. Residen A. Rozak (Patal Pusri), Jl. RE Martadinata, Jl. Yos Sudarso, Jl.
Ryacudu, Jl. Pangeran Ratu, Jl. Ahmad Yani, Jl. DI. Panjaitan, Jl. Mayor Zen, Jl. AKBP
Cek Agus, Jl. Dr. M. Isa, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Kapten Abdullah, Jl. Pangeran Sido Ing
Lautan, Jl. Ki Gede Ing Suro Jl. Merdeka.
Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang termasuk didalam sistem
jaringan jalan sekunder adalah:
1.
Jalan Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota dengan sub wilayah
kota lainnya atau jalan yang berada di kawasan kegiatan skala kota, meliputi, Jl.
Angkatan 45, Jl. Demang Lebar Daun, Jl. Parameswara, Jl. Wahid Hasyim, Jl. MP Prabu
Negara, Jl. Sudirman, Jl. Kol. H. Burlian, Jl. Ki Merogan. Jl. Basuki Rahmad, Jl. R.
Sukamto , Jl. Veteran, Jl. Kapten A.Rivai;
2.
Jalan Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan fungsi sekunder II
atau kegiatan skala sub wilayah kota (SWK), antara lain, Jl. Radial, Jl. POM IX, Jl. KH
Azhari, Jl. Panca Usaha, Jl.Dempo, Jl. Rasyad Nawawi, Jl. Sosial, Jl. Sukabangun, Jl.
Bambang Utoyo, Jl. Musi Raya Sako, Jl. Sudarman Ganda Subrata,
R.Suprapto, Jl. Letkol Iskandar, Jl. Kol. Atmo,
Pendahuluan | 1-16
Laporan Antara
Srijaya Negara, Jl. Bangau, Jl. Rajawali, Jl. Lingkaran, Jl. Srijaya Negara, Jl. Mayor
Ruslan, Jl. Gajah Mada, Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Diponegoro, Jl.Syahyakirti, Jl.TKR Kadir,
Rustam Effendi;
3.
Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang terhubung dengan kawasan fungsi sekunder III
atau kegiatan skala lingkungan (kecamatan), antara lain Jl. Inspektur Marzuki, Jl.
Sosial, Jl. Perindustrian, Jl. Muhamad Mansyur, Jl. Letnan Murod, Jl. Makrayu Jl. Ahmad
Dahlan, Jl. Ratu Sianum, Jl. Sultan Agung, Jl. Mangku Bumi, Jl. Kartika, Jl. Talang
Buruk, Jl. Tanjung Barangan, Jl. Sofyan Kenawas, Jl Siarang, dan jalan lokal lainnya.
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur, yang menghubungkan Jl. Tanjung ApiApi sampai ke Plaju-Sungai Gerong dan melewati wilayah Kota Palembang sebelah
timur dan sebagian besar masuk ke wilayah Kab, Banyuasin;
Pembangunan
Jalan
Lingkar
Timur
Dalam
(Inner
Ring
Road)
yang
Pembangunan Jalan Lingkar luar Barat, yang menghubungkan Jl. IndralayaPalembang ke Jl. Palembang-Jambi melewati wilayah Kel. Karyajaya, Keramasan,
Pilokerto, Gandus, Bukit Baru dan Siring Agung.
2.
Rencana Pembangunan Jalan Tol yaitu Tol Palembang Betung dan Palembang-Indralaya;
3.
Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Sekunder, antara lain Jl. Burlian, Jl.
M.Prabu Mangkunegara, Jl. M. Isa, dll;
4.
5.
Pendahuluan | 1-17
Laporan Antara
2.
3.
Pengembangan jalan lingkar dimaksud, baik yang sudah diimplementasikan maupun yang
masih dalam tahap perencanaan terdiri dari pembangunan 6 buah jembatan musi. Prioritas
pembangunan jembatan musi tersebut meliputi:
1.
Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. A. Yani (Kelurahan 13 Ulu) Jembatan
Musi III Kelurahan 8 Ilir Jl. M. Isa;
2.
Rencana pembangunan jalan lingkar Arah Tj. Api-api Kelurahan Sukarami Kelurahan
Sukamulya Kelurahan Sukamaju (Sako) Kelurahan Sukamulya (Sako) Kelurahan
Sei Selincah (Kalidoni) Jembatan Musi IV Pulau Kemarau;
3.
Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. Wahid Hasyim (Kelurahan 2 Ulu)
Jembatan Musi V Kelurahan 29 Ilir Jl. Kapt. A. Rivai;
4.
1.2.2
Kawasan Perumahan
Pendahuluan | 1-18
Laporan Antara
Pada umumnya kawasan perumahan dan permukiman di Kota Palembang teralokasi di seluruh
wilayah kota. Didalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kota, dijelaskan bahwa kawasan perumahan dibagi menjadi
kawasan perumahan berkepadatan tinggi, rendah dan sedang.
1.
Kec. Ilir Barat II, yaitu Kel. 27 Ilir, 28 Ilir, 29 Ilir, 30 Ilir, 32 Ilir;
Kec. Ilir Timur I di Kel Sei Pangeran, 13 Ilir, 14 Ilir, 15 Ilir, 18 Ilir, 20 Ilir D1, 20
Ilir DIII, 20 Ilir DIV;
Kec. Ilir Timur II di Kel. 5 Ilir, 9 Ilir, 10 Ilir, 11 Ilir, Kuto Batu;
Kec. Bukit Kecil di Kel. Talang Semut, 22 Ilir, 23 Ilir, 24 Ilir, 26 Ilir;
Kec. Seberang Ulu I, yaitu Kel. Tuan Kentang, 1 Ulu, 2 Ulu, 3-4 Ulu, 5 Ulu, 7 Ulu,
9-10 Ulu;
Pendahuluan | 1-19
Laporan Antara
2.
3.
Kec. Ilir Barat II, yaitu Kel. 35 Ilir dan Kemang Manis;
Kec. Ilir Timur II, yaitu di Kel. 3 Ilir dan Sungai Buah.
Kec. Gandus, yaitu Kel. Karang Anyar, Karang Jaya, Gandus dan Pulokerto;
Daun;
Kec. Ilir Timur II yaitu Kel, Kepandean Baru, 16 Ilir, 17 Ilir, 8 Ilir, Duku, 19 Ilir;
Kec. Alang-Alang Lebar, meliputi Kel. Karya Baru, Talang Kelapa, Alang-Alang
Lebar, Bukit Baru, Siring Agung dan Srijaya;
Kec. Sukarami, meliputi Kel. Talang Betutu, Talang Jambe, Sukadadi, Sukajaya ,
Sukabangun, Sukarami dan Kebun Bunga;
Kec. Seberang Ulu II, yaitu Kel. 16 Ulu, Tangga Takat, Sentosa;
Kec. Kertapati, meliputi Kel. Karyajaya, Kemang Agung, Kemas Rindo, Ogan Baru
dan Keramasan;
Kec Plaju, meliputi Kel. Komperta, Talang Bubuk, dan Bagus Kuning, Plaju Darat;
Pendahuluan | 1-20
Laporan Antara
GAMBAR 1-1
Pendahuluan | 1-21
Laporan Antara
GAMBAR 1-2
Pendahuluan | 1-22
Laporan Antara
GAMBAR 1-3
Pendahuluan | 1-23
Laporan Antara
Kec. Kalidoni, yaitu di Kel. Kalidoni, Sungai Lais, Sungai Selayur, Bukit Sangkal
dan Sei Selincah;
Kec. Sematang Borang yaitu di Kel. Suka Mulya, Lebong Gajah Srimulya, Karya
Mulya.
1.3
Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota, sedangka fungsi dari kebijakan tersebut
antara lain sebagi dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota,
sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota,
memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar dalam
penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota antara lain sebagai dasar untuk
menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kota serta penetapan kawasan
strategis kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW Kota dan
sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
1.
Pendahuluan | 1-24
Laporan Antara
Strategi pengembangan pusat pelayan kota yang seimbang dan efisien dalam
menunjang perkembangan fungsi dan peran kota serta memberikan pelayanan
kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional, adalah:
Pelayanan
meningkatkan
Kota
pelayanan
sehingga
dalam
kegiatan
skala
kota,
tersebut
akan
regional,
mampu
nasional
dan
Pendahuluan | 1-25
Laporan Antara
b.
Peningkatan
pelayanan
air
bersih
yang
merata,
berkualitas
dan
berkelanjutan;
Pendahuluan | 1-26
Laporan Antara
Pemerataan
sarana
pendidikan
sesuai
dengan
skala
pelayanan
dan
Peningkatan
kegiatan
perdagangan
dalam
mendukung
pertumbuhan
Strategi
ini
dilaksanakan
untuk
memperlancar
arus
lalulintas.
Mengembangkan jaringan rel kereta api antar kota dan kereta api
perkotaan. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi angkutan
kereta api. Sebagaimana diketahui bahwa angkutan kereta api mempunyai
kelebihan dalam beberapa hal antara lain kapasitas muatannya yang lebih
besar daripada angkutan darat lainnya;
ngai
di
Kota
Palembang. Sejak lama angkutan sungai di kota ini telah menjadi sarana
transportasi dan perdagangan. Dengan meningkatnya fungsi angkutan
sungai, diharapkan akan mengurangi kepadatan transportasi darat;
Pendahuluan | 1-27
Laporan Antara
Mengembangkan
dan
meningkatkan
kualitas
transportasi
udara.
Meningkatkan
kualitas
manajemen
sistem
transportasi.
Strategi
ini
Menyediakan
angkutan
dan
masal
meningkatkan
(terminal,
sarana
halte,
dan
dll).
prasarana
Angkutan
pendukung
umum/masal
Pendahuluan | 1-28
Laporan Antara
drainase akibat adanya sedimentasi, sampah dan tumbuhan liar. Upayaupaya normalisasi sungai dan anak sungai perlu terus dilakukan agar
sungai dapat berfungsi dengan baik;
Pengelolaan rawa dibagi menjadi rawa konservasi, rawa budidaya dan rawa
reklamasi. Strategi ini dilaksanakan agar pemanfaatan rawa menjadi lebih
jelas dan dapat disosialisasikan dengan mudah kepada masyarakat.
Peraturan daerah tentang rawa sudah dibuat dan sudah ada delineasi yang
jelas mengenai lokasi rawa yang bole direklamasi, rawa yang boleh
dibudidayakan dan rawa yang merupakan rawa konservasi.
Strategi untuk peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan
berkelanjutan, adalah:
produksi
dapat
dilakukan
dengan
membangun
Instalasi
Mengurangi
meningkatkan
tingkat
kebocoran
pelayanan
tanpa
air.
Strategi
menambah
ini
ditujukan
kapasitas,
akan
untuk
tetapi
Pendahuluan | 1-29
Laporan Antara
Sebagaimana
diketahui,
bahwa
sampah
merupakan
produk
layanan
telekomunikasi
dengan
memanfaatkan
sedikit
ruang;
Strategi
untuk
peningkatan
ketersediaan
energi
serasi
dengan
rencana
mendukung
kebijakan
pemerintah
mengenai
penggunaan
gas
Pendahuluan | 1-30
Laporan Antara
Membangun
sarana
kesehatan
sesuai
dengan
skala
pelayanan
dan
Strategi
untuk
peningkatan
kegiatan
perdagangan
dalam
mendukung
Meningkatkan
ketersediaan
sarana
perdagangan
disertai
fasilitas
ditujukan
untuk
menata
keberadaan
sektor
informal,
terutama
Pendahuluan | 1-31
Laporan Antara
2.
Pendahuluan | 1-32
Laporan Antara
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
kelestarian
lindung,
karena
apabila
masyarakat
menyadari
pentingnya
Membangun jalur hijau atau buffer di sekeliling kawasan yang tidak boleh
dibangun (rawa konservasi, kolam retensi, areal TPA sampah).
b.
Pengembangan
kawasan
pertanian
yang
mampu
meningkatkan
Pendahuluan | 1-33
Laporan Antara
rendah
kualitas
lingkungannya.
Strategi
ini
ditujukan
untuk
dengan
prasarana
dan
sarana.
Strategi
ini
dilaksanakan
agar
pelayanan publik dapat dilaksanakan secara lebih efisien. Masyarakat akan dapat
langsung
menuju
pada
satu
lokasi
pusat
pemerintahan.
Peletakan
pusat
pemerintahan dalam satu lokasi juga akan lebih memudahkan koordinasi dan
komunikasi.
Strategi untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang
strategis, nyaman dan berdaya saing, adalah:
Merevitalisasi
atau
meremajakan
kawasan
pasar
yang
tidak
tertata
pada pusat-
sub
wilayah kota.
Pendahuluan | 1-34
Laporan Antara
Strategi
untuk
pengembangan
kawasan
peruntukan
industri
yang
efisien,
produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang
lengkap, adalah:
kemudian
dalam
membentuk
lokasi-lokasi
kluster-kluster
sesuai
dengan
industri
klusternya
dan
untuk
Merelokasi
kawasan
industri
yang
sudah
tidak
sesuai
dengan
ini
sudah
berlokasi
dekat
dengan
lingkungan
Pendahuluan | 1-35
Laporan Antara
Struktur
tanah
di
Kota
Palembang
cocok
untuk
dikembangkan budidaya palawija dan buah-buahan. Palawija dan buahbuahan dapat dibudidayakan di lahan pertanian yang tidak perlu adanya
irigasi teknis, bahkan bisa dilakukan di pekarangan;
Pendahuluan | 1-36
Laporan Antara
3.
pertumbuhan
ekonomi
kota,
tempat
pelestarian
budaya
dan
Memprioritaskan
pengembangan
Kawasan
Strategis
dengan
konsep
keterpaduan
1.4
Tujuan RDTR
Sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan;
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
2.
3.
Acuan bagi penerbitan berbagai perizinan pemanfaatan ruang (IMB, IPB, dsb);
4.
Pendahuluan | 1-37
Laporan Antara
2.1
RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang merupakan salah satu produk rencana
tata ruang yang merupakan turunan dari RTRW Kota Palembang sehingga dapat dijadikan
sebagai perangkat/pedoman dan acuan dalam implementasi pembangunan baik untuk
pemanfaatan ruang maupun pengendalian pemanfaatan ruang di Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang, sehingga pemanfaatan ruang di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
palembang dapat menciptakan keserasian dan keselarasan pembangunan.
Di dalam penyusunan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, terdapat beberapa
peristilahan yang dipergunakan antara lain:
1.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
2.
3.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
4.
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
5.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;
Laporan Antara
6.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya;
7.
Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya;
8.
Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
9.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang;
10.
11.
Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan
pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;
12.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran RTRW
Provinsi,
dan
yang
berisi
tujuan,
kebijakan,
strategi
penataan
ruang
wilayah
kabupaten/kota,
penetapan
kawasan
strategis
kabupaten/kota,
arahan
Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten/kota;
14.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah
panduan
rancang
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
yang
dimaksudkan
untuk
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative dan/atau
aspek fungsional;
Laporan Antara
16.
Bagian
Wilayah
Perkotaan
yang
selanjutnya
disebut
BWP
adalah
bagian
dari
Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari
BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki
pengertian yang sama dengan subzone peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
18.
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
19.
Kawasan
Strategis
diprioritaskan
Kabupaten/Kota
karena
mempunyai
adalah
pengaruh
wilayah
sangat
yang
penataan
penting
dalam
ruangnya
lingkup
Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daua
manusia, dan sumber daya buatan;
21.
Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
22.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan
perumahan
yang
mempunyai
prasarana,
sarana,
utilitas
umum,
serta
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;
24.
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman;
Laporan Antara
25.
Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain;
26.
Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki
pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
27.
Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzone;
28.
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;
29.
Subzona adalah suatu bagian zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang
merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan;
30.
Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka presentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL;
31.
Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka presentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan
bagi
pertamanan/penghijauan
dan
luas
tanah
perpetakan/daerah
Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka presentase
perbandingan
antara
luas
seluruh
lantai
bangunan
gedung
dan
luas
tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan
RTBL;
33.
Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang
membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar
saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai
pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai dan pantai, antara massa bangunan
yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb
(building line);
34.
Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam;
Laporan Antara
35.
Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di
bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang
diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak
dapat ditumbuhi tanaman atau berpori;
36.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET adalah saluran
tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk
penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di
atas 278 kV;
37.
Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanutnya disingkat SUTT adalah saluran tenaga
listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran
tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV
sampai dengan 278 kV.
2.2
Sesuai Pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruangnya. Bagian dari wilayah yang akan disusun
rencana detail tata ruang tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota,
atau kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis kabupaten dan kawasan strategis
kabupaten dapat disusun RDTR apabila merupakan:
a.
Kawasan
yang
mempunyai
ciri
perkotaan
atau
direncanakan
menjadi
kawasan
perkotaan; dan
b.
Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman
ini.
Rencana Detail Tata Ruang Kota disusun apabila RTRW Kota tidak/belum dapat dijadikan
acuan pengendalian pemanfaatan ruang kota. Dalam hal rencana tata ruang wilayah kota
memerlukan rencana detail tata ruang, maka disusun rencana detail tata ruang yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan
ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi
zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya
Laporan Antara
diprioritaskan. Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten tidak memerlukan rencana
rinci tata ruang, peraturan zonasi Kabupaten disusun untuk kawasan perkotaan baik yang
sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
Kedudukan
RDTR
dalam
sistem
perencanaan
tata
ruang
dan
sistem
perencanaan
GAMBAR 2-1
Laporan Antara
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak disusun atau RDTR telah
ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan zonasinya sebelum keluarnya pedoman
ini, maka peraturan zonasi dapat disusun terpisah dan berisikan z oning map dan 4 zoning text
untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada
wilayah kota.
Hubungan antar RTRW Kota Palembang, RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang
dan RTBL serta wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut:
GAMBAR 2-2
2.3
RENCANA
WILAYAH
PERENCANAAN
RTRW Kabupaten
Wilayah Pengembangan
RDTR
RTBL
Laporan Antara
b.
Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diamanatkan dalam RTRW;
c.
d.
e.
Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan rencana yang
lebih rinci lainnya.
Penentu
lokasi
berbagai
kegiatan
yang
mempunyai
kesamaan
fungsi
maupun
Alat
operasionalisasi
pembangunan
fisik
dalam
sistem
kabupaten/kota
pengendalian
baik
yang
dan
pengawasan
dilaksanakan
oleh
pelaksanaan
pemerintah,
d.
Manfaat dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang dirumuskan berupa Draft Penetapan Peraturan
Daerah yang selanjutnya menjadi perangkat dan panduan perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang berfungsi sebagai :
Laporan Antara
rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada
rencana yang rinci;
2.4
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang adalah sebagai berikut:
1.
RTRW Kota Palembang belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Palembang karena kedalaman skala
yang digunakan dalam RTRW adalah 1 : 25.000, sedangkan RDTR tingkat ketelitian
petanya adalah 1:5.000; dan/atau
2.
RTRW Kota Palembang sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu
disusun RDTR-nya.
Wilayah kajian pekerjaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang dengan lingkup wilayah kajian adalah Kelurahan Ulu 14 sebagai pusat
perkotaan, Kelurahan 11 Ulu, Kelurahan 12 Ulu, Kelurahan 13 Ulu, Kelurahan Tangga Takat,
Kelurahan 16 Ulu, dan Kelurahan Sentosa. Secara administratif batas-batas wilayah
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Adapun Wilayah Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palemban secara administrasi berbatasan
dengan:
Sebelah Utara
: Sungai Musi, Kecamatan Ilir Timur I, dan Kecamatan Ilir Timur II;
Sebelah Timur
: Kecamatan Plaju;
Sebelah Barat
Laporan Antara
Laporan Antara
2.5
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima)
tahun. Peninjauan kembali RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
1.
Terjadi perubahan RTRW Kota yang mempengaruhi RDTR Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang; atau
2.
Laporan Antara
Tujuan penataan ruang dirumuskan dengan didasarkan pada visi dan misi kota, karakteristik
wilayah kota dan isu strategis kota. Mengacu pada arah pembangunan jangka panjang,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, kondisi dan potensi Kota Palembang, maka tujuan
pengembangan wilayah Kota Palembang adalah:
1.
Mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan menuju
Palembang Kota Internasional, berkualitas dan berbudaya;
2.
Mewujudkan tata ruang kota Palembang yang menunjang pengembangan kota sebagai
Kota Tepian Sungai;
3.
Meningkatkan peran kota sebagi pusat kegiatan nasional yang mampu melayani
masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional;
4.
5.
6.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kota dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata;
7.
Fungsi yang diemban oleh Kecamatan Seberang Ulu II tidak terlepas dari peran dan fungsi
yang ditetapkan di dalam kebijakan Kota Palembang. Fungsi utama Kecamatan Seberang Ulu
II adalah sebagai:
Laporan Antara
1.
2.
Oleh karena itu tujuan penataan ruang yang termuat dalam RTRW Kota Palembang bertujuan
untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, produktif, berkelanjutan dan berdaya
saing di bidang agribisnis, pariwisata dan industri menuju kabupaten yang maju dan
sejahtera.
Berdasarkan beberapa pertimbangan menyangkut peran dan fungsi Kecamatan Seberang Ulu
II, yang tertuang dalam RTRW Kota Palembang, bisa disimpulkan bahwa Tujuan Penataan
Ruang Kecamatan Seberang Ulu II adalah :
pengembangan kegiatan, perdagangan dan jasa, penyediaan kawasan permukiman Kota yang
ditunjang oleh pengembangan prasarana dan sarana penunjang kegiatan.
Untuk
Kecamatan
Seberang Ulu
II
diberi
peran
2.
3.
4.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka sasaran yang harus dicapai adalah:
1.
2.
3.
Laporan Antara
4.
Menyediakan ruang untuk perumahan dengan berbagai pilihan yang dapat memenuhi
berbagai segmen konsumen;
5.
Menyediakan ruang untuk kegiatan ekonomi produktif terkait dengan potensi lokal yang
tersedia;
6.
Menyediakan ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa baru yang akan beroperasi;
7.
skala
pelayanan
lokal
dan
regional
sehingga
diharapkan
dapat
Menciptakan pola pemanfaatan ruang Kecamatan Seberang Ulu II yang serasi, optimal
dan berkelanjutan, meliputi :
a.
Alokasi kegiatan fungsional yang tepat di dalam ruang fisik wilayah dengan
mempertimbangkan hubungan fungsional antar elemen kegiatan fungsional
tersebut;
b.
c.
d.
Meningkatkan aksesibilitas antar dan inter dari dan menuju Kecamatan Seberang
Ulu II dengan pengembangan jalur serta melakukan penataan transportasi
mencakup rencana jaringan transportasi yang mampu mewujudkan proses
interaksi antar dan inter kawasan yang optimal;
e.
Penyebaran fasilitas dan utilitas wilayah merata sesuai dengan tingkat kebutuhan
seluruh lapisan masyarakat;
f.
Laporan Antara
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzone peruntukan yang
antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di
bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
industri, dan RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga
berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.
Rencana pola ruang di dalam RDTR berfungsi sebagai:
a.
Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi
lingkungan dalam BWP;
b.
c.
d.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 pasal 17, dijelaskan bahwa muatan rencana
tata ruang terdiri dari 2 (dua) utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang. Rencana struktur
ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
Sedangkan rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Rencana pola ruang wilayah Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang ditetapkan dengan
tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai
kawasan lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan
antara kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan.
Laporan Antara
Rencana pola ruang ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar
bagian wilayah di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang yang lebih berimbang
secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya.
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagaimana ketetapan UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26 Tahun
2008, dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 dengan batasan sebagai berikut:
1.
2.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan,
dan sumberdaya manusia.
Pola pemanfaatan lahan (pola ruang) yang akan dikembangkan di Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang dirumuskan berdasarkan pertimbangan:
1.
Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kota Palembang tahun 2011-2031;
2.
Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan untuk
berbagai kegiatan budidaya (perkotaan/permukiman, dan pertanian) dan daya dukung
sumberdaya air;
3.
Konsep struktur tata ruang wilayah yang akan diterapkan, yakni pengembangan pusat
pelayanan kegiatan;
4.
5.
Didasarkan pada pertimbangan di atas, arahan rencana pola pemanfaatan ruang Kecamatan
Seberang Ulu II Kota Palembang, dikelompokkan menjadi 2 jenis pemanfaatan, yaitu:
1.
Kawasan yang berfungsi lindung, yang terdiri dari kawasan perlindungan setempat
(sempadan sungai), Ruang Terbuka Hijau dan hutan lindung.
2.
Kawasan
Budidaya,
yang
terdiri
dari
kawasan
permukiman/perkotaan,
kawasan
Laporan Antara
2.
Kondisi/batas fisik serta batas administrasi untuk lebih memudahkan pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
3.
4.
Rencana Penggunaan Lahan RDTR Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Ilir Timur II,
Kecamatan Plaju, dan Kecamatan Seberang Ulu I.
5.
6.
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka pada tahap awal perlu
ditetapkan determinan pemanfaatan ruang. Tahap selanjutnya adalah penetapan pemanfaatan
ruang untuk kegiatan budidaya yang diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan
ditampung, potensi pengembangan, kesesuaian lahan, serta kebijakan pembangunan pada
tingkat nasional, provinsi maupun pada tingkat kota.
Kegiatan budidaya di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang secara umum
terbentuk menurut 2 (dua) satuan ruang, yaitu kawasan budidaya dan kawasan penyangga.
Kawasan budidaya diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan budidaya yang intensitasnya relatif
lebih tinggi. Sedangkan kawasan penyangga merupakan kawasan budidaya dengan intensitas
rendah yang merupakan kawasan peralihan antara kawasan berfungsi lindung dan kawasan
budidaya yang memiliki intensitas tinggi.
4.1
Dalam Permen PU Nomor 20 tahun 2011 dijelaskan bahwa RDTR Kota harus membagi wilayah
perencanaan menjadi beberapa bagian wilayah perkotaan (BWP), Sub BWP dan blok
Laporan Antara
perencanaan yang terdiri atas satu atau lebih kecamatan dan atau kelurahan. Hal ini bertujuan
untuk mendistribusikan kegiatan pembangunan sesuai dengan fungsi dan karakteristik
kawasan. Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang dibagi berdasarkan pertimbangan
homogenitas karakteristik kawasan dan batas administratif.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang dibagi
kedalam 2 BWP, yaitu :
BWP A
Untuk memudahkan dalam mengawasi kegiatan pembangunan, ditentukan Sub BWP. Untuk
memudahkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan, Sub BWP dibatasi
berdasrkan batas administratif, yaitu batas Kelurahan dan batas alam mapun batas fisik dan
kesamaan fungsi kawasan. Adapun Sub BWP di Kecamatan Seberang Ulu II dibagi kedalam 4
(empat) Sub BWP, yaitu :
Sub BWP I
Kelurahan 14 Ulu;
Blok perencanaan dalam penyusunan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang,
merupakan deliniasi kawasan menjadi beberapa kawasan yang bertujuan untuk memudahkan
dalam mentukan fungsi dari kawasan tersebut. Dasar pertimbangan dalam penetapan unit
blok perencanaan adalah pembagian lahan dalam kawasan menjadi BWP, Sub BWP dan Blok.
Selain dikenal istilah BWP dan Sub BWP, berdasarkan atas berbagai masukan kemudian
disusun dalam RDTR Kecamatan Seberang Ulu II ini juga penentuan blok administrasi yang
mengacu pada luas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu II. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah pengkodean blok ruang serta mempermudah pada proses pemanfaatan
serta pengendalian ruang di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Laporan Antara
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang
spesifik. Pembagian zona dilakukan atas pertimbangan:
a.
b.
Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, branchgang atau batas kapling;
c.
d.
Lapis bangunan.
Batas blok sebaiknya pada batasan fisik yang bersifat relatif permanen dan mudah dikenali,
sehingga tidak menimbulkan berbagai interpretasi. Dalam beberapa hal, batasan administrasi
dapat juga menjadi pertimbangan yang sangat penting. Untuk memberikan kemudahan
referensi maka blok peruntukan perlu diberi nomor blok.
Oleh karena itu berdasarkan pada kriteria tersebut, maka Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang dibagi dalam 2 BWP dan 4 Sub BWP dan 12 blok perencanaan, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel dan Gambar berikut ini:
TABEL 4-1
NO
1
SUB BWP
Sub BWP I
Sub BWP II
KELURAHAN
KEL. 11 ULU
KEL. 12 ULU
KEL. 13 ULU
KEL. 14 ULU
KEL. TANGGA TAKAT
KEL. 16 ULU
Sub BWP IV
KEL. SENTOSA
BLOK
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
III.001
III.002
III.003
IV.001
IV.002
IV.003
Luas
LUAS (HA)
38.67
31.84
37.93
120.81
79.66
86.29
100.65
210.20
64.86
104.91
55.32
28.72
959.88
Laporan Antara
GAMBAR 4-1
Laporan Antara
TABEL 4-2
BWP
Sub BWP I
Sub BWP II
Sub BWP IV
LUAS
(HA)
229,26
165,95
375,71
188,96
LINGKUP WILAYAH
KODE BLOK
DESA/KELURAHAN
I.001
11 Ulu
1.002
12 Ulu
1.003
13 Ulu
1.004
14 Ulu
II.001
Tangga Takat
(bag. Barat)
II.002
Tangga Takat
(bag. Timur)
III.001
III.002
III.003
IV.001
POLA RUANG
Laporan Antara
BWP
LUAS
(HA)
LINGKUP WILAYAH
KODE BLOK
DESA/KELURAHAN
IV.002
IV.003
Sentosa Bag.
Selatan
POLA RUANG
4.2
Zona Lindung
Kawasan lindung ditetapkan sebagai wilayah limitasi atau kendala bagi pengembangan
wilayah budidaya. Oleh karenanya, delineasi kawasan lindung ditetapkan pada tahap awal
sebelum menentuan arahan kawasan budidaya. Arahan Pola Ruang kawasan lindung bertujuan
untuk
mewujudkan
kelestarian
fungsi
lingkungan
hidup,
meningkatkan
daya
dukung
lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk penetapan kawasan lindung di Kecamatan
Seberang Ulu II Kota Palembang meliputi hal-hal sebagai berikut :
Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumberdaya alam serta sumberdaya buatan
guna pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan lindung meliputi flora dan fauna atau biota
yang ada pada kawasan tersebut. Dalam hal ini, berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990
tentang Kawasan Lindung, kawasan lindung dapat terletak di darat dan perairan pesisir.
Penetapan kawasan lindung didasarkan pada klasifikasi kriteria serta urutan prioritas
penerapannya, seperti dirangkum pada Tabel berikut ini.
Laporan Antara
TABEL 4-3
DEFINISI
Kawasan Lindung adalah
kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama
melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan
dan nilai sejarah serta
budaya bangsa, guna
kepentingan pembangunan
berkelanjutan.
FUNGSI
KRITERIA
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
Kawasan hutan lindung Skor > 175 (kelas lereng, jenis tanah,
intensitas hujan) dan atau
Lereng lapangan > 40% dan pada daerah
yang tanahnya peka terhadap erosi dengan
kelerengan lapangan lebih dari 25%, dan
atau
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian
2000 meter atau lebih di atas permukaan
laut
Kawasan resapan air
Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih
dari 1000 mm/tahun
Lapisan tanahnya berupa pasir halus
berukuran minimal 1/16 mm
Mempunyai kemampuan meluruskan air
dengan kecepatan lebih dari 1 mm/hari
Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m
terhadap permukaan tanah setempat
Kelerengan kurang dari 15%
Kedudukan muka air tanah dangkal lebih
tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam
Kawasan suaka alam dan cagar budaya
Kawasan cagar alam
Kawasan darat dan atau perairan yang
ditunjuk mempunyai luas tertentu yang
menunjang pengelolaan yang efektif dengan
daerah penyangga cukup luas serta
mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa
atau ekosistemnya
Kondisi alam baik biota maupun fisiknya
masih asli dan tidak atau belum diganggu
manusia
Kawasan suaka
Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat
margasatwa
hidup dan perkembangan dari suatu jenis
satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi
Memiliki keanekaragaman dan keunikan
satwa
Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat
jenis satwa yang bersangkutan
Kawasan suaka alam
Kawasan berupa perairan laut, perairan
laut dan perairan
darat, wilayah pesisir, muara sungai,
lainnya
gugusan karang dan/atau yang mempunyai
ciri khas berupa keragaman dan/atau
keunikan ekosistem
Kawasan pantai
Kawasan pantai berhutan bakau adalah
berhutan bakau
minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan
diukur dari garis air surut terendah ke arah
barat
Taman nasional
Kawasan darat dan atau perairan yang
ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau
satwanya memiliki sifat spesifik dan endamik
Laporan Antara
DEFINISI
FUNGSI
KRITERIA
serta berfungsi sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya hayati dan ekosistemnya
Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri
atas zona inti, zona pemanfaatan dan zona
lain sesuai dengan keperluan
Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan
tertentu, yang dapat merupakan hutan dan
atau bukan kawasan hutan
Memiliki arsitektur bentang alam dan akses
yang baik untuk kepentingan pariwisata
Kawasan darat dan atau perairan yang
ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan
lapangnya tidak membahayakan serta
memiliki keadaan yang menarik dan indah,
baik secara alamiah maupun buatan
Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah
raga serta mudah dijangkau
Kawasan terdapat satwa buru yang
dikembangbiakkan untuk kelestarian satwa
dan memungkinkan perburuan secara teratur
dengan mengutamakan segi rekreasi olah
raga.
Benda buatan manusia, bergerak atau tidak
bergerak yang berupa kesatuan atau
kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisasisanya, yang berumur sekurang-kurangnya
50 tahun atau mewakili masa gaya yang
khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Lokasi yang mengandung atau diduga
mengandung benda cagar budaya
Laporan Antara
DEFINISI
FUNGSI
Kawasan rawan
gerakan tanah
Kawasan rawan
gelombang pasang dan
banjir
Kawasan perlindungan
plasma nuftah eks-situ
KRITERIA
Daerah dengan kerentanan tinggi untuk
terkena gerakan tanah, terutama jika
kegiatan manusia menimbulkan gangguan
pada lereng di kawasan ini
Daerah dengan kerentanan tinggi terkena
bencana gelombang pasang dan banjir
Laporan Antara
Zona lindung yang dimaksudkan berdasarkan Perman PU Nomor 20/2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1.
Zona Hutan Lindung, yaitu bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan
tanah.
2.
3.
Zona Perlindungan Setempat, merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air.
4.
Zona Ruang Terbuka Hijau, yaitu area memanjang/jalur dan atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Fungsi dari ditetapkannya zona RTH
adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
Meningkatkan
keserasian
lingkungan
perkotaan
sebagai
sarana
pengaman
Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya, merupakan bagian bagian dari kawasan lindung
yang mempunyai ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa. Fungsi dari dilakukannya
penetapan zona suaka alam dan cagar budaya adalah :
a.
Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa
serta nilai budaya dan sejarah bangsa;
b.
Laporan Antara
6.
Zona Rawan Bencana Alam, yaitu bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas
tertentu baik di darat maupun di perairan yang sering dan berpotensi tinggi mengalami
tanah logsor, gelombang pasang/tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa
bumi. Fungsi dari dilakukannya penetapan zona rawan bencana alam adalah:
a.
Menetapkan zona yang tidak boleh dijadikan sebagai lokasi pembangunan apabila
resiko bencana cukup tinggi;
b.
c.
Penentuan klasifikasi pola pemanfaatan ruang zona lindung adalah sebagai upaya untuk
melindungi zona-zona lindung tersebut dari adanya kemungkinan pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai. Berdasarkan klasifikasi dari zona lindung sebagaimana yang dijelaskan di atas,
maka rencana pola ruang untuk kawasan lindung di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang terdiri atas:
1.
Zona perlindungan terhadap kawasan bawahannya (PB) yang mencakup Kolam Retensi
(PB-1);
2.
Zona perlindungan setempat (PS) yang mencakup sempadan sungai (PS-2), sempadan,
sempadan kolam retensi (PS-3);
3.
Zona ruang terbuka hijau (RTH), mencakup taman kota (RTH-1), sabuk hijau (RTH-4),
dan pemakaman (RTNH-01).
4.2.1
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran
irigrasi
primer
yang
mempunyai
menfaat
penting
untuk
serta membatasi daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya. Penetapan sempadan
sungai didasarkan pada kriteria dan peraturan yang sudah ada adalah antara lain:
Laporan Antara
1.
2.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai, ditetapkan garis sempadan
sungai yang dibagi untuk daerah perkotaan dan luar perkotaan untuk sungai yang tidak
bertanggul dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
TABEL 4-4
NO.
A
1
2
B
1
2
C
1
JENIS SUNGAI
SEMPADAN (M)
Sungai Bertanggul di luar Perkotaan
Sungai Besar
10
Sungai Kecil
3
Sungai Bertanggul di dalam Perkotaan
Sungai Besar
5
Sungai Kecil
3
Sungai Tidak Bertanggul di luar Perkotaan
Sungai Besar dengan luas
100
DAS lebih besar dari 500
Km2
D
1
2
3
50
KETERANGAN
Dari sisi luar kaki tanggul
Dari sisi luar kaki tanggul
Dari sisi luar kaki tanggul
Dari sisi luar kaki tanggul
Dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah tangkapan
yang bersangkutan serta dihitung dari tepi
sungai
Dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah tangkapan
yang bersangkutan serta dihitung dari tepi
sungai
Dihitung pada tepi sugai pada waktu yang
ditetapkan
Dihitung pada tepi sugai pada waktu yang
ditetapkan
Dihitung pada tepi sugai pada waktu yang
ditetapkan
Laporan Antara
3.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari sungai bertanggul didalam
kawasan perkotaan, sungai bertanggul diluar kawasan perkotaan, sungai tidak
bertanggul didalam kawasan perkotaan dan sungai tidak bertanggul diluar
kawasan perkotaan;
Sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan untuk
sungai besar minimal 100 meter dan untuk sungai kecil minimal 50 meter;
4.
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 15 Tahun 2012 tentang RTRW Kota
Palembang 2012 - 2032, menyatakan sempadan sungai di Kota Palembang, adalah:
Berpedoman dengan aturan-aturan di atas serta dikaitkan dengan tujuan penataan ruang Kota
Palembang, yaitu mewujudkan Palembang sebagai Kota Tepian Sungai, maka RDTR
Kecamatan Seberang Ulu II 2014 - 2034 menetapkan sempadan sungai sebagai berikut:
Laporan Antara
1.
Untuk sungai besar yaitu Sungai Musi, di lokasi yang bertanggul sempadan sungainya
ditetapkan 3 meter dan di lokasi yang tidak bertanggul sempadan sungainya adalah
sebagai berikut:
2.
Untuk anak-anak sungai di Kecamatan Seberang Ulu II, dikelompokan dalam sungai
bertanggul didalam kawasan perkotaan dengan garis sempadan sungai ditetapkan
minimal 3 meter;
3.
4.
Bangunan yang mendukung pariwisata dan terletak di atas sungai untuk mewujudkan
Palembang sebagai Kota Tepian Sungai dapat diijinkan apabila menggunakan konstruksi
yang tidak merubah fungsi sungai dan atau menghambat aliran air;
5.
Penataan dan revitalisasi rumah rakit sebagai sebagai aset wisata perlu dilakukan dalam
mendukung perwujudan Palembang sebagai Kota Tepian Sungai;
6.
Penataan bangunan di tepian sungai harus berorientasi pada Waterfront City, sehingga
bangunan harus menghadap ke arah sungai.
Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah menlindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai.
Laporan Antara
Sungai yang melintas di Kecamatan Seberang Ulu II adalah sungai Musi dan anak-anak sungai
yang lainnya. Bedasarkan kriterianya, maka sempadan sungai yang ditetapkan di Kecamatan
Seberang Ulu II adalah penetapan sempadan Sungai Utama, yaitu Sungai Musi dengan lebar
Sungai 300 meter dan sempadan sungai 30 meter. Sedangkan untuk sungai di kawasan
perkotaan yang bertanggul diarahkan dengan sempadan sungai 3 m, khususnya pada
sempadan sungai kecil ( Sungai Kedukan) yang melintasi Kelurtahan 16 Ulu dan sentosa.
Alokasi yang menjadi rencana dalam penetapan sempadan sungai Musi tersebut adalah
11,16 Ha (12,07 % dari luas wilayah kecamatan seberang Ulu II) yang tersebar di bagian
utara wilayah kecamatan Seberang Ulu II, yaitu Kelurahan 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu, 14 Ulu dan
Tangga Takat.
GAMBAR 4-2
Laporan Antara
GAMBAR 4-3
Illustrasi Turap
Arahan penataan sempadan sungai - sungai di Kecamatan Seberang Ulu II adalah sebagai
berikut:
1.
Perlindungan terhadap Sungai Musi dengan memberikan dinding penahan air (turap)
dengan tidak merusak aliran air. Turap berfungsi sebagai dinding untuk menahan
kelongsoran tebing sungai dan melindungi tebing sungai terhadap gerusan air, sekaligus
berfungsi sebagai pelataran terbuka untuk ruang kegiatan publik.
Dinding turap memikul tekanan lateral tanah aktif dan air, sedangkan tiang turap
berfungsi memikul gaya aksial dan lateral yang bekerja pada dinding turap, lantai
penutup berfungsi sebagai beban aksial (counter weight).
Untuk jenis tanah berlumpur, kemungkinan terjadinya longsoran/runtuhan tanah cukup
besar. Karena itu buat galian sisi miring dan lebar galian dibuat lebih besar dari ukuran
dimensi tapak. Lakukan penambahan cerucuk sebagai turap. Tujuannya supaya tekanan
lumpur akan berkurang.
Laporan Antara
GAMBAR 4-4
2.
Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih
fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai, hal ini bertujuan untuk
mendukung kegiatan Rehabilitasi Sungai Musi.
3.
Sungai
yang
melintasi
kawasan
permukiman
ataupun
kawasan
perdesaan
dan
Mencegah pendirian bangunan permanen pada sempadan sungai pada jarak kurang dari
30 meter dari tepi bibir sungai kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan
badan air
dibatasi
untuk
6.
7.
Laporan Antara
b.
Kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar
sungai, serta mengganggu aliran air.
4.2.2
Dalam Keppres No 32 tahun 1990 terdapat pasal yang mengatur mengenai pengelolaan
kawasan
perlindungan
setempat.
Kriteria
kawasan
sekitar
danau/situ
yang
lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik/danau antara 50 100 m dari titik pasang
tertinggi ke arah darat atau sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Di Kecamatan Seberang Ulu
II banyak
terdapat
danau/waduk adalah kawasan kolam retensi dan rawa. Kawasan di sekitar kolam retensi perlu
ditetapkan sebagai kawasan lindung agar bisa menjaga fungsi kolam retensi dengan baik.
Sempadan kolam retensi paling sedikit 3 m dari tepi kolam retensi. Berkenaan dengan
banyaknya lahan genangan berupa rawa budidaya yang terdapat di wilayah Kecamatan
Seberang Ulu II, maka hendaknya untuk antisipasi terhadap bahaya banjir, maka lahan
tersebut
hendaknya
dijadikan
sebagai
calon
lokasi
kolam
retensi
sebagai
langkah
pengendalian pemanfaatan ruang untuk lahan resapan air. Lokasi kolam retensi yang
direkomendasikan adalah di wilayah kelurahan 13 Ulu dan 16 Ulu.
4.2.3
Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut UU No. 26 Tahun 2008 adalah area
memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik
merupakan
RTH
yang
dimiliki
oleh
kota/kawasan
perkotaan
yang
digunakan
untuk
kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik adalah taman kota, taman
pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang
termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta
yang ditanami tumbuhan. Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Seberang Ulu II belum
terdefinisikan dengan jelas sesuai dengan pedoman RTH kawasan perkotaan. Sebagai contoh
beberapa taman di wilayah Kecamatan seberang Ulu II masih bercampur antara taman
lingkungan, taman kota dan taman median jalan. Di kawasan Kecamatan Seberang Ulu II
Laporan Antara
masih banyak lahan kosong yang berupa tanah tegalan dan semak belukar. Apabila tegalan
dan semak belukar ini dimasukkan di dalam kriteria Ruang Terbuka Hijau, maka RTH di
Kecamatan Seberang Ulu II diperkirakan bisa mencapai lebih dari 20%, akan tetapi
seandainya memenuhi kriteria Permen PU Nomor 5/PRT/M/2008, maka luasan RTH di
Kecamatan Seberang Ulu II masih belum mencukupi.
Berdasarkan pada Permen PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Secara fisik RTH dapat dibedakan
menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional
serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalurjaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan
ekonomi. Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.
Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana berikut:
TABEL 4-5
NO
1
KEPEMILIKAN RTH
JENIS RTH
RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal
b. Hal. Perkantoran, pertokoan & tempat usaha
c. Taman atap bangunan
RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT
b. Taman RW
c. Taman Kelurahan
d. Taman Kecamatan
e. Taman Kota
f. Hutan Kota
g.Sabuk Hijau (green Bellt)
RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau Jalan dan Median Jalan
b. Jalur Pejalan Kaki
c. Ruang dibawah jalan layang
RTH Fungsi Tertentu
a. Sempadan rel kereta api
b. Jalur SUTET
c. Sempadan sungai/polder/pantai
d. Sempadan Pantai
e. Pengamanan sumber air baku/mata air
d. Pemakaman
PUBLIK
PRIVAT
Laporan Antara
Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
2.
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
3.
Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis
lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana
kebutuhan RTH di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II adalah sebagai berikut:
TABEL 4-6
KELURAHAN
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
LUAS
WILAYAH
(HA)
25,0
17,0
100,0
109,0
228,0
394,0
197,0
1.070,0
KEBUTUHAN RTH
PUBLIK
PRIVATE
5,0
3,4
20,0
21,8
45,6
78,8
39,4
214,0
2,5
1,7
10,0
10,9
22,8
39,4
19,7
107,0
LUAS
(HA)
7,5
5,1
30,0
32,7
68,4
118,2
59,1
321,0
Berdasarkan penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Seberang Ulu II, ketersediaan ruang
terbuka berupa belukar dan tegalan di Kecamatan Seberang Ulu II dalam kondisi eksisiting
dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik sebagai salah satu penggunaan open space, dengan
luas semak belukar dan tegalan mencapai kurang lebih 96,57 Ha, maka ketersediaan ruang
publik adalah 9,02 % dari luas wilayah Kecamatan Seberang Ulu II.
Laporan Antara
Jenis RTH yang ada dan potensial untuk dikembangkan di kawasan perencanaan adalah:
1.
Taman pasif, seperti: taman sisi jalan, taman pinggir jalan, jalur penghijauan jalan,
taman pulau jalan;
2.
3.
Lapangan olahraga;
4.
Pemakaman;
5.
Ruang terbuka bukan sarana lingkungan (lahan budidaya atau lahan kosong belum
terbangun);
6.
Ruang terbuka pengaman (yang terbentuk karena sempadan jalan, sempadan sungai).
Rencana pengembangan RTH di Kecamatan Seberang Ulu II dapat dilihat pada Tabel berikut:
TABEL 4-7
NO
JENIS RTH
Tata hijau
pekarangan
Tata hijau
Lingkungan
perumahan
Tata hijau
Sepanjang
jalur sungai
Tata hijau
pemakaman
LOKASI
PENGEMBANGAN
Seluruh wilayah permukiman
di Kec. seberang Ulu II
Seluruh Kelurahan
14 Ulu
Laporan Antara
NO
JENIS RTH
Tata hijau
jalur jalan
LOKASI
PENGEMBANGAN
Jalan-jalan lokal
TABEL 4-8
NO.
A
JENIS RTH
RTH
Taman/Hutan
1
Taman RT
2
Taman RW
3
Taman
Kelurahan
4
Taman
Kecamatan
5
Taman Kota
6
Hutan Kota
7
Pemakaman
Jml RTH Taman/Hutan
% thdp Luas Kota
B
RTH Lainnya
1
RTH Fungsi
Tertentu
2
RTH Jalan
Jml RTH Lainnya
% thdp Luas Kota
Total Luas RTH Publik
% thdp Luas Kota
Jml Penduduk (jiwa)
2018
JML
LUAS
(UNIT)
(HA)
MIN
2023
JML
LUAS
(UNIT)
(HA)
2028
JML
LUAS
(UNIT)
(HA)
2033
JML
LUAS
(UNIT)
(HA)
(Jiwa)
m/jiwa
250
2500
30000
1
0,5
0,3
407
41
3
10,2
5,1
3,1
437
44
4
10,9
5,5
3,3
539
54
4
13,5
6,7
4,0
665
66
6
16,6
8,3
5,0
120000
0,2
2,0
2,2
2,7
3,3
480000
480000
120000
0,3
4
1,2
0
0
1
3,1
40,7
12,2
76,3
7,1
0
0
1
3,3
43,7
13,1
81,9
7,7
0
0
1
4,0
53,9
16,2
101,0
9,4
0
0
1
5,0
66,5
19,9
124,6
11,6
12,5
127,2
136,5
168,4
207,7
20,4
147,6
13,8
223,94
20,9
101.791
21,8
158,3
14,8
240,2
22,4
109.173
26,9
195,3
18,3
296,3
27,7
134.687
33,2
240,9
22,5
365,6
34,2
166.165
Belum dibutuhkan
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Laporan Antara
Ruang terbuka hijau yang dikembangkan di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II yang
termasuk ke dalam kategori kawasan berfungsi budidaya meliputi :
1.
RTH Perkarangan
RTH perkarang adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.
Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di
kawasan perkotaan, sebesar 60%, sehingga perkarangan tersedia 20 10% sebagai
ruang terbuka hijau privat.
Untuk menentukan jumlah pohon di lahan privat digunakan dasar perhitungan dengan
asumsi sebuah pohon pelindung dengan pertumbuhan tajuk optimal memberi kontribusi
pada terbentuknya iklim mikro pada radius 6 meter dari titik tanam, maka liputan dari 1
(satu) pohon pelindung diasumsikan seluas kurang lebih 120 m 2. Dengan berpegang
pada asumsi tersebut maka jumlah pohon pelindung yang harus ada pada setiap lahan
privat adalah 1 pohon setiap kelipatan luas kavling 120 m 2. Pemilihan jenis pohon serta
ukuran pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan, keinginan pemilik, bentuk
arsitektural bangunan dan ruang yang tersedia. Khusus untuk lahan privat di bawah 120
m2 penanaman pohon pelindung dapat dilakukan pada pot. Sedangkan tanaman semak,
perdu dan ground cover di sesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
Mengikuti ketentuan dalam Permen No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan
dan Pemafaatan RTH, maka untuk lahan perumahan di ditentukan sebagai berikut :
a.
Kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luasan lantai di
atas 400 M2;
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling
dikurangi
koefisien
dasar
bangunan
(KDB)
sesuai
peraturan
daerah
setempat;
atau rumput.
b.
Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luasan lantai
antara 200 m2 sampai dengan 500 m2;
Laporan Antara
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling
dikurangi
koefisien
dasar
bangunan
(KDB)
sesuai
peraturan
daerah
setempat;
c.
Kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luasan lantai di
bawah 90 m2;
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling
dikurangi
koefisien
dasar
bangunan
(KDB)
sesuai
peraturan
daerah
setempat;
perumahan
sedang
dan
kecil
pot
sangat
dianjurkan.
liputan
tidak
memberikan
hanya
padakeindahan
menciptakan
vegetasi
tetapi
iklim
mikro
sehinga
sumbangan
juga
yang
dapat
lebih
Laporan Antara
GAMBAR 4-5
GAMBAR 4-6
LRB pada
Dasar Saluran
Laporan Antara
Menerapkan sistem mixed land uses (tata guna lahan campuran), dimana
berbagai macam fungsi kawasan bercampur, terutama adanya Ruang
Terbuka Hijau sebagai tempat rekreasi/ bermain yang saling berhubungan
dan mudah dicapai;
b.
c.
Laporan Antara
Penambahan bangunan dan fungsi baru pada pusat dan tengah kawasan.
Dari uraian di atas maka prioritas pengembangan RTH privat adalah peningkatan
kualitas RTH privat dengan meningkatkan tingkat liputan vegetasinya. Tabel berikut
dapat menjelaskan alternatif jenis pohon yang dapat digunakan pada RTH privat.
2.
Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan
sosial di lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per
penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada
radius kurang dari 300 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80%
dari luas taman. Selain ditanami dengan berbagai tanaman, taman ini juga
terdapat minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau
sedang;
Laporan Antara
TABEL 4-9
b.
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
Laporan Antara
lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m 2 per penduduk RW,
dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang
dari 600 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Rencana
Kebutuhan Luas Taman RW di Kecamatan Seberang Ulu II adalah 8.3 Ha
yan terdiri dari 66 unit dan tersebar di seluruh wilayah Kecamatan
Seberang Ulu II;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80%
dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10
(sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
c.
RTH Kelurahan
RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m 2 per
penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman
berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90%
dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (dua
puluh lima) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis
taman aktif dan minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman pasif;
d.
RTH Kecamatan
Laporan Antara
jumlah penduduk Kecamatan seberang Ulu II, maka luas RTH Kecamatan
yang direncanakan adalah 3.3 Ha;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90%
dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima
puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman
aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon kecil atau
sedang untuk jenis taman pasif.
e.
Taman Kota
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk
satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000
penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas
taman minimal 144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH
(lapangan hijau), yang dilengkapi dengan Sarana rekreasi dan olah raga,
dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua Sarana
tersebut terbuka untuk umum;
Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak
ditanam secara berkelompok atau menyebar yang berfungsi sebagai pohon
pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan;
Laporan Antara
TABEL 4-10
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NAMA LATIN
Bauhinia Purpurea
Plumeria rubra
Muntingia calabura
Cordia sebestena
Psidium guajava
Ephorbia longan
Brownea ariza
Cananga odorata
Accacia mangium
Eugenia aquea
Canarium commune
KETERANGAN
berbunga
berbunga
berbuah
berbunga
berbuah
berbuah
berbunga
berbunga
berbuah
berbuah
f.
Hutan Kota
Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota
yang berfungsi untuk:
Meresapkan air;
Mendukung
pelestarian
dan
perlindungan
keanekaragaman
hayati
Indonesia.
Hutan kota dapat berbentuk:
Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan
luas minimal 2.500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencarpencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari
luas hutan kota;
Laporan Antara
Dilihat dari sisi fungsi, sebuah kota membutuhkan keserasian, rekreasi aktif dan
pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik
manusia, habitat, keseimbangan eko-sistem. Maka, Kecamatan Seberang Ulu II
sampai akhir Tahun Perencanaan belum membutuhkan Hutan Kota, namun fungsi
nya masih bisa di tutui dengan jumlah tegalan yang terdapat di wilayah
Kecamatan seberang Ulu II.
g.
Sabuk Hijau
Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk
membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah
kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan
sekitarnya. Sabuk Hijau di wilayah kecamatan Seberang Ulu II direncanakan
sebagai sabuk Hijau pembatas terhadap Kawasan pertanian dan kegiatan
perkotaan.
Arahan pengembangan Sabuk hijau, yaitu:
Peredam kebisingan;
Laporan Antara
TABEL 4-11
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
NAMA LATIN
Pterocarpus indicus
Pinus insularis
Paraserianthes falcataria
Shorea leprosula
Swietenia spp.
Casuarina equisetifolia
Leucaena glauca
Eugeniu polyantha
Tectona grandis
3.
disediakan
dengan
Untuk
pemilihan
perlu
memperhatikan
(dua)
hal,
yaitu
fungsi
tanaman
jenis
dan
menentukan
tanaman,
persyaratan
penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang
disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.
Jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan seberang Ulu II saat ini, terutama jalan
Azhari relatif sempit dan sebagian diantaranya nyaris tidak memiliki sempadan
bangunan terhadap jalan. Sejalan dengan dengan perkembangan, kondisi ini tdak dapat
dibiarkan khususnya apa area pengembangan baru kota kecamatan.RTH sempadan
jalan menampung beberapa fungsi antara lain, jalur pejalan kaki, jalur utilitas, street
furniture, area resapan air
Laporan Antara
Berkenaan dengan hal tersebut maka penyediaan RTH sempadan jalan minimal 20 30
% dari lebar jalan, perlu di alokasikan.
Berdasarkan
kondisi
buruk
akibat
maka
di
pemilihan
untuk
RTH
vegetasi
sempadan
jalan ditekankan pada vegetasi yang memiliki kemampuan sebagai pereduksi polutan,
sekaligus pelindung dari terik matahari dan terpaan angin. Sedangkan pulau jalan
adalah RTH yang terbentuk karena geometris jalan, sehingga tidak memiliki bentuk dan
standar luasan yang baku. Pulau jalan di samping sebagai pembagi, pengarah dan
pengaman jalan, juga memiliki fungsi sebagai pengenal bagi pemakai jalan. Untuk itu
maka penataan RTH pulau jalan hanya diarahkan pada peningkatan keindahan, dengan
tetap memperhatikan keamaman pemakai jalan, khususnya penutupan visual yang
sering menyebabkan blind spot bagi pemakai jalan.
Atas dasar kondisi tersebut maka arahan penataan RTH sempadan jalan di Kecamatan
Seberang Ulu II adalah sebagai berikut:
Sesuai klas jalannya, maka jalur pejalan kaki, street furniture dapat dialokasikan
pada RTH ini;
Pemilihan vegetasi dari tanaman pereduksi polutan dengan jarak tanam antara 5
8 m di sesuaikan dengan pemilihan vegetasinya;
Penempatan jalur pejalan kaki, street furnitire dan fasilitas pendukung lainnya
tetap mempertimbangkan optimasi RTH ini sebagai area resapan air;
tanaman
hias
serta
taman-taman,
yang
sebagai
elemen
keindahan.
Laporan Antara
4.
Pejalan
Kaki
adalah
ruang
yang
atau
taman.
kaki
di
Ruang
yang
dengan
dalam
pejalan
dilengkapi
RTH
memenuhi
harus
hal-hal
sebagai berikut:
Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada lansekap untuk
membantyu dalam menenmukan jalan pada konteks lingkungan yang lebih Besar;
Kemudian berpindah dari satu arah kea rah lainnya yang dipengaruhi oleh
kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan jalan dan
kondisi iklim. Jalur pejalan kaki harus aksesibilitas untuk semua orang termasuk
penyandang cacat.
Pola tanam RTH jalur pejalan kaki di wilayah Kecamatan seberang Ulu II,
terutama di sekitar jalan utama, yaitu D.I Pandjiatan, A. Yani dan Azhari pada
penataannya harus mengacu pada Kepmen PU No. 468/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan dan
Pedoman penyediaan dan Pemanfaatan Parasarana dan sarana Ruang Pejalan
Kaki. Hal tersebut guna menciptakan suasana yang nyaman untuk di lewati.
5.
Laporan Antara
a.
tidak
bertanggul,
seperti
yang
telah
dikemukakan
pada
Rencana
Menjadi tempat tumbuh dari burung atau jasad renik lainnya, serta menjadi
penghubung hijau antara RTH satu dengan RTH lainnya;
Pengembangan sempadan sungai musi saat ini sudah ada pemabngunan jalan
inspeksi dengan lebar 5 m dan sudah dibangun sepanjang 460 m, membentang
dari kelurahan 10 ulu, sampai dengan wilayah 13 Ulu. Sehingga pada penataanya,
sempadan sungai musi ini harus menggunakan media tanam yang bisa membuat
unsur artistik dan tetap lestari.
RTH sempadan sungai ini dapat berfungsi ganda, misalnya dapat dimanfaatkan
sebagai taman lingkungan atau tempat rekreasi. Sedangkan daerah konservasi
pada dasarnya tidak boleh diganggu mengingat fungsi dasarnya yang sangat
penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Namun, tidak tertutup
kemungkinan untuk menerapkan fungsi ganda, selama fungsi tersebut tidak
mengganggu fungsi utama daerah konservasi.
Beberapa jenis tumbuhan yang dapat ditanam antara lain: Avicenia spp,
Sonneratia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp, Lumnitzera spp, Excoecaria spp,
Xylocarpus spp, Aegiceras sp, dan Nypa sp.
Laporan Antara
b.
RTH Pemakaman/TPU.
Tempat Pemakaman umum yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu II terdapat
2 lokasi, yaitu:
TPU Naga Sewidak di Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, seluas
4,09 hektar;
Tempat
pemakaman
umum
tersebut
diharapkan
dapat
melayani
warga
kecamatan Seberang Ulu II dengan melayani bagian utara dan selatan wilayah
perencanaan yang terpisah oleh Jalan D.I Panjaitan.
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu
sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi,
pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat
disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah
sebagai berikut: ukuran makam 1 m x 2 m, jarak antar makam satu dengan
lainnya
minimal
0,5
m.
tiap
makam
tidak
diperkenankan
dilakukan
Mengembangkan
jenis
vegetasi
yang
dapat
ditanam
sesuai
dengan
Laporan Antara
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu
sebagai daerah resapan air, tempa tpertumbuhan berbagai jenis vegetasi,
pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat
disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah
sebagai berikut:
Ukuran makam 1 m x 2 m;
c.
Laporan Antara
4.2.4
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi besar mengalami
bencana. Kawasan ini meliputi kawasan rawan bencana letusan gunung, bencana gempa
bumi, rawan banjir dan tanah longsor. Kecamatan Seberang Ulu II tidak termasuk dalam
kawasan rawan bencana seperti yang dimaksud di atas melainkan hanya sebagai genangan
yang bersifat temporer. Kawasan rawan bencana genangan ini terutama tersebar di kawasan
sepanjang pinggiran sungai Musi dan anak-anak sungai. Wilayah rawan genangan tersebut
teridentifikasi di wilayah Kelurahan yang berbatasan langsung dengan Sungai Musi, yaitu
Kelurahan 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu, 14 Ulu dan Tangga Takat. Disamping itu, rawan bencana
lainnya adalah rawan bencana kebakaran. Rawan bencana kebakaran terutama tersebar pada
kawasan-kawasan permukimanyang padat. Wilayah permukiman padat yang terdapat di
wilayah kecamatan seberang Ulu II adalah wilayah Kelurahanan 11 Ulu, 12 Ulu, dan 13 Ulu.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana dengan tingkat kebencanaan yang
tinggi, maka penanganannya adala dengan menyediakan ruang evaluasi bencana, meliputi:
Ruang-ruang evakuasi dengan memanfaatkan lahan yang memiliki elevasi ketinggian topografi
lebih tinggi dari lokasi bencana.
TABEL 4-12
LUAS (HA)
11.16
321.0
332.16
1,070.00
%
1.0
30.0
31.0
100.0
4.3
Zona Budidaya
dukung
keserasian
lingkungan,
dengan
arahan
menciptakan
struktur
penyerapan
ruang
yang
lapangan
pekerjaan,
dikembangkan.
Kawasan
terciptanya
budidaya
Arahan
peruntukan
kawasan
budidaya
dimaksudkan
untuk
memudahkan
Laporan Antara
pengelolaan
kegiatan
termasuk
dalam
penyediaan
prasarana
dan
sarana
penunjang,
penanganan dampak lingkungan, penerapan mekanisme insentif, dan sebagainya. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
akan lebih efisien apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang memungkinkan
tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana dan sarana. Peruntukan kawasan
budidaya disesuaikan dengan kebijakan pembangunan yang ada.
Alokasi ruang untuk kawasan budidaya dilakukan berdasarkan kriteria kawasan sesuai dengan
pemanfaatannya.
penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
terdiri dari kriteria teknis sektoral dan kriteria ruang. Kriteria teknis sektoral adalah ukuran
untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang suatu kegiatan dalam kawasan untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya dukung, kesesuaian lahan, dan bebas bencana
alam. Kriteria ruang adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang untuk suatu
kegiatan budidaya dalam kawasan menghasilkan nilai sinergi terbesar terhadap kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya dan tidak bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Kriteria
ruang didasarkan pada azas-azas berikut:
Kelestarian lingkungan
Kriteria bagi kawasan budidaya secara umum didasarkan pada faktor-faktor kesesuaian untuk
dikembangkan sebagai kegiatan budidaya tertentu. Secara rinci, klasifikasi dan kriteria
kawasan budidaya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 4-13
KAWASAN
Kawasan Hutan
Produksi Tetap
Kawasan Hutan
Produksi Terbatas
KRITERIA
Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kemiringan lereng, jenis tanah dan curah
hujan yang memiliki skor < 124 diluar hutan
suaka alam, hutan wisata dan hutan konversi
lainnya (SK Mentan No. 683/Um/8 dan
837/KPTS/Um/11/1980).
Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kemiringan lereng, jenis tanah dan curah
hujan yang mempunyai skor 125 - 174, diluar
hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
KETERANGAN
Arahan pengembangan hutan produksi
terbatas, hutan produksi tetap dan hutan
produksi konversi:
Kategori hutan
Hasil analisis fisik dengan
mempertimbangkan adanya wilayah
limitasi, sesuai dengan kriteria dalam
Keppres No. 32/1990 bagi kawasan
lindung
Laporan Antara
KAWASAN
Kawasan Hutan
Produksi Konversi
KRITERIA
konversi lainnya (SK Mentan No.
683/KPTS/Um/11/1980).
Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kemiringan lereng, jenis tanah dan curah
hujan yang mempunyai skor < 124, diluar
hutan suaka alam, hutan wisata, hutan
produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya (SK Mentan No.
683/Um/8 dan 837/KPTS/Um/11/1980).
Kawasan Pertanian
Lahan Basah
Kawasan Pertanian
Lahan Kering
Kawasan Tanaman
Tahunan/
Perkebunan
Kawasan Peternakan
Kawasan Perikanan
Kawasan Permukiman
Kawasan
Pertambangan
Kawasan Pariwisata
KETERANGAN
Dalam rangka memberikan arahan bagi
pengembangan kawasan budidaya, kawasan
ini mencakup hutan produksi tetap dan hutan
produksi terbatas yang telah ditetapkan
seperti diatas, setelah dikurangi areal yang
potensial untuk kegiatan budidaya yang
bersifat lebih intensif.
Arahan pengembangan hutan produksi
terbatas diarahkan pada hasil analisis fisik
dengan mempertimbangkan adanya wilayah
limitasi sesuai dengan kriteria dalam Keppres
No. 32/1990 bagi kawasan lindung
Arahan pengembangan kawasan pertanian
lahan basah didasarkan pada potensi dan
kesesuaian lahan dengan dukungan jaringan
irigasi.
Pemetaannya dalam skala 1 : 10.000 hanya
dilakukan dalam kawasan pertanian lahan
kering, yang didalamnya dapat pula terdiri
atas kawasan pertanian lahan basah.
Arahan pengembangan kawasan tanaman
tahunan dan perkebunan didasarkan pada
potensi pengembangan perkebunan, selain
kesesuaian lahan hasil analisis.
-
Laporan Antara
Zona budidaya yang dimaksudkan berdasarkan Perman PU Nomor 20/2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1.
2.
Zona Perkantoran;
3.
Zona Permukiman;
4.
5.
4.3.1
Dalam lampiran dari Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan RDTR
dan peraturan zonasi kabupaten/kota dijelaskan bahwa zona perdagangan dan
jasa
dikelompkkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu zona perdagangan dan jasa tunggal (K-1),
zona perdagangan dan kopel (K-2), zona perdagangan dan jasa deret (K-3). Arahan yang
direncanakan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang untuk zona perdagangan dan
jasa adalah perdagangan dan jasa tunggal (K-1).
Kawasan perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
perdagangan dan jasa. Fungsi utama dari kawasan perdagangan dan jasa ini adalah untuk
memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar penduduk. Kriteria teknis dan
kesesuaian lahan bagi pengembangan kawasan ini antara lain:
1.
2.
3.
Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti parkir, kantor polisi, pemadam kebakaran,
tempat ibadah, air bersih, tempat sampah, dsb.
Kriteria perencanaan umum di kawasan perdagangan dan jasa ini antara lain:
1.
Peletakan bangunan dan penyediaan sarana dan prasarana harus disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen.
2.
Laporan Antara
a.
Bangunan
usaha
perdagangan
eceran,
toko,
warung,
tempat
perkulakan,
pertokoan;
b.
c.
Bangunan parker;
d.
e.
Arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa diarahkan pada upaya
penegasan, reformulasi dan pengendalian arahan RTRW sebelumnya berkaitan dengan upaya
pemisahan
antara
kegiatan
perdagangan
dan
jasa
yang
memiliki
skala
pelayanan
interregional, regional dan kegiatan perdagangan yang memiliki jangkauan pelayanan internal
Kota Palembang dan pelayanan lokal. Rencana pengaturan pemanfaatan ruang pada lahan
perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan, yaitu:
1.
b.
c.
d.
Sebagai bagian dari fasilitas perumahan dan dapat berbatasan langsung dengan
perumahan penduduk.
Laporan Antara
2.
Menyediakan 1
(satu)
ruang
untuk
Tempat
Pembuangan Sampah
Sementara (TPS).
b.
Pengembangan dan Penataan kawasan perdagangan dan jasa pada koridor jalan
kolektor primer dengan penataan tata massa bangunan.
c.
Terletak pada jalan kolektor untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala
regional;
Terletak pada jalan lokal primer untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala
kecamatan;
Laporan Antara
a.
b.
Pengembangan
pelayanan
terhadap
Pasar
9-10
Ulu,
dengan
Pusat Perbelanjaan JM Plaju dan pertokoan di Jl. Ahmad Yani dan secara
administrative masuk kedalam wilayah Kelurahan 16 Ulu dan Tangga Takat.
c.
Kawasan Pertokoan
Kawasan pertokoan yang terdapat di wilayah Kecamatan seberang Ulu II adalah
di pusat pelayanan Kota di koridor jl. Ahmad Yani dan Jl. Azhari, dan
kecenderungan perkembangan pertokoan bergerak di sekitar wilayah Tangga
Takat dan 16 Ulu yang memungkinkan pelayanan untuk wilayah seberang Ulu II
dan wilayah Kecamatan Plaju, sehubungan dengan lokasi pertokoan tersebut yang
berada pada Jalan Kolektor primer yang menghubungkan PPK Plaju.
Laporan Antara
4.3.2
Zona Perkantoran
Dalam lampiran dari Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan RDTR
dan peraturan zonasi kabupaten/kota dijelaskan bahwa zona perkantoran dikelompokan
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu pemerintah (KT-1) dan swata (KT-2). Arahan yang
direncanakan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang untuk zona perkatoran adalah
pemerintah (KT-1) berupa perkantoran pemerintah, serta perkantoran swasta (KT-2).
Zona perkantoran dan pemerintahan merupakan salah satu kawasan pelayanan umum yang
melayani masyarakat. Kawasan ini meliputi: kawasan pusat kecamatan, desa dan pelayanan
umum perkantoran seperti perbankan, PLN dan Koperasi dll.
Alokasi rencana pemanfaatan ruang untuk kegiatan pemerintahan dan perkantoran swasta,
dibedakan berdasarkan hirarki perkantoran pemerintahan serta jangkauan pelayanan kegiatan
perkantoran yang dimaksud. Lokasi perkantoran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kantor Kecamatan dan Polres serta beberapa kantor UPT. Sedangkan untuk kantor
kelurahan tersebar di lokasi Pusat pelayanan Skala Lingkungan, dan saat ini sudah
berlokasi rata-rata di koridor Jalan Azhari.
2.
dibidang
Perkembangan perkantoran swasta tersebut saat ini lebih banyak berkembang di sekitar
koridor jalan D.I Pandjaitan.
4.3.3
Zona Permukiman
Dalam lampiran dari Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan RDTR
dan peraturan zonasi kabupaten/kota dijelaskan bahwa zona perumahan dikelompkkan
menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu perumahan kepadatan sangat tinggi, perumahan kepadatan
tinggi, perumahan kepadatan sedang, perumahan kedapatan rendah dan perumahan
kepadatan sangat rendah.
Laporan Antara
Berdasarkan karakteristik dari Kecamatan Seberang Ulu II dan kebijakan pengembangan dari
Kecamatan Seberang Ulu II di masa yang datang yang merupakan kawasan permukiman
perkotaan, maka arahan rencana zona perumahan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang adalah permukiman kepadatan rendah (R-2), perumahan kepadatan sedang (R-3),
dan perumahan kepadatan tinggi (R-4).
TABEL 4-14
NO
KELURAHAN
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
KAVLING
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
360 (16.65%)
180 (33.33%)
90 (49.95%)
Sub Total
Jumlah
JUMLA
PENDUDUK
13406
LUAS
(HA)
16.09
16.09
12.07
44.24
12.28
12.28
9.21
33.78
29.11
29.11
21.83
80.05
26.90
26.90
20.18
73.98
49.82
49.82
37.36
136.99
35.35
35.35
26.51
97.22
29.85
29.85
22.39
82.09
548
Laporan Antara
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk perumahan dan permukiman harus memenuhi
syarat antara lain:
1.
2.
3.
4.
linier
berorientasi pada jaringan jalan kolektor, terutama di wilayah koridor Jalan Azhari dan juga di
sepanjang
jalan-jalan
lokal,
terutama
di
wilayah
Kelurahan
16
Ulu
dan
Sentosa.
Kebijakan
RTRW
Kota
Palembang
2012
2032,
mengarahkan
pengembangan
3.
Laporan Antara
Pengembangan perumahan pada Kecamatan Seberang Ulu II yang menjadi salah satu wilayah
pengembangan perumahan di Kota palembang perlu dilakukan dengan beberapa arahan
seperti:
1.
2.
secara
baik
pengembangan
maka
Pemerintah
dengan
membuat
Daerah
Kota
Palembang
struktur
pengembangan
perlu
dengan
4.
Berkenaan dengan arahan RTRW Kota Palembang Tahun 2012 2032, yang menyangkut
wilayah Kecamatan seberang Ulu II mengenai arahan pengembangan perumahan, diantaranya
adalah:
1.
2.
3.
Laporan Antara
Sebagai kota yang banyak dilalui oleh sungai, keberadaan rumah di atas sungai (rumah rakit)
merupakan potensi wisata yang perlu dilestarikan. Penetapan Palembang Sebagai Kota Tepian
Sungai tentunya dapat mengakomodasi keberadaan potensi spesifik ini. Permukiman yang
belum tertata dengan baik umumnya adalah permukiman yang dibangun secara individual
pada
lahan-lahan
yang
tidak/atau
belum
dipersiapkan
sebagaimana
mestinya
untuk
permukiman, dengan jaringan jalan yang terbatas, sistem drainase yang tidak memadai,
perletakan bangunan yang kurang teratur. Permukiman tipe ini dapat dikelompokan sebagai
permukiman yang belum mantap, yang masih memerlukan upaya-upaya penataan berupa
peningkatan
atau
perbaikan
kualitas
lingkungannya.
Pengembangan
Perumahan
dan
2.
3.
4.
4.3.4
Dalam lampiran dari Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan RDTR
dan peraturan zonasi kabupaten/kota dijelaskan bahwa zona sarana pelayanan umum
dikelompokkan menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu fasilitas pendidikan (SPU-1), transportasi
(SPU-2), kesehatan (SPU-3), olahraga (SPU-4), sosial budaya (SPU-5) dan peribadatan (SPU6).
Berdasakan karaktersitik dan penggunaan lahan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang, arahan rencana zona sarana pelayanan umum di Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang meliputi: Sarana Pendidikan (SPU-1), Sarana Olahraga (SPU-4), dan Sarana
Peribadatan (SPU-6).
Zona sarana pelayanan umum yang dimaksud adalah sarana pelayanan umum transportasi,
pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum
olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, sarana pelayanan umum peribadatan. Pada
umumnya sarana pelayanan umum di Kecamatan Seberang Ulu II sudah terlayani ke semua
wilayah, namun untuk tingkat pelayanan regional sarana tersebut di berada di Kelurahan 14
Laporan Antara
Ulu. Berikut adalah sarana pelayanan umum yang harus dikembangkan di wilayah Kecamatan
seberang Ulu II adalah sebagai berikut:
1.
terdapat
terminal
bayangan
tempat
mangkalnya
angkutan
kota
yang
Fasilitas
pendidikan yang ada saat ini meliputi SD, SMP, SMU. Dari segi kualitas fasilitas
pendidikan tersebut masih banyak yang perlu ditingkatkan kondisi bangunannya.
Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk pada masa mendatang fasilitas
pendidikan perlu ditingkatkan dan dikembangkan baik kuantitas maupun kualitasnya.
Peningkatan sarana pendidikan (Tk SMU) di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II perlu
adanya penambahan sampai dengan akhir Tahun perencanaan yaitu tahun 2034. Untuk
penambahan TK adalah sebesar 119 unit (terbanyak di wilayah Kel. 16 Ulu),
penambahan SD sebesar 78 unit (terbanyak di wilayah Kel. 16 Ulu), penambahan SLTP
sebesar 30 unit (terbanyak di wilayah Kel. 16 ulu) dan penambahan SMU sebesar 20
unit (terbanyak di Kel. 16 Ulu). Hal tersebut mengharuskan 16 Ulu untuk mendapatkan
perhatian khusus mengenai kelengkapan sarana pendidikan, dikarenakan dipengaruhi
oleh luas wilayah tertinggi dan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan seberang Ulu
II. Perkembangan sarana Pendidikan tinggi di Kecamatan seberang Ulu II saat ini cukup
bagus, hal itu terlihat dengan tercatat nya 4 kampus yang berlokasi di Kecamatan
seberang Ulu II.
Laporan Antara
dilihat dari segi kualitas ataupun sistem dan jangkauan pelayanannya perlu ditingkatkan
mengingat dari Sarana tersebut berpengaruh terhadap kesehatan dan jiwa penduduk,
dengan penambahan jumlah Sarana kesehatan tersebut untuk jangkauan atau lingkup
pelayanan yang lebih kecil (lingkungan).
Pelayanan sarana kesehatan di kecamatan seberang Ulu II saat ini sudah bagus, hal
tersebut terlihat dengan adanya R.S muhamadiyah yang sudah melayani lingkup
regional.Namun hal tersebut perlu didukung oleh sarana kesehatan yang lokasi dan
lingkup pelayanan nya bisa melayani lingkungan. Dalam analisa pelayanan kesehatan,
yang dihudungkan dengan jumlah penduduk pada tahun proyeksi maka dapat
dijabarkan rencana kebutuhan sarana kesehatan untuk POSYANDU sebanyak 86 unit,
balai pengobatan sebanyak 6 unit, BKIA idealnya terdapat 6 unit dan Pustu sebanyak 3
unit.
4.
di
wilayah
Kecamatan
Seberang
Ulu
II,
disesuaikan
dengan
hirarki
kebutuhannya, dari skala kota hingga skala lingkungan. Kondisi saat ini Kecamatan
seberang Ulu untuk masalah pelayanan lapangan olah raga sudah terpenuhi, ini terlihat
dengan adanya stadion Patrajaya.
5.
lainnya.
Zona
Pelayanan
Peribadatan
direncanakan
tersebar
di
wilayah
Kecamatan Seberang Ulu II, disesuaikan dengan hirarki kebutuhannya, dari skala kota
hingga skala lingkungan. Pembangunan Masjid Lingkungan/Langgar sesuai dengan skala
pelayanan tingkat lingkungan/RT-RW yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
Sarana peribadatan di langan umat beragama di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II.
Laporan Antara
4.3.5
Dalam lampiran dari Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan RDTR
dan
peraturan
zonasi
kabupaten/kota
dijelaskan
bahwa
zona
peruntukan
lainnya
dikelompkkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu pertanian (PL-1), pertambangan (PL-2) dan
pariwisata (PL-3). Yang direncanakan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang adalah
zona pertanian (PL-1).
1.
b.
c.
d.
e.
Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
Ekologis :
RTNH mampu menciptakan suatu sistem sirkulasi udara dan air dalam skala
lingkungan, kawasan dan kota secara alami berlangsung lancar (sebagai
suatu ruang terbuka) Kota Palembang.
b.
Ekonomis
RTNH memiliki nilai jual dari lahan yang tersedia, misalnya sarana parkir,
sarana olahraga, sarana bermain, dan lain sebagainya.
RTNH
secara
fungsional
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengakomodasi
Laporan Antara
c.
Arsitektural
d.
Darurat
Manfaat RTNH Kota Palembang secara Langsung merupakan manfaat yang dalam
jangka pendek atau secara langsung dapat dirasakan, seperti:
a.
Berlangsungnya
aktivitas
masyarakat,
seperti
misalnya
kegiatan
olahraga,
c.
Manfaat RTNH Kota Palembang secara tidak langsung merupakan manfaat yang baru
dapat dirasakan dalam jangka waktu yang panjang, seperti:
a.
b.
Laporan Antara
c.
Pelestarian lingkungan,
d.
Tipologi RTNH merupakan penjelasan mengenai tipe-tipe RTNH yang dapat dirumuskan
dari berbagai pendekatan pemahaman RTNH. Tipe-tipe RTNH yang dirumuskan berikut
ini dapat mewakili berbagai RTNH perkerasan (paved) yang ada. RTNH berdasarkan
struktur dan pola ruang Kota Palembang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Secara Hirarkis
Secara hirarkis merupakan pengelompokan RTNH Kota palembang berdasarkan
perannya pada suatu tingkatan administratif. Hal ini terkait dengan suatu struktur
ruang yang terkait dengan struktur pelayanan suatu wilayah berdasarkan
pendekatan administratif. RTNH secara hirarkis dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
b.
Secara Fungsional
Secara fungsional merupakan pengelompokan RTNH Kota palembang berdasarkan
perannya sebagai penunjang dari suatu fungsi bangunan tertentu. Hal ini terkait
dengan suatu pola ruang yang terkait dengan penggunaan ruang yang secara
detail digambarkan dalam fungsi bangunan. RTNH secara fungsional dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Laporan Antara
c.
Secara Linier
Secara linier merupakan pengelompokan RTNH Kota palembang berdasarkan
perannya sebagai penunjang dari jaringan aksesibilitas suatu wilayah. RTNH yang
diatur di sini bukan merupakan jalan atau jalur pejalan kaki, tetapi berbagai
bentuk RTNH yang disediakan sebagai penunjang aksesibilitas pada jaringan jalan
skala tertentu. RTNH secara linier dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Berdasarkan kepemilikannya, RTNH Kota palembang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
RTNH Publik yaitu RTNH yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah/PEMDA Kota
palembang;
b.
RTNH Privat yaitu RTNH yang dimiliki dan dikelola oleh Swasta/Masyarakat.
Plasa
Salah satu bentuk pengelolaan RTNH adalah melalui pembangunan Plasa, dimana
Plasa merupakan suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai suatu pelataran
tempat berkumpulnya massa (assembly point) dengan berbagai jenis kegiatan
seperti sosialisasi, duduk-duduk, aktivitas massa, dan lain-lain, seperti Plaza di
Kota Palembang antara lain Plaza Benteng Kuto Besak, Plaza Kambang Iwak,
Plaza di tempat-tempat wisata lainnya.
Laporan Antara
b.
Parkir
Parkir merupakan suatu bentuk RTNH sebagai suatu pelataran dengan fungsi
utama
meletakkan
kendaraan
bermotor
seperti
mobil
atau
motor,
serta
kendaraan lainnya seperti sepeda. Lahan parkir dikenal sebagai salah satu bentuk
RTNH yang memiliki fungsi ekonomis. Hal ini dikarenakan manfaatnya yang
secara langsung dapat memberikan keuntungan ekonomis atau fungsinya dalam
menunjang berbagai kegiatan ekonomis yang berlangsung. Kedudukan lahan
parkir menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem pergerakan suatu
kawasan. Lahan parkir yang sudah ada akan tetap dipertahankan dan akan
disediakan lahan parkir di tempat-tempat yang membutuhkan antara lain di
pusat-pusat pebelanjaan.
c.
d.
e.
Pembatas (Buffer)
Pembatas (buffer) merupakan suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai
suatu jalur dengan fungsi utama sebagai pembatas yang menegaskan peralihan
antara suatu fungsi dengan fungsi lainnya.
f.
Koridor
Koridor merupakan suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai jalur dengan
fungsi utama sebagai sarana aksesibilitas pejalan kaki yang bukan merupakan
trotoar (jalur pejalan kaki yang berada di sisi jalan). Yaitu ruang terbuka non
hijau yang terbentuk di antara dua bangunan atau gedung, dimana dimanfaatkan
sebagai ruang sirkulasi atau aktivitas tertentu.
Laporan Antara
2.
dan
operasional
(Daldjoeni,
1987:172).
Sebutan
sektor
informal
menunjukkan kepada aktiviats ekonomi yang berskala kecil, padat karya, tidak
mementingkan kualifikasi formal, lekat dengan rasa kekeluargaan, fleksibilitas diri
tinggi, tidak stabil dan tidak teratur, upah rendah dan bebas proteksi.
Pengertian Pedagang Kaki Lima mempunyai arti bagian dari sektor sosial ekonomi
kerakyatan yang menampung tenaga kerja cenderung secara terbuka dan mendukung
penciptaan
kota
yang
berwajah
kerakyatan,
juga
sebagai
wahana
kehidupan
masyarakat kecil. Keberadaan Pedagang Kaki Lima sangat penting dan khas dalam
sektor informal yang menyebabkan istilah sektor informal sering diidentikkan dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima.
Salah satu aspek yang turut membantu terciptanya wajah-jalan yang menarik di
lingkungan kota adalah adanya kegiatan pendukung (support activities), yaitu semua
fungsi informal yang membantu memperkuat kualitas ruang kota bagi kepentingan
umum. Termasuk di dalamnya para penjual makanan, penjaja dan kegiatan kaki-lima
lainnya yang terorganisir dengan baik. Sektor informal perlu disadari sebagai suatu
kenyataan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan kota di
Indonesia. Kegiatan pendukung memiliki potensi dalam melayani berbagai lapisan
masyarakat yang melaksanakan kegiatan sehari-hari mereka di pusat komersial kota.
Dengan memadukan aspek ini dalam konsep perancangan kota, kawasan komersial
akan memiliki citra sebagai lingkungan kota yang khas, hidup dan menarik, serta
terorganisir secara visual. Sasaran utama dari penataan kaki-lima dan sektor informal
adalah untuk mengupayakan integrasi dan interaksi sosial, serta penciptaan kualitas
lingkungan yang baik dan sehat. Pertimbangan-pertimbangan perancangan yang terkait
di dalamnya antara.lain, konseptualisasi kelompok (organisasi sosial), penyebaran
lokasi, sanitasi dan kinerja visual.
Pengertian arahan lokasi yaitu menentukan atau memilih tempat atau letak yang
dianggap sesuai bagi peruntukkannya (PKL). Adapun kata penataan memuat tindakan
campur tangan manusia lewat pengawasan dan penempatan sesuatu. Dalam proses
Laporan Antara
pemilihan lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) akan berpengaruh terhadap beberapa
kondisi. Kondisi yang akan terjadi antara lain adalah terhadap limitasi atau batasan
terhadap kondisi fisik alamiah seperti kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan pusat
perdagangan PKL. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi
antara lain adalah :
a.
Lokasinya
Strategis,
agar
dapat
memudahkan
calon
konsumen
dalam
menjangkau lokasi PKL. Jarak yang dekat kepada calon konsumen dalam hal ini
adalah berhubungan dengan bagaimana para PKL menyediakan kebutuhan
konsumen.
b.
Secara Fungsional, kegiatan PKL tidak mengganggu fungsi ruang kota yang ada.
c.
Secara
Visual,
kegiatan
PKL
berkesan
harmonis
dan
estetis
dan
ramah
lingkungan.
d.
e.
Secara Hierarki Pembangunan, lokasi PKL harus berhubungan dan tidak terpisah
sehingga dapat memberikan pelayanan kepada calon konsumen secara efektif dan
efisien.
f.
Sewa Lahan, lokasi PKL harus murah secara ekonomis dengan harga minimal
(kepemilikan lahan harus diperhatikan), sehingga dalam penyewaan tempat PKL
tidak merasa keberatan dengan harga sewa yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam memilih suatu kriteria lokasi PKL banyak hal yang harus dipertimbangkan, karena
dalam memilih lokasi PKL tersebut menyangkut kepentingan banyak pihak diantaranya
para PKL, masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Pedagang Kaki Lima sebagai objek
tentunya lebih berperan dalam memilih lokasi pemindahannya, di mana lokasi yang
baru harus lebih meningkatkan segi pendapatan mereka dibandingkan dengan tempat
sebelumnya. Masyarakat yang membutuhkan Pedagang Kaki Lima mengupayakan agar
lokasi baru PKL lebih mudah dijangkau. Pemerintah mengharapkan lokasi yang baru
dapat memberikan angin sejuk bagi Kota Palembang itu sendiri dengan terlihat agar
lebih teratur dalam berdagang, sehingga dapat memberikan suasana yang lebih
nyaman, bersih dan rapi. Dengan kondisi seperti itu maka diperlukannya suatu kriteria
yang baik untuk memilih lokasi yang potensial bagi para Pedagang Kaki Lima.
Laporan Antara
Menurut Firdaus (1994:39) kriteria lokasi yang diperuntukkan bagi Pedagang Kaki Lima
(PKL) sebagai berikut:
a.
Kebutuhan Ruang
Luas lokasi pemindahan harus dapat menampung para Pedagang Kaki Lima yang
tersebar di wilayah tersebut (kebutuhan ruang). Adanya berbagai tingkatan
instruksional
serta
beberapa
kegiatan
yang
berlainan
fungsi,
pada
Lokasi Strategis
Lokasi biasanya terletak di pusat kota yang merupakan pusat keramaian. Lokasi
tersebut haruslah dekat dengan kegiatan sektor formal seperti pertokoan, pasar
dan terminal. Jangkauan pasar suatu aktivitas perdagangan adalah jarak yang
dekat
untuk
menempuhnya
agar
mendapatkan
perdagangan
yang
bersangkutan;lebih jauh dari jarak ini, akan mencari tempat lain yang lebih dekat
untuk memenuhi kebutuhan yang sama.
c.
Menurut Djojodipuro (1992:30) kriteria lokasi yang diperuntukkan bagi Pedagang Kaki
Lima (PKL) sebagai berikut :
a.
kota
yang
melewati
lokasi
PKL
tersebut
dapat
menjadi
aspek
Kecenderungan Beraglomerasi
Karena adanya keuntungan dari terkumpulnya berbagai PKL mengakibatkan
timbulnya penghematan ekstern yang dalam hal ini merupakan penghematan
Laporan Antara
aglomerasi. Penghematan yang pertama yaitu diperoleh dari PKL yang sejenis
atau PKL yang mempunyai hubungan satu sama lain, kedua adalah penghematan
yang diperoleh dari PKL individual yang berlokasi strategis di daerah perkotaan.
Akan tetapi penghematan ekstern yang diperoleh dengan adanya PKl akan
membawakan biaya sosial dalam hal ini timbulnya pencemaran lingkungan
(sampah)
yang
harus
ditanggung
oleh
masyarakat
luas
khususnya
dan
Kebijaksanaan Pemerintah,
Pemerintah dalam memilih lokasi Pedagang Kaki Lima harus didukung oleh
kebijaksanaan pengaturan lingkungan, dalam hal ini konsep perencanaan kota
yang didasarkan atas pembagian daerah yang disebut zoning. Kebijaksanaan ini
dapat merupakan dorongan atau hambatan dan bahkan larangan untuk PKL yang
berlokasi ditempat tertentu (peruntukkan lokasi).
Keberadaan sektor informal sangat membantu dalam penyerapan tenaga kerja dan
mendorong pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu sektor informal akan terus dibina
dan penempatannya perlu diatur. Adapun beberapa lokasi yang direkomendasikan
sebagai pusat-pusat kegiatan usaha sektor informal antara lain:
a.
Pasar 9 10 Ulu;
b.
c.
Didalam menempatkan usaha sektor informal ini perlu dilakukan kebijakan dan strategi
khusus antara lain:
a.
Prinsip dasar bahwa tidak semua ruang terbuka publik diperbolehkan untuk
kegiatan sektor informal. Pemerintah kota harus tegas menyatakan bahwa ruang
terbuka di satu lokasi diperbolehkan atau dilarang untuk kegiatan sektor informal;
b.
Penyediaan ruang untuk sektor informal bisa diatas lahan milik publik ataupun
dilahan milik pribadi;
c.
Kegiatan sektor informal di lahan publik harus dibatasi arealnya, jenis usahanya
dan waktu operasional usahanya;
Laporan Antara
d.
e.
Kegiatan sektor informal pada suatu kawasan tidak boleh menghilangkan fungsi
utama suatu kawasan, misalnya di taman rekreasi, maka kegiatan sektor informal
tidak boleh menutupi fungsi taman sebagai tempat rekreasi;
f.
Penempatan
usaha
sektor
informal
di
satu
kawasan
harus
mendapatkan
TABEL 4-15
POLA RUANG
Perumahan
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran & Pemerintahan
Pelayanan Umum
Zona Budidaya
Kec. seberang Ulu II
LUAS (HA)
664.66
14.05
28.23
30.9
737.84
1070
%
62.1
1.3
2.6
2.9
69.0
100.0
Laporan Antara
GAMBAR 4-7
Laporan Antara
GAMBAR 4-8
Laporan Antara
GAMBAR 4-9
Laporan Antara
GAMBAR 4-10 PETA RENCANA POLA RUANG BWP III KECAMATAN SEBERANG ULU II KOTA
PALEMBANG
Laporan Antara
GAMBAR 4-11 PETA RENCANA POLA RUANG BWP IV KECAMATAN SEBERANG ULU II KOTA
PALEMBANG
Laporan Antara
Dalam jenjang perencanaan tata ruang sebagaimana dijelasan dalam UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kota merupakan rencana rinci Kota yang
bertujuan untuk:
a.
b.
c.
Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun ( urban design guidelines).
Rencana, aturan,0020ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus merujuk pada
pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. RDTR merupakan
pedoman berkekuatan hukum yang merupakan arahan pembangunan daerah untuk :
1.
2.
3.
4.
Penyusunan zonasi;
5.
Laporan Antara
5.1
Untuk mengantisipasi terjadinya disparitas tersebut, harus ada yang dapat dijadikan
sebagai pusat pengembangan kegiatan utama di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang dan ada juga yang dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan kegiatan
sekunder. Pusat kegiatan ini akan mendorong tumbuh kembangnya wilayah tersebut,
sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru dan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat;
Kondisi aksesibiltas dari dan menuju Kecamatan Seberang Ulu II relatif kurang
dibandingkan dengan wilayah hilir. Hal ini yang mengakibatkan perkembangan wilayah
relatif lebih lambat dibandingkan dengan wilayah hilir.
Laporan Antara
GAMBAR 5-1
Laporan Antara
5.1.1
Dalam Permen PU Nomor 20 tahun 2011 dijelaskan bahwa RDTR Kabupaten/Kota harus
membagi wilayah perencanaan menjadi beberapa bagian wilayah perkotaan (BWP), Sub BWP
dan blok perencanaan yang terdiri atas satu atau lebih kecamatan dan atau desa. Hal ini
bertujuan
untuk
mendistribusikan
kegiatan
pembangunan
sesuai
dengan
fungsi
dan
BWP A
Untuk memudahkan dalam mengawasi kegiatan pembangunan, ditentukan Sub BWP. Untuk
memudahkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan, Sub BWP dibatasi
berdasrkan batas administratif, yaitu batas Kelurahan dan batas alam mapun batas fisik dan
kesamaan fungsi kawasan. Adapun Sub BWP di Kecamatan Seberang Ulu II dibagi kedalam 4
(empat) Sub BWP, yaitu :
Sub BWP I
Kelurahan 14 Ulu;
Blok perencanaan dalam penyusunan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang
merupakan deliniasi kawasan menjadi beberapa kawasan yang bertujuan untuk memudahkan
dalam mentukan fungsi dari kawasan tersebut. Dasar pertimbangan dalam penetapan unit
blok perencanaan adalah pembagian lahan dalam kawasan menjadi BWP, Sub BWP dan Blok.
Selain dikenal istilah BWP dan Sub BWP, berdasarkan atas berbagai masukan kemudian
disusun dalam RDTR Kecamatan Seberang Ulu II ini juga penentuan blok administrasi yang
Laporan Antara
mengacu pada luas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengkodean blok ruang serta mempermudah pada
proses pemanfaatan serta pengendalian ruang di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang. Oleh karena itu berdasarkan pada kriteria tersebut, maka Kecamatan Seberang
Ulu II Kota Palembang dibagi dalam 2 BWP dan 4 Sub BWP dan 12 blok perencanaan,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut ini:
TABEL 5-1
NO
1
SUB BWP
Sub BWP I
KEL. 12 ULU
KEL. 13 ULU
KEL. 14 ULU
BLOK
I.001
I.002
I.003
I.004
LUAS (HA)
38.67
31.84
37.93
120.81
Sub BWP II
II.001
II.002
79.66
86.29
POLA RUANG
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Rawa budidaya
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan sedang
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH & TPU
Perkantoran &
Pemerintahan
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan sedang
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan rendah
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Laporan Antara
NO
SUB BWP
KELURAHAN
BLOK
LUAS (HA)
KEL. 16 ULU
III.001
100.65
III.002
III.003
Sub BWP IV
KEL. SENTOSA
IV.001
IV.002
210.20
64.86
104.91
55.32
IV.003
28.72
Luas
POLA RUANG
Perkantoran &
Pemerintahan
Pengembangan
Perumahan
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Perkantoran &
Pemerintahan
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
Rawa budidaya
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan sedang
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH & TPU
Perkantoran &
Pemerintahan
Sempadan Sungai Musi
Permukiman dgn
kepadatan sedang
Perdagangan dan jasa
Sarana Pelayanan Umum
RTH
959.88
Laporan Antara
GAMBAR 5-2
PETA
RENCANA
PEMBAGIAN
BWP, SUB
BWP, DAN
BLOK
KECAMATAN
SEBERANG ULU II
Laporan Antara
5.1.2
Daya dukung lahan untuk pengembangan kawasan di Kecamatan Seberang Ulu II;
2.
Prediksi distribusi penduduk dan daya tampung penduduk tiap-tiap BWP/Sub BWP dan
blok;
3.
4.
Ketersediaan prasarana dan sarana transportasi, kondisi fisik lahan dan lingkungan;
5.
Distribusi penduduk yang diarahkan dalam RDTR Kecamatan Seberang Ulu II yang telah
disusun sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Distribusi didasarkan pada hasil prediksi untuk setiap kelurahan, sedangkan untuk
Kecamatan Seberang Ulu II perlu didistribusikan penduduk pada setiap kelurahan,
sehingga perlu disempurnakan Tahun prediksi untuk masing-masing kelurahan yang
berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan penyamaan tahun prediksi
Tidak mempertimbangkan daya dukung kawasan yang didasarkan pada luasan kawasan
pengembangan dan kawasan kendala, sehingga perlu dilakukan penyempunaan.
Berdasarkan permasalahan dari hasil pertimbangan yang sudah dilakukan sebelumnya, maka
dalam mendistribusikan penduduk Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang pada tahun
rencana didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
Laporan Antara
Prediksi dilakukan sampai tahun 2033, sesuai dengan masa waktu perencanaan RTRW
Kota Palembang;
masuk
yang
berubah
sehingga
proyeksi
pertumbuhan
penduduk
jumlah penduduk
Kecamatan Seberang Ulu II pada tahun 2018, tahun 2023, tahun 2028, dan tahun 2033
masing-masing berjumlah 101.791 jiwa, 109.172 jiwa, 134.687 jiwa, dan 166.165 jiwa.
TABEL 5-2
KELURAHAN
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
2018
8212
6270
14860
13734
25430
18047
15238
101791
TAHUN PROYEKSI
2023
2028
8808
10866
6725
8296
15937
19662
14729
18172
27274
33649
19355
23880
16343
20163
109173
134687
2033
13406
10235
24257
22419
41513
29460
24875
166165
TABEL 5-3
KELURAHAN
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
LUAS
(HA)
25
17
100
109
228
394
197
1070
KEPADATAN PENDUDUK
2018
2023
2028
2033
328
352
435
536
369
396
488
602
149
159
197
243
126
135
167
206
112
120
148
182
46
49
61
75
77
83
102
126
1207
1294
1597
1970
Laporan Antara
Dalam mengklasifikasikan kepadatan penduduk di tahun yang akan datang, maka pembagian
kelas kepadatan mengikuti aturan dari SNI 03-1733-2004 tentang Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, yaitu:
Kepadatan Tinggi
Kepadatan Sedang
Kepadatan Rendah
: 50 100 jiwa/ha;
: 0 50 jiwa/ha.
Kota Kecil
2.
Kota sedang
3.
Kota besar
4.
Metropolitan
5.
Megapolitan
Dengan klasifikasi tersebut maka untuk Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang dimasa
yang akan datang dapat digolongkan sebagai kota besar dengan kepadatan penduduk tinggi.
5.1.3
Laporan Antara
2.
pelayanannya.
3.
4.
Struktur ruang pusat kegiatan pelayanan bertujuan untuk membentuk pola kawasan yang
terstruktur dalam peran dan fungsi bagian-bagian kawasan yang memperlihatkan konsentrasi
dan skala kegiatan binaan manusia dan alami. Muatan struktur ruang pusat pelayanan
kegiatan kawasan disusun menurut simpul dan sentra kegiatan fungsional dari fungsi
kawasan, dan dirinci menurut blok-blok perencanaan. Faktor pembentuk utama struktur
kawasan perencanaan dapat berupa: struktur zona perencanaan, struktur pelayanan kegiatan
dan sistem jaringan pergerakan, sistem utilitas dan batas administrasi. Struktur ruang
kawasan perencanaan merupakan jenjang fungsi dan peran kawasan yang melekat pada
kawasan atau yang akan dicapai dalam pengembangan kawasan tersebut. Kriteria yang
digunakan dalam analisis struktur ruang pada Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang
adalah sebagai berikut:
Skala ruang yang berorientasi pada keseimbangan lingkungan alami dan binaan dan
kepentingan orang banyak;
TABEL 5-4
HIRARKI
PELAYANAN
Pusat
Kelurahan 14 Ulu
Sub Pusat I
Sub Pusat II
PUSAT KEGIATAN
FUNGSI
Sebagai pusat pelayanan skala kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala kecamatan,
permukiman, pelayanan umum.
Perdagangan & jasa skala lokal ,permukiman,
perdagangan dan jasa skala lokal
Perdagangan & jasa skala lingkungan, permukiman.
Laporan Antara
GAMBAR 5-3
Laporan Antara
1.
Pusat Kota
Skala pelayanannya meliputi seluruh Kecamatan Seberang Ulu II dan wilayah Kota
Palembang. Pusat kota ini diarahkan untuk melayani seluruh wilayah Kecamatan
Seberang Ulu II maupun wilayah belakangnya. Pusat kota utama ini direncanakan
mengarah
ke
satu
bentuk
pusat
pelayanan
berbentuk
kawasan
perkantoran,
Kegiatan perdagangan dan jasa: terutama melayani perdagangan eceran, barangbarang kebutuhan sekunder, bengkel mobil, pusat onderdil kendaraan, dan
lainnya;
b.
c.
Kegiatan fasilitas umum: masjid Kecamatan, taman Kota, taman parkir, kantor
pelayanan umum, RS pembantu tipe C, puskesmas, apotik, laboratorium,
lapangan bola;
2.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
Laporan Antara
5.2
Sistem jaringan prasarana wilayah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RDTR
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, karena sistem jaringan prasarana ini adalah
merupakan bagian pembentuk suatu wilayah di Kecamatan Seberang Ulu II. Sistem jaringan
prasarana yang akan dibahas dalam RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang
adalah jaringan prasarana yang diatur dalam Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang
pedoman penyusunan RDTR dan Zoning Regulation kabupaten/kota. Jaringan prasarana yang
diatur dalam Permen PU Nomor 20 tahun 2011 sebagaimana yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1.
2.
Sistem Jaringan Utilitas, mencakup air bersih, air limbah, drainase, listrik, telepon dan
persampahan.
Infrastruktur jalan merupakan modal utama dalam melakukan transportasi darat untuk
melakukan interaksi sosial masyarakat, dalam arti merupakan modal yang essensial untuk
pemenuhan kebutuhan sosial dan kegiatan ekonomi. Di samping itu, jalan berperan vital
mendukung daya saing ekonomi dengan menghubungkan sumber-sumber produksi, pasar dan
para konsumen. Secara sosial, jalan merupakan bagian ruang publik yang digunakan untuk
melakukan
sosialisasi
antar
kelompok
masyarakat
guna
mengartikulasikan
diri
dan
yang merupakan pembentuk struktur ruang nasional, harus dibebaskan dari hambatanhambatan samping akibat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai seperti pasar tradisional,
sekolah, dan lain-lain. Demikian pula untuk jaringan jalan Provinsi dan kabupaten/kota.
Pemanfaatan ruang yang ada di sepanjang jalan-jalan tersebut harus secara konsisten
mengikuti rencana tata ruang wilayah yang ada. Dengan demikian interaksi antara jaringan
jalan, sebagai struktur ruang, dan tata guna lahan, sebagai pola pemanfaatan ruang yang
ada, dapat lebih terpadu dan harmonis.
Laporan Antara
untuk
menciptakan
hubungan
antara
Kecamatan
yang
satu
dengan
Kecamatan yang lainnya, hal ini diharapkan dapat menciptakan pemerataan pembangunan
yang ada di wilayah perencanaan. Selain itu dengan menciptakan suatu jaringan prasarana
maka diharapkan akan tercipta suatu struktur kota yang terintegerasi.
Untuk menetapkan jaringan prasarana di Kecamatan Seberang Ulu II, ditetapkan beberapa
kebijakan beserta strateginya sebagai berikut:
1.
Menciptakan ruas jalan poros baru untuk mengurangi beban pada jalan
poros yang sudah ada
b.
Meningkatkan akses jalan kolektor Primer yang melintas Kecamatan Seberang Ulu
II dan menghubungkan wilayah Kecamatan Seberang Ulu II dengan wilayah lain;
c.
2.
Menjaga kualitas badan air (sungai, situ dan mata air) yang ada;
b.
Menjaga kualitas air tanah yang ada, dimana pengambilan air tanah perlu
dilakukan pengaturan.
Laporan Antara
3.
b.
Penetapan agen resmi penyalur elpiji di setiap desa yang diawasi secara ketat;
c.
4.
5.
a.
b.
Meningkatkan jangkauan dan kualitas jaringan optik dan kabel ke setiap wilayah.
b.
5.2.1
Berdasarkan kebijakan tata ruang baik dalam RTRWN, RTRW Provinsi Sumatera Selatan, dan
RTRW Kota Palembang, bahwa pergerakan zona asal dan tujuan di Kecamatan Seberang Ulu II
diprediksi untuk tahun 2033 mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama
pergerakan asal-tujuan yang terjadi sentra primer maupun
demikian,
untuk
mengantisipasi
perkembangan
pergerakan
di
Kecamatan
Seberang Ulu II di masa yang akan datang, maka dibutuhkan untuk pengembangan jaringan
jalan baik berupa peningkatan status jalan maupun pembukaan jalan baru. Menurut fungsi
jalan pada sistem jaringan dibedakan atas dua jenis jalan yaitu pada jalan primer dan jalan
sekunder.
Laporan Antara
1.
b.
2.
b.
perumahan,
menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua
dengan
Adapun
arahan
jaringan
jalan
Kecamatan
Seberang
Ulu
II
Kota
Palembang
Kebijakan RTRWN, RTRW Provinsi Sumatera Selatan, RTRW Kota Palembang dan
tatralok Kota Palembang;
2.
Pembentukan Struktur Ruang Kecamatan Seberang Ulu II, sebagai dasar atau
gambaran untuk melihat interkoneksi dalam Kecamatan Seberang Ulu II itu sendiri,
Laporan Antara
sebagai dasar untuk penyusunan rencana jaringan yang akan menghubungkan antara
pusat Kecamatan Seberang Ulu II dengan wilayah-wilayah penyangganya;
3.
Analisis Skala Pelayanan Kegiatan, untuk melihat bagaimana struktur pelayanan yang
ada sebagai dasar untuk menyusun pola pergerakan yang akan direncanakan.
4.
Kondisi Eksisting Kecamatan Seberang Ulu II, untuk melihat kondisi yang ada saat ini
sebagai dasar pertimbangan menyusun kebutuhan dan rencana jaringan pergerakan.
Berdasarkan kondisi eksisting, Wilayah Kecamatan Seberang Ulu II terlayani oleh sistem
jaringan jalan raya dan jaringan angkutan air.
jaringan pergerakan dalam Kecamatan Seberang Ulu II adalah analisis tentang jaringan jalan
raya.
Ditinjau dari sistem transportasi, Kecamatan Seberang Ulu II terdiri dari transportasi darat.
Transportasi darat terdapat di seluruh Kecamatan Seberang Ulu II dengan berbagai kondisi
jalan yang berbeda-beda. Sistem pergerakan di Kecamatan Seberang Ulu II saat ini masih
bercampur antara sistem pergerakan regional dan lokal. Untuk kedepannya diharapkan
kawasan ini perlu memperhitungkan meningkatkan fungsi penggunaan jalan utama ini baik
untuk kepentingan regional dan lokal yang nantinya akan menimbulkan ekses-ekses yang
kurang baik.
Moda pergerakan umum yang digunakan terdiri dari angkutan umum, bus umum, taksi dan
ojek. Sarana angkutan umum yang belum mencapai seluruh wilayah di dalam Kecamatan
Seberang Ulu II menjadi hambatan utama selain jaringan jalan yang terbatas sehingga
mempengaruhi pergerakan antar kawasan bagi penduduk ke pusat=pusat aktifitas perkotaan
ataupun daerah lain sekitarnya.
Jaringan jalan yang terdapat di kecamatan ini berupa jalan kolektor primer yang hanya
menghubungkan antar kecamatan yang berakhir di terminal-terminal bayangan. Tempat
pemberhentian angkutan umum atau halte yang tersedia tidak dimanfaatkan, sehingga
persimpangan jalan dijadikan tempat menunggu penumpang. Masing-masing kelurahan telah
tersambung oleh jaringan jalan walaupun kondisinya belum seluruhnya baik. Jalan utama
penghubung antar kelurahan telah dapat dilalui oleh kendaraan roda empat dengan kualitas
jalan yang baik.
Kondisi jaringan jalan raya yang ada saat ini di Kecamatan Seberang Ulu II, masih belum
membentuk struktur yang mampu membuka akses ke wilayah belakangnya, sebagain besar
Laporan Antara
masih belum terlayani oleh jalan dengan kondisi yang baik. Selain itu wilayah belakang juga
belum terayani jaringan jalan yang memadai. Kondisi jalan utama di tiap kelurahan masih
tergolong baru, namun jalan-jalan lokal yang menghubungkan jalan utama dengan wilayah
belakang atau wilayah pelayanannya secara kuantitas dan kualitas jalan masih dirasakan
kurang.
Berdasarkan analisis struktur ruang dan analisis skala pelayanan Kecamatan Seberang Ulu II
pada sub bab sebelumnya, dapat dilihat bahwa:
1.
Dari struktur ruangnya ada beberapa wilayah yang termasuk daerah belakang dan
belum mempunyai akses utama yang baik ke wilayah pusatnya;
2.
Dari kemungkinan pertimbangan skala pelayanan kegiatan yang terbagi menjadi sentra
primer, sentra sekunder, dan sentra tersier, rencana pergerakan atau rencana jaringan
pergerakan
harus
mengadopsi
penentuan
skala
pelayanannya,
sehingga
sentra
sekunder akan terhubung dan berorientasi ke sentra primer, dan sentra tersier atau
lokal mempunyai akses ke sentra sekundernya.
Berdasarkan PERDA RTRW Kota Palembang, arahan rencana pengembangan transportasi darat
dengan
pengembangan
Kecamatan
Seberang
Ulu
II,
terdapat
beberapa
kebijakan
pengembangan transportasi darat yang bersinggungan baik langsung maupun tidak langsung
dengan Kecamatan Seberang Ulu II. Adapun kebijakan rencana pengembangan jaringan jalan
di Kota Palembang antara lain:
Rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Kota Palembang antara lain:
1.
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur, yang menghubungkan Jl. Tanjung ApiApi sampai ke Plaju-Sungai Gerong dan melewati wilayah Kota Palembang sebelah
timur dan sebagian besar masuk ke wilayah Kab, Banyuasin;
Pembangunan
Jalan
Lingkar
Timur
Dalam
(Inner
Ring
Road)
yang
Laporan Antara
Pembangunan Jalan Lingkar luar Barat, yang menghubungkan Jl. IndralayaPalembang ke Jl. Palembang-Jambi melewati wilayah Kel. Karyajaya, Keramasan,
Pilokerto, Gandus, Bukit Baru dan Siring Agung.
2.
Rencana Pembangunan Jalan Tol yaitu Tol Palembang Betung dan Palembang-Indralaya;
3.
Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Sekunder, antara lain Jl. Burlian, Jl.
M.Prabu Mangkunegara, Jl. M. Isa, dll;
4.
5.
2.
3.
Pengembangan jalan lingkar dimaksud, baik yang sudah diimplementasikan maupun yang
masih dalam tahap perencanaan terdiri dari pembangunan 6 buah jembatan musi. Prioritas
pembangunan jembatan musi tersebut meliputi:
1.
Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. A. Yani (Kelurahan 13 Ulu) Jembatan
Musi III Kelurahan 8 Ilir Jl. M. Isa;
2.
Rencana pembangunan jalan lingkar Arah Tj. Api-api Kelurahan Sukarami Kelurahan
Sukamulya Kelurahan Sukamaju (Sako) Kelurahan Sukamulya (Sako) Kelurahan
Sei Selincah (Kalidoni) Jembatan Musi IV Pulau Kemarau;
3.
Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. Wahid Hasyim (Kelurahan 2 Ulu)
Jembatan Musi V Kelurahan 29 Ilir Jl. Kapt. A. Rivai;
4.
Laporan Antara
Berdasarkan arahan kebijakan RTRW Kota Palembang terlihat bahwa rencana pembangunan
jalan lingkar simpang Jl. A. Yani Jembatan Musi III Kelurahan 8 Ilir Jl. M. Isa akan
meningkatkan aksebilitas di dalam kawasan perencanaan.
Secara umum jalan-jalan di wilayah di Kecamatan Seberang Ulu II membentuk pola linier
sistem. Kondisi ini selain dipengaruhi oleh kondisi eksisting yang telah ada juga sangat
dipengaruhi oleh kebijaksanaan RTRW Kota Palembang yang mengarahkan pembentukan pola
linier dan grid sistem di seluruh bagian kota. Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada,
kebutuhan yang ada serta mempertimbangkan kebijaksanaan terkait yang ada maka untuk
perkembangan di masa datang arahan yang perlu dilakukan meliputi:
Pembangunan jalan baru (Jalan Lingkar) khususnya di Jalan Ahmad Yani, diarahkan
untuk membuka akses di kawasan-kawasan yang belum terlayani. Mempertimbangkan
pola
yang
telah
terbentuk
maka
pembukaan
jalan
baru
ini
ditekankan
pada
Pelebaran
jalan
untuk
dapat
memberikan
akses
bagi
angkutan
umum
tanpa
menimbulkan gangguan pada kegiatan lain khususnya gangguan pada fungsi hunian;
disesuaikan dengan
kebutuhan
pengembangan
Menyiapkan ruas jalan yang terkoneksi dengan rencana kaki Jembatan Musi IV.
Sesuai dengan struktur dan pola rencana tata ruang wilayah Kecamatan Seberang Ulu II,
maka jaringan jalan yang dikembangkan nantinya di Kecamatan Seberang Ulu II adalah
sebagai berikut:
1.
Laporan Antara
2.
3.
Kota
Palembang
menjadi
permasalahan
yang
perlu
penanganan
terutama
manajemen transportasinya.
Perkembangan Kota Palembang yang begitu cepat, terutama dengan akan dibangunnya
jaringan jalan melalui pembangunan Jembatan Musi IV, angkutan buswayy ke Kota Palembang
pun akan menimbulkan dampak baru terhadap kecamatan-kecamatan yang ada di Kota
Palembang, begitu juga terhadap Kecamatan Seberang Ulu II yang memiliki potensi di sektor
Perdagangan dan Jasa serta kegiatan perumahan. Dengan perkembangan sistem transportasi
di Kota Palembang maka daya tarik masuk ke Kota Palembang akan semakin besar dan akan
menimbulkan banyak permasalahan baru yang dapat berdampak positif maupun negatif.
Desain geometris dan kelengkapan jalan masih merupakan permasalahan yang dihadapi oleh
jalan-jalan di kawasan perencanaan. Dalam hal ini permasalahan desain geometris yang
paling terasa adalah masalah lebar badan jalan serta desain tikungan atau persimpangan.
Lebar jalan yang ada di kawasan perencanaan rata-rata sangat terbatas khususnya dalam
menampung arus lalu lintas angkutan barang/industri yang berupa truk berbadan besar dan
truk kontainer behkan banyak diantaranya berupa truk kontainer gandengan. Begitu tingginya
arus lalu lintas yang harus dilayani mengakibatkan perlunya penataan lebar badan jalan selain
upaya untuk memisahkan dua jenis lalu lintas yang berbeda (penumpang dan barang).
Cukup tingginya tingkat penggunaan jalan oleh angkutan barang juga menimbulkan
permasalahan dalam kaitannya dengan desain tikungan dan persimpangan. Banyak tikungantikungan di kawasan perencanaan yang belum memperhitungkan kebutuhan manuver yang
diperlukan oleh kendaraan-kendaraan besar. Hampir semua tikungan atau persimpangan
dibiarkan saling tegak lurus dimana kondisi lebar jalan yang sangat terbatas. Di lain pihak
Laporan Antara
desain tikungan dan persimpangan ini merupakan salah satu aspek yang akan memerlukan
penataan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan jaringan jalan:
1.
Pengembangan jalan lingkar dengan peningkatan kualitas dan kelas jalan yang ada
guna mengurangi beban di jalur Jalan Ahmad Yani dan Jalan KH. Azhari dimana jalan
lingkar ini akan mengitari kawasan pusat Kecamatan Seberang Ulu II sehingga
memisahkan antara kegiatan internal dengan kegiatan eksternal;
2.
Pelebaran jalan KH. Azhari untuk mengurangi beban yang ada saat ini yang diakibatkan
oleh tingginya aktivitas perdagangan dan jasa di kawasan ini, ditambah dengan
maraknya kegiatan sektor informal terutama di sepanjang Jalan KH. Azhari;
3.
Peningkatan kelas jalan Al. Munawar sebagai bagian dari antisipasi terhadap rencana
pemerintan Kota Palembang yaitu pembukaan akses menuju Kecamatan Seberang Ilir
melalui pembangunan Jembatan Musi IV.
Diharapkan
dengan
dibangun
dan
dikembangkannya
jaringan
jalan
tersebut,
dapat
mengurangi tingkat kemacetan di Kecamatan Seberang Ulu II atau dalam kata lain moda
angkutan yang besar selama ini bebas melewati jalan-jalan umum (raya) dimanajemen
dengan dibuatkannya jalan alternatif baru yang khusus didesain untuk angkutan besar/berat,
sehingga jalan raya hanya dilewati oleh angkutan kecil dan mini bus.
Untuk menyamakan rencana jaringan jalan di Kecamatan Seberang Ulu II, maka mengadopsi
dari pedoman dan rencana yang sudah ada dan diterapkan untuk seluruh Kecamatan
Seberang Ulu II. Untuk lebih jelasnya, perencanaan jaringan dan dimensi jalan di Kecamatan
Seberang Ulu II Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 5-5
KLASIFIKASI
JALAN
Jalan lokal
sekunder
a) Jalan Setapak
b) Jalan Kendaraan
Jalan Lokal
sekunder II
Jalan Kolektor
Sekunder
BADAN JALAN
MINIMUM (M)
LEBAR BAHU
JALAN
MINIMUM (M)
SEMPADAN BANGUNAN
MINIMUM (M)
MAISONET
RSH
1,50
3,50
1,50
3,00
0,25
2,75
2,75
1,75
1,75
5,00
4,50
0,25
3,50
2,50
7,00
6,50
0,25
4,50
3,50
Laporan Antara
TABEL 5-6
JENIS JALAN
Kolektor primer
Kolektor
sekunder
Lokal primer
DESAIN JALAN
Laporan Antara
JENIS JALAN
Lingkungan
KARAKTERISTIK
DESAIN JALAN
Jalur hijau 1 x 1 m = 1 m.
Trotoar 2 x 1 m = 2 m.
DESAIN JALAN
GAMBAR 5-4
Dawasja
Damija
Damaja
Ambang
Pengaman
Drainase
Trotoar
Minimal 7.00 m
Badan Jalan
Bahu Jalan
Perkerasan jalan
7.00
Trotoar
As jalan
Laporan Antara
GAMBAR 5-5
Dawasja
Dawasja
Damija / Damija
Perkerasan jalan
Ambang
Pengaman
Drainase
5..00 m
Badan Jalan
Minimal 4.00 m
As jalan
GAMBAR 5-6
Dawasja
Dawasja
Damija / Damija
Perkerasan jalan
Ambang
Pengaman
3.50
Bahu Jalan
m
Drainase
Trotoar
Badan Jalan
Minimal 4.00 m
As jalan
GAMBAR 5-7
R =5.00
m
R =5.00 m
L > 20.00
m
R =5.00
m
L > 7.00 m
D > 21.00
m
D > 7.00 m
L > 7.00 m
R =5.00 m
Laporan Antara
GAMBAR 5-8
GAMBAR 5-9
Tanaman
10 cm
Laporan Antara
Prasarana penunjang yang diatur dalam rencana ini adalah prasarana penunjang transportasi
yang meliputi pedestrian, sarana parkir dan persimpangan. Selengkapnya mengenai prasarana
penunjang transportasi di Kecamatan Seberang Ulu II dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 5-7
JENIS PRASARANA
PENUNJANG
Pedestrian
Parkir
ARAHAN RENCANA
Persimpangan
Rencana persimpangan:
Sesuai dengan rencana jaringan jalan, untuk tiap persimpangan jalan
kolektor primer/sekunder:
1. Pembuatan rambu lalulintas
2. Pembuatan penyeberangan pejalan kaki
A.
Pedestrian
Pedestrian merupakan salah satu aspek penting dalam penataan kota, untuk mewadahi
aktivitas pejalan kaki, serta sebagai salah satu tempat untuk penghijaauan perkotaan
perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan.
B.
Perparkiran
Ketentuan
pembuatan
parkir
merupakan
salah
satu
prasarat
untuk
mencegah
parking).
Laporan Antara
TABEL 5-8
NO
1
KOMPONEN
kolektor primer
Kolektor sekunder
Lokal primer
Tempat tempat
khusus (alun-alun)
Penyeberangan
pejalan kaki
Lain- lain
KARAKTERISTIK KOMPONEN
a. jalur pedestrian di kedua sisi jalan dengan lebar 2 m di
masing-masing sisi jalan
b. Dilengkapi oleh jalur hijau sebagai peneduh di masingmasing sisi jalan
a. jalur pedestrian di kedua sisi jalan dengan lebar 1,5 m di
masing-masing sisi jalan
b. Dilengkapi oleh jalur hijau sebagai peneduh
a. Jalur pedestrian di kedua sisi jalan dengan lebar 1 m di
masing-masing sisi jalan
b. Dilengkapi oleh jalur hijau
a. Jalur pedestrian bisa direncanakan khusus dengan lebar
antara 2 6 m, untuk mewadahi kegiatan atau aktivitas
penduduk seperti jogging, atau hanya sebagai tempat
berkumpul
b. Dilengkapi dengan jalur hijau sebagai peneduh
Pembuatan tempat-tempat penyebaran pejalan kaki, terutama
di daerah persimpangan jalan dan lokasi-lokasi pemusatan
aktivitas seperti pasar, kawasan pendidikan, dan kawasan
perdagangan. Pembuatan tempat penyeberangan harus melihat
kemungkinan kemacetan yang ditimbulkan
Untuk mengurangi kemungkinan penggunaan jalur pedestrian
sebagai tempat PKL, maka harus dibuatkan tempat-tempat
khusus PKL yang mungkin bisa menyatu dengan jalur
pedestrian, dan pelarangan berjualan di sepanjang jalur
pedestrian
TABEL 5-9
NO
1
KOMPONEN
Perkantoran
a.
b.
2
Perdagangan (mal,
ruko)
a.
b.
c.
d.
Perdagangan
tradisional (pasar
tradisional)
a.
b.
c.
d.
KARAKTERISTIK KOMPONEN
Masing-masing gedung kantor diwajibkan menyediakan
lokasi parkir (off street parking), bisa menggunakan
halaman belakang atau depan parkir, dengan kapasitas
disesuaikan dengan aktivitas kantor tersebut
Jalur keluar masuk gedung perkantoran diarahkan agar
tidak mengganggu jalur jalan
Pengelola mall diwajibkan untuk menyediakan lahan parkir
(off street parking), dengan kapasitas sesuai dengan
perkiraan kebutuhan parkir
Untuk ruko, disediakan lahan parkir di depan ruko
Harus disediakan tempat bongkar muat barang
Arah keluar masuk mall/ruko harus dipertimbangan agar
tidak menimbulkan kemacetan
Pembuatan lahan parkir khusus di didalam kompleks atau
disamping pasar traditional
On street parking hanya diberlakukan pada jam-jam sibuk
pasar
Perlu disediakan lokasi bongkar muat
Arah keluar masuk diharapkan tidak mengganggu jalan
Laporan Antara
NO
4
5
KOMPONEN
Fasilitas umum (RS,
Puskesmas, klinik,
masjid, terminal)
Lain lain
a. Tempat hiburan
b. Tempat Olah
Raga/lapangan/
alun-alun
c. Rest area
d. Container/
pergudagangan
e. Industri
KARAKTERISTIK KOMPONEN
utama
Pengelola harus menyediakan lokasi parkir ( off street parking)
Pengelola tempat hiburan wajib menyediakan lahan parkir,
sesuai dengan kapasitas pengunjung
Pada even-event tertentu on street parkir diperbolehkan di jalan
mengelilingi alun-alun.
Sebagai tempat rest area, perlu kapasitas parkir yang cukup
banyak, pengelola diwajibkan membuat prediksi kebutuhan
parkir.
a. Perlu disediakan lahan-lahan parkir, untuk truk-truk
container di lokasi pergudangan
b. Disediakan lokasi untuk bongkar muat
Masing-masing industri atau kelompok industri wajib
menyediakan parkir bagi karyawannya, dimasing-masing lokasi
industri atau pool kompleks industri
5.2.2
Perkiraan kebutuhan air bersih di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, dihitung
berdasarkan asumsi:
Jumlah kebutuhan air untuk fasilitas sosial diasumsikan sebesar 20% dari kebutuhan air
rumah tangga;
Berdasarkan asumsi tersebut, maka proyeksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Seberang Ulu
II
pada akhir tahun perencanaan (2033) adalah sebesar 477 lt/dt. Untuk lebih jelasnya
mengenai rencana kebutuhan air bersih di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang
adalah sebagai berikut:
Laporan Antara
TABEL 5-10
NO
KELURAHAN
JUMLAH
PENDUDUK
PENDUDUK
TERLAYANI
1
2
3
4
5
6
7
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
13406
10235
24257
22419
41513
29460
24875
166165
12065
9212
21831
20177
37362
26514
22388
149549
DOMESTIK
(LT/DET)
25
19
45
42
78
55
47
312
NONDOMESTIK
(LT/DET)
8
6
15
14
26
18
15
103
KEBOCORAN
(LT/DET)
5
4
9
8
16
11
9
62
JUMLAH
KEBUTUHAN
(LT/DET)
38
29
70
64
119
85
71
477
Sistem penyediaan air bersih terdiri atas beberapa komponen yang secara keseluruhan
berfungsi menyalurkan air dari sumber ke daerah tujuan. Sistem penyediaan air bersih terdiri
atas komponen- komponen sebagai berikut:
Intake, merupakan bangunan yang berfungsi untuk menangkap air baku sebaik
mungkin agar tidak memperburuk kualitasnya;
Sistem Transmisi, diperlukan untuk membawa air dari sumber ke reservoir atau ke
bangunan pengolahah air bersih;
Pengolahan Air Bersih, untuk mengolah air baku menjadi air bersih yang memenuhi
baku mutu dan dapat dikonsumsi masyarakat;
Sistem Distribusi, digunakan untuk mengalirkan air bersih dan membagikannya kepada
konsumen. Diharapkan kebutuhan air konsumen di seluruh wilayah kota (daerah
layanan) dapat terpenuhi secara memadai.
INTAKE
Jaringan Transmisi
Instalasi
Pengolahan
Konsumen
Jaringan Distribusi
Laporan Antara
RENCANA
JARINGAN
PRASARANA
AIR
BERSIH
DI
KECAMATAN
Laporan Antara
Peningkatan pelayanan penyediaan air bersih melalui PDAM diperlukan untuk memperkecil
ketergantungan penduduk dalam memenuhi kebutuhan air bersih melalui sumur dangkal,
sumur dalam ataupun dengan memanfaatkan sumber air permukaan seperti kolam dan
sungai, karena sumber-sumber tersebut sukar diperkirakan sampai sejauh mana dapat
memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk, dari segi kuantitas maupun segi kualitas tidak
dapat dijamin sumber-sumber air tersebut sudah memenuhi standar air bersih, karena
kualitas air dapat berubah akibat dari aktivitas yang dilakukan penduduk sehingga dapat
menyebabkan pencemaran terhadap sumber-sumber air tersebut.
5.2.3
Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah
manusia (Black Water). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan
dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya.
Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai
tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah
satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada
lingkungan perumahan yang berlaku.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
Septik tank;
Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang
memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat
tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem
pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air
limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat
Laporan Antara
bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat
melayani beberapa rumah. Kondisi di kawasan perencanaan di beberapa sudah dilengkapi
dengan saluran jaringan air limbah, beberapa kawasan terkoneksi dengan draninase lokal,
sedangkan beberapa kawasan memiliki jaringan air limbah tersendiri yang ditanama di bawah
pedestrian (sistem drainase tertutup).
Permasalahan umum yang terjadi terkait dengan prasarana air limbah di wilayah perencanaan
adalah:
Belum adanya instalasi pengolahan lumpur septic yang dapat menampung buangan
yang dihasilkan di wilayah perencanaan dan sekitarnya;
Kurangnya armada pengangkutan limbah, dimana armada yang ada tidak mencukupi
untuk mengantisipasi perkembangan wilayah perencanaan yang cukup pesat;
Masih kurangnya instalasi pengelolaan air limbah industri yang terdapat di Kecamatan
Seberang Ulu II;
Untuk memperkiraan volume air limbah grey water dihitung sebesar 80% dari pemakaian air
bersih. Sedangkan air limbah yang berupa lumpur tinja (Black Water) dihitung dengan asumsi
tiap orang menghasilkan 40 liter dalam setahunnya. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
produksi air limbah di Kecamatan Seberang Ulu II
TABEL 5-11
NO
1
2
3
4
5
6
7
DESA
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
PENDUDUK
TERLAYANI
9384
7165
16980
15693
29059
20622
17413
116316
KEBUTUHAN
AIR BERSIH
(LT/DTK)
18
12
12
12
47
14
22
137
PRODUKSI
GREY WATER
(LTR/DTK)
14
10
10
10
38
11
18
109
PRODUKSI
BLACK WATER
(M3/HARI)
1.02
0.78
1.85
1.71
3.17
2.25
1.90
12.68
Laporan Antara
Kondisi topografi merupakan faktor yang sangat penting dalam merencanakan sistem
pembuangan air kotor/limbah domestik serta menentukan arah pengalirannya. Mengingat
akan mahalnya biaya pembuatan saluran air limbah, pada tahap awal jaringan saluran
drainase direncanakan terpadu dengan saluran yang sudah ada sebelumnya, sungai-sungai
yang
mengalir
melalui
jalan-jalan/saluran-saluran
di
dimanfaatkan
sebagai
saluran
pembuangan utama. Air kotor yang dapat disatukan dengan saluran drainase hanya air kotor
dari kamar mandi dan dapur, tidak termasuk buangan manusia dan air bekas proses industri.
Air limbah ini khusus dari rumah tangga, sedangkan air limbah industri harus ditampung
dalam bak pengolahan air limbah (water treatment) yang selanjutnya air limbah ini dapat
disalurkan dengan saaluran khusus pada saluran drainase primer, sedangkan air buangan
manusia harus ditampung dalam bak penampungan ( septic tank). Air limbah yang akan
dialirkan ke saluran drainase harus memenuhi syarat bahwa air tersebut tidak akan
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tipe pengolahan limbah secara garis besar dibedakan atas 2 sistem, yaitu:
Pengolahan secara komunal atau terpusat ( off-site treatment), Pada sistem pengelolaan
secara terpusat, seluruh limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan secara
bersama dalam satu wilayah pelayanan, untuk dibawa ke suatu lokasi pengolahan akhir.
Pada sistem ini seluruh air limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan melalui pipa
tersier, ke pipa sekunder, dari pipa sekunder dialirkan menuju pipa pengumpul utama
untuk selanjutnya dialirkan menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Rencana pengelolaan limbah di Kecamatan Seberang Ulu II secara umum dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Laporan Antara
Penyediaan air bersih sebagian dilayani oleh PDAM dan sumur dangkal;
Lingk. Permukiman
Bidang
Tangki Septik
Resapan
Lumpur Tinja
Kendaraan
Penguras
IPLT
(Instalasi Pengolahan
Lumpur/Tinja)
Lumpur tinja
Sistem tangki septik yang akan dikembangkan terdiri dari dua jenis tangki
septik yaitu:
Sistem tangki septik individu, dimana penanganan air limbah inidengan membuat
tangki septik pada tiap-tiap rumah, yang hanya melayani satu rumah. Penerapan
bentuk ini terutama ditujukan bagi kawasan perumahan yang kepadatan
penduduknya rendah,
Sistem tangki septik komunal, dimana satu tangki septik digunakan bersama olen
beberapa keluarga/rumah (15-20 rumah) secara kolektif yang disalurkan melalui
saluran tertutup dari setiap rumah ke tangki septik, hal ini untuk rnenghindarl
terjadi
pencernaran
oleh
limbah
tersebut
terhadap
lingkungan
sekitar.
Laporan Antara
intensitas kegiatan tinggi seperti di kawasan pusat Kecamatan dan kawasan lain
yang cukup padat, serta kawasan-kawasan permukiman terencana (real estate)
Cara ini merupakan sistem yang sangat baik untuk dikembangkan pada daerah
berkepadatan tinggi karena dapat menghemat kebutuhan lahan dan pengontrolan
dapat dilakukan secara kolektif.
b.
2.
b.
menyediakan
IPAL
pada
kawasan-kawasan
industri
yang
dikembangkan;
c.
d.
mengajukan
masterplan
yang
dilengkapai
dengan
sistem
Laporan Antara
5.2.4
Penanganan air hujan dalam hal ini air yang mengalir diatas permukaan tanah ( run off)
dengan limpasannya perlu dilakukan penyediaan saluran-saluran drainase, saluran baik
terbuka maupun tertutup. Sistem pembuangannya mengikuti sistem pembuangan primer dan
sekunder yang pada prinsipnya dibuat mengikuti rencana jaringan jalan pada sisi kiri dan sisi
kanan jaringan jalan. Sistem primer tentunya merupakan muara daripada saluran sekunder,
untuk saat ini saluran primer di Kecamatan Seberang Ulu II adalah sungai musi.
Untuk meningkatkan fungsi primer sungai tersebut perlu dilakukan pengawasan di sepanjang
pengalirannya dengan memberlakukan pembatasan pembangunan serta penanaman pohonpohon pelindung yang bermanfaat bagi kebutuhan penyaringan kotoran buangan dari jaringan
sekunder. Sistem drainase primer dan sekunder di Kecamatan Seberang Ulu II perlu
mendapat perhatian cukup serius, karena kondisinya yang merupakan daerah banjir. Tujuan
dibangunnya saluran drainase, seperti halnya tujuan penataan tata lingkungan, diantaranya
sebagai berikut:
Melindungi alam lingkungan seperti erosi tanah, kualitas udara dan kualitas air;
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka kegunaan drainase diantaranya adalah:
Laporan Antara
Dilihat dari konstruksinya saluran drainase terbagi menjadi drainase permukaan dan goronggorong. Jaringan tersebut berfungsi mengalirkan air hujan agar permukaan tanah bebas dari
genangan. Jaringan drainase selanjutnya akan dibedakan menjadi tiga fungsi jaringan, yaitu:
jaringan tersier, jaringan sekunder dan jaringan primer. Jaringan tersier adalah saluran
drainase awal sampai ke saluran sekunder dan bersifat tunggal. Jaringan sekunder adalah
saluran yang menerima aliran dari beberapa saluran tersier. Saluran primer merupakan
saluran pembuangan akhir yang menghubungkan sistem drainase tapak dengan tempat
pembuangan.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu
ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum
drainase perkotaan. Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.
Bagian dari jaringan drainase adalah:
TABEL 5-12
NO
1
2
SARANA
Badan Penerima Air
Bagian Pelengkap
PRASARANA
Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Gorong-gorong
Pertemuan saluran
Bangunan terjunan
Jembatan
Street inlet
Pompa
Pintu air
Laporan Antara
Normalisasi sungai atau badan air yang melewati kota, berupa pengerukan dan
perluasan badan air;
Terkait dengan berbagai kegiatan yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu II, secara umum
permasalahan yang terjadi terkait sistem drainase di wilayah perencanaan meliputi:
Faktor alamiah saluran seperti sungai, kali, selokan, drainase lingkungan yang kurang
terjaga. Kondisi saluran menjadi tidak menerus sehingga mengakibatkan aliran air
terhenti. Hal ini mengakibatkan terjadi genangan air yang pada akhirnya menyebabkan
rusaknya kondisi jaringan jalan serta sarana dan prasarana lainnya;
Perilaku masyarakat yang masih banyak membuang sampah kedalam saluran. Kondisi
saluran dengan berbagai sampai memungkinkan terjadinya dekomposisi sampah dalam
bentuk humus atau tanah yang mengakibatkan penampang saluran menjadi berkurang;
Kondisi sebagian saluran tidak memakai perkerasan. Hal ini mengakibatkan terkikisnya
tanah oleh aliran air hujan dan longsoran pada badan saluran yang membahayakan
bangunan-bangunan rumah sekitar saluran;
Laporan Antara
Perencanaan
jaringan
drainase
supaya
pelayanannya
dapat
optimal
adalah
dengan
membangun saluran drainase primer pada jalan-jalan utama yang belum memiliki saluran
drainase dan disesuaikan dengan kontur agar air dapat mengalir lancar tidak terjadi genangan
Serta memperbaiki saluran drainase yang kondisinya sudah tidak layak. Pemeliharaan
terhadap kondisi saluran drainase juga harus dilakukan secara teratur dan hal yang paling
utama
adalah
pemberian
penyuluhan
kepada
masyarakat
akan
pentingnya
menjaga
lingkungan yang salah satunya adalah berpartisiasi dalam menjaga dan memelihara prsarana
jaringan drainase sehingga jaringan drainase dapat berfungsi dengan baik.
5.2.5
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dalam menunjang kesejahteraan hidup
masyarakat. Pemakaian energi listrik akan semakin terasa pentingnya dari waktu ke waktu,
seiring dengan perkembangan teknologi yang umumnya menggunakan energi listrik sebagai
sumber tenaga. Oleh karena itu, pemakaian energi listrik di daerah perkotaan tidak sematamata sebagai sumber penerangan di malam hari, tetapi juga menunjang kegiatan sehari-hari
pada berbagai aspek kehidupan. Pengembangan jaringan listrik di kawasan perencanaan agar
dapat menjangkau konsumen dilakukan dengan:
Peningkatan
fungsi
kelembagaan,
ditujukan
untuk
meningkatkan
efisiensi
dan
Pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik bagi seluruh penduduk dan
kegiatan lainnya.
Perencanaan instalasi travo/gardu dan tiang listrik mengacu pada peraturan yang
ditetapkan PLN.
Laporan Antara
Tiang listrik dipasang di daerah milik jalan, tidak mengganggu pedestrian dan tidak
dipasang pada kaveling rumah.
Kebutuhan daya listrik setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik
dari PLN atau dari sumber lain.
Setiap unit rumah harus dapat dilayani daya listrik min. 90 VA per jiwa. Untuk sarana
lingkungan 40% dari total kebutuhan rumah tangga,
Lokasi permukiman bebas dari jaringan listrik tegangan tinggi. Apabila lokasi terdapat
jalur tegangan tinggi, maka rencana lingkungan permukiman mengacu pada peraturan
PLN.
Harus tersedia jaringan listrik lingkungan dan hunian, dengan penempatan tiang listrik
berada di daerah milik jalan,
Dibutuhkan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan
yang bebas dari kegiatan umum,
Tersedia penerangan jalan dengan kuat penerangan 500 lux dan tinggi > 5 meter dari
muka tanah,
Jarak antar tiang rata-rata 40 meter. Untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan
tanah jalan dan sebagainya, maka dapat diabil jarak tiang antara 30 meter sapai
dengan 45 meter.
Pada jarak dan tempat-tempat tertentu yang dipandang perlu harus diberi penerangan
dengan persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar lingkungan.
Laporan Antara
Hampir seluruh Wilayah Perencanaan di Kecamatan Seberang Ulu II sudah terjangkau oleh
pelayanan listrik PLN. Di masa yang akan datang, kebutuhan listrik akan semakin meningkat
seiring
dengan
pertambahan
jumlah
penduduk
dan
kegiatan
yang
terjadi.
Untuk
Laporan Antara
Untuk pemilihan lokasi gardu hubung harus melingkupi seluruh titik beban. Hal ini untuk
meminimasi biaya momen beban yang merupakan perkalian besarnya beban dengan
jarak ke titik supply.
Penarikan jaringan dari gardu hubung ke masing-masing titik beban harus berarah maju
yang berarti tidak ada kabel yang berbalik arah.
Pemilikan letak gardu hubung tersebut harus mampu memenuhi kriteria voltage
regulation pada ujung beban.
Pemilihan letak gardu hubung juga harus memperhitungkan jarak terdekat dengan
supply gardu hubung induk yang terdapat di ujung beban.
TABEL 5-13
NO
1
2
3
4
5
6
7
KELURAHAN
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
1
2011
1535
3639
3363
6227
4419
3731
24925
2
40
31
73
67
125
88
75
498
3
18
13
13
13
49
14
23
143
7
402
307
728
673
1245
884
746
4985
8
201
154
364
336
623
442
373
2492
Kebutuhan listrik di Kecamatan Seberang Ulu II pada akhir tahun perencanaan, meliputi
sistem distribusi listrik. Sistem distribusi di pada masa yang akan datang terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
1.
Sistem distribusi listrik primer, sistem ini merupakan sistem distribusi listrik tegangan
menengah yang lazimnya menggunakan tegangan 20 KVA. Sistem distribusi listrik
primer ini terdiri dari:
JUMLAH
20905
15959
36864
34942
64726
99668
38778
92863
Laporan Antara
2.
Sistem distribusi listrik sekunder, sistem ini merupakan sistem listrik tegangan rendah
yang lazim menggunakan sistem tegangan 380/220 V dan didistribusikan dari gardu
penurun tegangan ke beban konsumen dan penerangan jalan. Sistem distribusi
sekunder ini, terdiri dari:
3.
Sistem distribusi listrik tersier, merupakan sistem listrik tegangan rendah 380/220 V
dari jaringan listrik sekunder menuju ke beban-beban konsumen dan penerangan jalan.
Sistem distribusi tersier ini terdiri dari:
Meter-meter konsumen.
Tersedianya fasilitas telepon sangat diperlukan bagi kelancaran komunikasi dan arus
informasi. Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan
kegiatan ekonomi perkotaan, serta penambahan kebutuhan bagi fasilitas pemerintahan dan
penambahan permukiman, maka permintaan terhadap sambungan telepon akan semakin
meningkat
pada
masa
yang
akan
datang.
Kebutuhan
sambungan
telepon
untuk
perorangan/rumah tangga dan kantor dapat dilayani oleh Perumtel dengan sambungan
langsung ke Sentral Telepon Otomat (STO) Perumtel menuju Rumah Kabel (RK).
Perkiraan kebutuhan sambungan telepon di
Laporan Antara
GAMBAR 5-13 PETA RENCANA JARINGAN ENERGI LISTRIK DI KECAMATAN SEBERANG ULU II
KOTA PALEMBANG
Laporan Antara
GAMBAR 5-14 PETA RENCANA JARINGAN PRASARANA GAS DI KECAMATAN SEBERANG ULU II
KOTA PALEMBANG
Laporan Antara
Untuk fasilitas umum, digunakan asumsi standar kebutuhan telepon sebesar 20 % dari
rumah tangga;
Untuk melayani kebutuhan telepon umum, maka diperlukan unit-unit telepon umum
dengan asumsi 1 unit telepon umum diperkirakan akan mampu melayani penduduk
sebanyak 2.500 jiwa;
Mengingat perkembangan sistem teknologi dan informasi saat ini, maka pemenuhan
kebutuhan akan telekomunikasi tidak hanya dapat dipenuhi oleh sistem jaringan telepon,
tetapi dapat dipenuhi dengan menggunakan sistem jaringan seluler. Untuk mendukung hal
tersebut, maka yang butuhn dikembangkan dalam hal pengembangan sistem telekomunikasi
adalah pengembangan BTS di Kecamatan Seberang Ulu. Adapun untuk pengembangan BTS ini
didasarkan pada jangkauan pelayanan, dimana 1 BTS dapat melayani lebih kurang dalam
radius 1 km.
5.2.6
Rencana sistem pengelolaan persampahan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Begitu juga halnya di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang,
dimana
sistem
pengelolaan
persampahan
sangat
dibutuhkan
untuk
Laporan Antara
Dikarenakan tidak adanya pengelolaan sampah secara baik, maka tidak jarang warga pada
akhirnya membuang sampah dibelakang rumahnya atau bahkan memenuhi saluran-saluran
drainase. Selain diperlukan suatu pengelolaan sampah yang baik dimana sampah diangkut
secara berkala ke TPS maupun TPA juga siperlukan kesadaran dari seluruh pihak termasuk
masyarakat
tentang
perlunya
pengelolaan
sampah
agar
tidak
menimbulkan
masalah
dikemudian hari.
Berdasarkan standar teknis dan kondisi tersebut, langkah dan strategi pengembangan di
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Seberang Ulu II meliputi :
Pengadaan dan pengelolaan alat angkut sampah dengan menyiapkan armada angkut
mulai dari gerobak sampai truk pengangkut;
Penyiapan
peralatan
dengan
pembangunan
fasilitas
pendukung
untuk
sistem
Pengelolaan sampah yang berhirarki dan memiliki prasarana yang baik sesuai dengan
sistem pengelolaan sampah perkotaan;
Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam pegolahan sampah organik skala kecil
(lingkungan);
Laporan Antara
Untuk memperkirakan volume sampah di wilayah perencanaan akan didasarkan pada standar
yang telah berlaku atau hasil kajian/studi yang pernah dilakukan di berbagai kota. Beberapa
kriteria penting yang akan dipertimbangkan untuk memperkirakan volume sampah di wilayah
perencanaan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan asumsi dan kriteria di atas perkiraan volume sampah di Kecamatan Seberang Ulu
II dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
TABEL 5-14
NO
1
2
3
4
5
6
7
DESA
JUMLAH
PENDUDUK
11 Ulu
12 Ulu
13 Ulu
14 Ulu
16 Ulu
Tangga Takat
Sentosa
Jumlah
13406
10235
24257
22419
41513
29460
24875
166165
Sebagaimana halnya pelaksanaan pengelolaan sampah yang sudah berjalan diberbagai kota
besar di Indonesia, umumnya pemerintah mempunyai kewenangan penanganan sampah mulai
dari TPS sampai ke TPA. Sementara dari sistem pewadahan sampai ke TPS dilakukan oleh
Rukun Warga setempat. Mengacu pada konsep ini pada akhirnya beban pemerintah dalam
penanganan sampah adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan. Sarana dan prasarana dimaksud meliputi kebutuhan
gerobak, transfer depo, kebutuhan truk sampah, TPA. Untuk melayani pengumpulan sampah
akhir penduduk Kecamatan Seberang Ulu II.
Laporan Antara
TABEL 5-15
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PERKIRAAN TIMBULAN
SAMPAH DAM KEBUTUHAN
PENYEDIAAN PRASARANA
SAMPAH TAHUN 2033
166,165
33,233
302.95
166
83
50
38
30
1
14
URAIAN
Jml Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Produksi sampah
Jumlah Kebutuhan Gerobak (200 KK / 1 m3)
Kebutuhan Transfer Depo (per 400 KK)
Kebutuhan Truk Sampah (6 m3)
Kebutuhan Truk Sampah (8 m3)
Arm Roll Truck (10 m3)
TPA (100.000 jiwa)
Compactor truck 8
Melihat hasil prediksi timbulan sampah di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, perlu
dilakukan pengelolaan secara baik agar sampah tidak menimbulkan masalah lingkungan di
kemudian hari. Sistem pengelolaan sampah 3 R dapat dilaksanakan di Kecamatan Seberang
Ulu II Kota Palembang. Hal ini disebabkan karena pada umumnya sampah yangdihasilkan
oleh masyarakat adalah sampah organik, dan bisa dilakukan daur ulang dengan menggunakan
sistem pengomposan. Hal ini akan memberikan nilai tambah kepada masyarakat dari hasil
kompos yang dapat digunakan untuk pemupukan tanaman pertanian yang diusahakan oleh
masyarakat, sehingga dapat mnghasilkan hasil pertanian organik yang mempunyai nilai jual
yang tinggi.
Strategi dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang adalah
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dimana tercipta lingkungan yang bersih dan sehat
serta terciptanya sistematika pengelolaan sampah yang efektif. Penataan dan pengelolaan
persampahan harus segera terealisasi dan harus memperhatikan fungsi sebagai wilayah untuk
kegiatan agroindustri, pemukiman, pengembangan pertanian dan perlindungan terhadap
kegiatan yang merusak lingkungan.
1.
Diperlukannya
sistem
pengelolaan
sampah
secara
terpadu
melalui
kerjasama
3.
Laporan Antara
4.
Adapun kebijakan yang diperlukan dalam pengelolaan sampah Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang adalah :
1.
2.
Penyiapan sistem pengelolaan sampah sederhana yang terpadu untuk sampah dari
seluruh daerah urban,
3.
4.
5.
Pengembangan sumber daya manusia di jenjang manajerial dan staf operasional pada
manajemen persampahan yang lebih efisien dan efektif.
3.
Pengadaan dan pengelolaan alat pengolahan sampah yang cocok untuk diterapkan dan
sesuai dengan Karakteristik Kecamatan Sukawangi dan
4.
Selain itu perlu upaya khusus untuk mengantisipasi timbulnya masalah sampah, upaya
tersebut adalah sebagai berikut :
Laporan Antara
1.
2.
Sistem
1 2 3 pewadah
an
Pengangkutan
sampah
terpisah
Pembongkara
n
Pembongkara
n & Pemilahan
Organi
k
(daun,
Plastik
sayura
kerasan
n, dll)
(ember,
baskom,
mainan, dll)
Plastik
kresek
Kemasa
n air
mineral
(Aqua,
Kertas,
Vit,
dll)
Karton
Logam,
Kardus
kaleng,
kawat
Proses
Kompos
Proses
Pengolaha
n Plastik
Proses
Pembuata
n Kertas
Daur Ulang
Packi
Jual
ng
Packi
ng
Packi
ng
Jual
Jual
Laporan Antara
Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangan atau
penanganannya sebagai upaya untuk
pola
Disparitas pengembangan wilayah dengan wilayah yang lain yang terdapat di Kota
Palembang;
Kawasan sempadan sungai musi merupakan kawasan lindung yang harus diamankan;
Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa serta sarana pelayanan umum skala
Kecamatan pada kawasan di sekitar koridor jalan utama Kecamatan Seberang Ulu II;
Laporan Antara
2.
Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa serta sarana pelayanan umum skala
kecamatan di sekitar koridor jalan utama sekitar pusat Kecamatan Seberang Ulu II;
3.
Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa serta sarana pelayanan umum skala
kecamatan (di Kelurahan Tangga Tangkat);
4.
Berdasarkan kepada karakteristik wilayah dan isu permasalahan yang terdapat di Wilayah
Pengembangan Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, rencana pengembangan
kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya di Wilayah
Pengembangan meliputi:
1.
2.
Kawasan Perdagangan dan Jasa Koridor Ahmad Yani dan Koridor KH. Azhari; dan
3.
1.
Menjaga batas sempadan sungai musi yang termasuk ke dalam kategori sungai besar di
perkotaan;
Penyusunan
rencana
tata
bangunan
dan
lingkungan
untuk
mengarahkan
arah
pertumbuhannya
2.
Kawasan Perdagangan dan Jasa Koridor Ahmad Yani dan Koridor KH. Azhari
Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang diarahkan
disepanjang koridor jalan Ahmad Yani dan koridor jalan KH. Azhari. Kedua ruas jalan ini
merupakan koridor kolektor primer dan kolektor sekunder.
Laporan Antara
Untuk
mengantisipasi
timbulnya
dampak
lingkungan
yang
akan
terjadi
dikarenakan
Pembangunan dilakukan secara terarah dan terkendali, untuk itu kawasan ini perlu
didukung oleh rencana tata ruang kawasan;
3.
Saat ini Kecamatan Seberang Ulu II direncanakan adanya pembangunan jembatan Musi IV
yang diharapakan dapat mengurangi beban pergerakan di ruas jembatan yang ada saat ini.
Adapun pengembangan Jembatan Musi IV itu akan berdampak kepada Kecamatan Seberang
Ulu II dikarenakan, posisi salah sati kaki jembatan yang direncanakan ada di Kelurahan 14 Ulu
dan terkoneksi dengan jalan KH. Azhar. Adapun arahan pengelolaan untuk pengembangan
kawasan ini adalah:
Penyusunan
rencana
tata
bangunan
dan
lingkungan
untuk
mengarahkan
arah
pertumbuhannya.
PETA
RENCANA SUB BWP YANG
DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
Laporan Antara
GAMBAR 6-1
Laporan Antara
BAB KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
7.1
Salah satu fungsi Rencana Detail Tata Ruang Kota adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Kota
dalam menyusun dan melaksanakan program selama masa perencanaan. Indikasi programprogram
pembangunan
tersebut
merupakan
penjabaran
kebijaksanaan
dan
rencana
Laporan Antara
seharusnya berfungsi lindung. Dalam penyusunan indikasi program penataan ruang ini sektor
yang terkait dalam setiap kawasan akan ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Secara umum, sektor yang akan disusun indikasi program pembangunannya adalah
sektor / sub sektor yang langsung memanfaatkan ruang (sebagai implikasi dari rencana
tata ruang yang telah disusun), beserta lokasi realisasi program dalam kurun waktu
perencanaan tertentu, instansi pengelola dan kemungkinan eksploitasi dana.
Program Kependudukan
a.
2.
b.
c.
Pengembangan pusat tersier diarahkan pada kelurahan selain sebagai pusat pusat
primer dan sekunder pada masing-masing Sub BWP dengan fungsi pelayanan
sebagai Perdagangan dan jasa skala lingkungan, pelayanan sarana/fasilitas umum
skala lingkungan (skala kelurahan).
3.
Laporan Antara
Mempertimbangkan pola yang telah terbentuk maka pembukaan jalan baru ini
ditekankan pada pengembangan jalan kelas lokal primer atau lokal sekunder.;
b.
Pelebaran jalan untuk dapat memberikan akses bagi angkutan umum tanpa
menimbulkan gangguan pada kegiatan lain khususnya gangguan pada fungsi
hunian;
c.
Pembangunan jalan-jalan tembus yang dilakukan dalam upaya meneruskan jalanjalan servis yang telah ada sehingga keberadaannya dapat dimanfaatkan pula
bagi kegiatan warga kota lainnya;
d.
e.
Menyiapkan ruas jalan yang terkoneksi dengan rencana kaki Jembatan Musi IV.
7.2
Pembiayaan Pembangunan
Kebutuhan dana pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1.
2.
3.
Pertanggungjawaban;
4.
Perencanaan koordinasi.
Faktor ketrampilan aparat dapat mewarnai dan membentuk prakarsa-prakarsa (inisiatif) untuk
mengembangkan dan meningkatkan sumber pendapatan daerah, khususnya bagi pembiayaan
pembangunan. Bagaimanapun baiknya suatu rencana, apabila tidak didukung dengan
keterampilan aparat yang tangguh dan tanggap disamping kejujuran yang memadai, adalah
suatu kepastian peningkatan pendapatan yang terabaikan.
Apabila faktor ketrampilan aparat belum terpenuhi, maka faktor pengendalian dari bupati
sebagai kepala daerah perlu dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan antara
target
dan
realisasi,dengan
dibarengi
faktor
pengawasan
yang
menjurus
kepada
Laporan Antara
Secara
struktural
adalah
kemana
harus
bertanggungjawab.
Andaikata
koordinasi
oleh
Walikota
perlu
dibina
secara
terus-menerus,
pembinaan
Pelaksanaan rencana sektoral daerah, maupun antar sektoral dan antar unit-unit
pemerintah daerah sendiri;
2.
3.
Koordinasi secara operasional perlu ditingkatkan mulai dari usaha perencanaan sampai
pada pelaksanaan rencana tata ruang;
4.
Sebagai konsekuensi dari adanya rencana tata ruang yang telah disyahkan yang bersifat
meningkat, maka kemampuan keuangan perlu ditingkatkan. Hal ini diusahakan melalui :
a.
Jalur Pemerintah Daerah dengan cara mendayagunakan biaya rutin dan intensifikasi
serta ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah dan penertiban penyusunan
APBD;
b.
Jalur sektoral dengan cara koordinasi pelaksanaan antar sektoral secara tertib sehingga
tercapai hasil guna dan daya guna hasil-hasil pembangunan;
Laporan Antara
c.
d.
distribusi pendapatan
dan lain-lain;
e.
f.
g.
h.
Lebih meningkatkan lagi partisipasi masyarakat luas dalam beberapa sektor kegiatan
ekonomi yang bernilai tinggi;
i.
j.
Usaha penghematan dan pengamanan dana bantuan pemerintah pusat dan lembagalembaga asing, melalui koordinasi dan pengendalian proyek-proyek.
Sumber-sumber
dana
untuk
pengelolaan
pembangunan
Rencana
Detail
Tata
Ruang
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang berasal dari Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dan Pemerintah Kota Palembang, maka perlu diusahakan pembiayaan pembangunan
yang berasal dari swadaya masyarakat.
Pada dasarnya yang menjual sumber pembiayaan pembangunan yang utama di Kota
Palembang adalah APBD Kota disamping bantuan-bantuan dari Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Pusat. Dalam pelaksanaannya, pembiayaan pembangunan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan sumber-sumber pendanaan sebagai berikut :
a.
Pembiayaan pemerintah;
b.
c.
d.
Dana yang merupakan ganjaran sektoral dari pusat / departemen berupa proyekproyek;
Laporan Antara
e.
Dana yang merupakan sumbangan dari sektor swasta dapat berupa dana membangun
materi ataupun proyek kerjasama;
f.
Swadaya masyarakat;
g.
1.
2.
3.
Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan; dan
4.
Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
Maka
2.
3.
dari
Pinjaman Daerah;
itu
Pemerintah
Kota
Palembang
perlu
meningkatkan
penerimaan
daerah,
Laporan Antara
2.
b.
Laporan Antara
c.
Peningkatan
administrasi
pemungutan
pajak
maupun
retribusi
melalui
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Melakukan perluasan obyek pajak dan retribusi melalui riset potensi dan
pendataan.
k.
Melakukan operasi penertiban terhadap wajib pajak maupun wajib retribusi yang
menunggak.
3.
Laporan Antara
4.
pusat.
pembangunan
Pinjaman
prasarana
tersebut
yang
terutama
nantinya
akan
dimaksudkan
menjadi
aset
untuk
daerah
membiayai
dan
dapat
pelaksanaan
program
pembangunan
Kota,
Pemerintah
daerah
dapat
kemudahan
dalam
memperoleh
pinjaman,
maka
diharapkan
sumber
dapat
dikompensasikan
dengan
mewajibkan
pihak
swasta
tersebut
ikut
pula
memberikan
konstribusinya.
Di
samping
itu,
perlu
juga
Laporan Antara
7.
Laporan Antara
7.3
Salah satu fungsi arahan struktur dan pola ruang adalah sebagai acuan bagi Pemerintah
Daerah dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah pada tahap berikutnya. Indikasi
program pembangunan yang disusun merupakan tahapan yang kiranya perlu dilaksanakan
dalam mewujudkan penataan ruang di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang yang
serasi selaras dan optimal dalam pemanfaatannya. Pertimbangan-pertimbangan dalam
penentuan program yang akan dilaksanakan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
1.
Bahwa besarnya kebutuhan prasarana dan sarana pembangunan yang harus disediakan
dalam setiap tahapan adalah proporsional dengan peningkatan jumlah penduduk pada
tiap tahapan pembangunan;
2.
Program
yang
diprioritaskan
adalah
yang
mendukung
tercapainya
keteraturan
Ada beberapa wilayah yang perlu diprioritaskan pembangunannya dalam upaya untuk
mendorong pertumbuhan wilayah atau memberikan pelayanan bagi wilayah yang
memerlukan pembangunan dalam waktu yang relative lebih dekat (mendesak).
Indikasi program pada kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang mengacu kepada program-program yang telah diarahkan di dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palembang. Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota,
sedangka fungsi dari kebijakan tersebut antara lain sebagi dasar untuk memformulasikan
strategi penataan ruang wilayah kota, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan
rencana pola ruang wilayah kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program
utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota. Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota antara lain sebagai
dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kota serta penetapan
kawasan strategis kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW
Kota dan sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Laporan Antara
TABEL 7-1
NO
PROGRAM
LOKASI
1
A
I
1
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
I.003
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
APBD
BAPPEDA
PU
BPLHD
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS PU
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS PU
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS PU
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
10
11
12
Pembangunan taman RW
13
Pembangunan taman RT
Blok I.004
Blok III.003
Blok I.003
Blok I.004
Blok III.003
Blok I.003
Blok I.004
Blok III.002
Blok III.003
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
APBD
DINAS PU
APBD
DINAS PU
APBD
BAPPEDA
PU
BPLHD
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
APBD
APBD
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS TATA
KOTA
APBD
DINAS TATA
KOTA
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
BAPPEDA
PU
DINAS TATA
KOTA
DINAS TATA
KOTA
14
Kecamatan
Seberang
Ulu II
APBD
15
Kecamatan
Seberang
Ulu II
APBD
Kecamatan
Seberang
Ulu II
APBD
II
1
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
APBD
DINAS TATA
KOTA
DINAS
PERDAGANGAN
DINAS
PERHUBUNGAN
DINAS TATA
KOTA
DINAS
PERDAGANGAN
DINAS
PERHUBUNGAN
BAPPEDA
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
DINAS PU
DINAS
PERHUBUNGAN
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
10
11
12
13
14
15
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
APBD
DINAS PU
APBD
SWASTA
DINAS PU
APBD
APBD
SWASTA
APBD
DINAS PU
DINAS
PERHUBUNGAN
BAPPEDA
DINAS PU
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
APBD
DINAS PU
APBD
DINAS PU
APBD
DINAS PU
DINAS
PERHUBUNGAN
DINAS PU
DINAS
PERHUBUNGAN
DINAS PU
APBD
APBD
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
kepadatan tinggi
16
17
18
19
20
21
22
23
B
1
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
INSTANSI
PELAKSANA
BAPPEDA
DINAS TATA
KOTA
BAPPEDA
DINAS TATA
KOTA
BAPPEDA
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
DINAS
KESEHATAN
DINAS PU
DINAS
PENDIDIKAN
DINAS PU
DINAS SOSIAL
DINAS PU
DINAS
PERHUBUNGAN
BAPPEDA
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
10
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
APBD
DINAS
PERHUBUNGAN
DINAS PU
APBD
DINAS PU
SWASTA
APBD
DINAS PU
SWASTA
APBD
DINAS PU
MASYARAKAT
PLN
PERTAMINA
PLN
DINAS TATA
KOTA
TELKOM
APBD
DINAS TATA
KOTA
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pembangunan IPLT
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
SWASTA
Kecamatan
APBD
INSTANSI
PELAKSANA
TELKOM
SWASTA
PDAM
APBD
PDAM
DINAS PU
APBD
DINAS PU
PDAM
APBD
DINAS PU
APBD
DINAS PU
APBD
SWASTA
DINAS PU
MASYARAKAT
APBD
DINAS PU
APBD
DINAS TATA
KOTA
DINAS PU
BPLHD
DINAS TATA
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
LOKASI
1
I
3
II
III
IV
SUMBER
PEMBIAYAAN
Seberang
Ulu II
21
22
Sosialisasi sampah 3R
23
Pembangunan hydrant
24
25
C
I
1
II
INSTANSI
PELAKSANA
KOTA
DINAS PU
BPLHD
DINAS
KEBERSIHAN
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
Kecamatan
Seberang
Ulu II
APBD
APBD
DINAS TATA
KOTA
BPBD
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
Blok
APBD
DINAS TATA
KOTA
I.001
I.002
I.003
I.004
II.001
II.002
APBD
DINAS
KEBERSIHAN
APBD
DINAS TATA
KOTA
BPBD
BPBD
APBD
Laporan Antara
TAHAP REALISASI
NO
PROGRAM
SUMBER
PEMBIAYAAN
INSTANSI
PELAKSANA
Jalan Ahmad
Yani
Jalan KH
Azhari
APBD
DINAS TATA
KOTA
Blok I.004
APBD
DINAS TATA
KOTA
LOKASI
1
III
I
3
II
III
IV
Laporan Antara
8.1
Pengertian Umum
Secara umum, Peraturan Zonasi (zoning regulation) sangat penting dalam proses pembinaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
ketelitian yang sama dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR Kota), namun Peraturan
Zonasi mengatur lebih rinci dan lengkap ketentuan pemanfaatan ruang dengan tetap mengacu
kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang ada.
Peraturan Zonasi merupakan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dimana
Peraturan Zonasi
merupakan
salah
satu
komponen
dalam
Peraturan
Laporan Antara
8.2
Pada bagian awal disajikan definisi dan pengertian beberapa istilah yang digunakan dalam
Peraturan Zonasi untuk Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Peraturan Zonasi
ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan.l
Ruang
wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan, ruang lautan,dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempatmanusia dan mahluk lainnya melakukan kegiatan
danmemelihara kelangsungan hidupnya. ()
Tata Ruang
wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah yangmencakup kawasan lindung
dan budidaya, baik direncanakanmaupun tidak, yang menunjukkan hierarki dan
keterkaitanpemanfaatan ruang.
Penataan Ruang
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang
Variansi
Penataan Ruang
Pemanfaatan
Ruang
Perubahan
Pemanfaatan
Ruang
Pembangunan
Perijinan
Ijin Pemanfaatan
Ruang
Guna Lahan
fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok
peruntukan, dan/atau persil.
Prasarana
Peran Serta
Masyarakat
Berbagai kegiatan orang seorang, kelompok orang atau badan hukum yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Zonasi
Laporan Antara
Klasifikasi Zona
(1) Jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajianteoritis, kajian
perbandingan, maupun kajian empirik untukdigunakan di daerah yang disusun
Peraturan Zonasinya.
(2) Klasifikasi zonasi merupakan perampatan (generalisasi) darikegiatan atau
penggunaan lahan yang mempunyai karakterdan/atau dampak yang sejenis atau
yang relatif sama.
Aturan Teknis
Zonasi
aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatanruang (kegiatan atau
penggunaan lahan, intensitaspemanfaatan ruang, ketentuan tata massa
bangunan,ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturanlain yang
dianggap penting, dan aturan khusus) untuk kegiatan tertentu.
Variansi
Pemanfaatan
Ruang
Aturan Kegiatan
dan Penggunaan
Lahan
Peta Zonasi
(Zoning Map)
peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yangtelah didelineasikan
sebelumnya
Non-conforming
Use
izin yang diberikan untuk melanjutkan penggunaan lahan,bangunan atau struktur yang
telah ada pada waktu peraturanzonasi ditetapkan dan tidak sesuai dengan peraturan
zonasi.
Blok Peruntukan
sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata
(seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
(ekstra) tinggi, pantai, dan lainlain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan
dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota)
Lahan
Persil
Bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan batas kepemilikan
lahan secara hukum/legal di dalam blok atau sub-blok.
Zona
RTH (Ruang
Terbuka Hijau)
Taman
Parking Lot
Bangunan
konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetappada tanah dan/atau
perairan sebagai wadah kegiatanmanusia
Amplop
Bangunan
batas maksimum ruang yang diijinkan untuk dibangun padasuatu tapak atau persil,
yang dibatasi oleh garis-garissempadan bangunan muka, samping dan belakang,
sertabukaan langit (sky eksposure)
Lantai Dasar
(tapak
bangunan)
Laporan Antara
Ketinggian
Bangunan
jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantaidasar sampai lantai
tertinggi.
Tata Massa
Bangunan
bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang
dikuasai.
Kepadatan
Bangunan
Garis Sempadan
Bangunan (GSB)
garis maya pada persil atau tapak sebagai batas minimumdiperkenankannya didirikan
bangunan, dihitung dari garissempadan jalan atau garis sempadan pagar atau batas
persilatau tapak.
Garis Sempadan
Jalan (GSJ)
Garis Sempadan
Pagar
Jarak Bebas
Penataan
Bangunan
pedoman yang mengatur besaran petak lahan, koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, ketinggian bangunan, ruang luar bangunan, koefisien dasar hijau,
orientasi bangunan, serta ketentuan teknis bangunan.
Building Code
Intensitas
Pemanfaatan
Ruang
KDB (Koefisien
Dasar Bangunan)
KLB (Koefisien
Lantai Bangunan)
angka perbandingan yang dihitung dari jumlah luas lantaiseluruh bangunan terhadap
luas lahan perpetakan/persil yangdikuasai.
KDH (Koefisien
Dasar Hijau)
KTB (Koefisien
Tapak Basement)
angka prosentase luas tapak bangunan yang dihitung dariproyeksi dinding terluar
bangunan di bawah permukaan tanahterhadap luas perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai.
KWT (Koefisienn
Wilayah
Terbangun)
angka prosentase luas kawasan atau blok peruntukan yangterbangun terhadap luas
kawasan atau luas blok peruntukanseluruhnya di dalam suatu kawasan atau blok
peruntukan yang direncanakan.
Sesuai dengan Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR
Kabupaten/Kota dijelaskan bahwa di dalam RDTR harus sudah mencakup peraturan zonasi.
Peraturan Zonasi Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang ini mencakup ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang dan ketentuan tata bangunan.
Laporan Antara
8.3
Kode Zonasi
Ketentuan penamaan kode zonasi adalah dengan memberi kode pada setiap zona yang
mencerminkan fungsi dari zona yang dimaksudkan tersebut. Blok Peruntukan adalah sebidang
lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan,
sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, pantai, dan lain
sebagainya), maupun yang belum nyata (seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan
prasarana lain sejenis sesuai dengan rencana kota). Penetapan/delineasi blok peruntukan
dilakukan terutama berdasarkan pertimbangan batas fisik, seperti jalan, gang, batas kapling,
dan orientasi bangunan. Dalam penentuan klasifikasi zona Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh pembagian blok peruntukan berdasarkan zona
penggunaan lahan.
GAMBAR 8-1
Laporan Antara
Penyusunan klasifikasi zona didasarkan kepada struktur dan peruntukan lahan RTRW
Kota Palembang;
2.
Penyusunan
klasifikasi
zona
didasarkan
kepada
kondisi
eksisting
Wilayah
4.
Arahan kebijakan pengembangan kawasan, baik yang berasal dari pusat maupun Kota;
5.
6.
Peraturan zonasi (zoning regulation) adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi
zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang dan prosedur pelaksanaan
pembangunan,
sehingga
bentuk
konkretnya
merupakan
acuan
dalam
pelaksanaan
b.
acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right
d.
e.
rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi
investasi.
Laporan Antara
b.
menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c.
b.
melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu penghuni atau
pemanfaatan ruang yang telah ada;
c.
d.
e.
8.4
lahan yang
ada di Wilayah
Pengembangan Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang yang dibagi menjadi beberapa
hirarki peruntukan tanah. Jenis penggunaan ini disusun berdasarkan ketelitiannya dalam
sebuah
Bagian
Wilayah
Perkotaan
(BWP),
Sub
Wilayah
Perkotaan
(SBWP).
Hirarki
Laporan Antara
Sejalan dengan tujuan dari Kecamatan Seberang Ulu II adalah untuk pengembangan kegiatan,
perdagangan
dan
jasa,
penyediaan
kawasan permukiman
Kota yang
ditunjang
oleh
TABEL 8-1
Simbol
Deskripsi
A.
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Laporan Antara
2.
pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun ketinggian
Pangunan.
Pembatasan
ini
dilakukan
dengan
menurunkan
nilai
maksimal
dan
Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu
melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut
tidak boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis telah
cukup jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk dalam
klasifikasi T.
B.
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu kegiatan
atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat berupa
persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan mengingat
pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan sekitarnya.
Persyaratan umum ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
impact fee).
Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja. Penentuan
persyaratan
mana
yang
dikenakan
ditentukan
oleh
pemerintah
daerah
dengan
Laporan Antara
TABEL 8-2
SIMBOL
T
T1
T2
T3
T4
T5
B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
DESKRIPSI
Tipologinya dapat berupa:
Dibatasi jumlahnya
Dibatasi jam beroperasinya (misalnya maksimum beroperasi jam 9 malam, tidak
boleh 24 jam, dsb)
Dibatasi luasnnya (dalam 1 kapling)
Terbatasnya untuk skala pelayanan tertentu (misalnya terbatas untuk kegiatan skala
blok, kelurahan dsb)
Terbatas pada luasan kapling tertentu (misalnya untuk kapling minimal 200 m 2)
Tipologinya dapat berupa:
Wajib Amdal
Wajib RKL, RPL
Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas
Wajib menyediakan parkir sesuai standar
Wajib menyediakan pengelolaan limbah dalam kapling
Wajib menyediakan prasarana/infrastrutur lainnya
Tidak merubah bentuk/bentang alam
8.5
Intensitas
penggunaan
ruang
lebih
memberikan
pengertian
secara
kuantitatif
dari
pemanfaatan ruang. Tolok ukur kuantitatif dari pemanfaatan ruang adalah berupa suatu
koefisien pemanfaatan ruang yang lebih bersifat horizontal (KDB atau BCR) dan koefisien yang
lebih menunjukkan dimensi vertikal/ketinggian (KLB/FAR).
Kawasan yang tidak terencana intensitas bangunannya akan menimbulkan adanya daerahdaerah yang mempunyai kepadatan bangunan tinggi yang mengakibatkan memburuknya
kualitas lingkungan pada daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu masalah pengaturan
kepadatan bangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Dengan lebih teraturnya
kepadatan bangunan diharapkan akan memperoleh kualitas lingkungan yang lebih baik.
Strategi untuk pengaturan kepadatan dan ketinggian bangunan itu antara lain:
Untuk kawasan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (pusat kota, jalan utama,
dll), dimungkinkan untuk memiliki KLB yang lebih tinggi dari kawasan lainnya.
Dalam kaitannya dengan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang, batas ketinggian bangunan (KLB) ditentukan dengan pertimbanganpertimbangan berikut:
Laporan Antara
Kawasan yang diarahkan sebagai jalur hijau dan/atau kawasan dengan kendala fisik
ditetapkan memiliki KDB 20 % ;
Sesuai
intensitas
untuk
fasilitas
umum
(pendidikan,
kesehatan,
peribadatan,
yaitu
perumahan
kepadatan
tinggi,
perumahan
kepadatan
sedang,
dan
Laporan Antara
8.6
Arahan garis sempadan yang diatur di kawasan perencanaan adalah sempadan bangunan,
sempadan sungai, dan sempadan SUTT. Sempadan bangunan adalah lebar ruang bebas
bangunan yang dihitung dari batas dinding bangunan terluar hingga batas pinggir daerah milik
jalan, dari jalan yang ada di depan, di belakang dan di samping bangunan.
Maksud perencanaan sempadan bangunan ini adalah untuk pengaturan ruang terbuka antara
jalan dengan bangunan, bangunan dengan bangunan, untuk sirkulasi penghuni, ventilasi
cahaya matahari atau kemungkinan gangguan/bahaya kebakaran.
A.
Pengaturan
dari
sempadan
bangunan
bertujuan
untuk
keamanan
lingkungan
dan
Jarak Garis Sempadan Bangunan dikaitkan dengan garis sempadan jalan (daerah milik
jalan) yang direncanakan.
2.
3.
4.
Penentuan garis sempadan bangunan dikaitkan dengan ketinggian bangunan yang dapat
dibangun di atas suatu persil.
Laporan Antara
Acuan yang dipergunakan dalam penetapan garis sempadan bangunan adalah Peraturan
Bangunan Nasional (DPMB) yang dikeluarkan oleh Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum yang secara umum dihitung sebagai berikut:
GSB = (1/2 x L) + 1
Keterangan
GSB
Penetapan garis sempadan bangunan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, juga
mempertimbangkan fungsi jaringan jalan, fungsi kegiatan. Pengaturan garis sempadan
bangunan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang diarahkan sebagai berikut:
Untuk daerah terbangunan yang sudah teratur dan berkondisi permanen namun tidak
memenuhi syarat GSB, maka penerapan garsi sempadan tersebut dilakukan pada saat
bangunan-bangunan tersebut melakukan perombakan, rehabilitasi, atau renovasi atau
pada keadaan-keadaan khusus saat dilakukan proyek pelebaran jalan.
Untuk daerah terbangunan yang kurang atau tidak teratur dan berkondisi bangunan
sedang atau buruk, maka penerapan GSB dilaksnakan pada saat diselenggarakan
program peremajaan atau rehabilitasi lingkungannya.
Untuk daerah yang masih kosong (wilayah pengembangan), penerapan GSB ditetapkan
sedini
mungkin
dengan
menggunakan
persyaratan
mendidrikan
bangunan
atau
Untuk lokasi blok atau superblock, penerapan GSB harus disesuaikan dengan ketinggian
gedung yang akan dibangun dan dengan jarak jalan di depan lokasi, sehingga apabila
gedung tersebut memiliki ketinggian lebih dari 10 lantai, maka garis sempadan
bangunan harus mundur dari garis sempadan yang telah ditentukan. Komposisi ini
digunakan untuk menghindari jarak pandang yang kurang menguntungkan.
Laporan Antara
B.
SEMPADAN SUNGAI
Sempadan sungai merupakan kawasan yang terdapat sepanjang badan sungai atau yang
terletak di sebelah kanan dan kiri sungai, termasuk sungai buatan, kanal, maupun saluran
irigasi primer yang bermanfaat penting dalam pelestarian fungsi sungai. Perlindungan
terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budidaya
yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai.
Sementara itu penentuan sempadan untuk Saluran Listrik Tegangan Tinggi (SUTT) diatur
sedemikian rupa untuk menghindari dampak langsung dari adanya saluran listrik ini pada
kehidupan manusia yang berada di sekitar menara atau tiang SUTT. Penataan garis sempadan
bangunan di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, baik garis sempadan bangunan
maupun garis sempadan sungai mengikuti ketentuan Pemerintah Kota Palembang
a)
Penentuan Garis Sempadan Bangunan berdasarkan fungsi jalan, yang akan diatur lebih
lanjut adalah:
Jalan Kolektor Primer dengan lebar jalan > 7 meter dengan bahu jalan 2 x 1,75
m, kecepatan paling rendah 40 km/jam dan mempunyai kapasitas yang sama
atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jalan Kolektor sekunder dengan lebar jalan > 7 meter dengan bahu jalan 2 x 1,50
m, kecepatan paling rendah 20 km/jam.
Jalan Lokal Primer dengan lebar jalan > 5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,50 m,
kecepatan paling rendah 20 km/jam.
Jalan Lokal Sekunder dengan lebar jalan > 3,5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00
m, kecepatan paling rendah 20 km/jam.
b)
di Kecamatan
Garis Sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan
ditetapkan dari daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 (satu) meter.
Garis sempadan belakang bangunan berjarak minimum 1.5 meter dari dinding
bangunan.
Laporan Antara
Sementara itu untuk pengaturan Garis Sempadan Sungai (GSS) yang diarahkan di Kecamatan
Seberang Ulu II Kota Palembang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008
tentang sempadan pantai dan sungai yaitu sebagai berikut:
a)
b)
c)
Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri
sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.
d)
Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai 20 (dua
puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Ketentuan sempadan juga berlaku untuk SUTT (Saluran Tegangan TInggi). Garis Sempadan
dan Ruang Bebas SUTT ditentukan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di wilayah perencanan ditetapkan 18-23 meter disesuaikan dengan besaran tengangan sebagi
berikut:
a.
b.
c.
Laporan Antara
GAMBAR 8-2
8.7
Ketentuan insentif dan disinsentif merupakan bagian yang diatur dalam peraturan zonasi agar
dalam implementasi dari RDTR yang dibuat dapat menjadi acuan dasar dalam pembangunan
Kecamatan Seberang Ulu II di masa yang akan datang. Sehingga dengan ditetapkannya
insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan ruang, pemanfaatan ruang Kecamatan Seberang
Ulu II dapat diwujudkan kondisi yang diinginkan yaitu suatu kondisi ruang yang nyaman,
indah, lestari dan berkelnajutan. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau
upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Arahan insentif dan disinsentif yang direkomendasikan dalam RDTR Kecamatan Seberang Ulu
II Kota Palembang adalah sebagai berikut :
1.
Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif;
Laporan Antara
2.
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan arahan intensitas pemanfaatan ruang;
3.
Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam rencana ini;
4.
5.
6.
7.
8.
Pemberian kompensasi;
Urusan saham;
Penghargaan.
Keringanan pajak;
Pemberian kompensasi;
Imbalan;
Sewa ruang;
Penyediaan infrastruktur;
Kemudahan prosedur;
Perizinan penghargaan.
Pengenaan kompensasi;
Penalti.
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat diberikan dalam bentuk antara
lain:
Laporan Antara
Pengenaan kompensasi;
Penalti.
Sedangkan arahan khusus dari insentif dan disinsentif dari implementasi untuk pembangunan
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang adalah ditujukan pada pola ruang tertentu yang
dinilai harus dilindungi fungsinya dan dihindari pemanfaatannya. Arahan insentif dan
disinsentif kawasan-kawasan yang bernilai khusus bagi Kota diantaranya jalan provinsi, jalan
kota, sempadan sungai, kawasan perdagangan dan jasa, permukiman.
Bagi pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan pola ruang yang sudah ditetapkan dam RDTR Kecamatan
Seberang Ulu II ini dikenakan sanksi.
sanksi terhadap:
a.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang
RDTR Kecamatan Seberang Ulu II;
b.
c.
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR
Kecamatan Seberang Ulu II;
d.
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RDTR Kecamatan Seberang Ulu II;
e.
f.
Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g.
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
h.
Laporan Antara
TABEL 8-3
FUNGSI
Perumahan
Perdagangan dan
jasa
Sarana Umum
DAFTAR KLASIFIKASI ZONA UNTUK PERATURAN ZONASI DI KECAMATAN SEBERANG ULU II KOTA PALEMBANG
TUJUAN PENETAPAN
Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan
kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah Kecamatan;
Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka
mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan;
Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini
masyarakat pada lingkugan hunian yang ada dan untuk masa
yang akan datang.
KRITERIA/KARAKTERISTIK
Bangunan dengan struktur tunggal, mempunyai halaman depan,
samping kanan dan kiri serta belakang
Bangunan dengan struktur tunggal dengan atap menyambung
untuk 2 unit hunian bangunan dibatasi oleh dinding pada bagian
utama rumah
Bangunan berada di bawah satu atap yang sama untuk
beberapa unit hunian. Umumnya memiliki halaman hanya di
bagian depan bangunan. Umumnya hanya memiliki 1 lantai
Bangunan gandeng yang hanya dipisahkan oleh dinding. Tiap
tiap unit hunian memiliki atap tersendiri. Umumnya memiliki
lantai lebih dari satu
Rumah susun dengan jumlah lantai <= 5 lantai
Rumah susun dengan jumlah lantai 5 s/d 8 lantai
Rumah susun dengan jumlah lantai lebih dari 8 lantai
Perumahan rakyat dengan bentuk bangunan, lebar kapling yang
beragam den berkepadatan tinggi, KDB tinggi dengan prasarana
jalan berupa gang
Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan
Kota
Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan
BWP
Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan
kecamatan
Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan
kelurahan
Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan
lingkungan
Industri yang non limbah, dengan tingkat polusi, baik udara, air,
maupun suara yang kecil dan yang tidak menggangu kinerja
transportasi lingkungannya
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan
Internasional, Indonesia, Provinsi, beberapa kota/Kabupaten
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan
kota/Kabupaten
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan BWK
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan
Kecamatan
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan
Kelurahan
Fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan skala pelayanan
Lingkungan
KETERANGAN
Pendekatan:
Tipe Bangunan
Rujukan:
Lynch (1962);
Chiara (1984);
Poterfield & Hall (1995);
Green (1981);
Chiara & Koppelman(1975);
Standar Fasilitas Pelayanan
Perkotaan/Lingkungan PU;
Petunjuk Perencanaan Kawasan
Perumahan Departemen PU.
Pendekatan:
Skala Pelayanan
Rujukan:
Standar fasilitas pelayanan
perkotaan/lingkungan PU;
Petunjuk perencanaan kawasan
perumahan Departemen PU.
Pendekatan:
Skala Pelayanan
Rujukan:
Standar Fasilitas Pelayanan
Perkotaan/Lingkungan PU/DKI;
Petunjuk Perencanaan Kawasan
Perumahan Departemen PU;
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun
1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting;
Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No.
17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Laporan Antara
FUNGSI
Pemerintahan,
Pertahanan, dan
Keamanan
Pertanian
TUJUAN PENETAPAN
Menyediakan lahan untuk pengembangan pemerintahan dan
pertahanan serta keamanan sesuai dengan kebutuhan dan daya
dukung untuk menjamin pelayanan pada masyarakat;
Menjamin kegiatan Pemerintahan, pertahanan dan keamanan
yang berkualitas tinggi, dan melindungi pengguaan lahan untuk
pemerintahan, pertahanan dan keamanan.
KRITERIA/KARAKTERISTIK
Kantor pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah
(provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, kelurahan)
Kantor atau instalasi militer termasuk tempat latihan baik pada
tingkatan nasional, Kodam, Korem, Koramil, Polda, Polwil,
Polsek dan sebagainya
KETERANGAN
Pendekatan:
Pelayanan Pemerintahan
Rujukan:
Standar Fasilitas Pelayanan
Perkotaan/Lingkungan PU;
Petunjuk Perencanaan Kawasan
Perumahan Departemen PU;
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun
1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting;
Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No.
17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Pendekatan:
Jenis Kegiatan Pertanian
Rujukan:
PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW
Nasional
Laporan Antara
FUNGSI
Transportasi
TUJUAN PENETAPAN
Ruang Terbuka
Hijau
Kawasan Lindung
KRITERIA/KARAKTERISTIK
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1) Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan dan berfungsi
sebagai pelayanan umum, tempat pengendalian,
pengawasan, pengaturan dan pegoperasian lalu-lintas;
2) Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem;
3) Transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan
barang.
KETERANGAN
Pendekatan:
Skala Pelayanan
Pendekatan:
Jenis Perlindungan
Rujukan:
PP No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota;
Permendagri No. 15 Tahun 1998 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah perkotaan, Petunjuk
Perencanaan Kawasan Perumahan
Departemen PU.
Rujukan:
PP No. 47 Tahun 1997 tentang RTRW
Nasional; Keppres No. 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
63/PRT1993 tentang garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia no. 35 tahun 1993 tentang
Sungai.
Laporan Antara
TABEL 8-4
Perlindungan Setempat
PB-1
PB-2
PS-1
PS-2
PS-3
RTH-1
RTH-2
RTH-3
RB-1
RB-2
R-2
R-3
R-4
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
Perumahan
T6
B6
T1
T1
T1
Rumah Tunggal
B6
T1
T1
T1
Rumah Kopel
B6
T1
Rumah Deret
B6
T1
Townhouse
B4,
B6
T1
B4,
B6
T1
Rusun Sedang
B4,
B6
T1
Rusun Tinggi
B4,
B6
T1
Asrama
B4,
B6
T1
Rumah Sewa/Kost
B4,
B6
T1
Panti Jompo
T1
Panti Asuhan
T1
Guest House
Pavilliun
T1,
T5,
B6
T1,
T5,
B6
T1,
T5,
B6
T1,
T5,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
Rusun Rendah
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
Rumah Dinas
B6
T1, T3
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T4
No
Sub Zona
Kegiatan
Rawan Bencana
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Perlindungan
Bawahannya
Zona
RTNH
-2
T4
T1
T1
T1,
T3
T1,
T2,
T3,
T4,
B5,
B6
C-2
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1
T1
T1
T1
T1,
T3,
B6
T1,
T3,
B6
T1,
T3,
B6
RTNH
RTN
H-1
C-1
1.
2.
Campuran
C-3
X
X
X
X
C-4
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
T1,
T3,
T5
Perdagangan
Warung
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1, T4
T1,
T4
T1, T4
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
Toko
3.
Perlindungan
Bawahannya
Perlindungan Setempat
PB-1
PS-1
PB-2
PS-2
PS-3
RTH-2
RTH-3
Rawan Bencana
RB-1
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
RB-2
R-2
T1, T3
T1,
T2,
T3,
T4
T1,
T2,
T3,
T4
Pertokoan
T1, T3
Sektor Informal
Pasar Tradisional
Pasar Lingkungan
T1, T2
Penyaluran Grosir
Pusat Perbelanjaan
Supermarket
Mall
Plaza
Shopping Center
Jasa Umum
Jasa Bangunan
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T1,
T2,
T3,
T4
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
X
X
X
Lembaga Keuangan
R-3
R-4
T1,
T2,
T3,
T4,
T5
T1,
T2,
T3,
T4,
T5
X
T1,
T2,
T3,
T4
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
X
X
X
T1,
T2,
T3,
T4,
T5
T1,
T2,
T3,
T4,
T5
X
T1,
T2,
T3,
XT4
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
X
X
X
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Campuran
RTNH
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1, T4
T1,
T4
T1, T4
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1, T4
T1,
T4
T1,
T3
T1
B6
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
X
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T1
T1
T1
Jasa Komunikasi
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
Jasa Pemakaman
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
Perawatan/
Perbaikan/ Renovasi
barang
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
4.
Perlindungan
Bawahannya
Perlindungan Setempat
PB-1
PS-1
PB-2
PS-2
PS-3
RTH-2
RTH-3
Rawan Bencana
RB-1
RB-2
Perumahan
R-2
R-3
R-4
B6
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
B6
Perbaikan kendaraan
(bengkel)
SPBU
SPBE
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Penyediaan ruang
pertemuan
Penyediaan makanan
dan minuman
Travel dan
pengiriman barang
Pemasaran properti
Perkantoran/bisnis
lainnya
Taman hiburan
T4
T4
T4
T4
Taman perkemahan
T4
T3,
T4
X
Bisnis lapangan OR
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T3,
T4
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T3,
T4
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
Perdagangan
dan Jasa
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Campuran
RTNH
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T4
T4
T4
T4
T4
T1,T4
T1,T4
T1,T4
T4
T4
T1, T4
T1,
T4
T1, T4
T1,
T4
T1
T4
T4
T3,
T4
Hiburan/Rekreasi
Studio keterampilan
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
6.
Perlindungan
Bawahannya
Perlindungan Setempat
PB-1
PS-1
PB-2
PS-2
PS-3
RTH-2
RTH-3
Rawan Bencana
RB-1
RB-2
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
R-2
R-3
R-4
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Campuran
RTNH
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Panti pijat
Teater
Bioskop
Kebun binatang
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
X
X
X
Resort
Restauran
X
X
X
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T4
X
B1, B5
B1,B5
T1,
T2,
T3,
T5,
B4,
B5,
B6
T1
T1,
T2,
T3,
T5,
B4,
B5,
B6
Industri pergudangan
B4, B6
Industri bahari
Pertambangan
Minyak bumi,
bitumen cair, lilin
bumi, gas alam
Bitumen padar, aspal
Antrasit, batubara
Uranium, radium,
thorium
Nikel, kobalt
Timah
Besi, mangaan,
molibden, khrom,
wolfram, vanadium,
titan
Bauksit, tembaga,
timbal, seng
B4,
B6
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
7.
8.
Perlindungan Setempat
PB-1
PB-2
PS-1
PS-2
PS-3
RTH-1
RTH-2
RTH-3
RB-1
RB-2
R-2
R-3
R-4
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
I
X
I
I
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
I
X
I
I
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
I
X
X
I
X
X
X
I
X
X
I
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T1,
T1,
T1,
T1
T1,
T1,
T1,
T1,
Rawan Bencana
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Perlindungan
Bawahannya
Campuran
RTNH
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
Perlindungan Setempat
PB-1
PS-1
PB-2
PS-2
PS-3
RTH-2
RTH-3
Rawan Bencana
RB-1
RB-2
R-2
R-3
R-4
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
T1,
B4,
B6
SLTP/MTs
SMU/MA/SMAK
Akademi/ Perguruan
Tinggi
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
SD/MI
Perpustakaan
9.
Perlindungan
Bawahannya
K-1
K-3
Sarana Prasarana
Umum
SPU1
SPU4
SPU6
Perkantoran
KT-1
KT-2
Industri dan
Pergudangan
I-3
I-4
Peruntu
kan
Khusus
KH-1
Campuran
RTNH
C-1
C-2
C-3
C-4
T4
T4
T4
T4
RTN
H-1
RTNH
-2
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T4
T4
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
Fasilitas Kesehatan
RS Tipe A
RS Tipe B
RS Tipe C
RS Tipe D
RS Gawat Darurat
RS Bersalin
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
Laboratorium
kesehatan
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
T4,
B1,
B4,
B5,
B6
Laporan Antara
Perlindungan
Bawahannya
Perlindungan Setempat
Sub Zona
Kegiatan
PB-1
PB-2
PS-1
PS-2
PS-3
RTH-1
RTH-2
RTH-3
RB-1
RB-2
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Balai Pengobatan
Pos Kesehatan
Posyandu
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Dokter umum
Dokter spesialis
Bidan
Klinik/Poliklinik
T4
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Bioskop
Teater
Zona
No
10.
Klinik dan/atau RS
Hewan
Fasilitas OR/ Rekreasi
Tempat bermain
lingkungan
Tempat bermain lokal
Taman
Lapangan OR
Gelanggang Remaja
Gedung OR
Museum
Stadion
Gedung Olah Seni
12.
Rawan Bencana
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Campuran
RTNH
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
I
I
X
X
X
X
T4
T5
T4
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T4
T4
T4
I
I
I
X
I
X
I
X
T4
X
T4
X
X
X
X
X
T4
X
T4
T4
T4
X
X
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
X
X
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
X
X
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
X
X
X
X
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
T1,
T2
I
X
I
X
T1,
T4
X
I
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
X
I
T4
T4
T4
T4
X
X
X
I
T4
T4
T4
T4
X
X
X
I
T4
T4
T4
T4
X
X
X
I
I
I
I
I
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
I
I
I
I
I
I
X
X
I
I
X
I
X
X
X
X
I
I
X
I
I
X
X
X
I
I
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
X
I
I
X
X
I
I
I
I
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B4,
B6
B4,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1
T1
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1
T1
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1,
T3
T1
T1
R-2
R-3
R-4
X
X
B5
I
I
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B5
I
I
B5
I
I
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B5
I
I
B5
I
I
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B5
I
I
T3, T4
X
X
X
X
X
X
X
X
T3, T4
I
T3, T4
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T3, T4
I
T3, T4
X
X
X
X
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
Langgar
T3
T1
T1
T1
Masjid
T3
Gereja
T3
Pura
T3
Kelenteng
T3
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
T1,
T4
Kafe
11.
X
X
Peribadatan
I
I
I
I
I
Bina Sosial
Laporan Antara
Perlindungan Setempat
PB-1
PB-2
PS-1
PS-2
PS-3
RTH-1
RTH-2
RTH-3
RB-1
RB-2
R-2
R-3
R-4
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
Gedung pertemuan
lingkungan
Gedung serbaguna
T3,
T4
T3,
T4
T3,
T4
T4
T4
T4
T4
T3,
T4
T3,
T4
T3,
T4
T4
T4
T4
T4
T1,
T6
T1,
T6
T1,
T6
TPS
Pengolahan sampah/
limbah
T1,
B5,
B6
T1,
B5,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T4,
B6
X
T1,
B1,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T4,
B6
X
T4,
B6
X
T4,
B6
X
TPA
T4,
B6
X
No
Sub Zona
Kegiatan
13.
Gedung pertemuan
kota
Balai pertemuan dan
pameran
Pusat Informasi
lingkungan
Lembaga sosial/
organisasi
kemasyarakatan
Persampahan
Perumahan
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Campuran
RTNH
Daur ulang
Penimbunan barang
rongsokan
X
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T1,
T3,
B5,
B6
T1,
T2,
T3,
T4,
B4,
B6
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1
T1,
T4
T1,
T4
T1
T1
T1, T4
B7
B7
T1,
B6
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B5
X
T1,
T2,
T4,
B5,
B6
Pergudangan hasil
panen
X
T1,
T2,
T3,
B5,
B6
T1,
T2,
T3,
Pengolahan hasil
pertanian
X
T1,
T2,
T3,
B5,
B6
T1,
T2,
T3,
T1
Komunikasi
Telepon Umum
15.
Rawan Bencana
T1,
B5,
B6
Pembongkaran
kendaraan bermotor
14.
Perdagangan
dan Jasa
Peruntu
kan
Khusus
Perlindungan
Bawahannya
Zona
Pusat transisi/
pemancar jaringan
telekomunikasi
Pertanian
Sawah
Ladang
Kebun
Hortikultur dan
rumah kaca
Pembibitan
Laporan Antara
Zona
No
Sub Zona
Kegiatan
16.
18.
Perlindungan Setempat
PB-1
PS-1
PB-2
PS-2
PS-3
RTH-2
RTH-3
Rawan Bencana
RB-1
RB-2
Perdagangan
dan Jasa
Perumahan
R-2
R-3
R-4
B5,
B6
T1,
T2,
T5
X
X
X
Sarana Prasarana
Umum
Perkantoran
Industri dan
Pergudangan
Peruntu
kan
Khusus
Campuran
RTNH
K-1
K-3
SPU1
SPU4
SPU6
KT-1
KT-2
I-3
I-4
KH-1
C-1
C-2
C-3
C-4
RTN
H-1
RTNH
-2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B5,
B6
T1,
T2,
T5
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B7
B7
B7
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Stasiun
B6
B7
T4
T4
T4
Pelabuhan
Bandar udara umum
BandaruUdara
khusus
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T4,
B6
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T1,
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T4
T1,
T3,
T5
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
I
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
X
X
X
X
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
I
X
I
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
T4
I
X
I
I
X
I
T4
T4
T4
T4
T4
T4
I
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
X
T4
T4
T4
T4
T4
Penjualan tanaman/
bunga yang
dikembang biakan
Perikanan
Tambak
Kolam
Tempat Pelelangan
Ikan
Peternakan
Lapangan
Pengembalaan
Pemerahan Susu
Kandang hewan
Transportasi
Terminal Tipe A
Terminal Tipe B
Terminal Tipe C
Lapangan parkir
umum
17.
Perlindungan
Bawahannya
Hutan
Hutan rakyat
Hutan produksi
terbatas
Hutan produksi tetap
Hutan konservasi
RTH
Hutan kota
Jalur hijau dan pulau
jalan
Taman kota
TPU
Pekarangan
Sempadan/
Penyangga