Anda di halaman 1dari 28

Diabetes Melitus

Kelompok 1
Geraldo Arissaputra Kuntani
Felita Tjandranegara

2013.07.0.0017
Annisa Tri Ariyanti
2013.07.0.0068
2013.07.0.0018

Elfira
2013.07.0.0025
2013.07.0.0069
Felicia Eda Haryanto
2013.07.0.0032
Azzamatul Muafa
Ajeng Priyahita
2013.07.0.0040
2013.07.0.0071
Priska Tania Goenardie 2013.07.0.0056
Mohamad Edwin Mousya
2013.07.0.0076
Salyo Antoko Putro

Latar Belakang
Jumlah penderita Diabetes Mellitus atau yang biasa dikenal oleh masyarakat awam
sebagai penyakut kencing manis semakin meningkat tiap tahunnya. Dari data
yang dilansir WHO, Indonesia menempati urutan keempatan dalam urutan negaranegara yang emiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Dalam
menjalankan praktik dokter gigi seringkali ditemukan adanya gigi sehat yang
goyang tanpa mengalami lubang gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan baik didalam
mulut maupun laboratorium ditemukan tanda-tanda adanya gigi goyang pada
semua gigi disertai adanya aroma aceton yang merupakan salah satu ciri sewaktu
diatas 200 mg/dl, ini menunjukkan kadar gula darah tinggi (normal 120 mg/dl).
Artikel pada Tribun news.com 24 September 2012, jam 14.55 WIB, oleh drg
Bambang Irawan dari RSCM Jakarta, menjelaskan Gigi yang goyang adalah ciri
khas dari penderitas Diabetes Mellitus yang tidak merawat giginya. Menurut
Sekertaris bagian Periodontologi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah
Mada (UGM), drg H. Ahmad Syafif, Sp. Perio, Diabetes memang menimbulkan
komplikasi di banyak hal.
Berdasarkan pernyataan diatas, kelompok kami akan mengulas lebih lagi tetntang
manifestasi Diabetes Mellitus dalam rongga mulut.

Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut American Diabetes Association (2009) :
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) / Diabetes
Mellitus tipe 1 kerusakan sel b pankreas sehingga tidak
mampu memproduksi insulin, akibatnya jumlah insulin beredar
dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan
2. Non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / Diabetes
Mellitus tipe 2 penurunan kemampuan insulin bekerja di
jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta
3. DM Dalam Kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistan (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Hal ini
terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar
sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.

4. Pradiabetes DM yang terjadi sebelum


berkembang menjadi DM tipe 2. Ditandai
dengan naiknya KGD melebihi normal tetapi
belum cukup tinggi untuk dikatakan DM
5. Diabetes Tipe Lain Subkelas DM di mana
individu mengalami hiperglikemia akibat
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel
beta), endokrinopati (penyakit Cushings ,
akromegali),
penggunaan
obat
yang
mengganggu fungsi sel beta (dilantin),
penggunaan obat yang mengganggu kerja
insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma
genetik (Downs, Klinefelters).

TABEL KALSIFIKASI DIABETES


MELLITUS
Tipe 1

Tipe 2

Tipe Lain-lain

Destruksi sel , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut


Melalui proses imunologik
Idiopatik
Bervariasi mulai yang terutma domnan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin
- Defek genetik
Kromosom 12, HNF- ( dahulu MODY 3 )
Kromosom 7, glukokinase ( dahulu MODY 2 )
Kromosom 20, HNF-4 ( dahulu MODY 1)
DNA mitokondria
- Defek genetik kerja insulin
- Penyakit eksokrin pankreas:
Pankreatitis
Traumapankreatektomi

Neoplasma
Cystic fibrosis
Hemoshromatosis
Pankreatopati fibro kalkulus
- Endokrinopati

Akromegali

Sindroma cushing

Feokromositoma

Hipertiroidisme
- Karena obat atau zat kimia

Vacor, pentamidin, asam nikotinat,


glukokortikoid, hormon tiroid, tiaziz, dilantini,
interferon
- Infeksi

Rubela kongenital dan CMV


- Immunologi (jarang):

Antibodi antirespon insulin


- Sindroma genetik lain:

Sindrom down, klinefelter, turner, Hungtington


Chorea, sindrom prader willi

Diabetes
melitus
gestasional

Manifestasi DM pada
RM

1. Xerostomia (Mulut Kering)


Diabetes tidak terkontrol penurunan aliran saliva, sehingga
mulut terasa kering . Saliva memiliki efek self-cleansing, yang
berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari
dalam mulut.
Akibat penurunan aliran saliva : timbulnya rasa tak nyaman,
lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan
bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan
berkembang.
Pada penderita diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria,
dimana penderita banyak buang air kecil sehingga cairan di
dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah
saliva berkurang dan mulut terasa kering, sehingga disarankan
pada penderita untuk mengkonsumsi buah yang asam sehingga
dapat merangsang kelenjar air liur untuk mengeluarkan air liur.

akibat xerostomia

Dry mouth in autoimmune disorders


and diabetes

2. Gingivitis dan Periodontitis


Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah

menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan


produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini
menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes
lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang
memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus
(karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,
tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Hampir
sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda
periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah,
warna gusi menjadi mengkilat, tekstur stipplingnya hilang, kantong gusi
menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien
mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas.
Penyebab : berkurangnya jumlah air liur, sehingga terjadi penumpukan
sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan mengakibatkan
gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.

Periodontitis pada penderita Diabetes


Mellitus

Gingivitis pada penderita Diabetes


Mellitus tipe II
Jaringan ginggiva
terlihat kemerahmerahan disertai
pembengkakan dan
bila disikat dengan
sikat gigi akan
berdarah.
Terbentuknya
periodontal pocket
disertai adanya
resorpsi tulang,
sehingga gigi goyang
dan akhirnya tanggal.

3. Stomatitis Apthosa
(Sariawan)
Penderita
Diabetes
sangat
rentan
terkena infeksi jamur dalam mulut dan
lidah yang kemudian menimbulkan
penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini
disebabkan
oleh
jamur
yang
berkembang seiring naiknya tingkat gula
dalam darah dan air liur penderita
diabetes.

4. Rasa mulut terbakar


Penderita diabetes biasanya mengeluh
tentang terasa terbakar atau mati rasa
pada mulutnya. Biasanya, penderita
diabetes juga dapat mengalami mati
rasa pada bagian wajah.

5. Oral Thrush atau Oral


Candida

Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam


mulut yang disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil
jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita
Diabetes Melitus kronis dimana tubuh rentan
terhadap infeksi sehingga sering menggunakan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman
di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkan
thrush. Apalagi penderita diabetes yang merokok,
risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Pada
pemeriksaan Intra Oral : ditandai dengan adanya
lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun
kerongkongan.

Kandidiasis pada penderita


Diabetes Mellitus tipe II

6. Dental Caries (Karies Gigi)


Diabetes Melitus bisa merupakan faktor predisposisi
bagi kenaikan terjadinya dan jumlah dari karies.
Keadaan tersebut diperkirakan karena pada penderita
diabetes, aliran darah mengandung banyak glukosa
yang berperan sebagai substrat kariogenik. Karies gigi
dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi,
substrat , kuman dan waktu. Pada penderita Diabetes
Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang,
sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan
bila yang melekat adalah makanan dari golongan
karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada
permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat
mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya caries gigi.

Pemeriksaan Penunjang
untuk Penegakan Diagnosis
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Pemeriksaan
kadar glukosa darah

puasa (GDP) dengan puasa paling sedikit 8


jam
tes
toleransi glukosa oral (TTGO)
standar, setelah pembebanan glukosa 75 gr
orang dewasa atau 1,75 gr/kg BB untuk
anak-anak,
kemudian
diperiksa
kadar
glukosa darahnya setelah 2 jam beban
glukosa.
Tes HbA1C

Tabel kadar GDS dan GDP sebagai patokan


penyaring dan diagnostik

Kriteria diagnostik DM dan


Gangguan Toleransi Glukosa:
- kadar GDS (plasma vena) 200
mg/dl
- kadar GDP 126 mg/dl
- kadar glukosa plasma 200 mg/dl
pada 2 jam sesudah pembebanan
glukosa 75 gram pada TTGO.
- Tes HbA1C > 6,5%

Gambaran Oral Radiografi penderita


DM

Secara

radiografi
penderita
diabetes mellitus dapat ditemukan
adanya pelebaran celah ligamen
periodontal,
resorbsi
tulang
alveolar pada rahang atas dan
rahang
bawah
serta
adanya
mobiliti gigi yang lama kelamaan
akan mengakibatkan kehilangan
gigi

Penatalaksanaan di Bidang
KG
Diabetes
mellitus
(DM)
bukan
merupakan
kontraindikasi untuk setiap tindakan perawatan
kedokteran gigi, misalnya tindakan operatif seperti
pencabutan gigi, kuretase pada poket dan sebagainya.
Untuk setiap tindakan operatif ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan : faktor sebelum dan setelah
tindakan operatif.
1. Faktor sebelum operatif antara lain keadaan umum
penderita, kadar gula darah dan urin penderita,
anastesi yang akan digunakan serta tindakan asepsis.
2. Tindakan yang perlu dilakukan setelah tindakan
operatif adalah pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi, juga keadaan umum serta kadar gula
darah dan urin.
(Tarigan, 2003)

Anastesi yang digunakan untuk tindakan


operatif
harus
aman,
tidak
boleh
meningkatkan kadar gula dalam darah.
Pemakaian adrenalin sebagai lokal anastesi
masih dapat diterima karena kadarnya tidak
terlalu
besar
walaupun
adrenalin
dapat
meningkatkan kadar gula dalam darah. Procain
sebagai anastesi lokal sangat dianjurkan

Sebelum tindakan operatif sebaiknya


penderita diberi suatu antibiotik untuk
mencegah infeksi (antibiotik profilaksis, juga
pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat
membantu memepercepat proses penyembuhan
serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
setelah perawatan).
(Tarigan, 2003)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi


pasien DM :
(1)
Hal-hal tentang keadaan kesehatan pasien DM
harus didiskusikan dengan dokter yang merawatnya.
(2) Semua infeksi rongga mulut harus dirawat dengan
segera dengan antibiotik yang tepat.
(3)
Kesehatan rongga mulut yang baik harus
dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan hilang
secara teratur, pembentukan kalkulus berkurang dan
sangat diharapkan gingivitis dan penyakit periodontal
dapat dicegah.
(Tarigan, 2003)

Tindakan asepsis perlu diperhatikan apabila kita akan


merawat gigi dan mulut penderita DM yang sudah
terkontrol,
karena
penderita
pada
umumnya
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap
infeksi. Adanya DM yang tidak terdiagnosa, tidak
dirawat, kurang dikontrol menyebabkan risiko yang
lebih besar atau serius bagi dokter gigi dalam
mengatur
rencana
perawatan.
Kemungkinan
terjadinya koma diabetes (hiperglikemia), shock
insulin (hipoglikemia), penyebaran infeksi, kurangnya
respon penyembuhan pembedahan harus menjadi
pertimbangan utama. Pasien yang memiliki risiko ini
harus dievaluasi dengan hati-hati dan konsultasi
kesehatan jika ada satu kemungkinan di rongga mulut.
(Tarigan, 2003)

Kesimpulan
Diabetes

melitus merupakan kelainan metabolis yang


disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa
hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
Pasien dengan diabetes melitus menghadapi risiko masalah
kesehatan gigi dan mulut lebih tinggi. Semakin tak terkendali
gula darah, semakin meningkatkan kemungkinan kerusakan
pada rongga mulut dan gigi. Terlihat dari gambaran
radiografinya, terdapat perubahan jaringan periodontal.
Pada penderita diabetes dapat dilakukan tes toleransi
glukosa untuk dapat mengetahui kadar glukosa dalam darah.
Dengan mengetahui kondisi pasien tersebut dokter gigi
diharapkan dapat melakukan tindakan penatalaksanaan
yang tepat.

Daftar Pustaka
1. Lubis I, tanpa tahun, Manifestasi Diabetes Melitus dalam Ronggs Mulut. Available at:
http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/74artikel_bu_irwati.pdf accessed on 19-112014
2. Tarigan, Naomi R. 2003 . TANTANGAN DALAM PERAWATAN ORAL LICHEN PLANUS PADA
PASIEN DIABETES MELITUS.
3. Setyawati T. 2000. Pengelolaan Kelainan Gigi dan Mulut pada Penderita Kompromis
Medik: Diabetes Melitus.
4.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22865/3/Chapter%20II.pdf
5.http://www.academia.edu/4917210/Etiologi_dan_Klasifikasi_Diabetes_Mellitus
6.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26015/4/Chapter%20II.pdf
7. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/128192-R19-OM-166-Hubungan%20konsentrasiLiteratur.pdf
8.http://download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D82599%26val
%3D970&ved=0CC0QFjAH&usg=AFQjCNEARfg5vMhSj_RIlpoYKmrIWnUdrA&sig2=yqR4
6SxyIpRKaaFQUoyD8A
9. Irvan ZSL. 2004. Gambaran Radiografi Diabetes Melitus di Rongga Mulut. Universitas
Sumatra Utara. Available at http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8569

Anda mungkin juga menyukai