Anda di halaman 1dari 2

Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari.

Tergantung pada tingkat


perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5
ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar
submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan
kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut (Despopoulos dan Silbernagl, 2000).
Despopoulos, A.,dan Silbernagl, S. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Jakarta:
Hipokrates
Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1)
refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor
tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan,
reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke
pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf
otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan
gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi
terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva didapat (terkondisi),
pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau
mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini
(Sherwood, 2001).
Stimulasi simpatis maupun parasimpatis, juga meningkatkan sekresi saliva tetapi
keduanya memiliki jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda.
Rangsangan parasimpatis, berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran
saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Sedangkan stimulasi simpatis,
menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya
mukus. (Sherwood, 2001).
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGC

Faktor yang mempengaruhi sekresi dan komposisi saliva


1. Individual Hydration (Kandungan air dalam tubuh seseorang)
Saat sesorang mengalami hyperhydration sekresi kelenjar saliv bertambah
sedangkan apabila seseorang mengalami dehydration maka sekresi kelenjar
saliva akn berhenti untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
2. Body Posture, Lighting, and Smoking (Postur tubuh, paparan cahaya, perokok atau
tidak)
Pasien yang terus duduk atau berbaring sekresi saliva yang lebih dan kurang

dari pada pasien yang terus duduk.


Pada orang yang tidak terkena paparan sinar, sekresi saliva berkurang hingga

30%-40%.
Orang yang merokok memiliki aliran saliva yang lebih tinggi.
3. The Circadian (Irama circadian)
Sekresi saliva tertinggi pada saat sore hari dan menurun hingga 0 pada saat
kita tidur.
4. Medications (Obat-obatan)
Obat-obatan yang memiliki kandungan anticholinergic action dapat
menurunkan sekresi saliva dan mengubah komposisinya.
5. Thinking of Food and Visual Stimulation (Memikirkan makanan dan stimulasi visual)
6. Regular Stimulation of Salivary Flow (Stimulasi terus menerus untuk sekresi saliva)
Faktor ini masih diperlukan studi lebih lanjut.
7. Size of Salivary Glands and Body Weight (Ukuran dari kelenjar saliva dan massa
tubuh seseorang)
8. Salivary Flow Index (Indeks sekresi saliva)
9. Contributions of Different Salivary Glands (Kontribusi dari kelenjar saliva lain)
10. Physical Exercise (Olah raga)
11. Alcohol (Konsumsi alkohol)
12. Systemic Diseases and Nutrition (Nutrisi dan penyakit sistemik)
13. Fasting and Nausea (Berpuasa dan keadaan mual
14. Age (Umur)
15. Gender (Jenis Kelamin)
Almaeida, P. D. V et. al. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. The
Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 9, No. 3, March 1, 2008

Anda mungkin juga menyukai