Disusun Oleh:
Erik Limbong
0806330605
Fayza Yulia
1206217231
Meidiono Untoro
1206229931
Mulyadi Purnomo
1106006745
Hanif Miftahul
1106000123
ABSTRAK
Dinding dengan konduktivitas termal lebih rendah pada thermal chamber pada
umumnya membuat temperatur di dalam chamber lebih stabil. Alat pensimulasi suhu pada
thermal chamber akan terkurangi konsumsi energinya. Dengan memanfaatkan kayu balsa,
kayu pinus putih dan polyester resin sebagai bahan baku komposit, akan didapatkan material
yang mampu melakukan isolasi panas (memiliki termal konduktivitas yang lebih rendah)
guna mengurangi perpindahan panas yang ada dan memiliki sifat mekanikal yang lebih baik
dibandingkan dengan dinding konvensional.
Keywords : Isolator panas, kayu balsa, kayu pinus putih dan polyester resin dan sifat
Page
ii
mekanikal.
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kelompok kami bisa
menyelesaikan tugas perancangan dan pengembangan produk komposit yang berjudul Aplikasi
Material Komposit sebagai Isolator pada Thermal Chamber. Kami juga mengucapkan rasa terima
kasih kami kepada Bapak Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Gatot
Prayogo, M.Eng., atas bimbingannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar
Mata Kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk Komposit ini. Juga kepada pihak-pihak lain
yang telah membantu kami, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, sehingga semua ini bisa
terwujud.
Material komposit merupakan material yang akan menjadi tren dalam dunia rekayasa
teknologi dan manufaktur di masa depan karena memiliki properti mekanis berkekuatan tinggi dengan
berat yang lebih ringan dibandingkan dengan material konvensional seperti besi, baja, maupun kayu
batangan. Penggabungan dua material atau lebih dengan proses kimiawi dalam satu material komposit
membuat kombinasi sebuah sifat mekanis yang baru, yang bisa diaplikasikan dalam berbagai
keperluan dalam suatu produk.
Laporan ini menekankan kemampuan material komposit dari campuran kayu balsa sebagai
fiber dan semen sebagai matriks yang memiliki konduktivitas termal sangat rendah untuk menahan
panas. Sifat tersebut akan dikembangkan untuk diaplikasikan pada thermal chmaber untuk
memerangkap udara dingin dan mencegah masuknya panas dari dan ke dalam , sehingga bisa
meminimalisasi penggunaan energi dari pemakaian pemanas atau pendingin ruangan.
Pada akhirnya, kami berharap bahwa apa yang telah kami lakukan dan kami capai bisa
bermanfaat bagi berbagai pihak. Utamanya untuk memajukan teknologi Indonesia yang dapat
digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Page
iii
Penulis
Konduksi .......................................................................3
2.1.2.
Konveksi .......................................................................3
2.1.3.
Radiasi .........................................................................3
3.3.2.
Semen ...................................................................................................................18
Page
iv
Page
1.3. Manfaat
Kelebihan dari pemanfaatan material komposit pada dinding thermal chamber adalah :
Menjaga suhu ruang thermal chamber dalam kondisi statik dengan durasi yang lebih
lama
Penghematan biaya akibat penurunan penggunaan alat pensimulasi suhu (AC dan
Heater)
Menurunkan partisipasi alat pensimulasi suhu ruang thermal chamber dalam Global
Warming.
Page
BAB II
DASAR TEORI
2.1.1.
Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan energi panas
dengan penyebaran secara mikroskopik dan tubrukan partikel dengan medium
berdasarkan gradien temperatur. Molekul, electron, atom, dan phonon merupakan
objek dari tubrukan partikel dan penyebaran secara mikroskopik. Objek tersebut
memindahkan energi potensial dan disorganized kinetic yang keduanya dikenal
sebagai energy internal. Konduksi hanya dapat terjadi jika suatu objek atau material
terjadi kontak satu sama lainnya secara langsung maupun tidak langsung. Konduksi
juga dapat terjadi pada segala fase seperti solid, liquid, gas dan plasma.
2.1.2.
Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah proses perpindahan energi
dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan
mencampur. Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi
bebas dan konveksi paksa. Bila gerakan mencampur berlangsung semata mata
sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan gradien temperatur, maka
dikatakan sebagai konveksi bebas, sedangkan bula gerakan mencampur disebabkan
oleh suatu alat tertentu dari luar dikatakan sebagai konveksi paksa.
Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan energi panas dari
temperature yang lebih besar dari absolute zero. Perpindahan energi panas tersebut
terjadi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Hal ini merepresentasikan
segala jenis medium yang didalamnya terjadi pergerakan partikel partikel dengan
Page
2.1.3.
menjadi salah satu yang diperhatikan oleh electronic engineers, karena kebanyakan dari
komponen elektrikal menyimpan panas dan butuh untuk didinginkan. Komponen elektronik
akan disfungsi atau gagal jika terjadi fenomena overheat, dan beberapa bagian butuh untuk
menyesuaikan desainnya agar mencegah terjadinya hal tersebut.
menghasilkan suatu material dengan karakteristik yang berbeda dari individual komponen
tersebut.
Proses Pembuatan
Page
A.
Proses Pengecoran
Page
Hasil Assembly
Page
B. Dimensi Produk
BAB III
PROSES PERANCANGAN
Dalam pengembangan produk yang dilakukan, kami melakukan studi literatur yang
terfokus pada konduktivitas termal dan laju perpindahan kalor untuk melihat apakah
pergantian material komposit yang direncanakan dapat memberikan pengaruh signifikan
terhadap produk yang dirancang. Dengan konduktivitas termal yang rendah maka laju
perpindahan kalor juga rendah.
Studi yang dilakukan oleh penulis adalah untuk merancang thermal chamber yang
memiliki fungsi yang sama dengan environmental chamber dalam menjaga stabilitas yang
terfokus pada temperatur di dalam chamber. Untuk itu, material yang dipilih adalah material
yang memiliki sifat insulatif yang tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, material
insulatif yang dapat digunakan sebagai material chamber adalah kayu balsa, kayu pinus putih
dan polyester resin. Material tersebut dibandingkan dengan material yang digunakan untuk
membuat dinding, yaitu batu bata dan semen. Berikut adalah data konduktivitas termal
material tersebut:
No
1
2
3
4
5
Material
Brick
Cement
Balsa wood
White pine wood
Polyester resin
Page
Di mana kp adalah konduktivitas termal material komposit apabila sumbu fiber searah
dengan arah perpindahan panas, kt adalah konduktivitas termal material komposit apabila
sumbu fiber tegak lurus dengan arah perpindahan panas, dan Q/t adalah laju perpindahan
kalor secara konduksi.
Analisis termal yang dilakukan diawali dengan menghitung konduktifitas termal kp dan
kt. Perhitungan dilakukan dengan variasi komposisi volumetris antara fiber dan matriks
dimulai 0,1 sampai 0,9.
No
kf
km
vf
Brick and cement
1
0,8
1,73
2
0,8
1,73
3
0,8
1,73
4
0,8
1,73
5
0,8
1,73
6
0,8
1,73
7
0,8
1,73
8
0,8
1,73
9
0,8
1,73
Balsa and cement
1
0,055
1,73
2
0,055
1,73
3
0,055
1,73
4
0,055
1,73
5
0,055
1,73
6
0,055
1,73
7
0,055
1,73
8
0,055
1,73
9
0,055
1,73
vm
kp
1/kt
kt
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
1,637
1,544
1,451
1,358
1,265
1,172
1,079
0,986
0,893
0,645
0,712
0,780
0,847
0,914
0,981
1,048
1,116
1,183
1,550
1,404
1,283
1,181
1,094
1,019
0,954
0,896
0,845
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
1,563
1,395
1,228
1,060
0,893
0,725
0,558
0,390
0,223
2,338
4,099
5,859
7,620
9,380
11,140
12,901
14,661
16,421
0,428
0,244
0,171
0,131
0,107
0,090
0,078
0,068
0,061
kp
kt
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
T
siang
T
malam
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
(Q/t)p
siang
(Q/t)p
malam
(Q/t)t
siang
(Q/t)t
malam
90,110
84,991
79,872
74,752
69,633
64,514
44,421
41,897
39,373
36,850
34,326
31,803
85,312
77,265
70,606
65,003
60,224
56,100
42,055
38,089
34,806
32,044
29,688
27,655
Page
No
Dari tabel di atas terlihat bahwa material kayu balsa dan semen memiliki konduktivitas
termal yang lebih kecil daripada batu bata dan semen. Kemudian, analisis termal dilanjutkan
dengan menghitung kalor. Perhitungan laju perpindahan kalor dibagi menjadi empat bagian
yaitu (Q/t)p siang hari, (Q/t)p malam hari, (Q/t)t siang hari, dan (Q/t)t malam hari. Perhitungan
tersebut ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
1,163
1,163
1,163
7,1
7,1
7,1
3,5
3,5
3,5
0,15
0,15
0,15
59,395
54,275
49,156
29,279
26,755
24,232
52,504
49,342
46,539
25,882
24,323
22,942
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
86,009
76,789
67,569
58,349
49,129
39,908
30,688
21,468
12,248
42,399
37,854
33,309
28,763
24,218
19,673
15,128
10,583
6,038
23,540
13,430
9,395
7,224
5,868
4,941
4,267
3,755
3,352
11,604
6,620
4,631
3,561
2,893
2,436
2,103
1,851
1,652
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin kecil konduktivitas termal
maka semakin kecil nilai kalor yang dihasilkan. Perbandingan material komposit batu bata
dan semen dengan kayu balsa dan semen ditunjukkan oleh grafik di bawah ini:
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
vf
Brick and cement
0.1
Page
(Q/t)p
(Q/t)p
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.8
0.9
0.8
0.9
vf
Brick and cement
(Q/t)t
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
vf
Brick and cement
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
vf
Brick and cement
10
0.1
Page
(Q/t)t
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa laju perpindahan kalor pada material balsa dan
semen jauh lebih kecil daripada material batu bata dan semen. Hal ini menunjukkan bahwa
pergantian material komposit memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan
nilai kalor. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa pengingkatan komposisi volumetris pada
fiber dapat menurunkan nilai kalor. Nilai laju perpindahan kalor yang kecil mengindikasikan
bahwa pengaruh lingkungan (dalam hal ini adalah temperatur) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kondisi di dalam chamber.
Selanjutnya, penulis akan melihat bagaimana perbandingan antara konduktivitas termal
kp dan kt pada material basal dan semen.
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
vf
(Q/t)p
(Q/t)t
No
Page
11
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa laju perpindahan kalor pada pemasangan
sumbu fiber tegak lurus terhadap arah perpindahan panas kt lebih rendah dibandingkan
dengan pemasangan sumbu fiber searah perpindahan panas kp, sehingga perancangan yang
dilakukan adalah instalasi dan produksi material komposit dilakukan dengan sumbu fiber
tegak lurus dengan arah perpindahan panas.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase penurunan nilai laju
perpindahan kalor secara akumulasi akibat pergantian material komposit basal dan semen
adalah sebesar 56,462%. Angka ini menunjukkan bahwa pergantian material komposit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nilai laju perpindahan kalor pada
produk thermal chamber.
Dengan demikian, melalui analisis dan perhitungan yang dilakukan dan dipaparkan
oleh penulis pada subbab ini, dapat diketahui bahwa pemilihan material kayu balsa dan
semen sebagai material pembuatan produk thermal chamber merupakan pilihan yang bijak.
Pemasangan instalasi sumbu fiber kayu balsa sebaiknya dengan arah tegak lurus terhadap
arah perpindahan panas karena memiliki laju perpindahan kalor yang lebih kecil
dibandingkan dengan instalasi searah perpindahan panas.
Selain analisis termal, penulis juga melakukan analisis sifat mekanis yang dimiliki oleh
material komposit yang digunakan dalam perancangan produk thermal chamber serta
membandingkannya dengan sifat mekanis material dinding pada umumnya. Berikut adalah
tabel data sifat mekanis dari masing-masing material.
7
130
3
14
Brick
7
1900
20
0.28
Cement
30
2300
25
5
12
Balsa
Page
Sifat Mekanis
Compressive Strength (Mpa)
Density (kg/m3)
Young Modulus (Gpa)
Tensile Strength (Mpa)
Dari data pada tabel di atas maka dapat dihitung sifat mekanis pada struktur komposit
batu-bata semen dan kayu balsa semen untuk membandingkan kedua material tersebut
dalam hal sifat mekanis.
Vf
Vm
c
c
(tensile) (compressive)
(MPa)
(MPa)
Ec (GPa)
2260
2220
2180
2140
2100
2060
2020
1980
1940
4,528
4,056
3,584
3,112
2,640
2,168
1,696
1,224
0,752
27,7
25,4
23,1
20,8
18,5
16,2
13,9
11,6
9,3
24,5
24
23,5
23
22,5
22
21,5
21
20,5
2083
1866
1649
1432
1215
998
781
564
347
5,9
6,8
7,7
8,6
9,5
10,4
11,3
12,2
13,1
27,7
25,4
23,1
20,8
18,5
16,2
13,9
11,6
9,3
22,8
20,6
18,4
16,2
14
11,8
9,6
7,4
5,2
Page
13
Berdasarkan tabel hasil perhitungan sifat mekanis material di atas, dapat dibuat grafik
untuk menunjukkan perbandingan antara kedua material yang dibandingkan, yaitu material
batu bata semen dan kayu balsa semen.
2500.0
2000.0
1500.0
Brick & cement
1000.0
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa material kayu balsa semen mengalami
penurunan massa jenis yang lebih curam seiring dengan penambahan komposisi volumetrik
fiber dibandingkan dengan material batu-bata semen. hal ini menunjukkan bahwa material
kayu balsa semen memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan dengan batu-bata
semen untuk volume yang sama. Bahkan untuk komposisi volumetrik fiber 0,9 massa jenis
material kayu balsa semen hanya sebesar 347 kg/m3 saja. Namun ringan saja tidak cukup
untuk dapat menyimpulkan bahwa material kayu balsa semen lebih unggul dalam hal sifat
mekanis dibandingkan dengan material batu-bata semen. oleh karena itu, penulis akan
meninjau sifat mekanis lain yaitu kekuatan material, seperti kekuatan tarik, kekuatan tekan,
dan modulus Young material komposit.
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Page
Kekuatan yang akan ditinjau pertama kali adalah kekuatan tarik (tensile strength)
material komposit. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa untuk komposisi volumetrik fiber
yang sama, material kayu balsa semen memiliki kekuatan tarik yang lebih besar
dibandingkan dengan material batu-bata semen. kekuatan tarik material kayu balsa semen
semakin besar seiring penambahan komposisi volumetrik fiber, berbeda dengan material
14
batu-bata semen yang cenderung memiliki kekuatan tarik semakin kecil seiring dengan
penambahan komposisi volumetrik fiber. Secara teoritis maupun praktis, material dengan
kekuatan lebih besar memiliki performa yang lebih baik. Oleh karena itu, dari grafik di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa material kayu balsa semen lebih baik daripada batubata semen. namun penulis tetap meninjau kekuatan lainnya.
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kekuatan tekan dan komposisi volumetrik
fiber pada material komposit yang dibandingkan. Pada grafik tersebut terlihat hanya terdapat
satu garis yaitu garis berwarna jingga yang mewakili kayu balsa semen. padahal,
sebenarnya terdapat dua buah garis namun kedua garis tersebut berhimpit karena memiliki
nilai kekuatan tairk yang sama untuk setiap komposisi volumetrik fiber yang sama. Hal ini
menunjukkan kedua material komposit yang dibandingkan tidak lebih unggul satu dan
lainnya dalam hal kekuatan tekan maksimum yang dimiliki. Oleh karena itu, tidak menjadi
sebuah masalah jika material kayu balsa semen digunakan untuk menggantikan material
batu-bata semen.
Page
15
Kemudian, tinjauan kekuatan yang terakhir adalah modulus Young material. Berikut
adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara modulus Young material komposit dengan
komposisi volumetrik fiber.
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Pada grafik di atas terlihat bahwa masing-masing material mengalami penurunan nilai
modulus Young seiring dengan penambahan komposisi volumetrik fiber. Material kayu balsa
semen mengalami penurunan yang lebih curam dibandingkan dengan material batu-bata
semen. hal ini menunjukkan bahwa untuk komposisi volumetrik fiber yang sama, material
kayu balsa semen memiliki sifat yang lebih kaku dibandingkan dengan material batu-bata
semen sehingga cocok untuk dijadikan sebagai material pembuat dinding chamber.
Dalam pembuatan core kayu balsa, kayu balsa di potong hingga menjadi
lembaran tipis, dengan menggunakan teknik wood cutting yang hampir sama dengan
pembuatan kayu triplek. Pembuatannya menggunakan beberapa mesin, yaitu
1. Alat pemotong log.
Mesin ini biasanya memiliki cara kerja/operasi sama dengan chain
saw, namun mesin ini menggunakan tenaga listrik. Terkadang untuk sejumlah
kasus, pemotongan log menggunakan chain saw, berbahan bakar bensin 2 tak.
2. Mesin pembersih kulit log (debarker machine)
Mesin pengupas kulit ini diperlukan, sebelum proses pengupasan. Hal
ini bertujuan di antaranya untuk menghilangkan kulit kayu, baik kulit lunak
16
adalah
untuk
mengeringkan
Dalam memotong kayu balsa, perlu diperhatikan juga arah serat (grain) dari
kayu balsa. Kayu balsa memiliki beberapa tipe arah serat.
Page
17
Page
18
D. White Cement
Semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior gedung.
E. White Mortar
White Mortar sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi
White Mortar antara lain semen putih, kapur dan bahan aditif khusus
lainnya. Keuntungan menggunakan white mortar antara lain,
permukaan acian lebih halus, mengurangi retak dan terkelupasnya
permukaan, karena mempunyai sifat plastic dengan daya rekat tinggi,
cepat, dan mudah dalam pengerjaan, hemat karena acian lebih tipis
serta dapat digunakan pada permukaan beton dengan menambahkan
lem putih.
Berikut adalah cara untuk membuat adukan semen.
Menyiapkan dry mix (campuran kering) :
1. Menentukan tipe semen yang cocok.
Dalam studi kasus kali ini penulis memakai Portland cement tipe PPC
maupun OPC karena sesuai dengan karakteristik dari fiber dan tujuan
pemakaian.
2. Menyiapkan bahan tambahan seperti pasir dan kerikil.
Kebutuhan pasir dan kerikil lebih banyak dalam proses jika ingin
didapatkan campuran semen yang sesuai. Biasanya 1 : 2 untuk semen
dan pasir, dan 1 : 3 untuk semen dan kerikil.
3. Mencampurkan bahan pada cement mixer
19
Page
I.
II.
Penambahan air juga tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebankan adukan
menjadi encer, begitu pula sebaliknya. Kuantitas air harus dihitung dari
perbandingan berat air dan berat semen, atau dikenal dengan istilah Faktor Air
Semen (FAS). Komposisi air dan semen yang ideal adalah jika FAS berkisar antara
0,4 (air) 0,6 (semen).
3.4. Analisa Ekonomi
Pada bagian ini, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan biaya biaya yang
harus dikeluarkan untuk membeli bahan baku material pokok, yaitu kayu balsa,
semen, dan juga batu bata.
Tabel dibawah merupakan tabel yang memaparkan harga per satuan volume
dari material material yang akan digunakan sebagai material asal dari komposit.
No
Material
Price (rupiah/m3)
Kayu Balsa
Rp 2.000.000
Rp 826.446,29
Semen
Rp 800.200
Pasir Pasang
Rp 150.000
Material
Kayu Balsa
Price (rupiah/m3)
Rp 2.000.000
Page
No
20
Rp 826.446,29
Rp 258.366,67
Penulis menggunakan besaran harga per satuan volume karena volume sangat
berpengaruh dalam menentukan besarnya harga dari komposit yang bergantung pada
fraksi volumetric
Matrix Price/m3
Composite Price/m3
No
Vf
Vm
0.1
0.9
Rp82,644.63
Rp232,530.00
Rp315,174.63
0.2
0.8
Rp165,289.26
Rp206,693.34
Rp371,982.59
0.3
0.7
Rp247,933.89
Rp180,856.67
Rp428,790.56
0.4
0.6
Rp330,578.52
Rp155,020.00
Rp485,598.52
0.5
0.5
Rp413,223.15
Rp129,183.34
Rp542,406.48
0.6
0.4
Rp495,867.77
Rp103,346.67
Rp599,214.44
0.7
0.3
Rp578,512.40
Rp77,510.00
Rp656,022.40
0.8
0.2
Rp661,157.03
Rp51,673.33
Rp712,830.37
0.9
0.1
Rp743,801.66
Rp25,836.67
Rp769,638.33
Harga Vm
Total harga/m3
0.1
0.9
Rp200,000.00
Rp232,530.00
Rp432,530.00
0.2
0.8
Rp400,000.00
Rp206,693.34
Rp606,693.34
0.3
0.7
Rp600,000.00
Rp180,856.67
Rp780,856.67
0.4
0.6
Rp800,000.00
Rp155,020.00
Rp955,020.00
0.5
0.5
Rp1,000,000.00
Rp129,183.34
Rp1,129,183.34
0.6
0.4
Rp1,200,000.00
Rp103,346.67
Rp1,303,346.67
21
Vm
Page
No Vf
0.7
0.3
Rp1,400,000.00
Rp77,510.00
Rp1,477,510.00
0.8
0.2
Rp1,600,000.00
Rp51,673.33
Rp1,651,673.33
0.9
0.1
Rp1,800,000.00
Rp25,836.67
Rp1,825,836.67
Melalui tabel tersebut dan tabel perhitungan harga per satuan volume bahan
baku, maka akan didapatkan grafik dibawah ini.
10
Vf
brick&cement
balsa&cement
Dari grafik diatas dapat diketahui terdapat perbedaan harga per satuan
volume antara kedua bahan tersebut. Perbedaan harga ini semakin membesar dengan
bertambahnya fraksi volumetric dari fiber. Walaupun terdapat perbedan harga,
perbedaan harga ini masih dalam toleransi subjektif penulis.
Jika ditinjau dari segi ekonomi, cost yang diperlukan dalam pembangunan
environmental chamber akan sangat dipengaruhi oleh ukuran yang direncanakan.
Seperti yang kita ketahui, ukuran dari sebuah ruangan akan banyak mempengaruhi
suhu dari suatu ruangan. Untuk environmental chamber yang kecil, kita tidak
menginstal suatu sistem pendingin di dalam ruangan yang kecil tersebut. Lain halnya
22
membutuhkan sistem pendinginan. Atau lebih tepatnya bisa dikatakan tidak bisa
Page
Price
Rp1,200,000.00
signifikan dari segi ekonomi. Karena, untuk environmental chamber dengan bahan
komposit batu bata-semen akan memerlukan suatu sistem pendinginan untuk menjaga
kestabilan ruangan tersebut. Lain halnya dengan bahan komposit balsa-semen yang
tidak membutuhkan suatu sistem pendinginan. Seperti yang kita ketahui dalam
perancangan suatu bangunan, bahwa energi yang paling banyak digunakan saat ini
adalah untuk sistem pendinginan suatu ruangan/ bangunan.
Komposit balsa-semen memiliki perbedaan harga bahan baku yang sangat
signifikan dibandingkan dengan komposit batu bata-semen. Menurut perhitungan,
komposit balsa-semen memiliki biaya bahan baku lebih mahal dari harga komposit
batu bata-semen. Melihat perbedaan tersebut, membuat komposit balsa-semen
merupakan komposit yang tidak layak untuk digunakan khususnya pada
ruangan/environmental chamber yang ukuran kecil. Namun, komposit ini memiliki
kelebihan karena dapat menjaga suhu ruang pada suhu yang dingin.
Berdasarkan data temperatur rata-rata di Jakarta, perbedaan suhu yang terjadi
antara siang dan malam terbesar yaitu dengan suhu 9oC, di mana suhu malam hari
sebesar 24oC dan pada siang hari sebesar 34oC. Dengan menggunakan komposit
balsa-semen, ruangan dapat didinginkan pada malam hari, yaitu dengan suhu 24oC.
Ketika siang hari, suhu di dalam ruangan tidak sepanas suhu di luar ruangan.
Komposit ini membuat suhu di dalam ruangan tidak lebih dari 25oC ketika pada siang
hari. Hal ini akan menghemat pemilik ruangan dalam menurunkan suhu. Apabila
menggunakan komposit menggunakan batu bata-semen, pemilik perlu menambahkan
pendingin ruangan untuk mendinginkan ruangan tersebut. Lain halnya dengan
komposit balsa-semen, komposit ini membuat pemilik tidak perlu menambahkan
pendingin ruangan. Maka, komposit balsa-semen akan membantu pemiliki dalam
menghemat penggunaan listrik yang diperuntukan untuk pendingin ruangan.
Seperti pada umumnya untuk sebuah environmental chamber pengujian, akan
dibangun suatu environmental chamber yang memiliki ukuran 0.732 meter x 0.732
meter. Environmental chamber tersebut akan dibangun suatu tembok dengan
ketinggian 0.757 meter dan tebal sebesar 0.15 m. Maka, untuk membantu dinding
tersebut diperlukan komposit sebanyak 0.32 m3. Ruangan tersebut akan dijaga
penggunaan balsa-semen sebagai bahan kompositnya, maka suhu akan bisa tetap
Page
dijaga.
23
suhunya setiap waktu pada suhu 25oC. Dari hal ini bisa kita ketahui bahwa dengan
No
Komposit
1 Balsa - Semen
Batu Bata 2 Semen
Biaya per m3
Biaya
Komposit
Total Biaya
Rp1,303,346.67 Rp417,070.93
Rp417,070,93
Rp542,406.48
Rp173,570.07
Rp173,570.07
3.5. Instalasi
0,7 adalah 0,0775 W/mK, Sehingga nilai kalor yang dapat masuk ke system akan berkurang
Page
hingga 56,462%.
24
pada Vf = 0,7 adalah 0,9538 W/mK. Dan konduktivitas dinding komposit insulatif pada V f =
Page
25
suhunya.
BAB IV
KESIMPULAN
Melalui analisa yang telah dipaparkan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Penggunaan kayu balsa dan semen sebagai material komposit mampu mengurangi
kalor yang masuk kedalam suatu ruangan dan menjaga temperatur ruangan cenderung
stabil.
2.
Penggunaan material kayu balsa semen dapat mengurangi laju perpindahan kalor
sebesar 56,462% dibandingkan dengan penggunaan material dinding konvensional
untuk ketebalan dan dimensi yang sama.
3.
Material yang dipilih pada perancangan produk ini ringan, kuat dan kaku sehingga
cocok untuk digunakan sebagai material dinding chamber.
4.
5.
26
dinding konvensional.
Page
6.
DAFTAR PUSTAKA
http://prometode.blogspot.com/2011/01/metode-pemakaian-campuran-semen.html
Siegel, John R. Howell, Robert; Howell. John R. (2001-11). Thermal radiation heat transfer. New
York: Taylor & Francis, Inc. pp. (xix xxvi list of symbols for thermal radiation formulas).
ISBN 978-1-56032-839-1. Retrieved 2009-07-23.
Bejan, A., 1993., Heat Transfer, John Willey & Sons, Inc, New York.
http://en.wikipedia.org/wiki/Composite_material
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermal_conduction
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermal_radiation
Page
27
http://www.wikihow.com/Mix-Cement