Anda di halaman 1dari 31

Thermal Chamber Berbahan Komposit Balsa-Cement untuk

Menjaga Stabilitas Temperatur Sebagai Alternatif


Environmental Chamber

Disusun Oleh:

Erik Limbong

0806330605

Fayza Yulia

1206217231

Meidiono Untoro

1206229931

Mulyadi Purnomo

1106006745

Hanif Miftahul

1106000123

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

ABSTRAK

Dinding dengan konduktivitas termal lebih rendah pada thermal chamber pada
umumnya membuat temperatur di dalam chamber lebih stabil. Alat pensimulasi suhu pada
thermal chamber akan terkurangi konsumsi energinya. Dengan memanfaatkan kayu balsa,
kayu pinus putih dan polyester resin sebagai bahan baku komposit, akan didapatkan material
yang mampu melakukan isolasi panas (memiliki termal konduktivitas yang lebih rendah)
guna mengurangi perpindahan panas yang ada dan memiliki sifat mekanikal yang lebih baik
dibandingkan dengan dinding konvensional.

Keywords : Isolator panas, kayu balsa, kayu pinus putih dan polyester resin dan sifat

Page

ii

mekanikal.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kelompok kami bisa
menyelesaikan tugas perancangan dan pengembangan produk komposit yang berjudul Aplikasi
Material Komposit sebagai Isolator pada Thermal Chamber. Kami juga mengucapkan rasa terima
kasih kami kepada Bapak Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Gatot
Prayogo, M.Eng., atas bimbingannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar
Mata Kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk Komposit ini. Juga kepada pihak-pihak lain
yang telah membantu kami, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, sehingga semua ini bisa
terwujud.
Material komposit merupakan material yang akan menjadi tren dalam dunia rekayasa
teknologi dan manufaktur di masa depan karena memiliki properti mekanis berkekuatan tinggi dengan
berat yang lebih ringan dibandingkan dengan material konvensional seperti besi, baja, maupun kayu
batangan. Penggabungan dua material atau lebih dengan proses kimiawi dalam satu material komposit
membuat kombinasi sebuah sifat mekanis yang baru, yang bisa diaplikasikan dalam berbagai
keperluan dalam suatu produk.
Laporan ini menekankan kemampuan material komposit dari campuran kayu balsa sebagai
fiber dan semen sebagai matriks yang memiliki konduktivitas termal sangat rendah untuk menahan
panas. Sifat tersebut akan dikembangkan untuk diaplikasikan pada thermal chmaber untuk
memerangkap udara dingin dan mencegah masuknya panas dari dan ke dalam , sehingga bisa
meminimalisasi penggunaan energi dari pemakaian pemanas atau pendingin ruangan.
Pada akhirnya, kami berharap bahwa apa yang telah kami lakukan dan kami capai bisa
bermanfaat bagi berbagai pihak. Utamanya untuk memajukan teknologi Indonesia yang dapat
digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Depok, Desember 2014

Page

iii

Penulis

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ...................................................................................................................... 2
1.4. Metode Penelitian ............................................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1. Proses Perpindahan Panas ................................................................................... 3
2.1.1.

Konduksi .......................................................................3

2.1.2.

Konveksi .......................................................................3

2.1.3.

Radiasi .........................................................................3

2.2. Resistansi Thermal ............................................................................ 4


2.3. Material Komposit ............................................................................................................. 4
2.4. Detail Desain dan Geometri 4
BAB III PROSES PERANCANGAN
3.1. Analisa Thermal ..................................................................................................................7
3.2. Analisa Sifat Mekanis..........................................................................................................12
3.3. Proses Produksi ...................................................................................................................16
3.3.1.

Kayu Balsa ...........................................................................................................16

3.3.2.

Semen ...................................................................................................................18

3.4. Analisa Ekonomi .................................................................................................................20


3.5. Instalasi ................................................................................................................................24
3.6. Analisa Efektifitas ................................................................................................................24
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................................................26

Page

iv

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 27

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan meningkatnya perindustrisian dalam segala sektor khususnya sektor


perindustrisian benda dengan dimensi kecil tentunya membutuhkan ruangan untuk
menguji ketahanan benda tersebut dalam suhu yang telah ditentukan. Untuk
melakukan pengujian dalam suhu yang telah ditentukan dan statik maka dibutuhkan
suatu ruangan yang tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan diluar ruangan tersebut.
Dalam membuat suhu ruangan tetap statik maka dibutuhkan alat pendingin dan
pemanas didalam atau tersambung kedalam ruangan tersebut yang biasa disebut
thermal chamber.
Penggunaan pendingin yang biasa berupa AC dan pemanas(heater) yang bisa
dengan lampu dengan radiasinya membutuhkan tenaga listrik. Mengingat sekarang
ini naiknya harga bahan bakar dan belum siapnya sumber energi alternatif untuk
digunakan secara masal, maka penggunaan listrik pada thermal chamber diusahakan
diminimalisir.
Melalui isolasi thermal pada dinding thermal chamber yang terbuat dari
material komposit balsa dan semen diharapkan dapat menahan suhu statik lebih
lama dari material yang biasa digunakan thermal chamber pada umumnya sehingga
mengurangi pemanfaatan dari alat pensimulasi suhu yang berdampak konsumtif
terhadap penggunaan sumber energi.
Metode pemanfaatan material komposit sangatlah aplikatif pada kasus ini,
karena dengan memanfaatkan ilmu rekayasa yang ada, kita dapat meminimalisir
pengaruh suhu luar thermal chamber dengan material komposit yang konduktifitas
thermalnya sangat kecil tanpa menurunkan kekuatan dari materialnya. Dengan
demikian, maka kita dapat merekayasa thermal chamber agar insulatif yang tidak
kalah kuatnya dengan material logam dan dapat menahan suhu statik lebih lama.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari paper ini adalah

Page

a. Merancang thermal chamber yang lebih efisien dan hemat energi

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
b. Merancang thermal chamber dengan material komposit yang mudah manufaktur dan
ekonomis

1.3. Manfaat
Kelebihan dari pemanfaatan material komposit pada dinding thermal chamber adalah :

Menjaga suhu ruang thermal chamber dalam kondisi statik dengan durasi yang lebih
lama

Mengurangi konsumsi energi untuk alat pensimulasi suhu

Penghematan biaya akibat penurunan penggunaan alat pensimulasi suhu (AC dan
Heater)

Menurunkan partisipasi alat pensimulasi suhu ruang thermal chamber dalam Global
Warming.

1.4. Metode Penelitian


Metode peneliatian yang digunakan penulis menggunakan studi literatur dan
observasi lapangan. Studi literatur merupakan metode observasi melalui penulisan-penulisan
valid yang telah tersedia pada berbagai jenis media yang ada. Penulis mempelajari berbagai
artikel dan tulisan ilmiah yang tersedia pada buku-buku, jurnal ilmiah internasional,
wawancara dengan narasumber yang bekompeten pada bidangnya, dan juga observasi pada
media internet. Lalu dengan metode observasi lapangan penulis mencocokkan data yang
didapat dari studi literatur dengan data dilapangan, dengan itu penulis akan semakin mudah

Page

menvisualisasikannya sebelum melakukan analisa.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Proses Perpindahan Panas


Proses perpindahan panas merupakan salah satu wujud transformasi energi dan
sangat penting dalam berbagai bidang teknologi. Industri permesknan, pesawat terbang,
pengeringan, pendinginan dan sebagainya selalu melibatkan perpindahan panas. Perpindahan
panas merupakan proses perpindahan energi dari suatu daerah yang lain sebagai akibat dari
gradien temperatur. Pada umumnya mekanisme perpindahan pana dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

2.1.1.

Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan energi panas
dengan penyebaran secara mikroskopik dan tubrukan partikel dengan medium
berdasarkan gradien temperatur. Molekul, electron, atom, dan phonon merupakan
objek dari tubrukan partikel dan penyebaran secara mikroskopik. Objek tersebut
memindahkan energi potensial dan disorganized kinetic yang keduanya dikenal
sebagai energy internal. Konduksi hanya dapat terjadi jika suatu objek atau material
terjadi kontak satu sama lainnya secara langsung maupun tidak langsung. Konduksi
juga dapat terjadi pada segala fase seperti solid, liquid, gas dan plasma.

2.1.2.

Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah proses perpindahan energi
dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan
mencampur. Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi
bebas dan konveksi paksa. Bila gerakan mencampur berlangsung semata mata
sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan gradien temperatur, maka
dikatakan sebagai konveksi bebas, sedangkan bula gerakan mencampur disebabkan
oleh suatu alat tertentu dari luar dikatakan sebagai konveksi paksa.

Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan energi panas dari

temperature yang lebih besar dari absolute zero. Perpindahan energi panas tersebut
terjadi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Hal ini merepresentasikan

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

segala jenis medium yang didalamnya terjadi pergerakan partikel partikel dengan

Page

2.1.3.

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
konversi dari energi termal ke energy elektromagnetik. Semua medium dengan
temperatur yang lebih besar dari absolute zero merupakan gabungan dari partikel
yang mempunyai energi kinetik yang berinteraksi satu dengan yang lainnya.

2.2. Resistansi Thermal


Resistansi thermal merupakan ukuran dari perbedaan temperatur dari suatu objek
atau ketahanan material terhadap aliran panas. Dalam arti lain, suatu unit energi panas
mengalir melawati suatu struktur yang terjadi dalam satuan waktu. Resistansi thermal
merupakan

kebalikan dari konduktansi thermal. Resistansi thermal dari suatu material

menjadi salah satu yang diperhatikan oleh electronic engineers, karena kebanyakan dari
komponen elektrikal menyimpan panas dan butuh untuk didinginkan. Komponen elektronik
akan disfungsi atau gagal jika terjadi fenomena overheat, dan beberapa bagian butuh untuk
menyesuaikan desainnya agar mencegah terjadinya hal tersebut.

2.3. Material Komposit


Material komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih komponen material yang
mempunyai physical dan chemical

properties yang berbeda dan secara signifikan

menghasilkan suatu material dengan karakteristik yang berbeda dari individual komponen
tersebut.

2.4 Detail Desain dan Geometri

Proses Pembuatan

Page

A.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Tempat penampungan cor

Proses Pengecoran

Page

Hasil Assembly

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Page

B. Dimensi Produk

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

BAB III
PROSES PERANCANGAN

3.1. Analisa Thermal

Dalam pengembangan produk yang dilakukan, kami melakukan studi literatur yang
terfokus pada konduktivitas termal dan laju perpindahan kalor untuk melihat apakah
pergantian material komposit yang direncanakan dapat memberikan pengaruh signifikan
terhadap produk yang dirancang. Dengan konduktivitas termal yang rendah maka laju
perpindahan kalor juga rendah.
Studi yang dilakukan oleh penulis adalah untuk merancang thermal chamber yang
memiliki fungsi yang sama dengan environmental chamber dalam menjaga stabilitas yang
terfokus pada temperatur di dalam chamber. Untuk itu, material yang dipilih adalah material
yang memiliki sifat insulatif yang tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, material
insulatif yang dapat digunakan sebagai material chamber adalah kayu balsa, kayu pinus putih
dan polyester resin. Material tersebut dibandingkan dengan material yang digunakan untuk
membuat dinding, yaitu batu bata dan semen. Berikut adalah data konduktivitas termal
material tersebut:
No
1
2
3
4
5

Material
Brick
Cement
Balsa wood
White pine wood
Polyester resin

thermal conductivity (W/mK)


0.8
1.73
0.055
0.12
0.209

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Page

Di mana kp adalah konduktivitas termal material komposit apabila sumbu fiber searah
dengan arah perpindahan panas, kt adalah konduktivitas termal material komposit apabila

Analisis termal yang dilakukan menggunakan analisis matematis berdasarkan


persamaan di bawah:

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

sumbu fiber tegak lurus dengan arah perpindahan panas, dan Q/t adalah laju perpindahan
kalor secara konduksi.
Analisis termal yang dilakukan diawali dengan menghitung konduktifitas termal kp dan
kt. Perhitungan dilakukan dengan variasi komposisi volumetris antara fiber dan matriks
dimulai 0,1 sampai 0,9.
No
kf
km
vf
Brick and cement
1
0,8
1,73
2
0,8
1,73
3
0,8
1,73
4
0,8
1,73
5
0,8
1,73
6
0,8
1,73
7
0,8
1,73
8
0,8
1,73
9
0,8
1,73
Balsa and cement
1
0,055
1,73
2
0,055
1,73
3
0,055
1,73
4
0,055
1,73
5
0,055
1,73
6
0,055
1,73
7
0,055
1,73
8
0,055
1,73
9
0,055
1,73

vm

kp

1/kt

kt

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9

0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1

1,637
1,544
1,451
1,358
1,265
1,172
1,079
0,986
0,893

0,645
0,712
0,780
0,847
0,914
0,981
1,048
1,116
1,183

1,550
1,404
1,283
1,181
1,094
1,019
0,954
0,896
0,845

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9

0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1

1,563
1,395
1,228
1,060
0,893
0,725
0,558
0,390
0,223

2,338
4,099
5,859
7,620
9,380
11,140
12,901
14,661
16,421

0,428
0,244
0,171
0,131
0,107
0,090
0,078
0,068
0,061

kp

kt

Brick and cement


1
1,637
1,550
2
1,544
1,404
3
1,451
1,283
4
1,358
1,181
5
1,265
1,094
6
1,172
1,019

1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163

T
siang

T
malam

7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1

3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15

(Q/t)p
siang

(Q/t)p
malam

(Q/t)t
siang

(Q/t)t
malam

90,110
84,991
79,872
74,752
69,633
64,514

44,421
41,897
39,373
36,850
34,326
31,803

85,312
77,265
70,606
65,003
60,224
56,100

42,055
38,089
34,806
32,044
29,688
27,655

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Page

No

Dari tabel di atas terlihat bahwa material kayu balsa dan semen memiliki konduktivitas
termal yang lebih kecil daripada batu bata dan semen. Kemudian, analisis termal dilanjutkan
dengan menghitung kalor. Perhitungan laju perpindahan kalor dibagi menjadi empat bagian
yaitu (Q/t)p siang hari, (Q/t)p malam hari, (Q/t)t siang hari, dan (Q/t)t malam hari. Perhitungan
tersebut ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
7
1,079
0,954
8
0,986
0,896
9
0,893
0,845
Balsa and cement
1
1,563
0,428
2
1,395
0,244
3
1,228
0,171
4
1,060
0,131
5
0,893
0,107
6
0,725
0,090
7
0,558
0,078
8
0,390
0,068
9
0,223
0,061

1,163
1,163
1,163

7,1
7,1
7,1

3,5
3,5
3,5

0,15
0,15
0,15

59,395
54,275
49,156

29,279
26,755
24,232

52,504
49,342
46,539

25,882
24,323
22,942

1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163
1,163

7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1
7,1

3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15

86,009
76,789
67,569
58,349
49,129
39,908
30,688
21,468
12,248

42,399
37,854
33,309
28,763
24,218
19,673
15,128
10,583
6,038

23,540
13,430
9,395
7,224
5,868
4,941
4,267
3,755
3,352

11,604
6,620
4,631
3,561
2,893
2,436
2,103
1,851
1,652

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin kecil konduktivitas termal
maka semakin kecil nilai kalor yang dihasilkan. Perbandingan material komposit batu bata
dan semen dengan kayu balsa dan semen ditunjukkan oleh grafik di bawah ini:

100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

vf
Brick and cement

Balsa and cement

0.1

Page

(Q/t)p

(Q/t)p siang hari

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

(Q/t)p

(Q/t)p malam hari


50.0
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0.8

0.9

0.8

0.9

vf
Brick and cement

Balsa and cement

(Q/t)t

(Q/t)t siang hari


90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

vf
Brick and cement

Balsa and cement

45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

vf
Brick and cement

10

0.1

Balsa and cement

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Page

(Q/t)t

(Q/t)t malam hari

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa laju perpindahan kalor pada material balsa dan
semen jauh lebih kecil daripada material batu bata dan semen. Hal ini menunjukkan bahwa
pergantian material komposit memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan
nilai kalor. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa pengingkatan komposisi volumetris pada
fiber dapat menurunkan nilai kalor. Nilai laju perpindahan kalor yang kecil mengindikasikan
bahwa pengaruh lingkungan (dalam hal ini adalah temperatur) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kondisi di dalam chamber.
Selanjutnya, penulis akan melihat bagaimana perbandingan antara konduktivitas termal
kp dan kt pada material basal dan semen.

Laju Perpindahan Kalor

Balsa & Cement


100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

vf
(Q/t)p

(Q/t)t

No

brick & cement

balsa & cement


Departemen Teknik Mesin FTUI
Tugas Besar Komposit

Page

Kemudian penulis menganalisis seberapa signifikan dan efektif pergantian material


komposit dalam perancangan thermal chamber yang dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa produk yang dirancang merupakan sebuah chamber yang diharapkan
memiliki fungsi menyerupai environmental chamber yang terfokus pada temperatur, namun
dengan desain yang simpel dan minimalis yang terbuat dari material komposit yang
ditentukan dalam subbab ini. keefektifan pergantian material ini dapat dilakukan dengan
membandingkan performa material melalui nilai kalor antara material dinding biasa yaitu
batu bata dan semen dengan material yang dipilih yaitu basal dan semen serta persentase
penurunan nilai kalor yang terjadi akibat pergantian material yang dilakukan. Berikut adalah
tabel perbandingan kedua material tersebut:

11

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa laju perpindahan kalor pada pemasangan
sumbu fiber tegak lurus terhadap arah perpindahan panas kt lebih rendah dibandingkan
dengan pemasangan sumbu fiber searah perpindahan panas kp, sehingga perancangan yang
dilakukan adalah instalasi dan produksi material komposit dilakukan dengan sumbu fiber
tegak lurus dengan arah perpindahan panas.

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
(Q/t)p (Q/t)p
(Q/t)t (Q/t)t
(Q/t)p (Q/t)p
(Q/t)t (Q/t)t
siang
malam
siang
malam siang
malam
siang
malam
1 90,110
44,421 85,312 42,055 86,009
42,399 23,540
11,604
2 84,991
41,897 77,265 38,089 76,789
37,854 13,430
6,620
3 79,872
39,373 70,606 34,806 67,569
33,309 9,395
4,631
4 74,752
36,850 65,003 32,044 58,349
28,763 7,224
3,561
5 69,633
34,326 60,224 29,688 49,129
24,218 5,868
2,893
6 64,514
31,803 56,100 27,655 39,908
19,673 4,941
2,436
7 59,395
29,279 52,504 25,882 30,688
15,128 4,267
2,103
8 54,275
26,755 49,342 24,323 21,468
10,583 3,755
1,851
9 49,156
24,232 46,539 22,942 12,248
6,038 3,352
1,652
rata-rata 69,633
34,326 62,544 30,832 49,129
24,218 8,419
4,150
rata-rata akumulasi
49,334
rata-rata akumulasi
21,479
persentase penurunan nilai (Q/t) akumulasi
56,462

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase penurunan nilai laju
perpindahan kalor secara akumulasi akibat pergantian material komposit basal dan semen
adalah sebesar 56,462%. Angka ini menunjukkan bahwa pergantian material komposit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nilai laju perpindahan kalor pada
produk thermal chamber.
Dengan demikian, melalui analisis dan perhitungan yang dilakukan dan dipaparkan
oleh penulis pada subbab ini, dapat diketahui bahwa pemilihan material kayu balsa dan
semen sebagai material pembuatan produk thermal chamber merupakan pilihan yang bijak.
Pemasangan instalasi sumbu fiber kayu balsa sebaiknya dengan arah tegak lurus terhadap
arah perpindahan panas karena memiliki laju perpindahan kalor yang lebih kecil
dibandingkan dengan instalasi searah perpindahan panas.

3.2. Analisa Sifat Mekanis

Selain analisis termal, penulis juga melakukan analisis sifat mekanis yang dimiliki oleh
material komposit yang digunakan dalam perancangan produk thermal chamber serta
membandingkannya dengan sifat mekanis material dinding pada umumnya. Berikut adalah
tabel data sifat mekanis dari masing-masing material.

7
130
3
14

Brick
7
1900
20
0.28

Cement
30
2300
25
5

12

Balsa

Page

Sifat Mekanis
Compressive Strength (Mpa)
Density (kg/m3)
Young Modulus (Gpa)
Tensile Strength (Mpa)

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Dari data pada tabel di atas maka dapat dihitung sifat mekanis pada struktur komposit
batu-bata semen dan kayu balsa semen untuk membandingkan kedua material tersebut
dalam hal sifat mekanis.
Vf

Vm

Brick & cement


0,1
0,9
0,2
0,8
0,3
0,7
0,4
0,6
0,5
0,5
0,6
0,4
0,7
0,3
0,8
0,2
0,9
0,1
Balsa & cement
0,1
0,9
0,2
0,8
0,3
0,7
0,4
0,6
0,5
0,5
0,6
0,4
0,7
0,3
0,8
0,2
0,9
0,1

c
c
(tensile) (compressive)
(MPa)
(MPa)

Ec (GPa)

2260
2220
2180
2140
2100
2060
2020
1980
1940

4,528
4,056
3,584
3,112
2,640
2,168
1,696
1,224
0,752

27,7
25,4
23,1
20,8
18,5
16,2
13,9
11,6
9,3

24,5
24
23,5
23
22,5
22
21,5
21
20,5

2083
1866
1649
1432
1215
998
781
564
347

5,9
6,8
7,7
8,6
9,5
10,4
11,3
12,2
13,1

27,7
25,4
23,1
20,8
18,5
16,2
13,9
11,6
9,3

22,8
20,6
18,4
16,2
14
11,8
9,6
7,4
5,2

Page

13

Berdasarkan tabel hasil perhitungan sifat mekanis material di atas, dapat dibuat grafik
untuk menunjukkan perbandingan antara kedua material yang dibandingkan, yaitu material
batu bata semen dan kayu balsa semen.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Massa Jenis Material Komposit

Massa Jenis (kg/m3)

2500.0
2000.0
1500.0
Brick & cement

1000.0

Balsa & cement


500.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Komposisi Volumetrik Fiber

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa material kayu balsa semen mengalami
penurunan massa jenis yang lebih curam seiring dengan penambahan komposisi volumetrik
fiber dibandingkan dengan material batu-bata semen. hal ini menunjukkan bahwa material
kayu balsa semen memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan dengan batu-bata
semen untuk volume yang sama. Bahkan untuk komposisi volumetrik fiber 0,9 massa jenis
material kayu balsa semen hanya sebesar 347 kg/m3 saja. Namun ringan saja tidak cukup
untuk dapat menyimpulkan bahwa material kayu balsa semen lebih unggul dalam hal sifat
mekanis dibandingkan dengan material batu-bata semen. oleh karena itu, penulis akan
meninjau sifat mekanis lain yaitu kekuatan material, seperti kekuatan tarik, kekuatan tekan,
dan modulus Young material komposit.

Tensile Strength Material Komposit


Tensile Strength (MPa)

14.0
12.0
10.0
8.0
6.0

Brick & cement

4.0

Balsa & cement

2.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Page

Kekuatan yang akan ditinjau pertama kali adalah kekuatan tarik (tensile strength)
material komposit. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa untuk komposisi volumetrik fiber
yang sama, material kayu balsa semen memiliki kekuatan tarik yang lebih besar
dibandingkan dengan material batu-bata semen. kekuatan tarik material kayu balsa semen
semakin besar seiring penambahan komposisi volumetrik fiber, berbeda dengan material

14

Komposisi Volumetrik Fiber

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

batu-bata semen yang cenderung memiliki kekuatan tarik semakin kecil seiring dengan
penambahan komposisi volumetrik fiber. Secara teoritis maupun praktis, material dengan
kekuatan lebih besar memiliki performa yang lebih baik. Oleh karena itu, dari grafik di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa material kayu balsa semen lebih baik daripada batubata semen. namun penulis tetap meninjau kekuatan lainnya.

Compressive Strength Material Komposit


Compressive Strength (MPa)

30.0
25.0
20.0
15.0

Brick & cement

10.0

Balsa & cement

5.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Komposisi Volumetrik Fiber

Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kekuatan tekan dan komposisi volumetrik
fiber pada material komposit yang dibandingkan. Pada grafik tersebut terlihat hanya terdapat
satu garis yaitu garis berwarna jingga yang mewakili kayu balsa semen. padahal,
sebenarnya terdapat dua buah garis namun kedua garis tersebut berhimpit karena memiliki
nilai kekuatan tairk yang sama untuk setiap komposisi volumetrik fiber yang sama. Hal ini
menunjukkan kedua material komposit yang dibandingkan tidak lebih unggul satu dan
lainnya dalam hal kekuatan tekan maksimum yang dimiliki. Oleh karena itu, tidak menjadi
sebuah masalah jika material kayu balsa semen digunakan untuk menggantikan material
batu-bata semen.

Page

15

Kemudian, tinjauan kekuatan yang terakhir adalah modulus Young material. Berikut
adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara modulus Young material komposit dengan
komposisi volumetrik fiber.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Modulus Young Material Komposit


Modulus Young (GPa)

30.0
25.0
20.0
15.0

Brick & cement

10.0

Balsa & cement

5.0
0.0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Komposisi Volumetrik Fiber

Pada grafik di atas terlihat bahwa masing-masing material mengalami penurunan nilai
modulus Young seiring dengan penambahan komposisi volumetrik fiber. Material kayu balsa
semen mengalami penurunan yang lebih curam dibandingkan dengan material batu-bata
semen. hal ini menunjukkan bahwa untuk komposisi volumetrik fiber yang sama, material
kayu balsa semen memiliki sifat yang lebih kaku dibandingkan dengan material batu-bata
semen sehingga cocok untuk dijadikan sebagai material pembuat dinding chamber.

3.3. Proses Produksi


3.3.1. Kayu Balsa

Dalam pembuatan core kayu balsa, kayu balsa di potong hingga menjadi
lembaran tipis, dengan menggunakan teknik wood cutting yang hampir sama dengan
pembuatan kayu triplek. Pembuatannya menggunakan beberapa mesin, yaitu
1. Alat pemotong log.
Mesin ini biasanya memiliki cara kerja/operasi sama dengan chain
saw, namun mesin ini menggunakan tenaga listrik. Terkadang untuk sejumlah
kasus, pemotongan log menggunakan chain saw, berbahan bakar bensin 2 tak.
2. Mesin pembersih kulit log (debarker machine)
Mesin pengupas kulit ini diperlukan, sebelum proses pengupasan. Hal
ini bertujuan di antaranya untuk menghilangkan kulit kayu, baik kulit lunak

16

atau keras, yang dapat mempengaruhi terhadap mesin pengupas (rotary).


Page

3. Mesin Pengupasan (rotary machine)

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Fungsinya adalah membubut log kayu menjadi lembaran veneer.


4. Mesin pengering (dryer machine)
Fungsinya

adalah

untuk

mengeringkan

gulungan veneer hasil

pembubutan di mesin rotary.

Dalam memotong kayu balsa, perlu diperhatikan juga arah serat (grain) dari
kayu balsa. Kayu balsa memiliki beberapa tipe arah serat.

Page

merupakan tipe arah serat. Berikut adalah contoh potongannya:

17

Rays merupakan arah potongan, sedangkan C grain, B grain dan A grain

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Bila di sesuaikan dengan kebutuhan pengerjaan core balsa pada dinding


rumah, dimana pemasangan arah serat harus transversal dengan arah masuk kalor,
maka tipe C-Grain merupakan pilihan yang paling tepat.
Sedangkan dalam proses manufaktur semen, tidak terdapat cara khusus yang
digunakan untuk mengolah semen untuk diaplikasikan menjadi dinding. Perbedaan
hanya terjadi pada penggunaan fiber dimana fiber yang berupa batu bata diganti
menjadi kayu balsa.
3.3.2. Semen

Semen merupakan material utama untuk membangun suatu bangunan.


Fungsinya adalah sebagai matriks untuk mengikat fiber (dalam kasus ini kayu balsa).
Namun semen sendiri tidak dapat dipakai jika tidak berupa sebuah campuran semen.
Adapun campurannya terdiri dari semen, pasir, dan air.
Sebelum membahas tentang komposisi adukan semen, penulis membahas
jenis-jenis semen agar tepat untuk pemakaian dalam studi kasus kali ini, antara lain.
A. PCC (Portland Composite Cement)
PCC digunakan untuk bangunan - bangunan pada umumnya. PCC
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses
pendinginan sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan
menghasilkan permukaan yang lebih rapat dan halus
B. OPC (Ordinary Portland Cemen)
OPC juga dikenal sebagai semen abu abu. Biasanya semen tipe ini

terhadap kandungan sulfat di air dan tanah

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Page

jalan. Semen jenis ini juga dapat memberikan perlindungan tambahan

18

digunakan untuk konstruksi rumah, gedung tinggi, jembatan, dan

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

C. OWC (Oil Well Cement)


OWC adalah tiper semen khusus untuk pengeboran minyak dan gas
baik di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi suatu
adukan semen dan dimasukkan antara pipa bor dan cetakan sumur bor
dimana semen tersebut dapan mengeras dan kemudian mengikat pipa
pada cetakannya.

D. White Cement
Semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior gedung.
E. White Mortar
White Mortar sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi
White Mortar antara lain semen putih, kapur dan bahan aditif khusus
lainnya. Keuntungan menggunakan white mortar antara lain,
permukaan acian lebih halus, mengurangi retak dan terkelupasnya
permukaan, karena mempunyai sifat plastic dengan daya rekat tinggi,
cepat, dan mudah dalam pengerjaan, hemat karena acian lebih tipis
serta dapat digunakan pada permukaan beton dengan menambahkan
lem putih.
Berikut adalah cara untuk membuat adukan semen.
Menyiapkan dry mix (campuran kering) :
1. Menentukan tipe semen yang cocok.
Dalam studi kasus kali ini penulis memakai Portland cement tipe PPC
maupun OPC karena sesuai dengan karakteristik dari fiber dan tujuan
pemakaian.
2. Menyiapkan bahan tambahan seperti pasir dan kerikil.
Kebutuhan pasir dan kerikil lebih banyak dalam proses jika ingin
didapatkan campuran semen yang sesuai. Biasanya 1 : 2 untuk semen
dan pasir, dan 1 : 3 untuk semen dan kerikil.
3. Mencampurkan bahan pada cement mixer

: 3. Campuran akan menjad lebih baik ketika disiapkan campuran


kering terlebih dahulu dibandingkan langsung dicampurkan dengan air.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

19

Pada pencampuran antara semen, pasir dan kerikil rasionya adalah 1 : 2

Page

I.

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

II.

Menambahkan air ke campuran kering :


Air berfungsi untuk mengikat semen dengan pasir dan batu kerikil.

Penambahan air juga tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebankan adukan
menjadi encer, begitu pula sebaliknya. Kuantitas air harus dihitung dari
perbandingan berat air dan berat semen, atau dikenal dengan istilah Faktor Air
Semen (FAS). Komposisi air dan semen yang ideal adalah jika FAS berkisar antara
0,4 (air) 0,6 (semen).
3.4. Analisa Ekonomi

Pada bagian ini, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan biaya biaya yang
harus dikeluarkan untuk membeli bahan baku material pokok, yaitu kayu balsa,
semen, dan juga batu bata.
Tabel dibawah merupakan tabel yang memaparkan harga per satuan volume
dari material material yang akan digunakan sebagai material asal dari komposit.
No

Material

Price (rupiah/m3)

Kayu Balsa

Rp 2.000.000

Brick (Batu bata)

Rp 826.446,29

Semen

Rp 800.200

Pasir Pasang

Rp 150.000

Berdasarkan SNI 6897:2008 No.6.10: Memasang 1 m2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x


22) cm tebal bata, campuran spesi 1 PC : 5 PP
9,68 kg semen
0,045 m3 pasir pasang
70 bh batu bata
Dari standar di atas, bisa kita tentukan komposisi dari adukan semen tersebut dengan
perbandingan 1PC:5PP. Sehingga bisa kita hitung untuk mendapatkan harga dari campuran

Material
Kayu Balsa

Price (rupiah/m3)
Rp 2.000.000

Page

No

20

tersebut sebesar Rp 258.366,67/m3.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Brick (Batu bata)

Rp 826.446,29

Campuran Pasir Semen

Rp 258.366,67

Penulis menggunakan besaran harga per satuan volume karena volume sangat
berpengaruh dalam menentukan besarnya harga dari komposit yang bergantung pada
fraksi volumetric

Brick & Cement


Fiber Price/m3

Matrix Price/m3

Composite Price/m3

No

Vf

Vm

0.1

0.9

Rp82,644.63

Rp232,530.00

Rp315,174.63

0.2

0.8

Rp165,289.26

Rp206,693.34

Rp371,982.59

0.3

0.7

Rp247,933.89

Rp180,856.67

Rp428,790.56

0.4

0.6

Rp330,578.52

Rp155,020.00

Rp485,598.52

0.5

0.5

Rp413,223.15

Rp129,183.34

Rp542,406.48

0.6

0.4

Rp495,867.77

Rp103,346.67

Rp599,214.44

0.7

0.3

Rp578,512.40

Rp77,510.00

Rp656,022.40

0.8

0.2

Rp661,157.03

Rp51,673.33

Rp712,830.37

0.9

0.1

Rp743,801.66

Rp25,836.67

Rp769,638.33

Berikut merupakan tabel yang memaparkan perhitungan harga per satuan


volume dari material komposit yang terdiri dari brick dan cement dengan variasi
komposisi. Berikut merupakan tabel perhitungan harga per satuan volume bahan
baku material komposit yang memanfaatkan kayu balsa dan semen sebagai bahan
baku.
Balsa & Cement
Harga Vf

Harga Vm

Total harga/m3

0.1

0.9

Rp200,000.00

Rp232,530.00

Rp432,530.00

0.2

0.8

Rp400,000.00

Rp206,693.34

Rp606,693.34

0.3

0.7

Rp600,000.00

Rp180,856.67

Rp780,856.67

0.4

0.6

Rp800,000.00

Rp155,020.00

Rp955,020.00

0.5

0.5

Rp1,000,000.00

Rp129,183.34

Rp1,129,183.34

0.6

0.4

Rp1,200,000.00

Rp103,346.67

Rp1,303,346.67

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

21

Vm

Page

No Vf

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

0.7

0.3

Rp1,400,000.00

Rp77,510.00

Rp1,477,510.00

0.8

0.2

Rp1,600,000.00

Rp51,673.33

Rp1,651,673.33

0.9

0.1

Rp1,800,000.00

Rp25,836.67

Rp1,825,836.67

Melalui tabel tersebut dan tabel perhitungan harga per satuan volume bahan
baku, maka akan didapatkan grafik dibawah ini.

Harga per satuan volume material komposit


Rp2,000,000.00
Rp1,800,000.00
Rp1,600,000.00
Rp1,400,000.00
Rp1,000,000.00
Rp800,000.00
Rp600,000.00
Rp400,000.00
Rp200,000.00
Rp0.00
0

10

Vf
brick&cement

balsa&cement

Dari grafik diatas dapat diketahui terdapat perbedaan harga per satuan
volume antara kedua bahan tersebut. Perbedaan harga ini semakin membesar dengan
bertambahnya fraksi volumetric dari fiber. Walaupun terdapat perbedan harga,
perbedaan harga ini masih dalam toleransi subjektif penulis.
Jika ditinjau dari segi ekonomi, cost yang diperlukan dalam pembangunan
environmental chamber akan sangat dipengaruhi oleh ukuran yang direncanakan.
Seperti yang kita ketahui, ukuran dari sebuah ruangan akan banyak mempengaruhi
suhu dari suatu ruangan. Untuk environmental chamber yang kecil, kita tidak

menginstal suatu sistem pendingin di dalam ruangan yang kecil tersebut. Lain halnya

22

membutuhkan sistem pendinginan. Atau lebih tepatnya bisa dikatakan tidak bisa

pada ruangan/environmental chamber dengan ukuran besar. Terdapat perbedaan yang

Page

Price

Rp1,200,000.00

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

signifikan dari segi ekonomi. Karena, untuk environmental chamber dengan bahan
komposit batu bata-semen akan memerlukan suatu sistem pendinginan untuk menjaga
kestabilan ruangan tersebut. Lain halnya dengan bahan komposit balsa-semen yang
tidak membutuhkan suatu sistem pendinginan. Seperti yang kita ketahui dalam
perancangan suatu bangunan, bahwa energi yang paling banyak digunakan saat ini
adalah untuk sistem pendinginan suatu ruangan/ bangunan.
Komposit balsa-semen memiliki perbedaan harga bahan baku yang sangat
signifikan dibandingkan dengan komposit batu bata-semen. Menurut perhitungan,
komposit balsa-semen memiliki biaya bahan baku lebih mahal dari harga komposit
batu bata-semen. Melihat perbedaan tersebut, membuat komposit balsa-semen
merupakan komposit yang tidak layak untuk digunakan khususnya pada
ruangan/environmental chamber yang ukuran kecil. Namun, komposit ini memiliki
kelebihan karena dapat menjaga suhu ruang pada suhu yang dingin.
Berdasarkan data temperatur rata-rata di Jakarta, perbedaan suhu yang terjadi
antara siang dan malam terbesar yaitu dengan suhu 9oC, di mana suhu malam hari
sebesar 24oC dan pada siang hari sebesar 34oC. Dengan menggunakan komposit
balsa-semen, ruangan dapat didinginkan pada malam hari, yaitu dengan suhu 24oC.
Ketika siang hari, suhu di dalam ruangan tidak sepanas suhu di luar ruangan.
Komposit ini membuat suhu di dalam ruangan tidak lebih dari 25oC ketika pada siang
hari. Hal ini akan menghemat pemilik ruangan dalam menurunkan suhu. Apabila
menggunakan komposit menggunakan batu bata-semen, pemilik perlu menambahkan
pendingin ruangan untuk mendinginkan ruangan tersebut. Lain halnya dengan
komposit balsa-semen, komposit ini membuat pemilik tidak perlu menambahkan
pendingin ruangan. Maka, komposit balsa-semen akan membantu pemiliki dalam
menghemat penggunaan listrik yang diperuntukan untuk pendingin ruangan.
Seperti pada umumnya untuk sebuah environmental chamber pengujian, akan
dibangun suatu environmental chamber yang memiliki ukuran 0.732 meter x 0.732
meter. Environmental chamber tersebut akan dibangun suatu tembok dengan
ketinggian 0.757 meter dan tebal sebesar 0.15 m. Maka, untuk membantu dinding
tersebut diperlukan komposit sebanyak 0.32 m3. Ruangan tersebut akan dijaga

penggunaan balsa-semen sebagai bahan kompositnya, maka suhu akan bisa tetap

Page

dijaga.

23

suhunya setiap waktu pada suhu 25oC. Dari hal ini bisa kita ketahui bahwa dengan

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

Dari simulasi tersebut, dapat dibandingkan antara komposit balsa-semen


dengan batu bata-semen. Perbandingan tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut ini.

Tabel perbandingan biaya komposit

No

Komposit

1 Balsa - Semen
Batu Bata 2 Semen

Biaya per m3

Biaya
Komposit

Total Biaya

Rp1,303,346.67 Rp417,070.93

Rp417,070,93

Rp542,406.48

Rp173,570.07

Rp173,570.07

3.5. Instalasi

Dalam melakukan instalasi dinding komposit insulatif yang memanfaatkan


kayu balsa dan semen, kita dapat melakukan pergantian dinding konvensional
dengan dinding komposi insulatif.
Dengan meningkatnya resistansi thermal, maka kalor akan sulit untuk masuk
ke dalam ruangan dan temperatur di dalam ruangan dapat lebih stabil.
Untuk bangunan yang baru akan dibangun, penulis tidak merekomendasikan
aplikasi penggunaan dinding konvensional terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
penebalan dinding. Penggunaan dinding komposit insulatif secara langsung dapat
memberikan resistansi thermal yang lebih tinggi pada ketebalan yang sama. Terlebih,
dengan tidak diperlukannya penebalan dinding pada bangunan, maka ruang di dalam
bangunan tidak habis akibat ruang yang digunakan oleh dinding.
3.6. Analisa Efektifitas
Penulis akan melakukan analisa efektifitas dari dinding komposit insulatif dengan
membandingkan performa thermal dari dinding komposit insulatif dengan dinding
konvensional.
Pada analisa thermal, diketahui bahwa konduktifitas thermal dinding konvensional

0,7 adalah 0,0775 W/mK, Sehingga nilai kalor yang dapat masuk ke system akan berkurang

Page

hingga 56,462%.

24

pada Vf = 0,7 adalah 0,9538 W/mK. Dan konduktivitas dinding komposit insulatif pada V f =

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber
Pada grafik dibawah, kita dapat melihat beberapa kondisi maksimum dan minimum
dari temperatur lingkungan dari waktu ke waktu di kota Jakarta. Pada grafik dibawah dapat
dilihat bahwa temperatur maksimum rata rata yang terjadi di Jakarta adalah pada siang hari
dan memiliki nilai 32oC, sedangkan temperatur minimum rata rata yang terjadi di Jakarta
adalah pada malam hari dan memiliki nilai 24oC. Dengan demikian, dapat kita ketahui,
walaupun cuaca pada siang hari akan bertambah panas, namun chamber akan dapat terjaga

Page

25

suhunya.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

BAB IV
KESIMPULAN

Melalui analisa yang telah dipaparkan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa:
1.

Penggunaan kayu balsa dan semen sebagai material komposit mampu mengurangi
kalor yang masuk kedalam suatu ruangan dan menjaga temperatur ruangan cenderung
stabil.

2.

Penggunaan material kayu balsa semen dapat mengurangi laju perpindahan kalor
sebesar 56,462% dibandingkan dengan penggunaan material dinding konvensional
untuk ketebalan dan dimensi yang sama.

3.

Material yang dipilih pada perancangan produk ini ringan, kuat dan kaku sehingga
cocok untuk digunakan sebagai material dinding chamber.

4.

Ukuran suatu bangunan akan mempengaruhi temperature dalam suatu ruangan

5.

Dinding yang memanfaatkan komposit jenis ini lebih ringan, memiliki


kekuatan tarik yang lebih besar, lebih kaku, dan memiliki kekuatan tekan yang
sama dibandingkan dengan dinding konvensional.
Biaya untuk membuat dinding komposit jenis ini lebih mahal dibandingkan dengan

26

dinding konvensional.

Page

6.

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Aplikasi Material Komposit Sebagai


Isolator Pada Thermal Chamber

DAFTAR PUSTAKA

http://prometode.blogspot.com/2011/01/metode-pemakaian-campuran-semen.html
Siegel, John R. Howell, Robert; Howell. John R. (2001-11). Thermal radiation heat transfer. New
York: Taylor & Francis, Inc. pp. (xix xxvi list of symbols for thermal radiation formulas).
ISBN 978-1-56032-839-1. Retrieved 2009-07-23.
Bejan, A., 1993., Heat Transfer, John Willey & Sons, Inc, New York.
http://en.wikipedia.org/wiki/Composite_material
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermal_conduction
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermal_radiation

Page

27

http://www.wikihow.com/Mix-Cement

Departemen Teknik Mesin FTUI


Tugas Besar Komposit

Anda mungkin juga menyukai