Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep Fisika sering digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, akan
tetapi banyak orang yang tidak menyadari penerapan tersebut. Tidak hanya manusia yang pandai
menerapkan konsep Fisika, tapi binatang pun menggunakannya, misalnya saat burung terbang,
ikan berenang, dan kelelawar yang mempunyai sistem radar di tubuhnya. Konsep Fisika pada
manusia dipakai dari hal sederhana seperti berjalan atau bersepeda, permainan seperti roller
coaster, olahraga seperti sepak bola, lompat galah, dan ice skating, sampai dalam pembuatan
bom pun digunakan konsep Fisika. (Surya, 2008)
Konsep Fisika dalam kehidupan sehari-hari yang sering digunakan adalah konsep
mekanika gerak, dengan bagiannya kinematika dan dinamika. Misalnya dalam menganalisis
gerak suatu benda kita dapat menggunakan konsep kinematika mulai dari gerak lurus beraturan
(GLB), gerak lurus berubah beraturan (GLBB), gerak parabola, gerak rotasi, atau gerak
melingkar. Konsep gerak tersebut juga termasuk dalam konsep mekanika gerak.
Salah satu olahraga yang menerapkan konsep kinematika dan mekanika gerak adalah
gerakan pada seluncur es (ice skating). Gerakan yang menggunakan konsep Fisika diantaranya
gerakan pada saat memutar di tempat seperti gasing (gerak rotasi), gerakan yang berseluncur
dengan membentuk lingkaran (gerak melingkar), maupun gerakan meloncat dan melayang di
udara. Gerakan-gerakan indah ini, membutuhkan banyak sekali kelihaian intuitif dan adanya
kombinasi berbagai konsep fisika dalam gerakannya. (Hendrata, 2008)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun makalah ini dengan judul,
Aplikasi Konsep Fisika (Mekanika Gerak) dalam Permainan Ice Skating, yang secara lebih
rinci akan dijelaskan dalam bab pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam makalah ini
diajukan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Bagaimanakah analisis gerak melingkar dalam ice skating berdasarkan konsep fisika?
Bagaimanakah analisis gerak rotasi (spin) dalam ice skating berdasarkan konsep fisika?
Bagaimanakah analisis gerak melompat dalam ice skating berdasarkan konsep fisika?
Bagaimanakah analisis gerak saling berinteraksi dalam ice skating berdasarkan konsep fisika?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menjelaskan analisis gerak melingkar dalam ice skating berdasarkan konsep fisika
1.3.2 Untuk menjelaskan analisis gerak rotasi (spin) dalam ice skating berdasarkan konsep fisika
1.3.3 Untuk menjelaskan analisis gerak melompat dalam ice skating berdasarkan konsep fisika
1.3.4 Untuk menjelaskan analisis gerak saling berinteraksi dalam ice skatingberdasarkan konsep fisika
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Bagi Penulis dan Pembaca:

a.

Dapat memperoleh pengetahuan secara luas tentang aplikasi gerak pada ice skating berdasarkan
konsep fisika.
b. Meningkatkan kualitas keilmuan dan menambah wawasan mengenai aplikasi dari konsep fisika
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Metode Kajian Kepustakaan
Penulis menggunakan buku-buku sebagai sumber yang erat kaitannya dengan penulisan makalah
ini.
1.5.2 Metode Audio Visual
Penulis menggunakan media internet sebagai sumber yang erat kaitannya dengan penulisan makalah
ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Gerak Melingkar dalam Ice Skating Berdasarkan Konsep Fisika
Para pemain ice skating profesional sering melakukan gerakan melingkar yang
mengagumkan di lantai es dan tanpa mengalami kesulitan sedikit pun. Hal ini membuat decak
kagum para penontonnya. Bagaimana pemain ice skating tersebut melakukannya? Ternyata
gerakan ini menggunakan konsep dari Fisika dalam mekanika gerak, yaitu disebut
dengan gerakan melingkar. Adapun analisis dari gerakan melingkar ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Penari ski menari dalam sebuah


lingkaran dengan laju konstan

Menurut Newton, benda yang bergerak lurus akan membelok jika ada gaya ke samping.
Darimana kita peroleh gaya ke samping itu? pemain ice skating tahu cara memperoleh gaya ke
samping ini. Ketika pemain ice skating hendak membelok ke kanan, kakinya akan menekan
lantai es ke kiri. Lantai es akan memberikan reaksi dengan menekan kaki pemain ice skating ke
kanan sehingga lintasannya berbelok ke kanan. Semakin keras pemain menekan lantai es,
semakin tajam belokannya. Jika tekanan pada lantai es ini berlangsung terus menerus, lintasan
pemain akan berbentuk lingkaran. Disini gaya dari lantai es bertindak sebagai gaya sentripetal.
Badan pemain ice skating dimiringkan ke pusat lintasan lingkarannya (gambar 1). Ketika
bergerak melingkar pemain ice skating akan merasakan gaya sentrifugal yang arahnya menjauhi
pusat lingkaran. Untuk mengatasi gaya ini pemain ice skatingharus sedikit memiringkan tubuh
bagian atasnya. Jika pemain bergerak dengan kecepatan 4 m/s dalam suatu lingkaran berdiameter
10 meter maka ia harus memiringkan tubuhnya sekitar 180 dari garis vertikal. (Surya, 2008)

Jika partikel yang bergerak dengan lintasan melengkung memiliki vektor posisi yang selalu
konstan besarnya, maka lintasan partikel tersebut adalah suatu lingkaran. Dalam gerak melingkar
ini, apabila besar kecepatannya tetap, maka disebut gerak melingkar beraturan. Gerak melingkar
beraturan merupakan gerak yang dipercepat. Untuk memahaminya perhatikan gambar berikut.
(Santyasa, 2000)

Gambar
2.a

Gambar
2.b

Gambar
2.c

Gambar 2. Perubahan vektor kecepatan pada gerak melingkar

Gambar 2.a memperlihatkan partikel bergerak melingkar beraturan dari P ke P.


Ketika t partikel berada di P dengan vektor kecepatan v dan setelah
partikel berada di P
dengan vektor kecepatan v. Perubahan vektor kecepatan adalah
sehingga kecepatan
rata-rata antara titik P dan P memenuhi persamaan
..........................................................(1.1)

Terlihat pada gambar 2.a bahwa arah vektor v menuju ke dalam lingkaran, sehingga arah
percepatan rata-ratanya juga menuju ke dalam lingkaran.

Ketika t bernilai sangat kecil


, maka titik P seolah-olah berimpit dengan P
(gambar 2.b). dalam hal ini vektor perubahan kecepatan v juga menjadi kecil, akan
tetapi
tetap nilai dan arahnya. Untuk
, maka diperoleh definisi kecepatan sesaat
sebagai berikut.
........................................................(1.2)
Besar vektor v, yaitu dapat dihitung berdasarkan segitiga PAB (gambar 2.c) sehingga
memenuhi persamaan:
..........................................................(1.3)
Untuk

, maka bernilai sangat kecil, sehingga

. Dengan demikian

persamaannya menjadi:
....................................................(1.4)
Telah diketahui hubungan antara busur s, jejari R, dan O yang memenuhi hubungan

yang berarti pula bahwa s = R , atau:


....................................................................(1.5)
Dan untuk

, maka akan berlaku:

.....................................................................(1.6)
Subsitusikan persamaan (1.6) ke persamaan (1.5) dan hasilnya disubstitusikan ke persamaan
(1.4) akan diperoleh:
.......................................(1.7)

Sedangkan besar percepatan sesaat memenuhi persamaan berikut.

....................................(1.8)

Arah vektor percepatan diberikan oleh arah v, untuk

, maka arahv tegak lurus

arah garis singgung lingkaran di titik P. Jadi arah percepatan adalahmenuju pusat
(sentripetal). Percepatan pada gerak melingkar beraturan disebutpercepatan sentripetal yang
memenuhi persamaan:
................................................................(1.9)

Dengan

menyatakan vektor satuan arah radial keluar. Tanda negatif pada persamaan (1.9)

menyatakan bahwa percepatan sentripetal memiliki arah menuju pusat lingkaran.


Dalam gerak melingkar, besar vektor posisi partikel (jarak partikel terhadap pusat
lingkaran) adalah tetap sama dengan jari-jari (R) dari lingkaran tersebut. Posisi partikel
dinyatakan dengan sudut , berdasarkan gambar 2.a, ds = Rd, sehingga diperoleh persamaan:
............................................................(1.10)
Berdasarkan persamaan (1.10), d/dt disebut kecepatan sudut (), sehingga diperoleh persamaan:
.......................................................................(1.11)
Jika persamaan (1.9) disubstitusi ke persamaan (1.11), maka diperoleh persamaan:
..............................................................(1.12)
Kesimpulannya, dalam gerak melingkar beraturan, besar a dari percepatan sesaat sama
dengan kuadrat laju v dibagi jari-jari lingkaran R. Arahnya tegak lurus terhadap dan berada di
sepanjang jari-jari. Oleh karena percepatannya selalu mengarah ke pusat lingkaran maka sering
disebut dengan percepatan sentripetal. (Young, 2002)

Gambar 3. Gerak melingkar beraturan,


percepatan dan gaya
total kedua-duanya terarah menuju pusat lingkaran

Percepatan sentripetal arad dapat juga dinyatakan dalam periode T, waktu yang diperlukan
untuk menempuh satu putaran, yaitu:
.....................................................................(1.13)
Dengan demikian, dalam periode arad adalah:
...............................................................(1.14)

Gerak melingkar beraturan seperti halnya seluruh gerak partikel lainnya, diatur oleh hukum
kedua Newton. Percepatan partikel tersebut menuju pusat lingkaran pasti disebabkan oleh sebuah
gaya atau beberapa gaya, sedemikian rupa sehingga jumlah vektor
merupakan sebuah
vektor yang arahnya selalu tertuju ke pusat lingkaran seperti gambar 3. Besar percepatan ini
tetap, sehingga besar Fnet dari gaya radial ke dalam totalnya juga harus tetap.
Jika gaya radial ke dalam tiba-tiba berhenti bekerja pada benda yang bergerak melingkar,
benda akan terbang membentuk sebuah garis lurus dengan kecepatan konstan seperti seharusnya,
karena gaya total yang bekarja sama dengan nol. Misalnya seorang pemain ice skating memutar
pasangannya ke dalam suatu lingkaran di atas es, jika dia melepaskan pasangannya, maka gaya
ke dalam ini tidak lagi bekerja, dan pasangannya akan melayang keluar di dalam suatu garis
lurus yang menyinggung lingkaran seperti gambar 4 di bawah ini. (Young, 2002)

Gambar 4. Gaya yang keluar dari pusat lingkaran

Besar percepatan radialnya diberikan oleh arad = v2/R, sehingga besarnya gaya Fnetradial ke dalam
total Fnet pada sebuah partikel dengan massa m haruslah
....................................................(1.15)

Gerak melingkar beraturan dapat diakibat oleh sembarang kombinasi gaya, sedemikian
rupa sehingga gaya totalnya
selalu terarah menuju titik yang sama di pusat lingkaran dan
mempunyai besar yang tetap. (Giancoli, 2001)
2.2 Analisis Gerak Rotasi (Spin) dalam Ice Skating Berdasarkan Konsep Fisika

Keindahan

dan

keunikan

lain

dari

pemain ice

skating profesional yaitu pada saat melakukan gerakan rotasi seperti gasing yang mengagumkan
di arena es. Seperti terlihat pada gambar 5 di bawah ini. Ternyata gerakan ini menggunakan
konsep dari Fisika dalam mekanika gerak, yaitu disebut dengan gerakan rotasi.

Gerakan
rotasi
yang
dilakukan
oleh pemain ice skating, awalnya lambat dengan tangan penari yang terentang, setelah itu
berputar dengan cepat dengan tangan terlipat ke dalam seiiring dengan bertambahnya kecepatan.
Pada akhir atraksi, penari merentangkan tangan kembali dan kecepatan berputarnya turun.
Karena ada unsur perputaran, maka atraksi itu termasuk dalam gerak rotasi sehingga satuansatuannya berbeda dengan gerak lurus biasa. Perputaran pada aksi pemain ice skating ini dapat
kita analisis mulai dari momen inersia, energi kinetik, sampai pada momentum sudut yang kekal,
dengan menggunakan konsep gerak rotasi. (Surya, 2008)
2.2.1 Energi Kinetik Rotasi Berdasarkan Konsep Fisika
Nilai
merupakan energi kinetik benda yang mengalami gerak translasi. Benda
yang berotasi pada sebuah sumbu dikatakan memiliki energi kinetik rotasi. Dengan analogi
terhadap EK translasi, diharapkan besaran ini dinyatakan dengan
di mana I adalah momen
inersia benda dan

adalah kecepatan sudutnya. Contoh benda tegar apa saja yang dibentuk oleh

banyak partikel kecil, masing-masing dengan massa m. Jika ditentukan r menyatakan jarak
partikel dari sumbu rotasi, maka kecepatan liniernya adalah
. Energi kinetik total dari
benda secara keseluruhan akan sama dengan jumlah energi kinetik semua partikelnya, yaitu:
(Giancoli, 2001)

EK = 1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 + ... + 1/2 mnvn2


.......................................................(2.1)

Oleh karena v = r, maka


EK = 1/2 m12r12 + 1/2 m22r22 + ... + 1/2 mn2rn2
....................................................(2.2)
Di mana telah difaktorkan
benda tegar. Karena

dan

keluar karena nilainya sama untuk semua partikel pada

, yang merupakan momen inersia, dilihat bahwa energi kinetik

benda tegar yang berotasi adalah:


...........................................................(2.3)
Satuannya adalah Joule, sama seperti energi bentuk lainnya. (Giancoli, 2001)
2.2.2 Momentum Sudut dan Kekekalannya
Pada persamaan (2.3), Energi kinetik rotasi dapat dituliskan sebagai
dengan EK translasi =

. Dengan cara yang sama, momentum linier,

, yang analog
, memiliki

analogi rotasi. Besaran ini disebut momentum sudut, L,dan untuk sebuah benda yang berotasi
sekitar sumbu yang tetap, dinyatakan: (Giancoli, 2001)
........................................................................(2.4)
Di mana I adalah momen inersia, dan

adalah kecepatan sudut, Satuan SI untuk L adalah

kg.m2/s.
Hukum kedua Newton tidak hanya dapat dituliskan sebagai
umum dalam momentum,

, tetapi juga lebih

. Dengan cara yang sama, ekivalen rotasi dari hukum

kedua Newton, yang dapat dituliskan sebagai

, juga dapat dituliskan dalam momentum

sudut:
....................................................................(2.5)

Di mana

merupakan torsi total yang bekerja untuk merotasikan benda, dan

perubahan momentum sudut dalam waktu

adalah

, merupakan kasus khusus persamaan

(2.5) jika momen inersia konstan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut. Jika sebuah benda
memiliki kecepatan sudut
pada waktu t = 0, dan kecepatan sudut
pada saat
kemudian,
maka percepatan sudutnya adalah:
.......................................................(2.6)

Kemudian persamaan (2.5) didapatkan:


.......(2.7)

Momentum sudut merupakan konsep yang penting dalam fisika karena, pada kondisi
tertentu, momentum ini merupakan besaran yang kekal. Pada persamaan (2.5), jika torsi
total
pada benda bernilai nol, maka
sama dengan nol. Yaitu, L tidak berubah.
Dengan demikian, hal ini merupakan hukum kekekalan momentum sudut untuk benda yang
berotasi:
Momentum sudut total pada benda yang berotasi tetap konstan jika torsi total yang
bekerja padanya sama dengan nol.
Hukum ini merupakan satu dari hukum kekekalan yang penting dalam Fisika.
Jika ada torsi total nol yang bekerja pada sebuah benda, dan benda tersebut berotasi pada
sumbu yang tetap atau sumbu yang melalui pusat massanya sedemikian sehingga arah tidak
berubah, dapat dinyatakan dengan:
konstan ..................................................(2.8)
I0 dan

adalah momen inersia dan kecepatan sudut, berturut-turut, di sekitar sumbu itu

pada saat awal (t = 0), I dan

adalah nilainya pada saat yang lain. Bagian-bagian benda bisa

merubah posisinya relatif satu sama lain, sehingga Iberubah. Tetapi kemudian
dan hasil kali I

berubah juga

tetap konstan. (Giancoli, 2001)

Pemain ice skating pada saat melakukan spin di ujung sepatu seluncurnya (gambar 5b). Ia
berotasi dengan laju yang relatif lambat dengan lengan terentang, tetapi ketika ia memelukkan
lengannya ke tubuhnya, tiba-tiba ia berputar jauh lebih cepat. Dengan mengingat definisi momen
inersia sebagai
, jelas bahwa ketika ia menarik tangannya menjadi lebih dekat ke
pusat rotasi, r untuk lengan diperkecil sehingga momen inersianya diperkecil. Karena
momentum sudut I tetap konstan (abaikan momen yang kecil yang disebabkan gesekan),

jika I berkurang, maka kecepatan sudut

harus bertambah. Jika pemain ice skating tersebut

memperkecil momen inersianya sebesar faktor 2, maka ia akan berotasi dengan kecepatan sudut
dua kali lipat. (Giancoli, 2001)
2.3 Analisis Gerak Melompat dalam Ice Skating Berdasarkan Konsep Fisika
Pemain ice skating tahu cara melompat yang sangat indah! Yang dilakukan adalah
menekan kaki yang menggunakan sepatu luncur pada lantai secara vertikal. Dengan memberi
tekanan pada lantai es, lantai memberikan reaksi mendorong kaki pemain ice skating ke atas.
Pemain juga tahu bahwa lompatan akan lebih tinggi jika saat melompat lutut ditekuk. Disini
tekukan lutut bertindak seperti pegas yang tertekan, siap untuk melontarkan benda yang
diletakkan di atasnya. Semakin besar tekukan lutut, semakin tinggi tubuh terlontar. Namun perlu
diingat bahwa lutut yang terlalu bengkok akan mengurangi gaya tekan kaki pada lantai es.
Pemain ice skatingbiasanya tahu berapa besar ia harus menekuk lututnya untuk mencapai
ketinggian optimal. Untuk melompat setinggi 30 cm, pemain biasanya menekuk lututnya sejauh
30 cm disertai gaya tekan pada lantai sebesar hampir satu kali berat badannya.
Pada gerakan kombinasi, yaitu pemain ice skating melakukan gerak vertikal dan gerak
mendatar secara serempak. Ketika tubuh lepas kontak dari lantai es, lintasan pusat berat
berbentuk suatu parabola (Gambat 6). Untuk menambah tinggi lompatan pemain ice
skating harus memberikan tambahan energi dengan meluncur lebih cepat di lantai es. Hal yang
sama dilakukan oleh para pelompat tinggi. Untuk melompat setinggi mungkin, si pelompat harus
berlari secepat mungkin. Gerakan kombinasi ini sulit dilakukan tanpa latihan yang serius.
Pemain ice skating harus benar-benar tahu kapan waktu melompat dan berapa kecepatan yang
harus ia berikan agar gerakannya ini sesuai dengan irama musik yang dimainkan.
Gambar 6. pemain ice skating yang melakukan gerakan melompat

Gerakan pada gambar 6, banyak membuat penonton terpukau. Penonton melihat


pemain ice skating seolah-olah terbang mendatar pada ketinggian tertentu. Karena berada cukup
lama di udara (disekitar puncak), maka pemain ice skatingakan tampak seperti terbang.
Pemain ice skating akan memperkuat ilusi terbang ini dengan mengangkat dan merentangkan
kedua kakinya selebar mungkin serta menggerakkan beberapa anggota tubuhnya agak ke atas.
Selesai melakukan gerakan melompat ini pemain ice skating mendarat pada lantai es dengan
lentur dan lutut ditekuk. Tanpa mendarat dengan lentur dan lutut ditekuk yang cukup besar,
pemainice skating akan cedera. (Surya, 2008)

Analisisnya yaitu, pada saat pemain ice skating melompat ke atas gaya gravitasi
memberikan gaya ke arah bawah sehingga kecepatan vertikalnya semakin berkurang. Ketika
mencapai ketinggian maksimum, kecepatan vertikalnya nol. Selanjutnya pemain ice
skating mengalami percepatan sesuai dengan hukum II Newton, F = ma. Bentuk lintasan
parabola tergantung sudut elevasi dan kecepatan yang diberikan. Secara matematik, gerak
parabola dapat diuraikan pada sumbu-x dan sumbu-y. Pada sumbu-x, benda dianggap mengalami
gerak lurus beraturan. Sehingga percepatan yang dialami adalah konstan. (Wikipedia, 2000)
Pada kasus gerak dengan percepatannya konstan (a = konstan), maka dengan
persamaan
dapat dintegralkan menjadi:
.................................. (3.1)

Dengan vo sebagai posisi pada saat to, maka

, jadi

......................................................... (3.2)
Persamaan (3.2) menyatakan kecepatan setiap saat. Dengan mensubstitusikan hasil ini ke
dalam persamaan
dan mengintegralkannya, maka diperoleh:
(3.3)

Dengan ro sebagai fungsi pada saat to, maka:


.(3.4)
Persamaan (3.4) menyatakan posisi partikel pada setiap saat.

Dalam kasus pemain ice skating melakukan gerakan melompat akan sesuai dengan gerak
peluru, dalam hal ini a = g (percepatan gravitasi). Misalkan bidang XY berimpit dengan bidang
yang didefinisikan oleh vo dan a = g, sumbu Y diarahkan ke atas sehingga g = - uyg, dan titik asal
0 berimpit dengan ro.
Maka:
....(3.5)
Dengan,
dan

.................................(3.6)

Persamaan (3.2) dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponennya (dengan to = 0),


maka diperoleh:
dan
...........................................(3.7)
dengan mengisyaratkan bahwa komponen X kecepatannya konstan karena tidak ada percepatan
ke arah ini. Jika ro = 0 dan to = 0, bila dipisahkan komponennya maka akan menjadi:
dan
........................................(3.8)
yang memberikan koordinat partikel sebagai fungsi waktu. Maka persamaan lintasan bola
diperoleh dengan mengeliminasi waktu t antara dua persamaan (3.8):
........................................(3.9)

y
Untuk menentukan tinggi maksimum dan jarak terjauh yang bisa dicapaipemain ice
skating melakukan gerakan melompat, maka dapat dianalisis melalui gambar berikut.

0
R

Gambar 8. Posisi pemain ice skating saat melakukan


gerakan melompat dalam lintasan
Untuk menentukan besar h maka kita tinjau dari titik puncak, vyA = 0, maka persamaannya yaitu:
.(3.10)
.(3.11)
(3.12)

Sehingga,
.(3.13)

...............................................................(3.14)

Jarak terjauh (R) yang bisa dicapai pemain ice skating dapat ditentukan dengan
menentukan waktunya dua kali waktu untuk mencapai puncak (tB = 2tA).
Asumsikan vxi = vxB = vi cos , dan R = xB ketika t = 2tA, maka diperoleh:
..(3.15)
.(3.16)

..(3.17)

Dengan menggabungkan beberapa persamaan, kita bisa mendapatkan sudut untuk


lompatan terjauh, yaitu sebesar 450. Jadi, seorang pemain ice skating yang ingin menghasilkan
lompatan dengan jarak terjauh, ia harus melompat yang mendapatkan kecepatan awal dengan
sudut 450. Selain itu, dalam hal ini penulis mengabaikan faktor gesekan udara. (Wikipedia, 2000)
2.4 Analisis Gerak Saling Berinteraksi dalam Ice Skating Berdasarkan Konsep Fisika
Pemain ice skating seringkali melakukan permainannya dengan beratraksi berdua. Dapat
dilihat pada gambar 9 di bawah ini. Inilah bentuk paling sederhana dari prinsip kekekalan
momentum (principle of conservation of momentum). Prinsip ini merupakan konsekuensi

langsung dari hukum ketiga Newton. Hal yang menyebabkan prinsip ini sangat berguna adalah
karena prinsip ini tidak bergantung pada detail alamiah dari gaya-gaya dalam yang bekerja antara
bagian-bagian dari sistem. Ini berarti dapat diterapkan kekekalan momentum. Digunakan hukum
kedua Newton untuk menurunkan prinsip ini.
Konsep dari momentum sangatlah penting dalam situasi di mana kita mendapati dua atau
lebih benda yang berinteraksi. Pada gambar 9, dua benda saling berinteraksi satu sama lain tetapi
tidak berinteraksi dengan benda-benda lainnya. Setiap partikel memberikan gaya pada yang lain.
Berdasarkan hukum ketiga Newton, kedua gaya selalu sama besarnya dan berlawanan arah. Oleh
karena itu,impuls yang terjadi pada kedua partikel akan sama besar dan berlawanan arah.(Young,
2002)

Pada
kasus
di
atas, gaya normal dan
gaya gravitasi adalah
gaya-gaya luar, tetapi
penjumlahan vektor
dari gaya-gaya luar
adalah
nol
dan
momentum totalnya kekal.
Untuk semua sistem, gaya-gaya yang dikerahkan sistem partikel satu sama lain
disebut gaya dalam (internal force). Gaya-gaya bagian dari sistem oleh objek diluarnya
dikatakan gaya luar (external force). Pada kasus ini, gaya dalamnya adalah BA diberikan pada
partikel B oleh partikel A, dan

AB

diberikan pada partikel A oleh partikel B. Dalam hal ini gaya

yang bekerja bukan merupakan gaya eksternal. Gaya total pada partikel A adalah
total pada partikel B adalah

, dan gaya

. (Young, 2002)

Berdasarkan hukum kedua Newton, dinyatakan bahwa

, di mana

sehingga dapat ditulis: (Giancoli, 2001)


.(4.1)
detahui bahwa momentum partikel dinyatakan dengan persamaan:
...(4.2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (4.2) ke (4.3) maka diperoleh:
..(4.3)
Gaya total (jumlah vektor dari semua gaya) yang bekerja pada sebuah partikel sama
dengan laju waktu dari perubahan momentum partikel.
Sesuai dengan persamaan (4.3) maka
dan
senilai:
dan

.....................................(4.4)

Momentum dari setiap partikel berubah, tetapi perubahan ini tidak bebas. Berdasarkan
hukum ketiga Newton, gaya
dan
selalu sama besar tetapi arahnya berlawanan, sesuai
dengan persamaan:
atau

.................................(4.5)

Substitusi persamaan (4.4) ke persamaan (4.5), diperoleh:


................(4.6)

Laju dari perubahan kedua momentum adalah sama besar dan berlawanan arah, sehingga
laju dari perubahan jumlah vektor
adalah nol. Sehingga kita dapat mendefinisikan
momentum total

dari sistem dua partikel sebagai jumlah vektor dari momentum masing-

masing partikel.
...................................................(4.7)

Laju waktu dari perubahan momentum total

adalahh nol. Jadi, momentum total dari

sistem adalah konstan, walaupun momentum masing-maisng partikel yang membentuk sistem
dapat berubah. Pada peristiwa partikel tunggal momentum partikel dari sistem dapat berubah.
Jika diberikan gaya eksternal secara terus-menerus maka berlaku persamaan (4.7), selama
adanya gaya internal. Momentum total pada umumnya adalah tidak konstan, tetapi jika
penjumlahan vektor dari gaya eksternal adalah nol seperti gambar 10, gaya-gaya tersebut tidak
berkontribusi pada penjumlahan, maka perubahan momentum per satuan waktu akan menjadi nol
(
). (Giancoli, 2001)
Jika sebuah sistem terdiri dari beberapa bagian, gaya-gaya dalam yang dilakukan satu
bagian terhadap bagian lainnya menyebabkan perubahan momentum sudut masing-masing
bagian, namun momentum sudut total tidak berubah. Kita anggap bahwa benda A memberikan
gaya
terhadap benda B, torsi yang dihasilkan
. Torsi ini sama dengan laju perubahan
momentum sudut dari B. Pada saat yang sama, benda B memberikan gaya
A, dengan torsi

terhadap benda

, yang bersesuaian, yaitu:

dan

..........................................(4.8)

Berdasarkan Hukum ketiga Newton

, maka torsi yang bekerja selalu sama tetapi

arahnya berlawanan.

............................................................(4.9)

di mana

adalah momentum sudut total

dari sistem, maka diperoleh

........................................................................(4.10)

Ini berarti, momentum sudut total sistem adalah konstan. Oleh sebab itu dalam aksi dua
orang pemain ice skating di atas termasuk ke dalam sistem dua partikel, di mana jumlah vektor
torsi pada sistem dua partikel sama dengan nol, maka momentum sudut total
dari sistem dua
partikel (dua orang pemain ice skating) tersebut adalah konstan. (Giancoli, 2001)

B A B III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut.
3.1.1 Gerak melingkar beraturan oleh pemain ice skating dapat diakibat oleh sembarang kombinasi
gaya, sedemikian rupa sehingga gaya totalnya
selalu terarah menuju titik yang sama di
pusat lingkaran dan besar percepatan ini tetap, sehingga besar Fnet dari gaya radial ke dalam
totalnya juga harus tetap.
3.1.2 Perputaran pada aksi pemain ice skating saat bergerak secara rotasi (spin) dapat kita analisis
mulai dari momen inersia, energi kinetik, sampai pada momentum sudut yang kekal, dengan
menggunakan konsep gerak rotasi. Energi kinetik rotasi dapat dituliskan sebagai
dan
momentum sudut (L) untuk sebuah benda yang berotasi sekitar sumbu yang tetap, yaitu
hasil kali I

tetap konstan.

3.1.3

Pada saat pemain ice skating melompat, terjadi lintasan parabola pada lompatannya. Analisisnya,
lompatan ke atas gaya gravitasi memberikan gaya ke arah bawah sehingga kecepatan vertikalnya
semakin berkurang. Ketika mencapai ketinggian maksimum, kecepatan vertikalnya nol.
Selanjutnya pemainice skating mengalami percepatan sesuai dengan hukum II Newton, F =
ma.
3.1.4 Momentum sudut total sistem yang berinteraksi adalah konstan. Oleh sebab itu, dalam aksi dua
orang pemain ice skating termasuk ke dalam sistem dua partikel, jumlah vektor torsi pada sistem
dua partikel sama dengan nol, maka momentum sudut total dari sistem dua partikel tersebut
adalah konstan.
.
3.2 Saran

Dalam pembelajaran Fisika, diharapkan agar lebih banyak menerapkan konsep atau
aplikasi yang ada di sekitar kita, tidak hanya berpaku pada rumus atau teori yang ada. Dalam hal
ini, lebih ditekankan kepada aplikasi konsep dan mampu menyelesaikan kasus yang ada
kaitannya dengan konsep fisika yang dipelajari. Oleh sebab itu, pemahaman konsep sangatlah
penting agar mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai