Anda di halaman 1dari 15

ISSN 0215 - 8250

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SQ3R


BERBANTUAN LKM SECARA KOOPERATIF UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MAHASISWA
oleh
I Nyoman Selamat
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Kimia Dasar. Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IKIP
Negeri Singaraja Tahun Akademik 2005/2006 yang berjumlah 20 orang.
Objeknya adalah aktivitas, hasil belajar, dan tanggapan mahasiswa terhadap
implementasi metode pembelajaran. Penelitian tindakan ini dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, implementasi,
pemantauan dan evaluasi, serta refleksi. Hasil penelitian pada Siklus I
menunjukkan bahwa aktivitas belajar mahasiswa dalam kategori cukup
aktif serta rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa masingmasing sebesar 70,1 dan 68,4%. Pada Siklus II, aktivitas belajar mahasiswa
meningkat dibandingkan dengan Siklus I menjadi kategori aktif, serta ratarata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa meningkat masingmasing menjadi 74,2 dan 80,0%. Hasil penelitian pada Siklus III meningkat
dibandingkan dengan Siklus II, yaitu aktivitas belajar mahasiswa tergolong
aktif serta rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa masingmasing sebesar 76,2 dan 94,1%. Mahasiswa menyambut positif metode
pembelajaran yang diimplementasikan.
Kata kunci : metode SQ3R
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

9
ABSTRACT

This classroom action research aimed to improve the learning


activities and mastery of chemical concepts, through the
implementation of SQ3R learning methods using students worksheet.
The subjects of the research were 20 students of Mathematic
Education Department of IKIP Negeri Singaraja in academic year
2005/2006. The research was designed in three cycles, each cycle
concists of planning, implementation, observation and evaluation, as
well as reflection phase. The results of the research in the first cycle
showed that the learning activities of the students were active and
their learning achievement shown by the average score of learning
outcomes and mastery of learning were 70,1 and 68,4%, respectively.
The results of the research in the second cycle were better than those
of the first cycle shown as follow. The students were more active to
follow the teaching and learning process than that of the first cycle.
The learning outcome of the students in the second cycle and mastery
of learning were 74,2 and 80,0%, respectively. In the third cycle, the
result of the research were better than those of the second cycle
showns as follow. The students were more active to follow the
teaching and learning process than that of those in the second cycle.
The learning outcome of the students in the third cycle and the
mastery of learning were 76,2 and 94,1%. The students responded
positively the learning methods applied.
Key word: SQ3R methods

1. Pendahuluan
Penguasaan mahasiswa terhadap konsep-konsep dan aplikasi konsep
kimia masih belum baik. Salah satu indikatornya adalah aktivitas dan hasil
belajar mahasiswa yang cukup rendah. Pada umumnya, mahasiswa
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

10

mengikuti perkuliahan hanya untuk mencatat dan mendengar, sehingga


tidak terjadi komunikasi antara dosen dan mahasiswa atau antarmahasiswa.
Mereka hanya bertindak sebagai pendengar dan menunggu penjelasan dari
dosen. Dengan kondisi tersebut, metode transfer informasi dianggap
sebagai metode yang efektif dalam menuangkan pengetahuan kepada
mahasiswa.
Untuk meningkatkan kualitas perkuliahan Kimia Dasar, metode
transfer informasi perlu dikaji kembali. Metode ini tidak sesuai dengan
pembelajaran kimia karena konsep-konsep yang terkandung dalam kimia
merupakan konsep yang memiliki tingkat abstraksi tinggi, banyak rumus
dan perhitungannya (Huddle, 1998; Wilson, 1998). Dengan metode
ceramah, mahasiswa cenderung menghafal rumus maupun contoh yang
diberikan oleh dosen tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam
struktur kognitif mahasiswa. Keadaan seperti ini membuat mahasiswa
mengalami kesulitan dalam memaknai konsep sehingga beresiko tinggi
bagi terjadinya miskonsepsi. Untuk meminimalkan resiko tersebut, perlu
diupayakan penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterlibatan mahasiswa.
Metode pembelajaran SQ3R mencakup lima kegiatan belajar yaitu
survey, question, read, recite, dan review (Fisher, 1990). Metode SQ3R
memberi kemungkinan para mahasiswa untuk belajar secara sistematis,
efektif, dan efisien dalam menghadapi berbagai materi ajar. Menurut Nur
(1999), metode ini lebih efisien dipergunakan untuk belajar karena
mahasiswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar dari tahap
meneliti materi ajar (survey), bertanya (question), membaca (read),
menuliskan kembali (recite), dan meninjau ulang (review). Keberhasilan
pembelajaran dengan metode ini terletak pada sejauh mana mahasiswa
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

11

bersungguh-sungguh mempersiapkan diri dan melaksanakan langkahlangkah metode SQ3R. Dalam hal ini, dosen berperan sebagai fasilitator
dan mediator untuk memberikan penjelasan dan bantuan dalam
melaksanakan langkah-langkah metode SQ3R, sehingga proses
pembelajaran berlangsung secara optimal.
Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode SQ3R
memberikan peluang kepada mahasiswa terlibat aktif secara mental yang
merupakan kunci belajar yang efektif (Fisher, 1990). Dengan menerapkan
langkah-langkah survey, question, read, recite, dan review (SQ3R) secara
berulang-ulang, mahasiswa akan lebih memahami konsep-konsep kimia
yang dibahas dan termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, mengajukan
pertanyaan dan menyimpulkan hasil belajar, yang akhirnya bermuara pada
peningkatan hasil belajar.
Faktor utama untuk mengoptimalkan tercapainya hasil belajar
adalah keterlibatan mahasiswa atau aktivitas mahasiswa dalam proses
belajar mengajar. Salah satu sarana yang dapat digunakan dosen untuk
meningkatkan keterlibatan atau aktivitas mahasiswa dalam proses belajar
mengajar adalah lembar kerja mahasiswa (LKM). Dalam LKM, terdapat
sejumlah informasi serta instruksi yang ditujukan untuk mengarahkan
mahasiswa bertingkah laku sebagaimana diharapkan oleh pembuatnya.
Salah satu keuntungan penggunaan LKM dalam proses belajar mengajar
adalah dapat memudahkan dosen untuk mengelola proses belajar mengajar,
misalnya mengubah kondisi belajar dari berpusat pada dosen berubah
menjadi berpusat pada mahasiswa (Darmajo dan Kaligis, 1992).
Pembelajaran secara kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil. Dalam hal ini, mahasiswa
bekerja sama dan mengoptimalkan keterlibatan diri dan kelompoknya
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

12

dalam belajar. Pembelajaran kooperatif dengan seting belajar secara


berkelompok memberikan manfaat antara lain: memberi peluang kepada
mahasiswa untuk terlibat lebih aktif, meningkatkan interaksi dalam
mencapai sasaran belajar, saling mengisi dalam pemecahan masalah, dan
meningkatkan hasil belajar mahasiswa (Widiarsa, 1998). Ada dua
tanggungjawab mahasiswa dalam belajar secara kooperatif. Pertama, semua
mahasiswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas yang
dibebankan. Kedua, meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh bermanfaat
bagi diri mereka dan anggota kelompok lainnya (Tantra dan Tengah, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diyakini bahwa implementasi
metode pembelajaran SQ3R berbantuan LKM secara kooperatif dapat
membantu mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep dasar kimia
yang dipelajarinya. Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memahami
konsep akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajarnya.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika Kelas A, FPMIPA IKIP Negeri Singaraja tahun akademik
2005/2006 yang berjumlah 20 orang, sedangkan objek penelitian ini
adalah aktivitas dan hasil belajar mahasiswa, serta tanggapan
mahasiswa terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif
dengan metode SQ3R berbatuan LKM. Penelitian tindakan kelas ini
berlangsung dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap,
yakni: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi,
dan refleksi (Kemmis and Taggart, 1988).
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan rancangan
pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana perkuliahan, LKM,
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

13

lembar observasi, tes hasil belajar, dan menetapkan kelompok yang


heterogen. Tahap pelaksanaan tindakan model pembelajaran kooperatif
dengan metode SQ3R berbantuan LKM adalah seperti berikut ini. (1)
Mahasiswa meneliti materi ajar yang akan dibahas untuk mendapatkan
suatu ide tentang materi tersebut (survey). (2) Dosen memberikan
pertanyaan pancingan untuk mengungkap gagasan mahasiswa (question).
(3) Mahasiswa membaca materi ajar dalam LKM (read). (4) Mahasiswa
berdiskusi dengan waktu tertentu. (5) Dosen menunjuk kelompok tertentu
untuk mempresentasikan hasil diskusinya (recite). (6) Mahasiswa meninjau
ulang materi yang telah dibahas dan menyimpulkan hasil diskusi yang
dilakukan (review). Pemenggalan siklus dilakukan berdasarkan pokok
bahasan. Tindakan pada Siklus II dan III pada dasarnya serupa dengan
Siklus I. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat kesempurnaan
perencanaan dan tindakan.
Pada tahap observasi dan evaluasi dalam setiap siklus dilakukan
pencatatan terhadap kendala dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan,
aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, pemberian tes hasil belajar, serta
respon mahasiswa terhadap tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil
observasi dan evaluasi dalam setiap siklus, dilakukan analisis sebagai
refleksi untk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya atau untuk
rekomendasi hasil penelitian.
Aktivitas belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran ditentukan
dengan menganalisis secara deskriptif indikator perilaku mahasiswa yang
muncul dalam pembelajaran. Hasil belajar mahasiswa dianalisis secara
deskriptif kuantitatif berpedoman pada Buku Pedoman Studi IKIP Negeri
Singaraja. Tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model
pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Skor rata-rata aktivitas belajar
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

14

dan tanggapan mahasiswa yang diperoleh, selanjutnya, dikategorikan sesuai


kriteria penggolongan oleh Zainul dan Nasution, 1993.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Pokok Bahasan yang diberikan pada Siklus I adalah Materi dan
Perubahannya serta Struktur Atom. Aktivitas belajar mahasiswa pada
Siklus I termasuk dalam kategori cukup aktif dengan skor rata-rata 8,8.
Rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa pada Siklus I
masing-masing adalah 70,1 dan 68,4%. Materi yang diberikan pada
Siklus II adalah Sistem Periodik Unsur-unsur dan Struktur Molekul.
Pada Siklus II, terjadi peningkatan baik aktivitas maupun hasil belajar
mahasiswa dibandingkan dengan Siklus I. Pada Siklus II, aktivitas
belajar mahasiswa dalam kategori aktif dengan skor rata-rata 10,1;
sedangkan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa
masing-masing 74,2 dan 80,0%. Pokok Bahasan pada Siklus III adalah
Stoikiometri Kimia. Hasil yang diperoleh pada Siklus III meningkat
dibandingkan dengan yang diperoleh pada Siklus II. Aktivitas belajar
mahasiswa meningkat dari rata-rata 10,1 menjadi 10,7 dalam kategori
aktif, sedangkan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar
mahasiswa meningkat masing-masing dari 74,2 dan 80,0% menjadi
76,2 dan 94,1%. Tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran
kooperatif dengan metode SQ3R berbantuan LKM yang
diimplementasikan tergolong positif dengan skor rata-rata 38,3. Hasil
penelitian selengkapnya dirangkum seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Penelitian
Siklus

Skor Aktivitas
Rata-rata
Kategori

Hasil Belajar
Rata-rata
KB (%)

Tanggapan
Skor
Kategori

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2


TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250


I
II
III

8,8
10,1
10,7

15
cukup aktif
aktif
aktif

70,1
74,2
76,2

68,4
80,0
94,1

38,3

positif

3.2 Pembahasan
Siklus I
Aktivitas belajar mahasiswa pada Siklus I termasuk dalam kategori
cukup aktif dengan skor rata-rata 8,8 (Tabel 1). Pada Siklus I, implementasi
model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R belum berlangsung
secara optimal. Mahasiswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
yang diterapakan. Mereka menginginkan diberikan materi perkuliahan
dengan metode ceramah ketika datang ke kampus. Kebiasaan ini muncul
karena mereka baru saja berubah dari siswa menjadi mahasiswa.
Observasi yang dilakukan terhadap aktivitas mahasiswa
menunjukkan bahwa mahasiswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Ini dapat dilihat dari perhatian, respon, dan keseriusan
mahasiswa pada tahap survey, question, dan read. Hal ini disebabkan oleh
mahasiswa telah mempelajari materi yang termuat pada LKM sebelum
kegiatan perkuliahan. Aktivitas mahasiswa dalam diskusi kelompok belum
berlangsung secara optimal. Mereka belum berani memberikan arahan
terhadap permasalahan yang dihadapi temannya. Ini terjadi karena
antaranggota kelompok belum memahami karakter masing-masing. Namun
demikian, mahasiswa sudah berani mengemukakan pendapat kepada dosen,
baik berupa tanggapan maupun pertanyaan. Interaksi mahasiswa dengan
dosen berlangsung dengan cukup kondusif. Terhadap jawaban temannya
yang salah, mereka berani memperbaikinya. Partisipasi mahasiswa dalam
menyimpulkan hasil belajar sudah baik. Mereka secara bersama-sama
membuat simpulan terhadap materi yang dibahas.
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

16

Rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa pada Siklus I


masing-masing adalah 70,1 dan 68,4% (Tabel 1). Meskipun hasil ini
sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, ketuntasan
belajar mahasiswa masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Faktor
yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum optimalnya
pengelolaan pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R berbantuan
LKM. Hanya sebagian mahasiswa yang terlibat dalam mempelajari dan
menyelesaikan tugas. Mereka hanya memikirkan manfaat belajar untuk
kepentingan individu, tidak untuk kepentingan kelompok. Ini belum
mencerminkan ciri pembelajaran kooperatif (Tantra dan Tengah,
1999).
Pokok Bahasan yang dibahas pada Siklus I adalah Materi dan
Perubahannya, serta Struktur Atom. Dari beberapa kompetensi yang
disasar, umumnya mahasiswa dengan mudah dapat memahami terjadinya
perubahan materi, klasifikasi materi, pemisahan campuran, maupun
penulisan konfigurasi elektron. Namun demikian, mahasiswa kesulitan
untuk memahami teori atom modern, yaitu teori atom Bohr dan mekanika
gelombang yang termasuk materi dengan tingkat abstraksi yang tinggi
(Huddle, 1998; Wilson, 1998). Hanya sebagian mahasiswa saja yang dapat
memahami teori atom ini, yaitu mereka dengan tingkat penalaran yang
tinggi.
Secara keseluruhan, hasil yang diperoleh pada Siklus I adalah
cukup baik. Mahasiswa telah menerapkan langkah-langkah survey,
question, read, recite, dan review (SQ3R) secara baik sesuai dengan tingkat
kemampuannya masing-masing (Nur, 1999). Berdasarkan refleksi terhadap
tindakan pada Siklus I, dilakukan perbaikan yang dipandang relevan untuk
diterapkan pada Siklus II seperti berikut. 1) Mahasiswa disarankan untuk
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

17

langsung mengerjakan tugas/pertanyaan yang terdapat pada LKM, jika


sudah paham terhadap materi yang dibahas. 2) Antaranggota kelompok
disarankan untuk sering berhubungan sehingga mengetahui karakter
masing-masing teman dalam kelompoknya. 3) Peran dosen sebagai
fasilitator dan mediator aktif lebih ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memotivasi mahasiswa untuk memberikan tanggapan terhadap
pendapat temannya, mengajukan pertanyaan terstruktur dan terbimbing,
serta dengan menekankan konsep-konsep penting.
Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II berlangsung dengan aktivitas yang
tinggi. Mahasiswa sudah terbiasa mengikuti pembelajaran kooperatif
dengan metode SQ3R berbantuan LKM. Hal ini terlihat dari antusias
mahasiswa saat pembelajaran. Dalam hal ini, mereka tidak menunggu
perintah dosen dalam melaksanakan tahap-tahap dengan metode SQ3R
berbantuan LKM. Seperti terlihat pada Tabel 1, pada Siklus II rata-rata skor
aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari Siklus I yaitu dari kategori
cukup aktif menjadi aktif (dari 8,8 menjadi 10,1). Mahasiswa hadir dalam
kelas dengan persiapan belajar yang memadai. Mahasiswa mencoba untuk
mengerjakan tugas-tugas dalam LKM terlebih dahulu baik secara individu
maupun kelompok. Dalam hal ini, tahap survey, question, dan read
berlangsung dengan antusias mahasiswa yang tinggi dan berlangsung dalam
waktu singkat. Diskusi kelompok dan kelas berlangsung lebih efisien dan
efektif. Tahap recite dan review dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk
menajamkan hal-hal yang belum dimengerti. Peran dosen sebagai fasilitator
dan mediator aktif dalam kelas sangat membantu terciptanya aktivitas
belajar yang tinggi. Dalam hal ini, dosen mengurangi perannya sebagai
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

18

sumber informasi dengan lebih banyak melibatkan mahasiswa untuk


berkomunikasi. Selain hal-hal positif seperti tersebut di atas, dapat diamati
proses saling membimbing antaranggota kelompok belum efektif. Hasil
yang diperoleh pada Siklus II ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang
ditetapkan.
Pada Siklus II, skor rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar
yang diperoleh mahasiswa masing-masing adalah 74,2 dan 80,0% (Tabel
1). Hasil yang diperoleh ini meningkat dari siklus sebelumnya dan telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Peningkatan ini tidak
terlepas dari implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode
SQ3R berbantuan LKM yang berlangsung secara kondusif. Dengan model
ini, mahasiswa dapat belajar memecahkan masalah secara bersama-sama
dan dapat mempersiapkan diri sesuai dengan kemampuannya masingmasing (Fisher, 1990 dan Nur, 1999). Kondisi tersebut mendorong
terjadinya belajar peer-tutoring secara non-kompetitif, dengan mahasiswa
yang kemampuan akademiknya baik dapat membimbing temannya yang
berkemampuan akademik kurang baik (Cooper, 1995).
Materi yang dibahas pada Siklus II ini adalah Sistem Periodik
Unsur-unsur dan Struktur Molekul. Mahasiswa dengan mudah dapat
memahami keperiodikan sifat-sifat unsur. Namun, mahasiswa belum dapat
menganalisis keperiodikan data energi ionisasi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat analisis mahasiswa masih rendah. Menggambarkan bentuk molekul
menjadi kelemahan kebanyakan mahasiswa. Hanya sekitar 25% mahasiswa
yang dapat menggambarkan bentuk molekul dengan baik.
Berdasarkan refleksi pada Siklus II, peneliti melakukan tindakan
perbaikan yang dipandang relevan untuk dilakukan pada Siklus III, yaitu
mengingatkan peran ketua dan anggota kelompok diskusi tentang
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

19

tanggungjawabnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memotivasi setiap


anggota kelompok untuk meraih hasil belajar terbaik secara individu
maupun kelompok.
Siklus III
Aktivitas belajar mahasiswa pada Siklus III berlangsung dengan
aktivitas yang tinggi. Seperti terlihat pada Tabel 1, pada Siklus III rata-rata
skor aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari Siklus II, yaitu dari 10,1
menjadi 10,7 (dalam kategori aktif). Dari indikator prilaku yang diamati,
keseluruhannya mengalami peningkatan, terutama partisipasi mahasiswa
dalam menyimpulkan hasil belajar. Mahasiswa terlibat aktif dalam
menyimpulkan hasil belajar setelah melewati tahap recite dan review
dengan baik. Peningkatan ini tidak terlepas dari implementasi pembelajaran
dengan metode SQ3R berbantuan LKM yang berlangsung dengan kondusif.
Dengan model ini, mahasiswa dapat belajar secara bersama-sama sesuai
dengan tingkat kemampuannya masing-masing (Fisher, 1990).
Pada Siklus III, skor rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar
mahasiswa masing-masing adalah 76,2 dan 94,1% (Tabel 1). Hasil yang
diperoleh ini meningkat dari siklus sebelumnya dan telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini dimungkinkan karena penerapan
langkah-langkah survey, question, read, recite, dan review (SQ3R) secara
berulang-ulang dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep kimia
mahasiswa (Fisher, 1990). Pokok bahasan yang dibahas pada Siklus III
adalah Stoikiometri. Materi ini merupakan materi yang menyenangkan bagi
mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Matematika karena banyak
hitungannya. Hukum-hukum dasar kimia yang dibahas dengan mudah dapat
dipahami, kecuali untuk penerapan hukum komposisi tetap dan konsep
ekivalen asam-basa dan redoks.
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

20

Tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan


metode SQ3R berbantuan LKM yang diimplementasikan tergolong positif,
dengan skor rata-rata sebesar 38,3 (Tabel 1). Mahasiswa umumnya
termotivasi untuk belajar kimia dan berani berpendapat saat berdiskusi.
Secara keseluruhan mahasiswa memberikan tanggapan sangat positif
terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan. Namun demikian,
kebanyakan mahasiswa menyatakan ragu-ragu atau tidak setuju terhadap
pernyataan saya berani menjadi pembicara pada saat diskusi. Tanggapan
mahasiswa yang diperoleh ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan sebelumnya.
Beberapa tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran
kooperatif dengan metode SQ3R yang diimplementasikan adalah seperti
berikut. 1) Dosen disarankan untuk memberikan materi yang dianggap
penting terlebih dahulu sebelum tahap-tahap SQ3R dilaksanakan. Pada saat
menyimpulkan materi perkuliahan, sebenarnya mahasiswa telah
menemukan konsep-konsep penting tersebut dalam LKM. 2) Metode yang
diterapkan ini dianggap memberatkan mahasiswa. Mereka harus membaca
dan mengerjakan soal pada LKM di rumah terlebih dahulu agar tidak
ketinggalan materi yang dibahas pada saat tatap muka.
Pada akhir penelitian, semua kriteria keberhasilan yang ditetapkan
telah terpenuhi. Aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa meningkat dari
siklus sebelumnya. Pada akhir penelitian, aktivitas belajar mahasiswa
tergolong aktif, rata-rata prestasi belajar mahasiswa 76,2 dan ketuntasan
belajar 94,1%, serta tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran
yang diterapkan tergolong positif.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2


TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

21

4. Penutup
Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian tindakan kelas ini,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Implementasi model
pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R berbantuan LKM dapat
meningkatkan aktivitas belajar Kimia Dasar mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika. Skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari 8,8
pada Siklus I menjadi 10,1 pada Siklus II, dan 10,7 pada Siklus III.
Peningkatan tersebut dari kategori cukup aktif menjadi aktif.
(2)
Implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R
berbantuan LKM dapat meningkatkan hasil belajar Kimia Dasar mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika. Skor rata-rata kelas hasil belajar
mahasiswa meningkat dari 70,1 pada Siklus I menjadi 74,2 pada Siklus II,
dan 76,2 pada Siklus III. Ketuntasan belajar mahasiswa masing-masing
meningkat dari 68,4% pada Siklus I menjadi 80,0% pada Siklus II, dan
94,1% pada Siklus III. (3) Tanggapan mahasiswa terhadap implementasi
model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R berbantuan LKM
tergolong positif.
Sesuai dengan temuan bahwa implementasi model pembelajaran
kooperatif dengan metode SQ3R berbantuan LKM dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa, kepada pengajar Kimia Dasar
disarankan untuk menerapkan model pembelajaran ini di jurusan lain. Staf
dosen lain yang menghadapi permasalahan sejenis dapat mencoba untuk
menerapkan model pembelajaran ini untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2


TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

22
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, M.M. 1995. Cooperatif Learning. Journal of Chemical Education.


72 (2). 162-164.
Darmajo, H. dan Kaligis, J. R. E. 1992. Pendidikan IPA 2. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
P2TK Jakarta.
Fisher. 1990. How To Improve Your Reading Ability: The SQ3R Method.
www.google. com.
Huddle, B. P. 1998. Conceptual Questions on LeChateliers Principle.
Journal of Chemical Educatiuon 75 (9), 1175.
Kemmis, W.C. dan Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner.
Geelong Victoria: Deakin University Press.
Nur, M. 1999. Teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Tantra, Dewa Komang dan Dewa Putu Tengah. 1999. Belajar Secara
Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan Operasional
Perbaikan dan Peningkatan Sistem Pembelajaran Di Sekolah.
Singaraja : STKIP.
Widiarsa, Ketut. 1998. Peningkatan Interaksi Belajar Mengajar melalui
Pembelajaran Kooperatif. Makalah disampaikan dalam Pelatihan
PBM dan PTK Kemitraan Internasional STKIP Dan La Trobe
University. 23-24 September 19998 di STKIP Singaraja.
Wilson, A. H. 1998. Equilibrium : A Teaching/Learning Activity. Journal of
Chemical Educatiuon 75 (9) : 1176-1177.
Zainul, A. dan Nasoetion, N. 1993. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Dirjen
Dikti, Depdikbud.
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2
TH. XXXIX April 2006

Anda mungkin juga menyukai