Profil Kompetensi Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Buleleng
Profil Kompetensi Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Buleleng
ABSTRACT
The aim of the research was to describe the Science Process Skills
(SPS) of the Primary Schools Students at Buleleng subdistrict in 2005 as
prepared for the implementation of Competency-based Curriculum (KBK).
The description involved nine categories of SPS i.e. observation (OBS),
interpretation (INT), classification (KLA), prediction (PRE),
communication (KOM), hypothesizing (HIP), planning investigation
(REN), applying concepts (APL), and raising question (TAN). The
instrument was designed based-on the indicators of the science academic
achievement according to KBK and was validated by a team of lecturers
and senior science teachers. This research involved 7 Primary Schools that
were determined by purposive random sampling by considering natural
social environmental factor of each school. The total number of samples
consisted of 178 students of the fourth and 198 students of the sixth
graders. The data about students responses to the test equipment were
collected by questionnaire and interview guide. The result showed that
there were tendencies SPS achievement (OBS, INT, KLA) have developed
earlier than others, but SPS (TAN, HIP, REN) havent developed yet. The
students had to think critically, systematically and imagine doing the
experiment themselves when they considered completing the SPS test
items.
Keyword: profile of Science Process Skills.
1.
Pendahuluan
Keterampilan proses sains (KPS) dan sikap ilmiah merupakan
bagian dari sains itu sendiri, sehingga sangat strategis untuk dikembangkan.
Walaupun menduduki posisi strategis dalam setiap kurikulum yang pernah
diberlakukan di negeri ini, implementasinya di lapangan tidak sesuai
dengan harapan. Kondisi ini disebabkan oleh guru-guru pendidikan dasar
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH.
XXXIX Oktober 2006
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH.
XXXIX Oktober 2006
mengarah pada penyelidikan belum berkembang dengan baik pada anakanak SD di Kecamatan Buleleng Bali. Kedua jenis KPS tersebut memang
sangat berhubungan, mengingat hipotesis merupakan tahap berpikir lebih
lanjut setelah mengajukan pertanyaan.
Hipotesis dibedakan dengan prediksi setidaknya dalam dua hal.
Pertama, prediksi disusun terutama berdasarkan kajian empiris, sedangkan
hipotesis dari teori atau pengetahuan yang sudah ada pada diri siswa.
Dengan berhipotesis, orang tersebut sudah mencoba menjelaskan apa yang
akan terjadi dengan latar belakang pengetahuannya pada waktu menghadapi
masalah.
Sebaliknya, dengan berprediksi orang tersebut hanya
menggunakan pola atau kecenderungan dari sekumpulan data atau hasil
pengamatan. Kedua, dengan merumuskan hipotesis orang tersebut telah
memikirkan jalan pemecahan masalah yang mungkin sangat berbeda
dengan cara pemecahan orang awam. Sebagai tindak lanjut dari prediksi,
orang tersebut akan melakukan cara serupa dengan sebelumnya untuk
memeriksa kebenaran prediksinya.
Sebaliknya, dengan berhipotesis
seseorang bisa menggunakan cara yang sama sekali baru (Rustaman, 1992).
Rendahnya kemampuan siswa SD di Kecamatan Buleleng dalam
menyusun hipotesis dan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada
penyelidikan tampaknya ada kaitan dengan latar belakang budaya orang
Bali. Secara tradisi orang Bali dibentuk agar tidak banyak bertanya dalam
belajar, apalagi dilatih untuk mengajukan pertanyaan. Siswa yang banyak
bertanya dalam belajar masih dinilai negatif oleh teman-temannya, dan bisa
juga oleh gurunya. Kondisi itu menyebabkan siswa akan merasa lebih
nyaman jika tidak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran
berlangsung. Akibatnya, kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
tingkat tinggi, yang menuntut dilakukakannya penyelidikan, menjadi tidak
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH.
XXXIX Oktober 2006
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Binadja, A., 1998. Science in SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) Context.
Paper Training on Improving Teaching
Proficiency of Indonesian Junior & Senior Secondary Science
Teachers 16 Pebruary 10 May 1998. Ministery of Education and
Culture The Republic of Indonesia in Coordination with Southest
Asia Minister of Education Organisation (SEAMEO) Regional
Centre for Education in Science and Mathematics (RECSAM).
Dahar, R.W., 1985. Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar
Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains
(Suatu Studi Eluminatif tentang Proses Belajar Mengajar Sains di
Kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar). Disertasi Doktor. Bandung: FPS
IKIP Bandung.
Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Sains
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Herman, J.L.; Aschbacher, P.R.; Winters, L., 1992. A Practical Guide to
Alternative Assessment. California: Association for Supervision and
Curriculum Development.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH.
XXXIX Oktober 2006
13
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH.
XXXIX Oktober 2006