PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger.
2. Untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger.
1.2 Dasar Teori
1.2.1
Demineralisasi
Pada suatu industri biasanya teori demineralisasi (pengolahan air demin)
digunakan untuk pengolahan air umpan boiler. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan atau mengeliminir sekecil mungkin adanya zat-zat yang
menyebabkan permasalahan di dalam boiler (logam alkali menyebabkan
terbentuknya kerak).
Tahapan demineralisasi (demin water):
1. Kation Exchanger
Ion Ca2+ & Mg2+ dalam air akan diikatresin, dan resin melepas ion H + ke
dalam air.
Reaksi yang terjadi:
2R-H + Ca2+ R2Ca + 2H+
2R-H + Mg2+R2Mg + 2H+
Agar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan
regenerasi dari bahan kimia yang digunakan oleh asam sulfat.
2. Degasifier
Air dari kation exchanger dimasukkan dari bagian atas degasifier
dengan pengembunan & oengusiran CO2 dilakukan dengan kipas.
3. Anion Exchanger
Anion yang ada seperti CO32-, SO42-& Cl- diikat oleh resin dan resin
melepas ion OH-. Reaksi yang terjadi:
2R-OH + SO42- R2SO4 + 2OH2R-OH + CO32- R2CO3 + 2OH2R-OH + Cl- R2Cl + 2OHAgar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan
regenerasi dari bahan kimia yang digunakan adalah natrium hidroksida.
4. Deaerator
Berfungsi untuk menghilangkan O2 dan gas-gas yang tidak dapat
dikondensasikan seerti CO2 dan NH3 yang masih terdapat didalam air.
Pengeluaran gas gas ini untuk mengurangi korosi terhadap karbon steel
dan upper.
Regenerasi
Proses regenerasi pada ion exchanger dilakukan jika lapisan resin mulai
kelewatan ion ion yang seharusnya digantikan atau dengan kata lain mulai
mengalami kejenuhan.
Proses regenerasi melalui empat langkah utama, yaitu:
1. Backwash
Backwash adalah proses awal dari regenerasi dimana air bersih
dipaksa naik (dengan menggunakan tekanan) melalui lapisan resin
dalam arah yang berlawanan dengan arah service. Hal ini
diperlukan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang mungkin
berkumpul selama melakukan service.
3. Slow Rinse
Tahap slow rinse merupakan kelanjutan dari tahap penambahan
bahan kimia. Arus slow rinse akan membersihkan seluruh bahan
kimia dari regenerasi pada lapisan resin.
4. Fast Rinse
Merupakan tahap akhir dari pencucian dengan regenerant pada
lapisan resin. Tahap ini dilakukan dengan cara pengaliran air bersih
dengan kecepatan tinggi sesudah regenerant dicuci dan unit
menghasilkan air dengan kualitas yang diterima, selanjutnya untuk
unit siap dioperasikan.
Partikel padatan yang digunakan sebagai penukar ion umumnya berasal dari
mineral alam atau mineral sintesis dan harus memiliki pori pori. Sebagai contoh
mineral alam adalah zeolit dengan rumus kimia Na2O, Al2O3. Bila berada dalam
larutan akan bermuatan positif (kation) reaksi pelunakan air (water softening)
yang digunakan sebagai umpan boiler dalam pembuatan kukus (steam) yang
ditulis sebagai berikut:
Ca2+ + Na2Z
CaZ
(Na-Zeolit)
+ 2Na+
(Ca-Zeolit)
Dengan Z adalah residu dari zeolit. Ion ion Ca2+ dalam larutan dan diikat
oleh senyawa zeolit yang tidak larut, sehingga ion ion tersebut secara reversibel
dan bila Ca2+ telah jenuh dengan zeolit, diregenerasi dengan cara penambahan
larutan garam NaCl.
H+ NaZ
dengan pengadukan suspensi pada resin didalam air untuk satu periode sampai
mencapai keseimbangan atau setelah kesadahan tercapai
Dengan demikian untuk mengalirkan proses alir secara kontinyu dilakukan
dengan cara penurunan level air pada kolom resinnya. Perubahan reaksi dapat
terjadi secara cepat pada lapisan atas butiran karena areal yang aktif pada
pemindahan ion mampu bergerak ke bagian bawah kolom sampai resin pada
bagian akhir keluar. Posisi bagian tengah pada kolom ini dapat dilihat pada
Air Masuk
gambar
berikut:
Kesadahan
Kemurnian
Pada areal aktif mengalami perubahan pada bagian kolom air. Maka areal
tersebut mengalami pengurangan kesadahan. Hal ini disebut break trough point
didalam reagen pada resin dengan larutan sodium klorid pekat menjadi pelarut
yang paling dalam proses ini.
Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut
dalam air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain
dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat
mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka
resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran
ion yang tinggi.
Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulangulang.
Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan,
karena itu resin harus tahan terhadap air
Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range
pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap
oksidasi dan radiasi.
Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu
gugus aktif yang terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri
dari dua tahap yaitu pembentukan kerangka dan pembentukan gugus aktif.
Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked polystirene
yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari
proses tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan
kedap air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat penukar ion. Tahap selanjutnya
pembentukan gugus aktif pada butiran-butiran tsb.
Untuk resin penukar ion (ion exchange) proses adsorpsi sebenarnya
merupakan suatu reaksi kimia dimana suatu ion dibebaskan dari resin sedangkan
ion yang lain diadsorpsi seperti pada persamaan reaksi d bawah. Sebagian besar
resin kation terbuat dari bahan dasar DVB (Divinilbenzena) dengan gugus aktif
sulfonat seperti ditunjukan pada gambar dibawah .
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
Anion exchange resin (resin penukar anion)
resin yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion
yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif.
Misalnya : R NH2 (primary amine), R R1NH (secondery amine),
R R21N (tertiary amine), R R31 NOH ( quartenary amine). Dalam
notasi
diatas
menunjukan
polimer
hidrokarbon
dan
R1
pembilasan
akhir.
Pembilasan
awal
dilakukan
untuk
penukar
kation
yang
lebih
berat
(berwarna
lebih
gelap).
disebut influent,
sedangkan
larutan
yang
keluar
kolom
Kesadahan
Kesadahan adalah daya (kemampuan) air untuk mengendapakan sabun.
Sabun diendapkan terutama oleh Ca2+ dan Mg2+ yang ada dalam air, satu
diendapakan oleh logam polilaten seperti, Al3+, Fe3+, Sr2+, Zn2+, Mn2+ juga oleh ion
hidrogen. Tetapi kerana ion selain Ca dan Mg kadarnya sangat sedikit di air alam
maka kesadahan hanya ditentukan oleh Ca dan Mg. Tetapi bila ion-ion logam
yang menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, maka harus dimasukkan
dalm perhitungan.
Kesadahan ada 2 macam:
1. Kesadahan sementara ion Ca dan Mg berada sebagai HCO 3- , kesadahan ini
dapat dihilangkan dengan pemanasan
2. Kesadahan tetap, ion Ca dan Mg berada sebagai CO3- , kesadahan ion tidak
dapat dihilangkan dengan pemanasan, hanya dapat dilunakkan.
Prinsip Kesadahan
Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA) dan garamnya membentuk senyawa
kompleks yang larut bila bereaksi dengan kation logambila indikator
Erichorm Black T (EBT) ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung
ion Cadan Mg maka larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian
dititrasi dengan EDTA. Ion Ca dan Mg akan menjadi biru. Rumus EDTA:
CH2 COOH
HOOC CH2
N- CH2-CH2-N
HOOC CH2
CH2 COOH
Teknik Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam
Salinitas juga dapat menyatu pemicu kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air ditempat ini dikatagorikan sebagai air payau.
Istilah teknik untuk keasinan larutan adalah salinitas, dengan didasarkan bahwa
halida-halida terutama halida adalah anion yang paling banyak dari elemenelemen terlarut. Dalam oserogresi, salinitas biasanya dinyatakan bukan G = 1/R
dalam persen tetapi dalam bagian perseribu. Salinitas (salinitas dinyatakan
sebagai persen didasarkan pada resin konduktivitas elektrik sampel terhadap
Copenhagen Water air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia.
1.2.5
TDS adalah ukuran zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik
misalnya garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter
menggambarkan jumlah zat terlarut dari ppm atau mg/L.
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air
(larutan) harus dapat melewati jaringan yang berdiameter 2m . Aplikasi yang
digunakan adalah ukuran kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan,
aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.
1.2.6
Conductivity
Conductivity
adalah
ukuran
kemampuan
suatu
bahan
untuk
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Gelas kimia 100 mL
- Batang pengaduk
- Indicator universal
2.1.2 Bahan
- Aquadest
- CaCO3
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Tahap Ion Exchange
Back Wash
Mengalirkan air destilat dari gelas kimia (2) dengan membuka katup no.3
dan 6.
Service
Mengatur katup-katup dari gelas kimia (2) dengan cara menutup katup
no.1,3,4,6,8,9, dan 12. membuka katup no.2 sehingga aliraan dapat
masuk ke katup no.5, membuka katup no.13 dan 15 sehingga aliran dari
katup 5 dapat naik dan masuk ke katup no.7, kemudian dari katup 15 ke
pembuangan.
Mengalirkan air keran dari gelas kimia (1) dengan menjalankan alat ion
exchange apparatus dan mngatru laju alir 60 ml/min, dengan aliran
melalui resin kation terlebih dahulu, kemudian ke resin anion dan
menampung air keran ke dalam gelas kimia 100 ml.
Analisa
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Data pengamatan
Tabel 3.1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan bak Campuran Air Dan Kapur
No
Parameter
pH
Conductivity
Nilai
Klp 4
7.5
40
(S)
Vol EDTA
0.76
Tabel 3.1.2 Data Hasil Pengamatan Untuk Kation Anion Exchanger (Untuk Semua
Kelompok)
Parameter
No
1
2
3
4
5
6
Waktu (menit)
pH
Conductivity (S)
Vol EDTA
10
20
30
40
50
60
6
6
9
7
8
7
0.42
0.48
0.55
0.57
0.6
0.66
1
1
1.1
1.2
1.3
1.6
Kedalaman
air (cm)
30.5
32.6
32.8
33.4
33.8
34.2
3.2Hasil Perhitungan
Tabel3.2.1 Perhitungan 1 : Hasil Perhitungan Data Bahan Baku
Parameter
Hasil
30.4
0.0000076
0.00076
Waktu (menit)
Total
hardness
mol
CaCO3
massa
CaCO3
10
40
1x10-5
0.001
20
40
1x10-5
0.001
30
44
1.1x10-5
0.0011
40
48
1.2x10-5
0.0012
50
52
1.3x10-5
0.0013
60
64
1.6x10-5
0.0016
Kapasitas Akhir
Efisiensi
1.8563x10-5
2.64875x10-5
29.92
3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger
dan untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger. Ion exchange itu
sendiri merupakan suatu metode penghilangan mineral dari ion-ion logam yang
terkandung dalam air. Biasanya mineral dari ion-ion logam tersebut menimbulkan
kesadahan dan akan menghasilkan kerak pada peralatan di industri proses. Maka dari itu
diperlukan suatu proses penghilangan mineralmineral tersebut melalui metode tertentu,
bisa melalui penambahan Anti Sceeling Agent untuk menghilangkan kerak kerak
CaCO3, atau pun melalui proses pertukaran ion, dimana bahan yang dipakai adalah resin.
Sampel yang telah dialirkan kedalam alat penukar ion atau ion exchange diukur nilai
pH dan konduktivitasnya setiap 10 menit sekali sehingga diperoleh nilai seperti pada data
pengamatan. Pada praktikum ini nilai seharusnya apabila sampel dilewatkan pada resin
maka sampel tersebut akan mengalami penurunan nilai pH dan konduktivitasnya namun
beda halnya dengan praktikum yang telah dilakukan, terjadi penurunan nilai pH dan
konduktivity larutan kemudian terjadi kenaikan nilai pH dan konduktivitinya.
Hal tersebut karena resin yang digunakan telah jenuh sehingga resin sudah tidak
dapat menukar ion- ion yang terkandung dalam sampel. Hal tersebut juga ditunjukkan dari
nilai efisiensi yang didapat sangat kecil, hanya sebesar 29.92 %.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
Alfonsina, dkk. 2013. Makalah Utilitas Demineralisasi. Malang: Universitas Brawijaya.
Arman,
Yoni.
2013.
http://yoniarman.blogspot.com/2013/07/ion-exchanger-alat-penukar-
Suparni.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-
PERHITUNGAN
1. Perhitungan data bahan baku
1000
v sampel
0 .76 x 0 . 01 x 100 x
1000
25
= 30.4ppm
1000
v sampel
1 x 0 . 01 x 100 x
1000
25
= 40 ppm
1000
v sampel
1. 6 x 0 .01 x 100 x
1000
25
= 64.0576ppm
= x 3.14 x (1.5)2x30.5
= 53.87 cm3
Kapasitas awal =
massa CaCO 3
volume lapisan basah(awal)
0 .01
=1 . 856 3 E05
53 . 87
= x 3.14 x (1.5)2x34.2
= 60.41 cm3
Kapasitas
akhir=
massa CaCO3
volume lapisan basah(akhir)
0.016
=2.649 E05
60. 41
Efisiensi
2. 649E-051.856 3 E05
x 100
2.649 E05
= 29.92 %
100%
10
20
30
40
50
60
70
60
70
Waktu (menit)
Mol CaCO3
1.00E-05
8.00E-06
6.00E-06
4.00E-06
2.00E-06
0.00E+00
10
20
30
40
Waktu (menit)
50
10
20
30
40
waktu (menit)
50
60
70