Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger.
2. Untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger.
1.2 Dasar Teori
1.2.1

Pengertian Ion Exchanger


Ion exchanger merupakan alat yang digunakan sebagai tempat pertukaran
bahan padat yang mengandung bahan aktif dengan ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Penukar ion dapat berupa penukar anion atau pula penukar kation.
Penukar ion dapat dipandang sebagai bentuk khusus dari adsorpsi cairan dan dari
segi teknik kedua proses memiliki banyak persamaan, perbedaannya terlebih pada
perpidahan massa yang pada pertukaran ion tidak dihasilkan oleh gaya permukaan
melainkan oleh reaksi ion.
Ada dua tahapan utama dalam pertukaran ion. Dua tahap ini sangat
menentukan kualitas air yang dihasilkan. Tahap tahap utama tersebut adalah:

Demineralisasi
Pada suatu industri biasanya teori demineralisasi (pengolahan air demin)
digunakan untuk pengolahan air umpan boiler. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan atau mengeliminir sekecil mungkin adanya zat-zat yang
menyebabkan permasalahan di dalam boiler (logam alkali menyebabkan
terbentuknya kerak).
Tahapan demineralisasi (demin water):
1. Kation Exchanger
Ion Ca2+ & Mg2+ dalam air akan diikatresin, dan resin melepas ion H + ke
dalam air.
Reaksi yang terjadi:
2R-H + Ca2+ R2Ca + 2H+
2R-H + Mg2+R2Mg + 2H+

Agar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan
regenerasi dari bahan kimia yang digunakan oleh asam sulfat.
2. Degasifier
Air dari kation exchanger dimasukkan dari bagian atas degasifier
dengan pengembunan & oengusiran CO2 dilakukan dengan kipas.
3. Anion Exchanger
Anion yang ada seperti CO32-, SO42-& Cl- diikat oleh resin dan resin
melepas ion OH-. Reaksi yang terjadi:
2R-OH + SO42- R2SO4 + 2OH2R-OH + CO32- R2CO3 + 2OH2R-OH + Cl- R2Cl + 2OHAgar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan
regenerasi dari bahan kimia yang digunakan adalah natrium hidroksida.
4. Deaerator
Berfungsi untuk menghilangkan O2 dan gas-gas yang tidak dapat
dikondensasikan seerti CO2 dan NH3 yang masih terdapat didalam air.
Pengeluaran gas gas ini untuk mengurangi korosi terhadap karbon steel
dan upper.

Regenerasi
Proses regenerasi pada ion exchanger dilakukan jika lapisan resin mulai
kelewatan ion ion yang seharusnya digantikan atau dengan kata lain mulai
mengalami kejenuhan.
Proses regenerasi melalui empat langkah utama, yaitu:
1. Backwash
Backwash adalah proses awal dari regenerasi dimana air bersih
dipaksa naik (dengan menggunakan tekanan) melalui lapisan resin
dalam arah yang berlawanan dengan arah service. Hal ini
diperlukan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang mungkin
berkumpul selama melakukan service.

2. Penambahan Bahan Kimia


Penambahan bahan kimia biasanya disebut juga regenerasi.
Untuk regenerasi resin kation dengan menggunakan bahan kimia
yang bersifat asam, sedangkan pada resin anion, maka digunakan
bahan kimia yang bersifat basa.

3. Slow Rinse
Tahap slow rinse merupakan kelanjutan dari tahap penambahan
bahan kimia. Arus slow rinse akan membersihkan seluruh bahan
kimia dari regenerasi pada lapisan resin.
4. Fast Rinse
Merupakan tahap akhir dari pencucian dengan regenerant pada
lapisan resin. Tahap ini dilakukan dengan cara pengaliran air bersih
dengan kecepatan tinggi sesudah regenerant dicuci dan unit
menghasilkan air dengan kualitas yang diterima, selanjutnya untuk
unit siap dioperasikan.
Partikel padatan yang digunakan sebagai penukar ion umumnya berasal dari
mineral alam atau mineral sintesis dan harus memiliki pori pori. Sebagai contoh
mineral alam adalah zeolit dengan rumus kimia Na2O, Al2O3. Bila berada dalam
larutan akan bermuatan positif (kation) reaksi pelunakan air (water softening)
yang digunakan sebagai umpan boiler dalam pembuatan kukus (steam) yang
ditulis sebagai berikut:
Ca2+ + Na2Z

CaZ

(Na-Zeolit)

+ 2Na+

(Ca-Zeolit)

Dengan Z adalah residu dari zeolit. Ion ion Ca2+ dalam larutan dan diikat
oleh senyawa zeolit yang tidak larut, sehingga ion ion tersebut secara reversibel
dan bila Ca2+ telah jenuh dengan zeolit, diregenerasi dengan cara penambahan
larutan garam NaCl.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut:


CaZ + 2NaCl Na2Z + CaCl2
Pada suatu industri biasanya teori demineralisasi (pengolahan air demin)
digunakan untuk pengolahan air umpan boiler. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan atau mengeliminir adanya zat zat yang dapat menyebabkan
adanya permasalahan di dalam boiler, misalnya logam alkali yang menyebabkan
adanya pembentukan kerak pada boiler.
Bila cair mengandung kesadahan (hardness) bikarbonat relatif lebih tinggi
maka air tersebut mengandung sejumlah besar senyawa bikarbonat Ca(HCO 3)2
dan karbonat (CO32-). Untuk mengurangi kesadahan karbonat ion Ca 2+ dalam
larutan harus ditukar dengan ion lain, misalnya ion Na2+. Asam bikarbonat yang
berarti dalam larutan harus ditukar dengan ion lain, misalnya Na+. Asam
bikarbonat yang berada didalam larutan harus dihilangkan dengan cara
pemanasan. Hingga sekarang sebagian besar pertukaran ion digunakan untuk
pengolahan buangan limbah cair yang mengandung logam berat.
Untuk jenis pertukaran ion sintesis antara polimer ataupun resin yang tak
larut yang mengandung gugus karbonat, sulfonat atau gugus fenol yang
mempunyai sejumlah besar suatu muatan negatif (anion) yang dapat ditukar
kembali dengan kation.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na+ + Hz

H+ NaZ

Semua proses penerapan yang melibatkan adsorbsi juga dapat diserapkan


dalam proses pertukaran ion dapat berlangsung secara batch maupun kontinyu
dengan menggunakan unggun drum (fixed bad) atau unggun terfluidisasi
(fludized bad). Umumnya operasi dilaksanakan dengan unggun drum, dalam
industri dapat digunakan untuk memperoleh kembali berbagai ion logam yang
terdapat dalam buangan limbah industri.
Bahan yang sering digunakan pada ion exchanger dalam water softening
adalah resin sulfonat styrem yang dibuat dalam bentuk sodium resin ini memiliki
afinitas yang besar untuk ion Ca dan Mg dan juga akan memindahkan ion fe
setelah ion Ca dan Mg selesai. Softening dapat dilakukan dengan proses batch

dengan pengadukan suspensi pada resin didalam air untuk satu periode sampai
mencapai keseimbangan atau setelah kesadahan tercapai
Dengan demikian untuk mengalirkan proses alir secara kontinyu dilakukan
dengan cara penurunan level air pada kolom resinnya. Perubahan reaksi dapat
terjadi secara cepat pada lapisan atas butiran karena areal yang aktif pada
pemindahan ion mampu bergerak ke bagian bawah kolom sampai resin pada
bagian akhir keluar. Posisi bagian tengah pada kolom ini dapat dilihat pada
Air Masuk
gambar
berikut:

Kesadahan

Ca2+ dan ion dalam air

Kemurnian

Ca2+ dan Na2+ serta ion

Na+ dan ion dalam air

Pada areal aktif mengalami perubahan pada bagian kolom air. Maka areal
tersebut mengalami pengurangan kesadahan. Hal ini disebut break trough point
didalam reagen pada resin dengan larutan sodium klorid pekat menjadi pelarut
yang paling dalam proses ini.
Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut
dalam air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain
dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat
mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka
resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran
ion yang tinggi.
Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulangulang.
Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan,
karena itu resin harus tahan terhadap air

Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range
pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap
oksidasi dan radiasi.
Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu
gugus aktif yang terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri
dari dua tahap yaitu pembentukan kerangka dan pembentukan gugus aktif.
Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked polystirene
yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari
proses tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan
kedap air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat penukar ion. Tahap selanjutnya
pembentukan gugus aktif pada butiran-butiran tsb.
Untuk resin penukar ion (ion exchange) proses adsorpsi sebenarnya
merupakan suatu reaksi kimia dimana suatu ion dibebaskan dari resin sedangkan
ion yang lain diadsorpsi seperti pada persamaan reaksi d bawah. Sebagian besar
resin kation terbuat dari bahan dasar DVB (Divinilbenzena) dengan gugus aktif
sulfonat seperti ditunjukan pada gambar dibawah .
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
Anion exchange resin (resin penukar anion)
resin yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion
yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif.
Misalnya : R NH2 (primary amine), R R1NH (secondery amine),
R R21N (tertiary amine), R R31 NOH ( quartenary amine). Dalam
notasi

diatas

menunjukan

polimer

hidrokarbon

dan

R1

menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.


Cation exchange resin (resin penukar kation)
resin yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation
seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen
zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif
SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal. Pada resin penukar kation,
misalnya RSO3H, gugus aktif SO3 mempunyai daya afinitas yang
lebih besar terhadap kation-kation lain bila dibandingkan dengan H+.
Tetapi sebaliknya dapat pula terjadi pada regenerasi. Hal ini mungkin

dapat terjadi kalau konsentrasi H+ dalam larutan sangat tinggi. H+


RSO3H telah digantikan semua oleh kation-kation atau dengan
perkataan lain bahwa resin itu sudah jenuh, maka resin itu tidak aktif
lagi. Sehingga harus diaktifkan lagi dengan cara regenerasi. Sebagai
regenerasi dapat dipakai HCl (konsentrasi 1-10 %). Lamanya waktu
regenerasi bermacam-macam, tetapi pada umumnya berlangsung
minimal 30 menit atau sesuai spesifikasi pembuat. Setelah tahap
regenerasi maka perlu dilakukan pembilasan terhadap resin.
Pembilasan yang dilakukan terdiri dua tahap yaitu pembilasan awal
dan

pembilasan

akhir.

Pembilasan

awal

dilakukan

untuk

menghilangkan sisa-sisa regenerasi yang masih menempel pada resin.


Pembilasan akhir dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan
garam yang terbentuk.
1.1.2

Macam macam ion exchange


Alat penukar ion ada 2 macam :
1.
2.

Alat penukar ion dengan kolom ganda


Alat penukar ion kolom tunggal (unggun campuran)

Penukar Ion Kolom Ganda

Prinsip kerja kolom ganda


a. Pada proses kolom ganda, air mentah mula-mula masuk kedalam
penukar kation. Disini semua kation yang terkandung dalam air
(terutama ion kalsium, magnesium, dan natrium) ditukar dengan ion
hidrogen.
b. Dalam kolom berikutnya yang berisi penukar anion, maka anion
(terutama ion khlorida, sulfat dan bikarbonat) ditukar dengan ion
hidroksil. Ion hidrogen yang berasal dari penukar kation dan ion
hidroksil dari penukar anion akan membentuk ikatan dan menghasilkan
air.
c. Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus diregenerasi.
Pelaksanaan regenerasi pada proses kolom ganda sangat sederhana.
Kedalam kolom penukar kation dialirkan asam khlorida encer dan
kedalam kolom penukar anion dialirkan larutan natrium hidroksida
encer. Regeneran yang berlebihan selanjutnya dibilas dengan air.

Penukar Ion Kolom Tunggal

Prinsip kerja kolom tunggal


Pada proses kolom tunggal, resin penukar kation dan penukar anion
dicampur menjadi satu dalam sebuah kolom tunggal. Dengan proses ini dapat
dicapai tingkat kemurnian air yang jauh lebih tinggi daripada dengan proses
kolom ganda. Sebaliknya, pada proses kolom tunggal regenerasi resin penukar
lebih kompleks. Langkah-langkah kerja pada regenerasi kolom tunggal :
Pemisahan resin penukar kation dan penukar anion dengan klasifikasi
menggunakan air (pencucian kembali dari bawah ke atas). Dalam hal ini resin
penukar anion yang lebih ringan (berwarna lebih terang) akan berada diatas
resin

penukar

kation

yang

lebih

berat

(berwarna

lebih

gelap).

Proses regenerasi dalam kolom tunggal


a. Untuk regenerasi, regeneran bersama dengan air dialirkan melewati
kedua lapisan resin, asam khlorida encer (HCl) dialirkan dari bawah ke
atas melewati resin penukar kation dan dikeluarkan dari kolom pada
ketinggian lapisan pemisah.
b. Larutan natrium hidroksida encer (NaOH) dialirkan dari atas ke bawah
melewati resin penukar anion, juga dikeluarkan pada ketinggian lapisan
pemisah. Kelebihan kedua regeneran kemudian dicuci dengan air.
c. Ketinggian permukaan air dalam kolom diturunkan dan kedua resin
penukar dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari ujung
bawah kolom.
d. Pencucian ulang kolom tunggal dengan air dari atas ke bawah sampai
alat ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air yang
diinginkan.
e. Sekarang instalasi siap untuk dioperasi lagi, baik pada instalasi
pelunakan maupun pada instalasi demineralisasi air, maka pengalihan
dari kondisi operasi ke proses regenerasi, pelaksanaan regenerasinya
sendiri, dan pengalihan kembali ke kondisi.

Dalam proses resin penukar ion larutan yang akan dimurnikan


dimasukkan kedalam kolom yang didalamnya terdapat resin dan glass woll.
Glass woll sebagai salah satu komponen untuk menjernihkan larutan, glass
woll dapat diganti dengan bulu angsa namun harga bulu angsa yang relatif
mahal, menyebabkan glass woll banyak digunakan. Larutan yang melalui
kolom

disebut influent,

sedangkan

larutan

yang

keluar

kolom

disebut effluent. (Khopkar, 1990).


1.2.3

Kesadahan
Kesadahan adalah daya (kemampuan) air untuk mengendapakan sabun.
Sabun diendapkan terutama oleh Ca2+ dan Mg2+ yang ada dalam air, satu
diendapakan oleh logam polilaten seperti, Al3+, Fe3+, Sr2+, Zn2+, Mn2+ juga oleh ion
hidrogen. Tetapi kerana ion selain Ca dan Mg kadarnya sangat sedikit di air alam
maka kesadahan hanya ditentukan oleh Ca dan Mg. Tetapi bila ion-ion logam
yang menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, maka harus dimasukkan
dalm perhitungan.
Kesadahan ada 2 macam:
1. Kesadahan sementara ion Ca dan Mg berada sebagai HCO 3- , kesadahan ini
dapat dihilangkan dengan pemanasan
2. Kesadahan tetap, ion Ca dan Mg berada sebagai CO3- , kesadahan ion tidak
dapat dihilangkan dengan pemanasan, hanya dapat dilunakkan.

Prinsip Kesadahan
Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA) dan garamnya membentuk senyawa
kompleks yang larut bila bereaksi dengan kation logambila indikator
Erichorm Black T (EBT) ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung
ion Cadan Mg maka larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian
dititrasi dengan EDTA. Ion Ca dan Mg akan menjadi biru. Rumus EDTA:
CH2 COOH

HOOC CH2
N- CH2-CH2-N
HOOC CH2

CH2 COOH

Titrasi harus dilakukan kurang dari 5 menit untuk mengurangi


kemungkinan terjadi endapan CaCO3. Suhu titrasi paling baik pada suhu
kamar, karena pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada
suhu tinggi akan terjadi kerusakan indikator.
Reaksi:
M2+ EBT M2+ - EBT (merah)
M2+ EBT + EDTA
1.2.4

M2+ - EDTA + EBT (biru)

Teknik Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam

terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat menyatu pemicu kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air ditempat ini dikatagorikan sebagai air payau.
Istilah teknik untuk keasinan larutan adalah salinitas, dengan didasarkan bahwa
halida-halida terutama halida adalah anion yang paling banyak dari elemenelemen terlarut. Dalam oserogresi, salinitas biasanya dinyatakan bukan G = 1/R
dalam persen tetapi dalam bagian perseribu. Salinitas (salinitas dinyatakan
sebagai persen didasarkan pada resin konduktivitas elektrik sampel terhadap
Copenhagen Water air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia.
1.2.5

Total Dissolved Solid

TDS adalah ukuran zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik
misalnya garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter
menggambarkan jumlah zat terlarut dari ppm atau mg/L.
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air
(larutan) harus dapat melewati jaringan yang berdiameter 2m . Aplikasi yang
digunakan adalah ukuran kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan,
aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.

1.2.6

Conductivity
Conductivity

adalah

ukuran

kemampuan

suatu

bahan

untuk

menghantarkan arus listrik. Konduksi (C) merupakan kebalikan dari resisitansi


(R). Sehingga persamaan matematisnya adalah:
Dimana hukum ohm, dapat didefinisikan
V = I.R
I = G.E
Secara definisi di atas jika 2 plat yang diletakkan di dalam suatu larutan di
berikan beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusida), maka kedua plat
tersebut akan mengalir arus listrik.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Gelas kimia 100 mL
- Batang pengaduk
- Indicator universal
2.1.2 Bahan
- Aquadest
- CaCO3
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Tahap Ion Exchange
Back Wash

Mengatur katup-katup yang akan dikontrol dan pompa, dengan cara


menutup katup no. 1,2,3,4,12,13,15 dan yang membuka katup no.
3,11,14, sehingga arah aliran ke atas dan membuka katup 6 dan 9
sehingga aliran air destilat (aquadest) dapat langsung kepembuangan.

Mengalirkan air destilat dari gelas kimia (2) dengan membuka katup no.3
dan 6.

Melakukan proses pencucian selama beberapa menit.

Service

Mengatur katup-katup dari gelas kimia (2) dengan cara menutup katup
no.1,3,4,6,8,9, dan 12. membuka katup no.2 sehingga aliraan dapat
masuk ke katup no.5, membuka katup no.13 dan 15 sehingga aliran dari
katup 5 dapat naik dan masuk ke katup no.7, kemudian dari katup 15 ke
pembuangan.

Memindahkan pompa ke tangki (1).

Mengalirkan air keran dari gelas kimia (1) dengan menjalankan alat ion
exchange apparatus dan mngatru laju alir 60 ml/min, dengan aliran
melalui resin kation terlebih dahulu, kemudian ke resin anion dan
menampung air keran ke dalam gelas kimia 100 ml.

Mengambil sampel air setiap 5 menit

Melakukan pengambilan sampel sebanyak 2 L air senyak 8 kali

Analisa

Mengukur pH sampel dengan menggunakan indicator universal, kemudian


mencatat nilai pH pada tiap-tiap sampel.
.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Data pengamatan
Tabel 3.1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan bak Campuran Air Dan Kapur
No

Parameter

pH
Conductivity

Nilai
Klp 4
7.5
40

(S)
Vol EDTA

0.76

Tabel 3.1.2 Data Hasil Pengamatan Untuk Kation Anion Exchanger (Untuk Semua
Kelompok)
Parameter
No
1
2
3
4
5
6

Waktu (menit)

pH

Conductivity (S)

Vol EDTA

10
20
30
40
50
60

6
6
9
7
8
7

0.42
0.48
0.55
0.57
0.6
0.66

1
1
1.1
1.2
1.3
1.6

Kedalaman
air (cm)
30.5
32.6
32.8
33.4
33.8
34.2

3.2Hasil Perhitungan
Tabel3.2.1 Perhitungan 1 : Hasil Perhitungan Data Bahan Baku
Parameter

Hasil

Total hardness (ppm)


Mol kapur (mol)
Massa kapur (gram)

30.4
0.0000076
0.00076

Tabel 3.2.2 Perhitungan 2 : Hasil Perhitungan Kation Anion Exchange


No

Waktu (menit)

Total
hardness

mol
CaCO3

massa
CaCO3

10

40

1x10-5

0.001

20

40

1x10-5

0.001

30

44

1.1x10-5

0.0011

40

48

1.2x10-5

0.0012

50

52

1.3x10-5

0.0013

60

64

1.6x10-5

0.0016

Tabel 3.2.3 Perhitungan 3 : Efisiensi Kation Dan Anion Kapasitas


Kapasitas Awal

Kapasitas Akhir

Efisiensi

1.8563x10-5

2.64875x10-5

29.92

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger
dan untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger. Ion exchange itu
sendiri merupakan suatu metode penghilangan mineral dari ion-ion logam yang
terkandung dalam air. Biasanya mineral dari ion-ion logam tersebut menimbulkan
kesadahan dan akan menghasilkan kerak pada peralatan di industri proses. Maka dari itu
diperlukan suatu proses penghilangan mineralmineral tersebut melalui metode tertentu,
bisa melalui penambahan Anti Sceeling Agent untuk menghilangkan kerak kerak
CaCO3, atau pun melalui proses pertukaran ion, dimana bahan yang dipakai adalah resin.
Sampel yang telah dialirkan kedalam alat penukar ion atau ion exchange diukur nilai
pH dan konduktivitasnya setiap 10 menit sekali sehingga diperoleh nilai seperti pada data
pengamatan. Pada praktikum ini nilai seharusnya apabila sampel dilewatkan pada resin
maka sampel tersebut akan mengalami penurunan nilai pH dan konduktivitasnya namun
beda halnya dengan praktikum yang telah dilakukan, terjadi penurunan nilai pH dan
konduktivity larutan kemudian terjadi kenaikan nilai pH dan konduktivitinya.
Hal tersebut karena resin yang digunakan telah jenuh sehingga resin sudah tidak
dapat menukar ion- ion yang terkandung dalam sampel. Hal tersebut juga ditunjukkan dari
nilai efisiensi yang didapat sangat kecil, hanya sebesar 29.92 %.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Nilai pH dan konduktivitas yang terukur mengalami mengalami perubahan yang


disebabkan karena terjadi pertukaran ion-ion dengan resin
Efisiensi kapasitas anion dan kation Sebesar 29.92%

DAFTAR PUSTAKA
Alfonsina, dkk. 2013. Makalah Utilitas Demineralisasi. Malang: Universitas Brawijaya.
Arman,

Yoni.

2013.

http://yoniarman.blogspot.com/2013/07/ion-exchanger-alat-penukar-

i0n.html diakses pada tanggal 15 Desember 2013 10:56 WITA

Khopkar.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.


Setyowati,

Suparni.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-

pabrik/mengoperasikan-alat-penukar-ion/diakses pada tanggal 15 Desember 10:56 WITA

PERHITUNGAN
1. Perhitungan data bahan baku

Total hardness = vol EDTA x M EDTA x Mr CaCO3 x

1000
v sampel

M EDTA = 0.01 mol/L , V sampel = 25 ml, Mr CaCO3 = 100, V EDTA = 0.76


mL

0 .76 x 0 . 01 x 100 x

1000
25

= 30.4ppm

Mol CaCO3 = M EDTA x V EDTA


= 0.01x0.76.10 -3
=7.6x10-6

Massa CaCO3 = mol x BM


= 7.6x10-6 mol x 100 gr/gmol
= 0.00076 gr
2. Perhitungan Kation dan anion exchange
a. Pada menit ke 10

Total hardness = vol EDTA x M EDTA x Mr CaCO3 x

1000
v sampel

M EDTA = 0.01 mol/L , V sampel = 25 ml, Mr CaCO3 = 100, V EDTA = 1


mL

1 x 0 . 01 x 100 x

1000
25

= 40 ppm

Mol CaCO3 = M EDTA x V EDTA


= 0.01x1.10 -3
=0.00001 mol

Massa CaCO3 = mol x BM


= 0.00001mol x 100 gr/gmol
= 0.001 gr
b. Pada menit ke 60

Total hardness = vol EDTA x M EDTA x Mr CaCO3 x

1000
v sampel

M EDTA = 0.01 mol/L , V sampel = 25 ml, Mr CaCO3 = 100, V EDTA = 1.6


mL

1. 6 x 0 .01 x 100 x

1000
25

= 64.0576ppm

Mol CaCO3 = M EDTA x V EDTA


= 0.01x1.6.10 -3
=0.000016mol

Massa CaCO3 = mol x BM


= 0.000016 mol x 100 gr/gmol
= 0.0016 gr
3. Efisiensi anion dan kation
Volume lapisan bawah awal = 1/4D2 x t , dengan D=15mm=1.5 cm, t=
30.5 cm

= x 3.14 x (1.5)2x30.5
= 53.87 cm3

Kapasitas awal =

massa CaCO 3
volume lapisan basah(awal)

0 .01
=1 . 856 3 E05
53 . 87

Volume lapisan bawah akhir = 1/4D2 x t , dengan D=15mm=1.5 cm, t=


34.2 cm

= x 3.14 x (1.5)2x34.2
= 60.41 cm3

Kapasitas

akhir=

massa CaCO3
volume lapisan basah(akhir)

0.016
=2.649 E05
60. 41

Efisiensi

kapasitas akhirkapasitas awal


kapasitas akhir

2. 649E-051.856 3 E05
x 100
2.649 E05

= 29.92 %

100%

Grafik Data Perhitungan

Total Hardness vs Waktu


70
60
50
40

Total Hardness (ppm) 30


20
10
0

10

20

30

40

50

60

70

60

70

Waktu (menit)

Mol CaCO3 vs Waktu


1.80E-05
1.60E-05
1.40E-05
1.20E-05

Mol CaCO3

1.00E-05
8.00E-06
6.00E-06
4.00E-06
2.00E-06
0.00E+00

10

20

30

40

Waktu (menit)

50

Massa CaCO3 vs Waktu


0
0
0
0
0

massa CaCO3 (gram) 0


0
0
0
0

10

20

30

40

waktu (menit)

50

60

70

Anda mungkin juga menyukai