Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Hari/Tanggal : Rabu, 2 Oktober 2013

Ilmu Bedah Khusus Veteriner I

Tempat

: R.P. Hewan Kecil FKH

Waktu

: 10.00- 13.00 WIB

Dosen pembimbing : drh. Dudung A.

CYSTOTOMY
Disusun oleh :
DaraZataGhassani

B04090159 (Asisten 4 )

AtikaOktari

B04090191 (Asisten 1)

I Nengah Donny Artika

B04100052 (Operator)

BintangPratiwi

B04100053 (Asisten 3)

Fatimah

B04100055 (Asisten 2)

BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PENDAHULUAN
Tingginya kasus pada traktus urinari menyebabkan berkembangnya
berbagai metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus tersebut. Beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus pada traktus urinari adalah
dengan cara cystotomi, cystocentesis, maupun kateterisasi uretra.
Cystotomy adalah tindakan operasi untuk membuka dinding vesika urinari
( Boden 2005). Dengan kata lain, cystotomy adalah penyayatan pada dinding
vesika urinaria sehingga dapat diketahui bagian dalam dari vesika urinaria.
Keperluan medis yang mengindikasikan dilakukannya cystotomy diantaranya
adalah untuk penanganan di daerah vesika urinaria, seperti kalkuli pada vesika
urinaria, neoplasia, memperbaiki kerusakan pada saluran urin, atau untuk terapi
traumatik pada vesika urinaria. Adapun sebelum tindakan cystotomy disarankan,
hewan harus terlebih da hulu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi atau radiografi
untuk meneguhkan diagn osa penyakit tersebut (Maria 2007). Cystotomy sangat
efektif dilakukan pada kasus penyumbatan salu ran urinari, namun juga memiliki
resiko. Resiko dilakukannya cystotomy antara la in pendarahan, infeksi post
operasi, dan kebocoran urin. Namun hal ini tidak ter jadi apabila dilakukan teknik
operasi dan pemeliharaan post operasi yang baik dan intensif (Hayes, 2012). Baik
cystotomi maupun cystocentesis diawali dengan penyayatan pada dinding
abdomen atau yang disebut dengan laparotomi. Dalam kasus ini yang digunakan
adalah jenis laparotomi medianus posterior. Hal ini dikarenakan organ target yaitu
vesica urinaria berada di bagian hipogastrium.
Bakteri yang paling sering terlibat dalam infeksi saluran kemih (ISK)
termasuk Escherichia coli, Proteus spp, Staphylococus Streptococus, Klebsiella
spp, Enterobacter spp dan Pseudomonas spp. Diagnosis ISK didasarkan pada
tanda-tanda klinis, dan dikonfirmasi oleh pemeriksaan dan budaya kuantitatif
sampel urin. Biasanya, spesimen yang dikumpulkan oleh cystosentesis adalah
bacteriologically steril, tetapi sampel yang dikoleksi dengan cara selain
cystocentesis mungkin mengandung bakteri, protein dan sel-sel darah putih
sebagai kontaminan dari bawah saluran kemih dan alat kelamin. Sebelum
pengobatan dilakukan, maka ISK harus diklasifikasikan sebagai ISK sederhana

atau rumit. ISK yang lebih rendah (sistitis) dari anjing betina dewasa biasanya
merupakan ISK sederhana karena bersifat sementara dan reversibel. Dalam ISK
rumit kerusakan di urothelium, seperti urolithiasiasis, neoplasia, micturation
gangguan, kerusakan atau anatomi yang mendasari penyakit atau pengobatan
imunosupresif dapat dibuktikan atau infeksi telah meluas ke saluran kencing atas
menyebabkan pielonefritis. (Maria, 2007)
TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan
laparotomi medianus posterior serta mengetahui cara-cara untuk melakukan
prosedur cystocentesis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu prosedur
untuk menangani kasus-kasus pada vesica urinaria.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat bedah minor :

2.

a. 4 towel clamp

Syiringe 1ml dan syringe 10ml

b. 4 tang arteri anatomis

Thermometer

c. 2 tang arteri cyrhorgis

Stetoskop

d. 2 tang arteri bengkok

Duk

e. 1 needle holder

10. Penggaris

f. 1 pinset cyrhorgis

11. Perlengkapan operator :

g. 1 pinset anatomis

a. Sarung tangan

h. 1 gunting bulu

b. Tutup kepala

i. 1 gunting operasi

c. Masker

j. 1 gunting preparin

d. Baju operasi

k. 1 scalpel handle

e. 2 sikat ukuran sedang

tampon
3.

Alat pencukur bulu

f. Handuk kecil
Jarum berpenampang bulat

g. Sabun

dan segitiga
4.

Benang bahan cat gut dan silk

12. Meja operasi

13. Lampu operasi

Obat-obatan yang digunakan antara lain:


a. Ketamine HCl 10%; dosis 10 mg/kg BB; IM
b. Xylazine 2%; dosis 2 mg/ kg BB; IM
c. Atropin Sulfat; dosis 0.02-0.04 mg/kg BB; IM
d. Antiseptikum :
1. Alkohol 70%; topikal
2. Yodium tinctur 3% ; topikal
e. Antibiotika :
1. Penicillin 50.000 IU
2. Oxytetracyclin; dosis 14 mg/kg BB; IM
3. Amoxillin; dosis 20 mg/kg BB dengan kandungan 125mg/5ml; PO
METODE OPERASI
A. PRE OPERASI
a. Preparasi alat
Pertama-tama peralatan operasi dicuci dengan menggunakan sikat yang
telah diberi sabun dari bagian ujung ke ujung yang lain. Kemudian dibilas dengan
air kran yang mengalir 5 10 kali. Kemudian peralatan dibilas kembali dengan
menggunakan desinfektan. Lalu dilap dengan lap steril hingga kering. Peralatan
tersebut dimasukkan ke dalam tempat alat bedah dari logam dengan urutan dari
bawah ke atas yaitu needle holder, tang arteri, gunting, pinset serologi, pinset
anatomis, gagang scalpel, towel clamp. Setelah itu bak tersebut dibungkus dengan
kain dan diberi label jenis alat bedah minor serta tanggal sterilisasi kemudian
dimasukan ke dalam oven atau sterilisator dengan suhu 100 0 C selama 60 menit
b. Preparasi Ruangan
Ruangan dan meja operasi dibersihkan terlebih dahulu, lalu dilakukan
desinfeksi dengan desinfektan serta fumigasi menggunakan campuran formalin

10% dan KMNO4 5% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit atau dapat
dilakukan dengan sinar ultra violet.
c. Preparasi perlengkapan operator
Sebelum melakukan operasi operator harus melakukan desinfeksi terlebih
dahulu
1.

Tangan dicuci dengan sikat yang telah diberi sabun, sikat tangan
dari ujung jari ke siku harus berurutan dan tidak boleh kembali ke
posisi sikat awal (ujung jari), masing masing tangan menggunakan
sikat yang berbeda. Seluruh tangan disikat cuci dengan air mengalir,
dibilas sebanyak 10 15 kali dengan air yang mengalir dari ujung jari
ke siku.

2.

Tangan dilap dengan menggunakan lap steril hingga kering, bagian


sisi kanan lap untuk mengelap tangan kanan dan begitu pula bagian
sisi kiri lap untuk mengelap tangan kiri.

3.

Kemudian operator menggunakan baju operasi serta tutup kepala


dan masker dibantu oleh asisten 1.

4.

Operator mengenakan sarung tangan dan memakainya sesuai


dengan cara yang benar.

d. Preparasi hewan
Sebelum dilakukan tindakan bedah hewan, harus dilakukan pemeriksaan
Anamnese dan Signalement untuk mengetahui apakah hewan layak untuk
dioperasi.
i.

Anamnesis: kucing mengalami kesulitan dalam urinasi

ii.

Signalement
Nama

: Ano

Alamat

: Perum. Dramaga Regency

Jenis Hewan : Kucing


Jenis kelamin : Betina
Umur

: 1 tahun

Ras

: Kucing lokal

Berat badan

: 3,1 kg

Warna rambut : hitam cokelat belang


Tanda khusus : ujung ekor bengkok
iii. Status preasent dan Keadaan umum
Keadaan umum
* Perawatan

: Baik

* Habitus

: Ramah/tenang

* Gizi

: Baik

* Pertumbuhan badan

: Baik

* Sikap Berdiri

: Tegak dengan 4 kaki Normal

* Frekuensi nafas

: 32/menit

20-30/mnt

* Frekuensi jantung

: 124/menit

100-120/mnt

* Suhu (temperatur)

: 38.8oC

38-39.5oC

d. Kulit dan bulu/rambut


* Turgor kulit

: baik

* Bau

: normal

* Kerontokan

: tidak ada

* Permukaan Kulit

: halus

e. Selaput lendir
* Aspek permukaan

: normal

* Warna

:rose

* Kilau dan perlicinan: mengkilat


f. Limfonodus
Normal, tidak ada tanda-tanda pembengkakan.
e. Handling dan persiapan hewan operasi
Area operasi harus dicukur dan dibersihkan terlebih dahulu. Area
tersebut kemudian disemprot dengan alkohol 70% kemudian diberikan Yodium
tinctur atau betadine. Setelah itu, hewan diikat di atas meja dan ditutupi dengan
kain penutup/duk.
B. OPERASI
a. Persiapan pembiusan/Anaesthesi

Anesthesi yang dilakukan adalah menggunakan kombinasi obat bius


xylazine 2% dan ketamine HCl 10% dengan dosis 2 mg /kg BB dan 10 mg / kg
BB dan dilakukan secara intramuscular.
Sebelum dilakukan anaesthesi, kucing terlebih dahulu diberikan atrofin
sulfat sebagai premedikasi dengan dosis 0.02 mg/kg BB secara SC untuk
mencegah hewan muntah dan hypersalivasi.
b. Orientasi
Penyayatan dilakukan di bagian medianus posterior, yaitu tepat pada garis
linea alba, 2 cm di anterior os pubis, dengan panjang sayatan 3-4 cm
c. Teknik Operasi
Pada area operasi diberi iodium tincture 3 % dengan menggunakan kapas
dan dilakukan pembersihan seperti obat nyamuk yaitu dari bagian tengah sayatan
kearah luar/ tepi sayatan.
Penyayatan pertama dilakukan pada lapisan kulit terluar. Pada saat
penyayatan, sayatan dibuat lurus dan tidak terputus-putus (seminimal mungkin).
Sayatan juga dilakukan secara kontinyu dengan scalpel. Pisahkan fascia dan
lapisan lemak. Setelah ditemukan linea alba, maka linea alba harus difixir terlebih
dahulu dengan menggunakan towel clamp agar sayatan tepat di atasnya, sehingga
tidak menimbulkan adanya pendarahan. Setelah linea alba disayat, maka akan
ditemukan peritoneum dan omentum. Setelah itu omentum disingkirkan dan
vesica urinaria dicari dengan hati-hati. Jika terjadi perdarahan dihentikan dengan
tampon.
Vesica urinaria diisolasi dari rongga abdomen menggunakan kassa steril,
selanjutnya dilakukan pengambilan urin (inspirasi) dari vesica urinaria dengan
menggunakan syringe atau yang disebut dengan cystocentesis. Setelah selesai
melakukan cystocentesis vesica urinaria dikembalikan kedalam rongga abdomen
dan disemprotkan penicillin 20.000 IU. Kemudian dilakukan penjahitan pada
lapisan peritoneum dan linea alba dengan menggunakan jarum berpenampang
bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Lapiasn lemak dalam
hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan lemaknya sangat tebal menggunakan

jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana.
Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan menggunakan jarum
berpenampang segitiga dan benang silk (sebelumnya disemprotkan penicillin
20.000 IU) dengan tipe jahitan sederhana untuk memudahkan pembukaan jahitan
post operasi (setelah 7 hari).
C. POST OPERASI
Pengobatan post operasi dilakukan dengan memberikan antibiotik topikal
dan sistemik. Pada saat operasi diberikan (disemprotkan) antibiotik Penicillin
20.000 IU pada daerah sayatan sesuai dengan dosis. Setelah operasi dilakukan,
kucing disuntik Oxytetracyclin dengan dosis 14 mg/kg BB; IM sebanyak 0.28 ml.
Selanjutnya untuk pemberian antibiotik harian, diberikan Amoxillin dosis 20
mg/kg BB dengan kandungan 125 mg/5 ml 2x sehari selama 4 hari per oral
sebanyak 2.8 ml untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu dilakukan
pengamatan terhadap keadaan fisiologi tubuh hewan, antara lain temperatur,
frekuensi jantung, frekuensi respirasi, serta pengamatan terhadap nafsu makan dan
luka bekas jahitan. Setelah 7 hari post operasi, akan dilakukan pembukaan jahitan.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatan selama operasi
Paramete
r

Menit ke0

15

30

45

60

75

90

105

120

135

150

165

Nafas /mnt

32

12

24

36

24

20

16

24

16

12

20

40

Nadi/mnt

72

64

120

112

92

104

88

108

96

120

108

128

Suhu C

39,
0

38,2

37,
9

37,
0

36,6

36,1

35,6

35,1

35,1

39,
9

34,8

35,
5

Crt (detik)

Mukosa

rose

puca
t

rose

rose

puca
t

puca
t

Puca
t

puca
t

puca
t

rose

puca
t

rose

Tonus otot

Refleks
pupil

Refleks

digit

Grafik 1. Pengamatan Suhu Selama Operasi


41
40
39
38
37
suhu (0C) 36
35
34
33
32
0

15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165


menit

Grafik 2. Pengamatan Frekuensi Nafas selama Operasi


45
40
35
30
25
nafas (x/menit) 20
15
10
5
0
0 15 30 45 60 75 90 105120135150165
menit

Grafik 3. Pengamatan Frekuensi Jantung selama Operasi

140
120
100
80
denyut jantung (x/menit)

60
40
20
0
0 153045607590105
120
135
150
165
menit

Tabel 2. Pengamatan selama post operasi


parameter

Hari
1

Nafas /mnt

40

28

28

40

40

40

28

40

44

40

Jantung/mnt

128 13
2

132

124

120

116

124

116

120

120

Suhu (0C)

39

38

38.3

38.1

38.3

38.8

38.4

38.9

37.6

37.9

Makan

Defekasi (15)

Minum

Urinasi

Jahitan
(kering/basah
)

basah kerin
g

kerin
g

kerin
g

kering kering

kering kerin
g

Grafik 4. Pengamatan Suhu selama Post Operasi


70
60
50
40
suhu( oC)
30
20
10
0

Grafik 5. Pengamatan Frekuensi nafas selama Post Operasi


50
45
40
35
30
frekuensi nafas/menit 25
20
15
10
5
0

Grafik 6. Pengamatan Frekuensi jantung selama Post Operasi


160
140
120
100
dengyt/menit

80
60
40
20
0

Perhitungan :
Konsentrasi sediaan
Atropin
: 0.25 mg/ml
Xilazin
: 20 mg/ml
Ketamin
: 100 mg/ml
Oksitetrasiklin : 50 mg/ml
Amoksisilin
: 25 mg/ml
Pemberian
Pemberian=

Dosis
Berat badan
Konsentrasi sediaan

mg
kgbb
Atropin=
31 kg=0.31 ml
mg
0.25
ml
0.025

mg
kgbb
Xilazin=
31kg=0.31 ml
mg
20
ml
2

mg
kgbb
Ketamin=
31 kg=0.31 ml
mg
100
ml
10

mg
kgbb
Oksitetrasiklin=
31 kg=0.28 ml
mg
50
ml
14

mg
kgbb
Amoksisilin=
31 kg=2.48 ml
mg
25
ml
20

PEMBAHASAN
Cystocentesis atau prosedur pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica
urinaria dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan laparotomi medianus
posterior. Titik orientasi dalam operasi ini adalah 2 cm di depan atau anterior os
pubis dengan lebar sayatan 3-4 cm. Proses penyayatan dilakukan berurutan dari
lapisan kulit, fascia, lapisan lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.
Pada kucing yang dioperasi ini, didapatkan lapisan lemak yang sangat
tebal, sehingga dalam operasi perlu dilakukan penjahitan tersendiri. Setelah
lapisan lemak tersayat, akan ditemukan linea alba. Tepat di linea alba inilah perlu
disayat agar tidak terjadi pendarahan. Tetapi dalam laparotomi medianus posterior
agak susah untuk menyayat linea alba tepat di atasnya. Hal ini dikarenakan garis
linea albanya tidak sejelas ketika melakukan laparotomi medianus, sehingga
pendarahan biasanya tidak terhindarkan. Setelah linea alba terkuak, maka akan
terlihat peritoneum dan omentum yang tipis yang menutupi vesica urinaria. Isolasi
vesica urinaria dilakukan dengan menggunakan kassa steril. Volume urin yang
berhasil dilakukan cystocentesis 25 ml. Dalam melakukan cystocentesis perlu
kehati-hatian agar urin tidak keluar dan mengkontaminasi daerah di sekitarnya.
Anaesthetikum diberikan secara per injeksi Intra muskular pada otot kaki
belakang (m. triceps femoralis dan m.biceps femoralis). Stadium analgesia
terjadi ketika kucing mulai kehilangan rasa sakit tetapi belum kehilangan
kesadaran. Ketika kesadarannya mulai hilang, kucing juga terlihat sempoyongan
dan air liur keluar (salivasi), keadaan ini disebut stadium eksitasi atau stadium
involunter. Akhirnya kesadaran dan rasa sakit hilang seluruhnya dengan pulsus

yang normal dan pernapasan juga berlangsung secara abdominal. Ini merupakan
stadium pembedahan, yaitu saat yang tepat di mana operasi dapat segera
dilakukan.
Sebagai premedikasi diberikan atropin sulfat. Hal ini bertujuan untuk
membantu mengurangi efek samping dari obat anastetikum seperti cardiac
ventricular aritmia, berontak, hypersalivasi dan sebagai anti emetikum. Selama
operasi berlangsung, terjadi penurunan pulsus nadi dan temperatur tubuh. Hal ini
disebabkan karena efek dari pemberian anestetikum yang bersifat sebagai
depresan. Pada operasi kali ini kucing seringkali terbangun karena hilangnya efek
anastetikum, untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan maintenance berupa
ketamin sebanyak 1 dosis (0.31 ml)
Proses penjahitan dimulai dari kedua tepi sayatan dan setelah itu
dilanjutkan ke bagian tengah. Pada saat penjahitan bagian tengah, arteri clamp
tidak boleh langsung menjepit jaringan, tetapi dilakukan pada ujung-ujung
benang. Hal ini dilakukan untuk menghindari terlukanya jaringan akibat tekanan
arteri clamp.
Penjahitan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu antara peritoneum dengan
linea alba, lapisan lemak, dan kulit. Penjahitan pereitoneum dan linea alba
dilakukan dengan menggunakan benang cat gut 3/0 agar dapat diserap oleh tubuh
dan jarum berpenampang bulat untuk jaringan yang lunak dengan tipe jahitan
sederhana. Adanya lapisan lemak yang tebal memaksa operator untuk menjahitnya
tersendiri dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0
dengan tipe jahitan sederhana, sedangkan kulit dijahit dengan jahitan sederhana
(agar mudah dibuka) menggunakan benang silk dan jarum berpenampang segitiga
untuk mencegah jahitan terbuka sehingga tidak terjadi keluarnya viscera dari
dalam rongga tubuh.
Sebelum penjahitan, diberikan antibiotik lokal Penicillin 20.000 IU dan
setelah dilakukan penjahitan diberikan Oxytetracycline secara intra muskuler
sebanyak 0.28ml. Pemberian antibiotik dilakukan agar proses persembuhan luka
berlangsung cepat. Pada akhirnya di daerah bekas jahitan diberi betadine.
Pemberian antiseptik ini bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat
persembuhan luka.

Pada awal post operasi kucing menunjukkan penurunan nafsu makan dan
keadaannya terlihat lesu. Hal ini terjadi karena faktor stress dan adanya nyeri
viscera akibat laparotomi.

Namun setelah hari kedua nafsu makan kembali

membaik disertai dengan urinasi dan defekasi yang baik. Pengamatan post operasi
menunjukan proses persembuhan yang baik dari kucing tersebut. Hal ini
ditunjukan dengan nilai fisiologis frekuensi nadi, napas, dan temperatur tubuh
yang semakin lama semakin mendekati kisaran normal data fisiologis pada
kucing. Antibiotik yang diberikan pada saat post opersi adalah amoxilin dosis 20
mg/kg BB dengan kandungan 125mg/5ml yang diberikan secara PO sebanyak
2.48 ml selama 5 hari. Pembukaan jahitan dilakukan tujuh hari post operasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan cystocentesis atau pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica urinaria
perlu dilakukan laparotomi medianus posterior terlebih dahulu dengan titik
orientasi 2 cm di anterior os pubis. Untuk mengisolasi vesica urinaria maka
lapisan yang perlu disayat berurutan dari luar ke dalam adalah kulit, fascia,
lapisan lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.

DAFTAR PUSTAKA
Boden E. 2005. Black s Veterinary Dictionary 20th Edition. London: Black
Publisher Brun MV, Oliveira ST, Messina SA, Stedile R, Oliveira RP. 2008.
Laparoscopic cys totomy for urolith removal in dogs: three case reports. Arq.
Bras. Med. Vet. Zoo tec., V.60, n.1, p.103-108. Carter Kip. 2009. Presutures for
skin

stretching:

Step

3B.

[terhubung

berkala].h

ttp://veterinarymedicine.dvm360.com/vetmed/ArticleStandard/Article/detail/.

[6

oktober 2013].
Hayes

NJ.

2012.

Cystotomy

Surgery

Photos.

[terhubung

http://www.whitne ysvet.com/cysto/cystoPlain.html. [13 Maret 2012].

berkala].

Maria. 2007. Penanganan Kasus Batu Ginjal Pada Anjing. [terhubung berkala].
http ://www.anjingdanhewan.com/news/?read=617. [8 Maret 2012].

Lampiran (Dokumentasi)

Persiapan operasi

Persiapan peralatan

Penyayatan daerah
medianus posterior

Cystosentesis pada VU
(curvatura mayor)

Penutupan daerah sayatan


(jahitan sederhana)

Penutupan luka dengan


perban dan gurita

Anda mungkin juga menyukai