Disusun Oleh:
Universitas Mataram
2008
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingnya Metode Pengukuran Teknik
1. Tidak ada eksperimen yang mudah dan tidak ada yang dapat menggantikan
eksperimen dalam penelitian dasar dan pengembangan produk, sehingga
metode pengukuran dan teknik analisa untuk interpretasi data harus
dikuasai.
2. Untuk melakukan suatu eksperimen harus tahu dan dapat menentukan
variable-variabel fisik mana yang akan diselidiki dan apa peranan variable
tersebut nanti dalam pengolahan analitik. Sehingga untuk menyiapkan
peralatan eksperimen harus sudah mempunyai pengetahuan tentang
prinsip dasar dari peralatan tersebut.
3. Teori-teori
baru
dihasilkan
dari
eksperimen-eksperimen
yang
BAB II
KONSEP DASAR
2.1. Sifat Umum Alat Ukur (Instrument) dan Definisi Istilah
Sifat Umum Alat Ukur timbul akibat keterbatasan atau tidak ada alat ukur
yang ideal sempurna tanpa ada kelemahan atau kekurangan, macamnya adalah
seperti sebagai berikut:
1.
K u ra n g R e a d a b ilit y
L e b ih R e a d a b ility
2.
3.
no 1
beda 1 skala
no 2
Sensitivity ( Kepekaan )
Perbandingan antara gerakan linier jarum penunjuk pada instrumen dengan
perubahan variable yang di ukur yang menyebabkan gerakan jarum itu
Contoh :
Suatu recorder 1 mV mempunyai skala yang panjangnya 25 cm maka
kepekaannya adalah 25 cm / mV.
Kepekaan alat ukur dapat digambarkan sebagai berikut :
P e n u n ju k k a n S k a la
B
Y
Objek Ukur X
A
Sehingga :
X
X
4.
kepekaan au. A =
Y A
X
kepekaan au. B =
YB
X
A re a y a n g d iu k u r
Hysteresis ( Histerisis )
Penyimpangan yang timbul sewaktu melakukan pengukuran secara kontinyu
dari dua arah yang berlawanan (dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas)
Histerisis disebabkan pada umumnya oleh adanya deformasi elastis atau efek
termal pada komponen mekanisme alat ukur
Contoh : Penggunaan jam ukur
Y
= H is te r is is
K u rv a P e m b a c a a n d a ri 0 - 7 ( n a ik )
Keterangan :
X = Harga sebenarnya ( mm )
Y = Kesalahan ( m )
5.
mekanik
contoh pegas yang tidak elastis sempurna
Pneumatis
Pengukur tekanan / manometer ( ruang / volume udara terlalu besar )
6.
Shiffting ( Pergeseran )
Suatu kejadian dimana terjadi perubahan harga yang ditunjukkan pada skala
sedang sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan perubahan
Contoh :
Sering terjadi pada Alat Ukur pengubah elektrik digital dimana perubahan
kecil pada temperatur dapat mempengaruhi sifat sifat komponen
elektroniknya
7.
8.
Floating ( Pengambangan )
Apabila jarum penunjuk selalu berubah pada posisi ( bergetar ) disebabkan
oleh terlalu pekanya Alat Ukur untuk merasakan perubahan yang kecil pada
sensor.
9.
Accuracy ( Ketelitian )
Persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya dari objek ukur
( harga yang dianggap benar )
N ila i y a n g d ia n g g a p b e n a r
A
1
P e n g u k u ran
L e b ih T e liti
B
2
P e n g u k u ran
Keterangan :
= sistematik error
1 < 2
10.
Precision ( Ketepatan )
Kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang ulang dan identik
Contoh :
Pengukuran panjang benda yang sudah diketahui panjangnya = 100 mm
Diambil 5x bacaan ( pengukuran ) dan didapat nilai 103, 105, 104, 103, 105
Maka :
-
presisinya 5 %
kesalahan sistematis
- Lingkungan gelap
kesalahan pembacaan
- Lingkungan bergetar
- Temperatur
2.3. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan
dari Alat Ukur atau mesin dengan cara membandingkan penunjukkannya terhadap
sesuatu yang sudah standar.
Tingkat kalibrasi ( tracebility ) dari alat ukur
Alat Ukur Standar Internasional
Tingkat IV
Alat Ukur Standar Nasional
Tingkat III
Alat Ukur Standar
Tingkat II
Alat Ukur Standar Kerja
Tingkat I
Alat Ukur Kerja
2.4. Standar
Dimaksudkan agar pengukuran bersifat universal artinya dimanapun
pengukuran dilaksanakan bisa diperbandingkan dan memberikan hasil yang
relative sama.
Contoh :
1 m = panjang batang platina iridium di Sevres Prancis
= 1.650.763,63 panjang gelombang cahaya ultra violet lampu crypton 26
1 m = 39,37 inci
1 lb = 453, 59237 gr
1 inci = 2,54 cm
Skala Suhu:
Skala celcius absolut disebut skala Kelvin ( 0K )
Skala Fahrenheit absolut disebut skala Rankine ( 0R )
0
K = 0C + 273,16
R = 0F + 459,67
F = 9/5 0C + 32,0
t = Waktu
M = massa
T = suhu
F = gaya
Satuan :
Sensor
Adalah peraba dari Alat Ukur, yaitu menghubungkan Alat Ukur dengan benda
ukur
contoh :
2.
pada avometer
Jarum
Pengubah
Adalah bagian terpenting dari Alat Ukur. Isyarat dari sensor diubah terlebih
dahulu sebelum diteruskan pada penunjuk atau pencatat, seperti fungsi CPU
pada computer.
Tujuan digunakannya pengubah adalah :
Penunjuk / Pencatat
Adalah bagian dari Alat Ukur, melalui yang mana dari hasil pengukuran
ditunjukkan atau dicatat
Penunjuk dapat dikategorikan menjadi 2 macam :
1. Penunjuk berskala
2. Penunjuk berangka ( digital )
BAB III
ANALISA DATA EKSPERIMEN
Pendahuluan
Semua data dari hasil eksperimen perlu dianalisa terutama untuk mengetahui
atau menentukan kesalahan (error), ketepatan (precition) dan validitas (kesahihan)
hasil pengukuran dalam eksperimen tersebut.
Contoh : Pengujian tingkat konsumsi bahan baker kendaraan bermotor harus
diketahui ketelitian (accuracy) speedo meter dan indicator isi tangki
untuk dapat dengan yakin menyatakan tingkat konsumsi Bahan Bakar
dari kendaraan tersebut.
3.2. Sebab sebab Kesalahan ( Error ) dalam Eksperimen dan Macamnya
Beberapa jenis kesalahan yang sering menyebabkan ketidakpastian dalam
pengukuran eksperimen adalah seperti sebagai berikut:
1. Kekeliruan dalam pemasangan peralatan / instrumen
Kekeliruan seperti ini bisa merusak validitas data hasil pengukuran.
2. Adanya kesalahan tetap ( fixed error )
Kesalahan seperti ini bisa juga disebut dengan kesalahan sistematik
( systematic error ) dan seringkali penyebabnya tidak diketahui
Contoh :
Pengukuran
dengan
termometer
raksa
dalam
gelas,
pada
Analisa Ketidakpastian
Telah kita ketahui bersama bahwa ketidakpastian data muncul dari kesalahan
kesalahan seperti tingkat ketelitian instrumen, kompetensi pelaksanaan yang
menggunakan instrumen dan sebagainya, kemudian semua pengukuran primer itu
harus
digabungkan
untuk
mendapatkan
hasil
akhir.
Untuk
10 A 0,2 A
= ( 100 2 ) . ( 10 0,2 ) =
960,4 W
WR
W1
dX 1
dR
W2
dX 2
dR
.......
Wn
dX n
1/ 2
dimana :
R
Jika hubungan ini diterapkan pada persoalan daya listrik diatas maka perhitungan
ketidakpastiah hasil akhir pengukuran akan menjadi sebagai berikut:
P = E.I
dP
I
dE
WE = 2
dP
E
dI
WI = 0,2
WR I .WE E.WI
2
2 1/ 2
W R 10.2 100.0,2
2
2 1/ 2
Rata - Rata :
Dalam eksperimen bacaan instrumen biasanya akan menghasilkan bacaan
bacaan yang berbeda satu sama lain dan umumnya orang hanya akan
memperhatikan rata rata bacaannya saja. Jika bacaan ini ditandai Xi dan ada
n bacaan maka rata ratanya adalah : Xr
1 n
. xi
n i 1
1 n
dn
n i 1
1 n
Xi Xr
n i 1
Xr Xr 0
BAB IV
PIRANTI PENGUKURAN DAN PENGINDERAAN
LISTRIK DASAR
4.1. Pendahuluan
Banyak piranti / alat dewasa ini yang operasinya bergantung pada prinsip
kerja listrik dasar.
Contoh : Pengukur suhu jarak jauh
Pada lokasi yang akan diukur dipasang sebuah transduser yang
berfungsi mengubah suhu pada setiap waktu menjadi tegangan listrik
(voltase) yang setara, kemudian tegangan ini dtransmisikan ke station
penerima melalui pemancar, di station penerima kemudian diolah
menjadi data yang diperlukan.
4.2. Gaya yang Berasal dari Elektromagnetik
F=BiL
Dengan :
I = dq / dt
L = panjang konduktor dalam medan magnet
Alat ini menjadi dasar dari alat ukur listrik yang lebih
realistis
Cara kerjanya :
Kita buat kumparan kemudian ditempatkan dalam medan
B
F
Kelemahan Darsonval :
a.
b.
Untuk pengukuran arus bolak balik yang lazim dipakai adalah alat ukur sebagai
berikut:
Prinsip Kerja: Arus dialirkan pada kumparan tetap sehingga sudu besi
akan bergerak, karena pengaruh gaya magnet, dan dihubungkan
dengan pegas penahan yang berfungsi untuk menarik kembali jarum
penunjuk ke skala nol jika arus listrik dihilangkan. Besar perubahan
sudu berbanding dengan gaya induksi yang bekerja pada kumparan.
Elektrodinamometer
listrik luar yang tepat ia akan menghasilkan tegangan yang berciri sinusoida
dengan frekuensi tetap. Besar frekuensi ditentukan oleh dimensi kristal kuarsa.
Contoh penerapan piranti ini yang banyak kita temui adalah arloji digital
Perbedaan perbedaan antara meter analog dan digital :
1.
Meter
analog
relatif
sederhana
operasinya,
hanya
berdasarkan
pengimbangan antara gaya pegas dan gaya akibat interaksi antara arus dan
medan magnet. Meter digital operasinya berdasarkan respon langsung
terhadap tegangan yang diukur akibat dari perangai fisik rangkaian terpadu
(IC) yang digunakan dalam instrumen digital tersebut.
2.
3.
T ran sd u ser
S in y a l
lis tr ik
R a n g k a ia n
m asu k an
P en yesu ai
sin y a l
T r a n s m is i
P e n g o la h
P e m a ja n g a n
Transmisi : Kotak ini hanya ada jika kita mengukur pada lokasi tertentu
kemudian harus dibaca dan diolah di tempat yang lain
EVM berguna untuk mengukur tegangan searah maupun bolak balik dan
karena karakter impedans masukannya tinggi EVM juga bisa digunakan
untuk mengukur tegangan dalam rangkaian elektronik.
Prinsip Kerjanya :
Voltmeter Digital ( VD )
VD memberikan keluaran digital sebagai pengganti penunjuk dan skala yang
konvensional
3.
Osiloskop
Prinsip Kerja :
-
Elektron dibebaskan dari katoda yang panas dan dipercepat ke arah layar
dengan menggunakan anoda yang bermuatan positif, karena agar berkas
electron posisinya tepat mengarah ke layar dikendalikan dengan
menggunakan plat defleksi horizontal dan vertical dengan cara memberi
tegangan kepada plat
Layar dilapisi dengan bahan pendar fosfor yang memancarkan cahaya bila
ditimpa oleh berkas electron
4.
Osilograf
-
4.7. Transduser
Transduser adalah piranti yang mengubah variable fisik menjadi sinyal
listrik yang setara
Berikut contoh contoh dari transduser :
1. Transduser Tahanan Variabel
-
Prinsip Kerja :
Tegangan arus bolak balik diberikan pada kumparan tengah / primer dan
tegangan keluaran dari kedua ujung kumparan / sekunder besarnya
tergantung pada posisi inti seperti pada gambar berikut :
4. Transduser Piezoelektrik
A
d
Prinsip Kerja :
Kristal Piezoelektrik ditempatkan di antara kedua plat elektroda bila kedua
plat diberi gaya maka kristal akan mengalami deformasi, deformasi ini
menyebabkan beda potensial pada permukaan kristal dan hal ini disebut
sebagai efek Piezoelektrik. Besarnya Tegangan keluaran kristal diberikan oleh
E=gt p
Dimana :
t = tebal kristal ( m )
p = Tekanan ( N/m2) = F/A
g = Kepekaan tegangan = d/
5. Efek Fotoelektrik
Katoda dan Anoda dikurung dalam gelas atau kuarsa yang dihampakan
atau bisa juga diisi gas yang lembam ( inert gas )
6. Transduser Fotokonduktif
Prinsip kerja :
Sebuah tegangan diberikan pada bahan semikonduktor dan bila cahaya
menimpa bahan ini maka akan terjadi penurunan tahanan yang otomatis
menyebabkan besar arus meningkat yang kemuddian dibaca oleh
Amperemeter.
7. Sel Fotovoltaik
-
8. Transduser Ionisasi
Prinsip Kerja :
Tabung berisi gas tekanan rendah diberi medan oleh generator akibatnya
pada gas terjadi pembuangan muatan sambil berpijar (glow discharge) dan
beda potensial dalam gas akan dideteksi oleh electrode 1 dan 2, besar beda
potensial akan tergantung juga kepada beda kapasitif dari plat plat
generator : Bila tabung pas di tengah maka potensial antara kedua
elektrode sama tetapi bila bergeser dari titik tengah maka akan terjadi beda
potensial antara kedua electrode. Jadi transduser ini berguna untuk
mengukur perubahan jarak
Bila roda berputar maka cahaya dari sumter akan menyala dan mati secara
bergantian dan dengan demikian memberikan sinyal digital pada
Fotodetektor kemudian diperkuat dan dikirim ke pencacah.
b. Linear
Bilah bilah kecil bersifat refleksi dipasang pada piranti bergerak bila
cahaya dari sumber mengenai bilah maka akan dipantulkan dan diserap
secara bergantian