Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM

MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV


SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANG
OLEH
HAPSAH S. BAKARI
Pembimbing I: Dra. Hawa Pattiiha, S.Pd, M.Pd
Pembimbing II: Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd

(Mahasiswa Program Studi SI PGSD)


FAKULATAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan model
example non example dalam menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV
SDN I Kabila Kabupaten Bone Bolango?. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan model example non example dalam menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas IV SDN I Kabila Kabupaten Bone Bolango.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa hasil yang dicapai siswa kelas IV yang berjumlah
32 orang siswa ternyata hanya 24 orang siswa yang mampu dengan kategori nilai
tuntas, sedangkam 8 orang siswa kurang mampu dengan kategori nilai belum
tuntas dalam menulis karangan deskripsi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya penerapan model example non example dapat
meningkatkan daya imajinasi siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Kata Kunci

: Model Example non Example, Menulis Karangan Deskripsi

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan terdapat modelmodel pembelajaran dari waktu
ke waktu terus mengalami perkembangan. Dari model pembelajaran yang mudah
ke yang sulit dipahami yang dilaksanakan oleh guru dalam membimbing peserta

didik. Model pembelajaran merupakan pendekatan yang dilaksanakan secara


sengaja oleh pendidik untuk perubahan perilaku peserta didik secara generatif.
Model pembelajaran sangat penting bagi guru karena memerlukan keterampilan
dan keahlian dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu keberhasilan
pembelajaran sangat bergantung pada guru dalam memilih model pembelajaran
yang relevan dengan tujuan pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
digunakan yakni model pembelajaran example non example. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Rochyandi (2003:11) dalam http://ebookbrowse.com/ bahwa
model pembelajaran example non example adalah tipe pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan gambar yang sesuai dengan
tujuan pelajaran, kemudian siswa disuruh menganalisisnya dan mendiskusikan
hasil analisisnya sehingga dapat membuat konsep yang esensial.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis karangan
deskripsi belum sepenuhnya disenangi oleh peserta didik, karena masih banyak
siswa SD kurang memahami mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada
materi menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan siswa tidak tahu untuk apa
ia menulis, merasa tidak berbakat, dan bagaimana harus menulis.
Siswa akan memahami materi menulis karangan deskripsi apabila
didukung oleh cara guru dalam menyajikan atau menyampaikan materi sesuai
model pembelajaran yang digunakan yang relevan dengan tujuan pelajaran dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berimajinasi dalam merangkai kata
demi kata, sehingga menghasilkan karangan deskripsi yang utuh.
Sebagaimana yang penulis ketahui bahwa karangan deskripsi adalah suatu
karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu objek berdasarkan objek
yang dilihatnya, seolah-olah pembaca bisa merasakan, melihat, mencium dan
mendengar objek tersebut sesuai citra penulisnya. Untuk memperkuat pendapat
tersebut Suparno (2008:1.11) mengemukakan bahwa deskripsi adalah ragam
wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan
dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah

menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca


sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, merasakan sendiri apa yang dialami
penulisnya.
Dengan diterapkannya model example non example siswa diharapkan
dapat memahami dan menganalisis gambar untuk menulis karangan deskripsi
singkat

sesuai

pengalaman

masing-masing

berdasarkan

gambar

yang

diperlihatkan guru dengan memperhatikan aspek-aspek yang dinilai dalam


menulis karangan deskripsi.
Namun, kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa kurang mampu
menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa
dalam menulis struktur kalimat, penggunaan tanda baca dan ejaan yang baik dan
benar, serta model pembelajaran example non example dianggap baru dan sulit
dalam proses pebelajaran.
Sesuai dengan keadaan di lapangan tempat peneliti melakukan observasi
awal pada siswa kelas IV SDN I Kabila Kabupaten Bone Bolango. Hasil
menunjukan bahwa dari 32 siswa kelas IV hanya 24 orang siswa atau 75% yang
mampu dengan kategori nilai tuntas dan 8 orang siswa atau 25% yang kurang
mampu dengan kategori nilai belum tuntas dalam menulis karangan deskripsi
pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran seperti, kurangnya pemahaman dalam struktur kalimat, kesesuaian
kalimat dengan gambar, penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan
kerapian tulisan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa terpanggil dan ikut
bertanggung jawab dalam penerapan model pembelajaran example non example
pada proses pembelajaran. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab, penulis akan
melakukan penelitian secara mendalam mengenai penerapan model example non
example dalam menulis karangan deskrispsi. Maka penelitian ini diuraikan dalam
bentuk deskriptif kualitatif dengan judul Penerapan Model Example non

Example dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas IV SDN I


Kabila Kabupaten Bone Bolango.
PEMBAHASAN
Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya
(Suparno,2008:3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara
tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia. Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena
(pensil, kapur, sdb), anak-anak sedang belajar melahirkan pikiran atau perasaan.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sebuah tulisan (Santosa,2009:6.14).
Tahap Tahap Menulis
Suparno (2008:1.15-1.24) mengemukakan bahwa tahap-tahap menulis
sebagai berikut :
a) Tahap prapenulisan, tahap ini merupakan fase persiapan menulis. pada fase
prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan
sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta
pengorganisasian ide atau gagasan dalam bentuk karangan. Proett dan Gill
(1999), tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat
kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis.
tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinankemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat
disajikan dengan baik.
b) Tahap penulisan, pada tahap prapenulisan kita telah menentukan topik dan
tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat
kerangka karangan. dengan selesainya itu semua, berarti kita telah siap untuk
menulis. Kita mengembangkan buti demi butir yang terdapat dalam kerangka

karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan
kumpulkan.
c) Tahap

Pascapenulisan,

penyempurnaan

buram

fase

ini

yang kita

merupakan
hasilkan.

tahap

penghalusan

kegiatannya

terdiri

dan
atas

penyuntingan dan perbaikan (revisi) kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali.
Tompkins dan Hosskisson (1995), membedakan pengertian penyuntingan
(editing) dan perbaikan (revision). Menurut mereka, penyuntingan adalah
pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi,
diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan
konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada
pemeriksaan perbaikan isi karangan.
Pengertian Karangan Deskripsi
Kata Deskripsi berasal dari kata Describere yang berarti menggambarkan
atau memberikan sesuatu hal. dari segi istilah deskripsi adalah seatu bentuk
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca dapat mencitrai (mendengar, melihat, mencium dan merasakan) apa
yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya. (Soeparno,2004:4.5). Maksudnya,
penulis ingin menyampaikan kesankesan tentang sesuatu dengan sifat dan gerak
geriknya atau sesuatu kepada pembaca, misalnya, suasana kampung yang begitu
damai, tentram, dan masyarakatnya yang saling menolong, atau suasana di jalan
raya, tentang hiruk-pikuknya lalu lintas dapat dilukiskan dalam karangan
deskripsi.
Karangan Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan katakata tentang suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Dapat dikatakan pula
bahwa deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indra, yang
disampaikan dengan kata-kata, Untuk menulis sebuah karangan deskripsi kita
harus memanfaatkan semua panca indera kita dengan tajam.
Contoh kutipan karangan Deskripsi
Di setiap sisi lapangan terdapat teman-teman kecil dengan aneka bunga

dan tumbuhan lainnya. lapangan tersebut berukuran setengah 100 x 120 meter.
Lumanyan luas, buka? selain untuk upacara penaikan bendera, kadang kami
menggunakan lapangan tersebut untuk bermain basket atau sepak bola. Disebelah
utara, tepatnya di dekat kelas kami, terdapat tiang bendera. Adapun disebelah
timur dan barat terdapat ring basket. Di bagian-bagian tertentu ada lubang yang
beguna sebagai pancang tiang untuk net voli atau net sepak takraw. (Somad,
2007).
Langkah - langkah Menulis Karangan Deskripsi
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menulis karangan deskripsi
(Suparno,2008:4.22) yaitu sebagi berikut :
-

Menentukan

apa

yang

akan

dideskripsikan:

apakah

akan

mendeskripsikan orang atau tempat.


-

merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan


sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau
persuasi.

menetapkan

bagian

yang

akan

dideskripsikan:

kalau

yang

dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri


fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda disekitar tokoh? kalau
dideskripsikan tempat apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan
tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik?
-

merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan


bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan
ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat
mengenai sesuatu yang dideskripsikan? pendekatan apa yang
dilakukan penulis?

Pengertian Model Pembelajaran


Nanang

(2009:41)

Mengemukakan

bahwa

Model

pembelajaran

merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku


peserta didik secara adaktif maupun generatif. Model pembelajaran sangat

erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya
mengajar guru (teaching style), yang keduannya disingkat menjadi SOLAT
(style of earning and teaching). (School of Education, PU: 2011).
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Example non example yang didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu menciptakan suatu makna dari apa yang di pelajari
atau bersifat menerangkan dengan kaidah berupa pemberian struktur kalimat.
Model pembelajaran example non example merupakan model pembelajaran
kooperatif yakni suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok kelompok.
Model
pembelajaran

pembelajaran

example

yang menggunakan

non

gambar

example
sebagai

merupakan
media

model

pembelajaran.

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskriptif singkat mengenai
apa yang ada didalam gambar. Hayardin (2009:1) bahwa model pembelajaran
example non example adalah suatu tipe model pembelajaran berbasis masalah.
Melalui model ini membelajarkan siswa terhadap masalah yang ada di sekitar
mereka melalui menganalisis contoh gambar-gambar/ foto/ kasus yang memuat
masalah. Siswa dilatih menganalisis, mengidentifikasi masalah, serta mencari
alternatif solusi dari setiap masalah yang dihadapi secara efektif.
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut:
1) Observasi
Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka sebagai
langkah awal yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah observasi.
Dalam pelaksanaan observasi ini, peneliti dapat melihat langsung keadaan
lokasi penelitian serta dapat mengetahui proses pembelajaran di kelas.

2) Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur,
artinya bahwa peneliti dalam mengajukan pertanyaan secara bebas, dan
pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat
wawancara berdasarkan situasinya. Wawancara dilakukan guna mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan peranan model pembelajaran dalam
keterampilan menulis karangan.
3) Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh pengalaman siswa dalam
menulis karangan berdasarkan ide atau gagasanya. Dalam hal ini peneliti
mendokumentasikan

hasil-

hasil

penelitian,

berupa

hasil

observasi,

wawancara, foto-foto, dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat dipercaya


keasliannya.
Tahap - tahap Penelitian
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Melaksanakan observasi
2. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing
3. Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah dan mitra kerjasama dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian
4. Pengkajian masalah sekaligus membuat laporan
Temuan Umum
Adapun gambaran umum yang ditemukan saat penelitian di SDN I Kabila
Kabupaten Bone Bolango yakni wali kelas IV, telah melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Utamanya dalam mempersiapkan pembelajaran, menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, menguasai materi ajar, pemilihan metode dan model
pembelajaran, pemanfaatan media dan sumber belajar, dalam pembelajaran guru
selalu

memberikan

kebebasan

untuk

mengungkapkan

perasaan

dalam

pembelajaran, memberikan penguatan kepada siswa, menanamkan kerja sama

antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, memberikan tugas-tugas
disetiap akhir pelajaran. Sebagai pembimbing guru membantu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, seperti
ketidaktahuan siswa dalam menyusun kalimat yang runtut menjadi sebuah
karangan deskripsi sehingga menarik minat pembaca.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa dalam
penggunaan model example non example pada kelas IV SD bisa memotivasi
siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini dikarenakan media yang
digunakan dapat menarik minat belajar siswa sehingga dengan mudah merangkai
kata demi kata dengan melihat gambar yang disediakan guru. Pernyataan tersebut
senada dengan pertanyaan pada nomor 1. Adapun keunggulan dari model example
non example yakni siswa dapat melihat langsung contoh gambar yang sudah
disediakan, siswa dapat mengungkapkan pendapat. Sedangkan kekurangan model
example non example yakni memakan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan
dalam proses pembelajaran terdapat diskusi kelompok.
4.1.2 Temuan Khusus
Adapun Temuan Khusus yang ditemukan oleh peneliti di lapangan pada
penerapan model example non example dalam menulis karangan deskripsi pada
siswa kelas IV SDN I Kabila Kab. Bone Bolango, yakni problem siswa dalam
menulis karangan deskripsi. Yang dimaksud peneliti disini adalah siswa tidak
menyukai menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat
dalam menulis dan bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan itu tidak terlepas
dari beberapa faktor yakni:
A. Faktor penghambat siswa malas menulis
1. Faktor Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik).
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat
disebabkan karena tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum
tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada
sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat

berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. contoh,


terlalu lama bermain, terlalu banyak membantu pekerjaan orangtua di rumah.
2. Faktor Dari Luar Diri Siswa (Ekstrinsik)
a. Lingkungan Keluarga
Sikap keluarga atau orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam
belajar atau sebaliknya terlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak
malas belajar. Tak sampai disitu saja banyak keluarga atau orang tua yang hanya
menuntut nilai atau angka dan bukan memberikan kesadaran dan tanggung jawab
kepada anak untuk belajar selaku pelajar. Tuntutan ini mengakibatkan anak malas
belajar, kurang termotivasi dalam belajar dan sering marah-marah sehingga hasil
belajar yang diperoleh kurang memuaskan.
b. Sikap Guru.
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering ditiru oleh siswanya dan
membimbing mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi
keluhan siswanya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, mulai dari
ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai materi yang akan diajarkan,
atau karena terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah, sering
marah-marah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar,
membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi
siswa, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah kurang
memotivasi dan kurang merasang minat belajar.
c. Sarana Belajar.
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat
belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung
menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Masalah yang muncul dalam
belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya, Alat Tulis Menulis, buku-buku
penunjang, dan media yang menarik perhatian guna membangkitkan motivasi
belajar siswa. Semua itu merupakan bagian yang cenderung menjadi hambatan
otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal. Berikut berdasarkan
jawaban nomor 10.

B. Faktor Pendorong Siswa dalam Menulis


1.

Media Belajar
Media merupakan alat

yang digunakan sebagai

perantara dalam

menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Artinya siswa termotivasi dalam


belajar karena dengan adanya media yang menarik dan juga siswa bisa merangkai
kata demi kata untuk menjadi sebuah karangan deskripsi berdasarkan gambar
yang dilihat.
2. Suasana belajar
Dengan adanya suasana belajar yang nyaman, tidak menegangkan, saling
tukar fikiran dan siswa bisa bekerja sama antara siswa satu dan lainnya. dapat
memotivasi siswa dalam belajar.
Adapun kelima aspek yang diamati dalam menulis karangan deskripsi yakni:
1. Struktur Kalimat, Ternyata 17 orang siswa atau 53,12% mampu,13 siswa atau
40,6% Kurang mampu, 2 siswa atau 6,25% Tidak mampu.
2.

Kesesuaian kalimat dengan gambar, ternyata 21 orang siswa atau 65,62%


mampu, 9 siswa atau 28% Kurang mampu, 2 siswa atau 6,25% Tidak mampu.

3. Penggunaan huruf kapital 9 orang siswa atau 28,12 % mampu, 19 siswa atau
59,37% Kurang mampu, 4 siswa atau 12, 5% Tidak mampu.
4. Penggunaan Tanda baca, 8 orang siswa atau 25% mampu, 15 siswa atau
46,8% Kurang mampu, 10 siswa atau 31,25% Tidak mampu,
5. Kerapian tulisan 20 orang siswa atau 62,5% mampu, 10 siswa atau 31, 25%
Kurang mampu, 2 siswa atau 6,25% Tidak mampu.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian diperoleh kesimpulan yakni:
1. Pada penerapan model Example non Example dalam menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas IV SDN I Kabila Kab. Bone Bolango. Ternyata
siswa 24 orang siswa yang mampu menulis karangan deskripsi dengan
kategori nilai tuntas dan 8 orang siswa kurang mampu dengan kategori nilai
belum tuntas dari keseluruhan siswa yang berjumlah 32 orang siswa.

2. Dalam penerapan model pembelajaran example non example mendapatkan


tanggapan positif dari guru kelas IV SDN I Kabila sebagai informan, bahwa
model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menulis
karangan deskripsi.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Untuk guru hendaknya dapat mengubah lagi cara belajar dalam penerapan
model example non example dalam menulis karangan deskripsi.
2. Siswa hendaknya senantiasa lebih meningkatkan daya imajinasi dan
memahami dalam menghubungkan kata-kata menjadi kalimat yang runtut.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno dan Yunus, Mohamad. 2008. Kerampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka
Santosa, Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Refika Aditama
Nadjua. 2009. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya: Triana Media
http://ebookbrowse.com/langkah-langkah-model-pembelajaran-kooperatif-tipe
example-non-example-menurut-para-ahli-pdf-d325915092 (Download) 23 Mei
2013
Lestari, Ragil Ria. 2012. Karangan Deskripsi, Model Example non Example dan
Tijauan KTSP kelas X SMA. (online) tersedia di http:// respository. upiedu. com.
skripsi Universitas Pendidikan Indonesia/ (Download) 6 April 2013

Anda mungkin juga menyukai