Mentaria Fildayen Diyanti-Fst
Mentaria Fildayen Diyanti-Fst
Disusun Oleh:
Mentaria Fildayen Diyanti
(104097003121)
KONSENTRASI GEOFISIKA
PROGRAM STUDI MIPA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Abstrak
Kata kunci
Statistic 17
KATA PENGANTAR
rahmat,
hidayah
dan
inayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
4. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Arif Tjahjono,
M. Si sebagai Pembimbing II, terima kasih atas dorongan dan nasihatnya
selama penulis menempuh kuliah dan mengerjakan tugas akhir ini.
5. Muhammad Alfaraby Widiyanto dan Andika Aji Widiyanto, sebagai
seseorang yang sangat berpengaruh dalam memberikan dukungan secara
spirit dan moril untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
6. Dan seluruh pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu secara spirit dan moril sehingga
terselesaikannya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih banyak
kekurangan sehingga diharapkan kritik serta sarannya demi sempurnanya tulisan
ini.
Akhirnya Allah Jualah penulis mengembalikan segala urusan dan kepada-Nya
saya memohon keridhoan-Nya.
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan Nilai Percepatan Tanah dengan Intensitas........................... 16
Tabel 3.1 Hubungan PGA dengan Hyposenter dan Magnitude ............................ 31
Tabel 3.2 Variabel-variabel Gempa Bumi ............................................................ 33
Tabel 3.3 Model Summary.................................................................................... 34
Tabel 3.4 Tabel Anova .......................................................................................... 35
Tabel 3.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .............................................. 36
Tabel 3.6. Test Of Normality ................................................................................ 37
Tabel 3.7 Descriptive Statistics ............................................................................. 42
Tabel 3.8 Residual Statistics ................................................................................. 43
Tabel 4.1 Tabel Model Summary.......................................................................... 45
Tabel 4.2 Tabel Coefficients ................................................................................. 46
Tabel 4.3 Hubungan Antara PGA dengan Hyposenter Dan Magnitude Serta
Percepatan ( ) ...................................................................................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses terjadinya Tumbukan antar Lempeng .................................... 3
Gambar 1.2 Pergerakan Lempeng Secara Divergen ............................................. 4
Gambar 1.3 Pergerakan Lempeng Secara Konvergen .......................................... 5
Gambar 2.1 Potongan Bumi yang Diasumsikan sebagai Bola dari Jarak
Di atas .............................................................................................. 14
Gambar 2.2 Peta Paleografi Jawa Barat ................................................................ 26
Gambar 2.3 Peta Distribusi Sesar Jawa Barat ....................................................... 27
Gambar 4.1 Peta Isoseimal Gempa Tasikmalaya 2 September 2009.................... 49
Gambar 4.2 Peta Kontur PGA Gempa Bumi Tasikmalaya ................................... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 PGA Sensor Accelerograph Cimerak (CMJI)
Lampiran 2 Tabel Distribusi Normal
Lampiran 3 Tabel Distribusi T
Lampiran 4 Tabel Statistik F-Max
Lampiran 5 Tabel Distribusi F
Lampiran 6 Tabel Standardized Range Statistik
Lampiran 7 Tabel Harga Kritis Tes Sampel Kolmogrov-Smirnov
Lampiran 8 Tabel Statistik Durbin Watson
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Namun, dari semua bencana yang dapat mengakibatkan kerusakan dan korban
jiwa, salah satu yang perlu diwaspadai adalah setelah terjadinya gempa bumi pada
suatu wilayah belum tentu pergerakan dari kulit bumi tersebut telah usai. Justru
yang perlu diwaspadai adalah jika terjadi kembali gempa di tempat ataupun di
sekitar tempat yang pernah terjadi gempa.
Selain dampak diatas, konsekuensi lain dari tumbukan antar lempeng ialah
menimbulkan patahan (sesar) di busur kepulauan. Proses terjadinya patahan
dibusur kepulauan. Bidang sesar (fault plane) adalah sebuah bidang yang
merupakan bidang kontak antara 2 blok tektonik. Pergeseran bidang sesar dapat
berkisar dari antara beberapa meter sampai mencapai ratusan kilometer. Sesar ini
kemudian menjadi jalur lemah, dan lebih banyak lagi terjadi pada lapisan yang
keras dan rapuh.
Gunung api terletak pada zona rekahan dari lempeng bumi, dan
mengakibatkan panjang dari suatu gunung api sangat bervariasi, dimulai dari yang
panjangnya hanya beberapa kilometer hingga ribuan kilometer. Agar magma
dapat mencapai permukaan dari mantel bumi, maka rekahan ini harus memiliki
bagian yang terbuka cukup lebar. Kasus ini terjadi pada saat lempeng tektonik
terangkat oleh tekanan yang sangat besar atau pada saat lempeng tektonik terpisah
dan terbentuk celah yang terbuka yang secara lambat melebar (divergen).
Kemudian dari itu berdasarkan data historis tentang gempa bumi, gempagempa yang kuat banyak terjadi di daerah Jawa Barat. Dan banyak pula
diantaranya yang menyebabkan bencana. Sebagai contoh gempa bumi yang terjadi
di Tasikmalaya.
Disamping itu ada pula data menunjukan, apabila disuatu daerah pernah
mengalami gempa, maka kemungkinan terjadinya gempa di kemudian hari di
daerah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan daerah lain yang belum
pernah mengalami gempa.
Untuk mencari model empiris percepatan tanah yang sesuai untuk kondisi
di Jawa Barat khususnya di Tasikmalaya yang pernah terjadi gempa diperlukan
data-data gempa bumi kuat dari hasil pengamatan Accelerograph, dengan jumlah
yang memadai, karena medium yang dilalui gempa adalah badan bumi yang
terdiri dari berbagai lapisan dan pengaruh geologi setempat. Apabila terjadi
resonansi yakni waktu getar gelombang gempa, lapisan tanah sebagai media dan
bangunan sebagai penerima beban gempa tersebut saling akan mendekati. Oleh
karenanya, sangat menarik untuk dilakukan penelitian tentang penyebaran
percapatan tanah maksimal pada permukaan di daerah Jawa Barat khususnya di
Tasikmalaya dengan menggunakan metode rumus umum exponensial dengan
menggunakan badan Magnitude Body.
1. 2. Tujuan Penelitian
Tujuan dan sasaran penelitian ini adalah :
a)
b)
1. 3. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi mengenai menghitung koefisien dari rumusan
eksponensial dari magnitude body. Dari hasil rumusan ini, maka dapat ditentukan
kekuatan gempa yang terjadi apabila gempa berulang kembali. Kemudian,
menganalisa kerusakan yang terjadi dengan persamaan rumusan eksponensial ini
dengan yang terjadi di lapangan.
1. 4. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini diharapkan menjadi perhatian apabila gempa terjadi
kembali tetapi alat rusak, maka dengan persamaan ini dapat ditentukan kerusakan
dan meminimalisasikan korban yang berada di sekitar maupun wilayah gempa dan
bagi wilayah yang pernah terkena gempa
1.
5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini di bagi dalam 5 (lima) bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yang menerangkan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Teori Dasar, yang menerangkan tentang teori dasar percepatan tanah,
magnitudo, kedalaman sumber gempa, jarak hiposenter, waktu gempa, intensitas
gempa, jenis-jenis gempa, zonasi kerentanan bencana gempa bumi, parameterparameter gempa bumi, tinjauan geologi.
Bab III :
BAB II
DASAR TEORI
2. 1. Percepatan Tanah
Percepatan tanah adalah faktor utama yang mempengaruhi konstruksi
bangunan. Akibat dari percepatan ini menimbulkan momen gaya yang
terdistribusikan merata di titik-titik bangunan. Karenanya percepatan tanah
merupakan titik tolak perhitungan bangunan tahan gempa.
Rumusan untuk menghitung percepatan tanah setempat masih dalam taraf
penelitian. Hal ini, disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya
terutama sifat- sifat lapisan batuan setempat. Karena itu, rumusan yang ada dalam
beberapa literatur merupakan empiris yang belum tentu dapat dipergunakan di
suatu daerah / negara yang sifat batuannya berlainan.
Beberapa metoda untuk mendapatkan percepatan tanah setempat antara lain :
1. Hubungan antara intensitas gempa dengan percepatan tanah menurut
Guttenberg dan Richter (Sulaiman, 1974)
Log =
Dengan
I
- 0,5
3
(2 1)
2.
100
+ Ms 5,4500 0,00084 ( - 100)
(2 2a)
100
+ Ms 5,2038 0,00092 ( - 100)
Untuk 100 Km
(2 2b)
Dengan
(2 3)
Dengan
472,3ex(0,27 Ms)
1, 301
(2 4)
( + 25)
Dengan
10
1080 exp(0,5Ms)
( + 25)1,32
(2 -5)
Dengan
=
Dengan
560 exp(0,8Ms)
( + 40) 2
(2 6)
mengingat sifat batuan dasar lebih dominan dan mudah diketahui. Metode ini
memberikan hasil rumusan sebagai berikut :
= . ar
(2 7)
1
=1+
1+ c
T
1
1 c
T0
ar =
C=
10
0 , 61Ms (1, 66 +
0,3
T0
0,5
T
T0
3, 6
183
) log + ( 0 ,167
)
1 .e1
2. e 2
Dengan
= Faktor perbesaran
T = Periode getaran gempa
T 0 = Periode getaran tanah
12
2. 2. Magnitude
Mb = 0,56 Ms + 2,9
Mb = 1,7 + 0,8 MI 0,01 MI 2
Dengan
(2 8)
A. Gempa dangkal
(h = 0 60 Km)
B. Gempa menengah
(h = 61 300 Km)
C. Gempa dalam
2. 4. Jarak Hiposenter
Hiposenter adalah jarak antara sumber gempa bumi dengan daerah yang
menjadi pengamatan (stasiun). Dengan beranggapan bahwa bumi adalah bulat,
jarak hiposenter dapat ditemukan dengan di cari beberapa persamaan.
Gambar 2.1. Potongan bumi yang diasumsikan sebagai bola, dari jarak di atas
secara matematika diketahui posisi dari sipengamat (stasiun) yaitu :
X s = r cos cos
(2 9)
Y s = r cos sin
(2 - 10)
Z s = r sin
(2 11)
14
Dengan
= s *
180
(rad)
= s * 180 (rad)
r = Jari- jari bumi (6378 Km)
s = lintang si pengamat (Der)
= h *
X h = (r h) cos cos
(2 12)
Y h = (r h) cos sin
(2 13)
Z h = (r h) sin
(2 - 14)
180
(rad)
= h * 180 (rad)
h = Lintang episenter (Der)
( X h X s )2 + (Yh Ys )2 + (Z h Z s )2 Km
(2 15)
15
2. 5 Waktu Gempa
Waktu yang terjadi pada saat terjadinya gempa di lokasi atau di kenal juga
dengan origin time. Origin time ini mencatat kejadian gempa dari pusatnya dan
menuju ke stasiun. Pada waktu terjadi gempa origin time menjalarkan gelombang
seismik yang menyebabkan terjadinya patahan atau runtuhan di darat atau di laut
saat gempa.
2. 6 Intensitas Gempa
Intensitas gempa merupakan skala yang di hitung terhadap kerusakan
wilayah atau bangunan di dekat terjadinya gempa bumi (episenter). Intensitas
sendiri merupakan penilaian yang subjektif, karena masing-masing pengamat
dapat berbeda-beda penilaiannya terhadap nilai intensitas. Sklala intensitas yang
digunakan di Indonesia adalah skala MMI (Modified Mercally Intensity). Berikut
hubungan nilai percepatan tanah intensitas.
Tabel 2.1. Hubungan nilai percepatan tanah dengan intensitas.
Percepatan Tanah
Intensitas
(gal)
(MMI)
> 324
> IX
245 324,4
VIII IX
196 245
VII VIII
127,4 196
VI VII
32,9 127,4
V VI
< 39,2
Zona
16
bahaya
goncangan
gempa
juga
mempengaruhi
oleh
morfodinamik dari keadaan alam disekitar tempat terjadinya gempa. Ini berarti
jenis morfodinamik dari alam sekitar dapat berkembang dinamis sesuai dengan
perubahan kerak bumi yang berada di dalam lapisan bumi. Secara umum kondisi
morfologi lokasi bencana gerakan tanah di wilayah Kecamatan Manonjaya tempat
yang menjadi kerusakan terparah merupakan perbukitan bergelombang dengan
kemiringan lereng agak terjal sampai ( 17 > 30 ).
18
2.9.
3)
jarak pada setiap stasiun memiliki jarak yang berbeda-beda tetapi pusat
gempa pada semua stasiun pasti sama.
4)
5)
Intensitas
Secara umum, magnitude di Indonesia menggunakan skala MMI
(Modified Mercally Intensity). Oleh karena itu, dapat di lihat kekuatan
pada setiap gempa yang dihasilkan. Intensitas gempa yang dihasilkan
pada setiap gempa di Indonesia sudah dapat diketahui kelompok
intensitasnya bergantung pada percepatan maksimal tanah yang
dihasilkan.
kekuatan kulit bumi, tempat tersebut berada di daerah terlemah. Kulit bumi yang
hancur tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau seluruhnya
untuk kembali kekeadaan semula pada daerah batas inilah timbul gempa bumi.
Proses terjadinya gempa tektonik dikarenakan adanya gerakan pergeseran
tektonik yang saling menekan. Karena permukaan lempeng yang kasar saling
bergesekan dan terjadi gaya tekan (stress) pada batuan disekitarnya maka
kondisinya menjadi terjepit dan terkunci. Disinilah terjadi penimbunan energi
yang semakin bertambah besar sampai dengan jangka waktu yang lama. Ketika
energi dalam batuan ini melewati batas maksimum maka batuan tersebut akan
patah. Sehingga terjadi perpindahan energi secara tiba-tiba. Setelah terjadi
perpindahan maka gaya-gaya yang bekerja akan kemlbali seperti semula (Elastic
Rebound Theory).
Energi yang terakumulasi akhirnya melepaskan dan memancarkan
gelombang-gelombang
gempa
yang
membawa
energi-energi
tersebut.
22
akhir tersier. Sebagian besar dari Jawa Barat terdiri dari endapan vulkanik muda
dan endapan alluvial serta diselingi bukit batuan tersier.
Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang berada pada zona patahan
(sesar geser) di bawah permukaannya. Hal ini berarti Jawa Barat merupakan
wilayah yang kompleks karena terdapat zona subduksi (interplate) dan zona sesar
geser (intraplate) yang menjadi awal terjadinya gempa bumi. Zona yang terdapat
di Jawa Barat salah satunya adalah sesar Lembang, Cimandiri dan Baribis.
Zona-zona sesar ini terbentuk akibat proses geologi yang berlangsung
selama jutaan tahun. Dikarenakan pengaruh aktivitas dari tumbukan lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang berlangsung dari zaman dahulu.
Akibat dari proses tektonik yang berlangsung terus menerus hingga saat ini
seluruh batuan tersebut mengalami pengangkatan, pelipatan, pensesaran.
Gempa bumi terjadi pada tanggal 2 September 2009 di selatan Pulau Jawa,
tepatnya 142 km dari sebelah barat daya Tasikmalaya atau berada pada 7.778
107.328E. Kejadian gempa ini menurut data base BMKG berasal dari kedalaman
30 km dan magnitudenya 7.3 pada tanggal 02 September 2009 jam 14:55:01.
Dimana efeknya juga dirasakan di beberapa wilayah Jawa Barat seperti Sukabumi,
Garut, Bandung, Cianjur, Ciwidey, bahkan Jakarta.
Pemicu terjadinya gempa bumi adalah pengaruh pergerakan lempeng
Australia dengan lempeng Sunda (Lempeng Asia Tenggara) pada batas zona
suvduksi dengan kecepatan pergerakan relatifnya 59 mm/tahun. Pada batas zona
tersebut terjadi patahan (Fault) yang menimbulkan efek radiasi gelombang seismic
24
tenggara. Struktur sesar dengan arah barat-timur umumnya berjenis sesar naik
sedangkan sesar dengan arah lainnya biasanya berupa mendatar. Sedangkan sesar
normal umumnya berarah bervariasi. Dari sekian banyak sesar yang berkembang
di daerah Jawa Barat ada 3 (tiga) struktur regional yang memegang peranan
penting yaitu sesar Cimandiri, sesar Baribis dan sesar Lembang. Ketiga sesar
tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Van Bemmelen (1949) dan diduga masih
aktif hingga sekarang.
(1) Sesar Cimandiri di anggap merupakan sesar paling tua, membentang mulai
dari Teluk Pelabuhanratu menerus ke timur melalui lembah Cimandiri,
Cipatat-rajamandala, Gunung Tanggubanprahu-Burangrang dan diduga
terus ke timur laut menuju Subang.
(2) Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik
dengan arah relatif barat-timur, membentang mulai Purwakarta hingga ke
arah daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka.
(3) Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang kurang
lebih 30 km ke arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar
turun) dimana blok bagian utara relatif turun membentuk morfologi
dataran (dataran lembang).
26
Gambar 2.2. Peta Distribusi Sesar Jawa Barat ( E. K. Kertapati et, al ,. 1998)
Dari gambar di atas dapat yang merupakan distribusi sesar di wilayah Jawa
Barat, maka dapat diketahui secara umu sumber terjadinya gempa bumi akibat
sesar (interpolate), tentunya di sekitar wilayah-wilayah sesar tersebut. Melalui
gerakan sesar inilah getar
getaran
an interplate di rekam dari waktu ke waktu.
Kemudian dari data-data yang diperoleh melalui hasil rekaman tersebut
maka dapat dilakukan estimasi lebih lanjut, seperti studi pemetaan risiko gempa
bumi atau Seismic Zoning berdasarkan distribusi percepatan ggerakan
erakan tanah (Peak
Ground Accelaration). Percepatan gerakan tanah merupakan percepatan
gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi. Estimasi PGA ini sangat
bergantung pada magnitudo, banyak sekali metode yang dapat digunakan. Metode
yang biasa dipakai adalah
adalah metode Murphy OBrien, metode Gutenberg
Richter, dan metode Kanai. Hasil estimasi PGA ini berguna untuk
merepresentasikan distribusi tingkat risiko gempa bumi. Nilai distribusinya dapat
di buat ke dalam bentuk peta. Biasanya nilai PGA (Peak Ground Acceleration)
27
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
yakni selama 6 (enam) bulan terhitung dari bulan September 2009 sampau dengan
bulan Februari 2010. Sedangkan, tempat pengambilan dan pengolahan data
dilakukan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang beralamat di
kalan Angkasa I No.2 Kemayoran Jakarta Pusat.
Data penelitian yang didapat berupa data sekunder dari data gempa utama
daerah Tsikmalaya di Jawa Barat. Data yang ddidapat berupa data dalam bentuk
PGA sensor accelerograph. Data ini juga direkam oleh stasiun Cimerak dimana
stasiun ini di anggap sebagai stasiun terdekat dengan lokasi gempa di
Tasikmalaya. Namun, selain data GPA data yang diperlukan untuk mendapatkan
nilai perhitungan yang mendekati alat adalah data Magnitude dan data Jarak
Hyposenter.
29
30
persamaan, maka akan didapat nilai X itu apabila dan sudah pasti diketahui nilai
Y yang pasti dan terikat.
3.2.2. Data Penelitian
Untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang mendekati alat, maka data
yang digunakan adalah data percepatan tanah gempa bumi di daerah Tasikmalaya.
Data parameter ini didapat dari data base BMG Pusat Kemayoran Jakarta, serta
dari stasiun Cimerak. Dengan demikian nilai percepatan tanah gempa bumi utama
yang sesuai dengan data parameter gempa bumi tersebut. Dari gempa bumi utama
Tasikmalaya didapat 10 data yang terekam oelh alat. Diantaranya :
Tabel. 3.1 Hubungan PGA denga Hyposenter dan Magnitude
PGA
Hypocenter
Magnitude
(gals)
(km)
(SR)
204.355083
138.444
7.3
16.553516
132.517
6.0
2.034822
139.807
5.1
4.193705
136.469
5.4
0.345897
441.514
5.6
3.829204
373.046
6.8
0.027183
605.214
5.2
3.798569
142.282
5.5
0.510862
800.816
5.3
10
1.163203
1246.222
7.6
No.
31
Metode yang digunakan dalam perhitungan ini adalah bentuk rumus umum
empiris percepatan tanah yang dipergunakan magnitude body, yaitu :
=
(3 1)
Dimana :
Dari persamaan di atas akan di dapat nilai konstanta a, b, c yang dianggap sebagai
nilai pendekatan alat. Oleh karena itu, nilai n yang digunakan sebagai penambah
dari jarak Hyposenter. Jadi, rumus di atas dapat ditulis juga dikalikan dengan
dengan Ln.
Ln
= Ln a + Ln b + c ( R + n)
(3 2 )
Selanjutnya masing- masing dari konstanta tersebut akan dapat dihitung dengan
metode linire bergnada, yaitu:
Y = a + bX1 + cX2
(3 3) Dengan : Ln
adalah Y
Ln a adalah A
32
Mb adalah
Ln (R + n) adalah
Dengan menggunakan bantuan SPSS, maka nilai konstanta yang di cari
dapat ditentukan, yakni dengan penjelasan sebagai berikut. Dari persamaaan di (33) dengan bantuan SPSS, maka persamaan (3 4) dapat diubah menjadi :
Gals = - 225.099 + 47.856 Magnitude 0.090 Jarak Hyposenter
(3 4)
Jadi, didapat persamaan percepatan yangdigunakan Magnitude body adalah :
(3 5)
Model
1
Variables Entered
MAG, HIPOa
Variables Removed
Method
. Enter
33
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah Magnitude dan Hyposenter. Karena dari variabel inilah
akan didapat nilai perhitungan pendekatan alat. Dengan menggunakan
perhitungan SPSS akan dilihat hasil, apakah ada hubungan yang kuat antara
variabel Magnitude dan Variabel Hyposenter dengan Resultan Komp. Horizontal
PGA (gals).
Tabel 3.3. Model Summary
Model Summaryb
R Square
.713
Adjusted R Square
.508
.367
Estimate
Durbin-Watson
5.063991676E1
2.302
terhadap
variabel
Resultan
Komp.
Horizontal
PGA
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
18528.770
9264.385
Residual
17950.808
2564.401
Total
36479.578
Sig.
3.613
F-test atau uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersamasama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika F hitung > F
tabel, maka ada pengaruh bersama-sama antara variabel independen terhadap
varabel dependen. F tabel dihitung dengan cara df1 = k 1, df2 = n k, k adalah
jumlah variabel dependen dan independen.
Berdasarkan tabel Anova di atas menunjukan bahwa nilai F hitung adalah
sebesar 3,613 > F tabel adalah 4,74 (df1 = 3 1 = 2, df2 = 10 3 = 7) dan nilai
signifikan sebesar 0,084 >
35
.084
berarti bahwa variabel Jarak Hyposenter dan variabel Magnitude secara bersamasama secara tidak langsung berpengaruh terhadap variabel Resultan Komp.
Horizontal PGA (gals).
N
Normal parametera
Mean
Std. Deviation
Most extreme
Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal
Magnitude
10
415.63310
3.745205E2
10
5.9800
.91869
Resultan
Komp.
Horizontal
PGA (GAL)
10
23.6812204
63.6654262
.267
.267
.445
.267
-.225
.260
-.169
.445
-.355
.845
.473
.824
.506
1.406
.038
36
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
PGA
.445
10
.000
.420
10
.000
HIPO
.260
10
.053
.839
10
.043
MAG
.267
10
.041
.798
10
.014
Dari data tabel di atas kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikasi >
0,05 maka data terdistribusi normal, dan jika signifikasi < 0,05 maka data tidak
terditribusi dengan normal.oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan dari tabel di
atas adalah:
a) Data variabel resultan Komp. Horizontal PGA (gals) memiliki nilai
signifikasi 0,00. Karena signifikasi kurang dari 0,05 maka data dinyatakan
berdistribusi tidak normal.
37
38
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Jika Durbin Watson berada di
daerah no Autoccorelasi dengan patokan nilai Durbin Watson hitung
39
melihat
regresi
terbebas
atau
tidaknya
dari
asumsi
40
Maximum
Mean
Std.
deviation
Jarak
10
132.517
Hypo
10
5.1
Magnitude
10
.0272
Resultan
10
1246.222 4.15633E2
7.6
374.520459
5.9800
.91869
204.3551 2.368120E
63.6654262
Komp.
Horizontal
PGA
(GAL)
Valid N
(listwise)
41
adalah
sebesar
2,3681E1
dengan
standar
error
(tingkat
Residuals Statisticsa
Minimum
Predicted Value
Maximum
-43.51975250 1.11792664
Mean
Std. Deviation
23.68120440 4.537347516E1
10
.000000000 4.466020872E1
10
E2
Residual
-6.292589951E1 9.25624237
1E1
-1.481
1.942
.000
1.000
10
Std. Residual
-1.243
1.828
.000
.882
10
42
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Perhitungan Dari Regresi Berganda anatara variabel Jarak Hypo
(X1) dan Magnitude (X2) terhadap variabel Resultan Komp. Horizontal
PGA (gals):
Tabel 4.1 Tabel Model Summary
Model Summary
Model
1
R Square
.713a
Adjusted R
Square
Estimate
.508
.367
Durbin-Watson
5.063991676E1
2.302
terhadap
variabel
Resultan
Komp.
Horizontal
PGA
44
Komp. Horizontal PGA (gals) adalah sebesar 0,367 atau 36,7%. Hal ini
berarti bahwa variabel Resultan Komp. Horizontal PGA (gals) dapat
dijelaskan oleh variabel Jarak Hyposenter dan variabek Magnitude sebesar
36,7% selebihnya 63,3% (100% - 36,7% = 63,3%) berasal dari variabel
lain atau factor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini.
3) Nilai standar error yang telah dihitung diperoleh nilai sebesar 50,64 %. Ini
berarti pengaruh antara variabel jarak Hyposenter dan variabel Magnitude
terhadap Resultan Komp. Horizontal PGA (gals) sangat besar.
4.2 Hasil Pengolahan Data Regresi Berganda Antara Variabel Magnitude
(X1) dan Variabel Jarak Hyposenter (X2) Terhadap Variabel Resultan
Komp. Horizontal PGA (gals)
Tabel 4.2 Tabel Koefisien
Coefficients
Model
1(Constant)
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std. Error
-225.099
112.806
HIPO
-.090
.048
MAG
47.856
19.544
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-1.995
.086
-.529
-1.877
.103
.884
1.131
.691
2.449
.044
.884
1.131
45
menunjukan bahwa T hitung adalah sebesar 1,995 < nilai T tabel 2,00 (n
k = 10 1 = 9 = 2,26) dan nilai signifikan 0,086 >
= 0,05, maka H0
1 X1
X2 atau
46
HYPO (km)
Mag (SR)
204.355
138.444
7.3
6369.62
16.5535
132.517
6086.095
2.03482
139.807
5.1
6435.046
4.19371
136.469
5.4
6275.275
0.3459
441.514
5.6
20873.49
3.8292
373.046
6.8
17596.78
0.02718
605.214
5.2
28707.55
3.79857
142.282
5.5
6553.453
0.51086
8000.82
5.3
382631.5
10
1.163203
1246.22
7.6
59383.42
47
48
49
magnitudenya dan semakin dalam jarak hyposenternya, maka semakin besar pula
nilai percepatan tanah yang direkam oleh alat.
Berdasarkan table model summary dapat dilihat bahwa dari hasil
perhitungan nilai koefisien korelasinya di bawah angka 1 (satu). Hal ini, berarti
hubungan antara ketiga variabel sanagt kuat. Demikian juga dengan harga
determinasi yakni sebesar 0,367 atau 36,7%. Hal ini berarti tingkat pengaruh nilai
PGA (variabel dependent)belum terlalu berpengaruh terhadap kedua variabel
magnitude dan hyposenter. Namun, kedua variabel bebas ini memiliki arti yang
penting karena magnitude dan hyposenter merupakan salah satu parameter yang
penting dalam memperhitungkan suatu kejadian gempa. Walaupun nilai standar
masih melebihi 50% akan tetapi tingkat kepercayaan dari hasil perhitungan masih
dapat dipakai sebagai mitigasi gampa.
Berdasarkan table anova (analisys of varians) didapat hasil uji simultan (F
test) sebesar 3,613 dengan harga signifikansi (sig.)0.084. Hal ini berarti nilai
dari ketiga variabel saling berkaitan. Harga uji normalitas data pada table one
simple kolmogorov smirnov test dapat dilihat bahwa nilai variabel magnitude
dengan hyposenter lebih besar dari 0,5. Dari hasil test of normality dapat di lihat
pada table 3.6 bahwa variabel resultan komp. Horizontal tidak terdistribusi dengan
normal karena nilai signifikansi (sig.) lebih dari 0,5 yakni sebesar 0,368.
Sedangkan nilai variabel magnitude dan hyposenter kurang dari 0,5. Hal ini
berarti nilai yang diolah sudah dapat diterima.
Menurut uji asimsi klasik, yakni uji linieritas didapat plot standardized
residual masih berada disekitar garis linieritas. Hal ini berarti bahwa model regresi
52
ini memenuhi asumsi normalitas. Menurut uji multikolinieritas nilai VIF yang
didapat pada table coefficients untuk hyposenter dan magnitude adalah 0,884
untuk data kurang dari 10, maka masih mengandung multikolinieritas. Untuk uji
autokorelasi dapat dilihat dari table model summary pada harga Durbin Watson
yaitu sebesar 2,302 untuk batas bawah (dl) = 0,95 dan batas atas (du) = 1,54
model
regresi
ini
masih
mengandung
nilai
autokoresi.
Menurut
uji
heteroskedastisitas penyebaran titik-titik yang lebih baik adalah penyebaran titiktitik yang memiliki pola yang masih dapat di lihat dengan jelas.
Setiap gempa bumi yang terjadi akan tercatat oleh pancatat alat gempa
bumi yang di sebut seismograph yang merupakan karakteristik dari getaran
gelombang gempa. Dari kejadian gempa, parameter-parameter gempa dapat
berupa kecepatan (velocity) dalamsatuan kine (cm/s) simpangan (displacesment)
dalam satuan micrometer, percepatan (acceleration) dalam satuan gal(cm/s2).
Percepatan tanah adlah percepatan gelombang gempa yang berupa
gangguan atau efek yang perlu di kaji untuk setiap gempa. Dimana dipilih
percepatan tanah maksimal atau Peak Ground Acceleration (PGA) untuk
dipetakan agar bias membirikan pengertian tentang efek paling parah yang pernah
dialami suatu lokasi.
Nilai percepatan tanah terekam dan dapat di analisa secara langsung
dengan alat seismograph atau accelerograph. Percepatan tanah (Peak Ground
Acceleration) adalah suatu harga yang di hitung di titik amat atau penelitian dari
permukaan bumi dari riwayat gempa atau nilai percepatan terbesar. Titik amat
53
atau penelitian pada permukaan bumi adalah daerah atau tempat yang akan diteliti
berapa besar nilai percepatan tanah maksimalnya.
Percepatan tanah maksimal juga dapat membantu memberikan gambaran
tentang efek paling parah yang pernah terjadi di suatu tempat. Makin besar nilai
PGA suatu tempat, maka semakin besar dampak dari resiko gempa bumi yang
mungkin terjadi.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1.
2.
5.2. Saran
Berdasarkan seluruh data yang di dapat lebih baik yang dibutuhkan dengan
banyak variable, tidak hanya menggunakan variable resultan PGA
Daftar Pustaka
AG. Brady V, 1997. Strong motion earth quake acceleroragms digitalition and
analysis US Geological Survey, Seismic Enginering Data Report,
Menlo Park, Clofornia
Agus Trisutanto, 1993,Perhitungan harga percepatan tanah denga metode
pengukuran
micrometer,
Orientasi
laboratirium,
Universitas
Indonesia
Ali, muhidin sambas. Spd, Msi, Drs. Maman adburahman, Mpd, Analisis
korelasi, regresi dan jalur dalam penelitian, pustaka setia bandung,
Bandung
Resoharjo Soepomo, 1986, Koefisien gempa dan percepatan tanah datar kotakota di Indonesia, Stasiun tangerang, Balai Meteorologi dan
Geifisika wilayah II, Tangerang
Budiono Bambang, 1989, Analisis percepatan gempa rancang untuk pusat
pembangkit tenaga nuklir, pusat antar universitas, Institute
Tekinologi Bandung, Bandung
Ismail Sulaiman, 1989, Pendahuluan Seismilogi I, Balai Diklat Meteorologi dan
Geofisika Departeman Perhubungan Jakarta, Jakarta
Mamik Pertengkuhan, 2001, Percepatan maksimu dari getaran tanah pada
permukaan akibat gempa di Indonesia, Institut Teknologi Bandung,
Bandung
Purwana
Ibnu,
2000,
penerapan
metoda
spectral
untuk
menganalisa
No
Stasiun
Kedalaman
Lat Epic
Lon Epic
Lat
Lon
Tasikmalaya
30
-8,24
107,32
-7,784
108,449
Tasikmalaya
40
-8,24
107,34
-7,784
Tasikmalaya
38
-8,17
107,30
Tasikmalaya
15
-8,14
Ujung Kulon
15
Wonosari
Resultan Komp.
Jarak Hypo
Magnitude
204,355083
138,444
7.3
108,449
16,553516
132,517
6.0
-7,784
108,449
2,034822
139,807
5.1
107,28
-7,784
108,449
4,193705
136,469
5.4
-6,52
104,68
-7,784
108,449
0,345897
441,514
5.6
35
-10,33
110,62
-7,784
108,449
3,829204
373,046
6.8
Lampung
24
-5,55
103,48
-7,784
108,449
0,027183
605,214
5.2
Sukabumi
10
-8,17
107,23
-7,784
108,449
3,798569
142,282
5.5
Bangkalan
611
-6,36
112,89
-7,784
108,449
0,510862
800,816
5.3
10
Pariaman
71
-0,84
99,65
-7,784
108,449
1,163203
1246,222
7.6
Document by BMKG