Anda di halaman 1dari 6

Transudat - Eksudat Jumat, 06 Mei 2011 Rongga-rongga serosa dalam badan normal

mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium,
rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang
dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir
tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan
dan akan berupa transudat atau eksudat. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon
tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta
adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat). Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan
radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler
atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu
proses peradangan. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi
jaringan sehingga terjadi gelembung. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak
protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari pada plasma normal. Begitu pula cairan radang
ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut
eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan
normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal
lain dari pada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat
jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada
penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan. Berbagai jenis
eksudat : eksudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada
waktu radang. Bila cairan eksudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung fibrin
dan sel, maka eksudat bersifat cair sekali dan dinamai eksudat bening/jernih. Eksudat bening
sering terjadi pada radang tuberculosis yang mengisi rongga pleura dapat berjumlah satu liter
atau lebih. Eksudat fibrinosa mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan
pleura, merupakan lapisan kelabu/kuning yang ditemukan pada pneumonia. Mikroskopis eksudat
ini mengandung serabut fibrin dan dalam sela sela diantara serabut ini terdapat sel radang.
Eksudat fibrinosa terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul
molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat. Eksudat
purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada radang akut yang
mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan mencair karena lisis. Sisa
jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan sel polinukleus yang musnah dan limfe
radang menjadi cairan yang disebut nanah. Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang
berwarna kemerahmerahan karena mengandung banyak eritrosit. Pemeriksaan cairan badan
yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapatdapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang causanya. Ciri-ciri transudat spesifik ; cairan
jernih, encer, kuning muda, berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018,
tidak menyusun bekuuan (tak ada fibrinogen), kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa
kira-kira sama seperti dalam plasma darah, jumlah sel kecil dan bersifat steril. Ciri-ciri eksudat
spesifik ; keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid,dsb.), lebih
kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebih dari 1018, sering ada bekuan (oleh fibrinogen),
kadar protein lebih dari 4,0 g/dl, kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah,
mengandung banyak sel dan sering ada bakteri. Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifatsifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk
membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar. Perbedaan Transudat dan Eksudat:
Keterangan: Transudat: Eksudat: Rivalta - + Berat jenis < 1,016 > 1,016 Kadar protein < 3 gr /

100 cc > 3 gr / 100 cc Protein plasma < 0,5 > 0,5 LDH < 200 IU > 200 IU LDH plasma < 0,6 >
0,6 Lekosit Hitung jenis leukosit < 1000 / mm3 < 50% limfosit > 1000 / mm3 > 50% limfosit PH
>7,3 < 7,3 Glukosa plasma < plasma Amilase = plasma >plasma Alkali fosfatase >75 u > 75 u
MEKANISME PEMBENTUKAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT Di dalam rongga serosa
dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di
dalam rongga tersebut. Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan
cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan
tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap
tinggal dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya : a. Tekanan
hidrostatik meningkat b. Tekanan koloid osmotic c. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan pengumpulan cairan di
ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit, dan kristaloid akan berdifusi secara
cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan
istilah ULTRAFILTRASI. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Transudat eksudat dapat terjadi
pada : Sindroma nefrotik Sirosis hepatis Gagal jantung MEKANISME PENIMBUNAN
CAIRAN PASIF Penimbunan cairan (efusi) terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik, yang
memaksa cairan menembus keluar kapiler untuk masuk ke jaringan. Tekanan hidrostatik
cenderung mendorong cairan keluar, dan hal ini dilawan oleh tekanan dalam sirkulasi. Albumin
dan protein-protein di dalam darah berperan menimbulkan tekanan onkotik. Tekan hidrostatik di
ujung arterial biasanya sekitar 40 mmHg, dan tekanan onkotik 25 mmHg. Dengan demikian
tekanan positive yang mendorong cairan keluar ke dalam rongga serosa adalah 15 mmHg.
Apabila tekanan onkotik plasma berkurang, semakin banyak cairan yang didorong keluar, dan ini
sering merupakan penyebab efusi serosa. Dalam keadaan normal, di ujung venosa kapiler
tekanan hidrostatik turun menjadi sekitar 10 mmHg, dan tekanan osmotic koloid tetap 25 mmHg,
yang melawan tekanan hidrostatik ini. Dengan demikian terjadi tekanan negative sebesar 15
mmHg di ujung venosa, yang cenderung menarik cairan masuk ke dalam pembuluh cairan.
Setiap proses yang meningkatkan tekanan hidrostatik di ujung venosa besar kemungkinannya
menyebabkan penimbunan cairan secara pasif. selain itu, setiap penurunan tekanan onkotik
plasma akan mengurangi jumlah cairan yang tertarik masuk ke dalam kapiler venosa.
Mekanisme lain yang mempermudah penimbunan pasif cairan, yang mungkin bersifat local atau
generalisata, adalah mekanisme alergi yang meningkatkan permeabilitas kapiler atau obstruksi
limfe. Hal ini pada gilirannya, mengurangi jumlah cairan ekstravaskuler yang dibersihkan oleh
system limfatik. Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh proses
peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya
bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan
protein pada cairan ini meningkat. CARA MEMPEROLEH BAHAN Bahan (dari rongga perut,
pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.) didapat dengan mengadakan pungsi. Karena
tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah
pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant.
Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril
(untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril. Cairan
yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung : Botol I : Steril untuk pemeriksaan
bakteriologi Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin Botol III : Tanpa
anticoagulant untuk pemeriksaan kimia. Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah
Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena : Untuk menghindari terjadinya shock

Pada cairan ascites banyak mengandung protein Guna pemeriksaan : Untuk menentukan jenis
cairan yang diperiksa Mengusahakan mencari penyebabnya Syarat pemeriksaan : Harus
dilakukan dengan cepat karena mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang
pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan cytology. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS 1.
Jumlah Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan. 2. Warna Mungkin sangat berbeda-beda.
Agak kuning, kuning bercampur hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin
memberi warna kuning kepada transudat. darah menjadikannya merah atau coklat, pus memberi
warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B.pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat
biasanya kekuning-kuningan, sedangkan eksudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna
eksudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat. 3. Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat
murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan
yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya
serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik, fibrineus, dll. Kekeruhan pada transudat
eksudat terutama disebabkan oleh Leukosit : Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan
seperti bubur. Erytrocyt : Kekeruhan berwarna kemerah-merahan Adanya kekeruhan pada
transudat eksudat dinyatakan dengan: Serous Seropurulent Serosanguinis Putrid Purulent
Serofibrinous 4. Bau Biasanya baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna,
kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E.coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarah ke eksudat. 5. Berat Jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuuan. Penetapan ini penting untuk
menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan
dengan urinometer, kalau hanya sedikt sebaiknay memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai ciri-ciri
transudat atau eksudat. 6. Bekuan Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkan sifatnya
(renggang, berkeping, berbutir, sangat halus, dll). Bekuan itu tersusun dari fibrin dan hanya
didapat pada eksudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi barsifat eksudat, campurlah sebagian
dari cairan itu dengan anticoagulant supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lainlain. Bekuan yang terjadi sangat lambat pada transudat karena kadar fibrinogen yang rendah
disebut FIBRINOUS SWAB / PELICLE. PEMERIKSAAN KIMIA Pemeriksaan kimia biasanya
dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga
dalam keadaan normal mempunyai susunan yang praktis serupa dengan susunan plasma darah
tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama sperti plasma,
sedangkan eksudat biasanya berisi kurang banyak glukosa teristimewa jika eksudat itu
mengandung banyak leukosit. Protein dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja.
Dalam transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam eksudat kadar
protein 4-6 g/dl. Percobaan Rivalta Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya
membedakan transudat dan eksudat dengan cara amat sederhana. Tujuan : Membedakan
transudat dan eksudat Prinsip : Seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak terdapat dalam
transudat akan bereaksi dengan asam acetat encer membentuk kekeruhan yang nyata. Cara kerja :
1. Kedalam becker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest. 2. Tambahkan 1 tetes asam asetat
glacial dan campurlah. 3. Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini,
dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan. 4. Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
dengan cairan yang mengandung asam asetat. ada tiga kemungkinan : a. Tetesan itu bercampur

dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah
negative. b. Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus. Hasil test
positive lemah. c. Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam
keadaan ekstrem satu presipitat yang putih. hasil test positive . Catatan : Cara ini berdasarkan
seromucin yang terdapat dalam eksudat, tetapi tidak dalam transudat. Percobaan ini hendaknya
dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang dapat diandali. Hasil positive didapat
pada cairan yang bersifat eksudat. Transudat biasanya menjadikan test ini positive lemah. Kalau
transudat sudah beberapa kalii dispungsi, maka transudatpun mungkin menghasilkan kekeruhan
serupa yang dari eksudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau
eksudat dalam arti klinik, menghasilkan test negative. Kadar protein Menentukan kadar protein
dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam membedakan transudat dari eksudat.
Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5 g/dl sedangkan eksudat berisi lebih dari
4 g/dl. Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti. Cara : 1. Tetapkan lebih dahulu berat
jenis cairan itu. 2. Klau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 5-10 kali. Kalau
berat jenis lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali. 3. Lakukanlah penetapan menurut
Esbach dengan cairan yang telah diencerkan itu. Dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah
pengenceran yang tadi dibuat. Catatan : Cara Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam
klinik. Pengenceran yang diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang
diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada
cara Esbach. Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus : (berat jenis 1,007) x 343 = g protein/100 ml cairan. Maka atas perhitungan
itu b.d. 1,010 sesuai dengan 1 g protein per 100 ml b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 g protein per 100
ml b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 g protein per 100 ml b.d. 1,025 sesuai dengan 6 g protein per 100
ml. Dalam rumus dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan 1,000. Zat lemak Transudat
tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam eksudat mungkin
didapat zat lemak, disebabkan oleh karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya. Keadaan itu
sering dipertalikan dengan proses tuberculosis. Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa
susu. Dalam hal itu perlu mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat
lain. Cara : 1. Berilah larutan NaOH 0,1 N kepada cairan sehingga menjadi lindi. 2. Lakukan
ekstraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh chylus. 3. Jika
tidak menjadi jernih, puutihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan emulsi. Untuk
menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut : a. Encerkanlah larutan itu 5x dengan
etilalkohol 95% b. Panasilah berhati-hati dlam bejana air. Kalau cairan menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan dengan : c.
Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas. d. Filtratnya
ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai volume menjadi sebesar semula (sebelum diberi
etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi. e. Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin
terbukti. Kekeruhan itu bertambah kalau diberi sedikit air. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan manfaat.
Jikalau sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi di campur
dengan anticoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml
larutan citrate itu. Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti
sel mesotel, sel plasma, dsb.0 saja. Menghitung jumlah erytrosit jarang sekali dilakukan karena
tidak bermakna. Menghitung jumlah leukosit Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya
untuk menghitung jumlah leukosit. Tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang
jernih atau yang agak keruh saja. Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk

menghitung jumlah leukosit dalam cairan otak. Untuk cairan yang agak keruh, pilihlah
pengenceran yang sesuai. Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk,
Karen cairan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan. Cairan yang
berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. semakin tinggi angka itu semakin
besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat. Menghitung jenis sel Menghitung jenis sel
biasanya hanya membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu yang
digolongkan dengan nama limfosit dan golongan sel polinuklear atau segment. Dalam
golongan limfosit ikut terhitung limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb. Perbandingan banyak
sel dalam golongan golongan itu memberi petunjuk kearah jenis radang yang menyebabkan
atau menyertai eksudat itu. Cara : 1. Sedian apus dibuat dengan cara berlain-lainan tergantung
sifat cairan itu : a. jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,
pusinglah 10-15 ml bahan. Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes
serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu. b. Kalau cairan keruh sekali
atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam
cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis. 2. Pulaan sediaan itu dengan
Giemsa atau Wright. 3. Lakukan hitung jenis atas 100-300 sel. Hitung jenis itu hanya
membedakan limfosit dari segment seperti telah diterangkan. Catatan : Hasil hitung jenis
dapat memberikan keterangan tentang jenis radang yang menyertai proses radang akut hampir
semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah limfositnya,
sedangkan radang dan rangsang menahun menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas sangat
penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti di atas, melainkan
mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun teknik Papanicolaou tidak
diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa bahan yang diperoleh tidak boleh membeku. Proses
pembekuan hendaknya di cegah dengan menggunakan EDTA atau heparin. BAKTERIOSKOPI
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitungkan jenis sel dan pulaslah menurut Gram dan
menurut Ziehl-neelsen. Metode : Gram Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu
dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan
alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan
mengambil warna merah dari fuksin Kalau akan mencari fungi, taruhlah satu tetes sediment atau
bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH (atau NaOH) 10%.
Tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
EFUSI PLEURA Definisi Penumpukan cairan yang berlebihan di dalam rongga pleura. Anatomi
rongga pleura : Membran serosa yang kuat berasal dari mesoderm Pleura parietalis
membungkus rongga dada bagian dalam Pleura viseralis membungkus paru Tebal rongga
pleura 10-20 mikron Berisi cairan 25-50cc yang berfungsi sebagai pelican Mengandung
rendah protein Patofisiologi efusi pleura : Efusi pleura terjadi oleh karena Penumpukan cairan
pleura didalam rongga pleura akibat transudasi / eksudasi yang berlebihan. Pembentukan lebih
besar dari penyerapan. Pembentukan normal, penyerapan terganggu. Penyebab efusi pleura : I.
Peningkatan pembentukan cairan pleura Peningkatan cairan intestinal di paru. Gagal jantung
kiri Pneumonia Emboli paru Peningkatan tekanan intravaskuler di pleura Gagal jantung
kanan atau kiri Sindrom vena cava superior Peningkatan kadar protein cairan pleura
Atelektasis paru atau Peningkatan Elastic recoil paru Peningkatan cairan dalam rongga
peritoneal ascites atau dialysis peritoneal Sumbatan duktus toraksikus II. Penurunan absorbsi
cairan pleura Obstruksi saluran limfe parietal Peningkatan tekanan vaskuler sistemik
Sindrom vena cava superior atau Gagal jantung kanan Daftar Pustaka : 1. Gandasoebrata R.

Penuntun Laboratorium Klimlc, cetakan ke--4Penerbit Dian Rakyat 1970 2. Cairan Tubuh (Prof.
Hardjoeno dan dr.Fitriani, Unhas Makassar) 3.
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/transudat-dan-eksudat.html 4.
http://books.google.co.id/books?
id=XTQ7NuDtzEEC&pg=PA637&dq=mekanisme+transudat+dan+eksudat&hl=id&ei=2J7ATZ
D6IpGIvgP8sOi1BA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCcQ6AEwAA#v=
onepage&q=mekanisme%20transudat%20dan%20eksudat&f=false
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win

Anda mungkin juga menyukai