Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 POINT LOAD TEST
4.1.1. Maksud dan Tujuan
Point Load Test atau disingkat PLTadalah sebuah uji kuat
tekan batuan atau drillcore untuk mengetahui kekuatan geser
batuan dengan cepat, serta mengetahui pola retakan core. Nilai dari
hasil PLT disebut Point Load Index (PLI), dapat digunakan untuk
mengkarakterisasi batuan untuk blastabilitas. Blastabilitas adalah
kemampuan batuan untuk pecah saat dilakukan blasting dengan
kekuatan tertentu.
Data PLI nantinya menjadi acuan bagi drillblast engineer
untuk menentukan metode yang tepat untuk melakukan blasting
pada lokasi dengan nilai PLI batuan tertentu. Selain itu data PLI
batuan

juga

berguna

bagi

ahli

geoteknik

untuk

mendesain

kemantapan lereng.
Pada kegiatan Kerja Praktik ini dilakukan pengujian PLT
terhadap drillcore SBD582. Berikut adalah metode dan hasil
kerjanya.
4.1.2. Metode dan Langkah Kerja
a) Pengambilan conto PLI
Conto core yang layak dilakukan uji PLT adalah core
yang berstruktur pejal, tidak memiliki retakan (joint), atau

37

rekahan (fracture). Panjang minimal core 15 cm yang


nantinya 5 cm untuk uji axial dan 10 cm untuk uji diametral.
Interval pengambilan conto PLI adalah 5 meter. Maksudnya
jika conto diambil pada kedalaman 100 m maka dianjurkan
untuk mengambil conto core pada kedalaman 105 m. Jika
kebetulan pada kedalaman yang seharusnya diambil conto
ternyata core yang ada tidak memenuhi syarat (panjangnya
kurang dari 15 cm, atau banyak retakan dan rekahan) maka
toleransi simpangan interval adalah 2 meter. Artinya boleh
diambil maksimal 2 meter diatas (kedalaman 103 m) atau 2
meter

di

bawah

(kedalaman

107

m)

kedalaman yang

seharusnya.
Jika sudah ditemukan conto core yang memenuhi
syarat untuk uji PLT maka pada badan core tersebut ditulis
keterangan mengenai nomor drillhole, nomor kotak core (core
box), nomor kedalaman untuk masing-masing conto axial
(diberi kode A) dan diametral (diberi kode D). Nomor
kedalaman ditulis di kedua ujung masing-masing conto
tersebut (bagian top maupun bottom)
b) Input data conto
Setelah alat disambungkan dengan sistem computer, data mengenai core
dimasukkan ke computer meliputi nomor lubang, tipe tes (diametral/axial),
panjang core, diameter core, kedalaman core, ukuran core (PQ/HQ/NQ).

38

Gambar 4.1. A) Gambar Pengukuran panjang core yang sebenarnya; B) masukkan


data panjang core,kedalaman, dan informasi lainnya

c) Uji mekanis conto


Setelah data dimasukkan ke komputer selanjutnya adalah
uji kuat tekan dengan cara memasukkan conto ke dalam alat
sehingga

ujung

bawah

dan

atas

conto

tertekan.

Tuas

39

diayunkan ke bawah dengan tekanan yang cukup sampai


batuan pecah.

Gambar 4.2.Uji mekanis conto.


Input data conto ke komputer

40

d) Penyimpanan data
Ketika batuan sudah pecah maka otomatis akan muncul
angka yang menunjukkan nilai kekuatan batuan. Jika nilai
kekuatan batuan < 5,00 kN maka pada kolom FAILURE dipilih
invalid, menyatakan bahwa conto yang diambil tidak memenuhi
syarat. Hal ini sering terjadi jika batuan memiliki banyak sekali
vein atau shear sehingga dengan mudah hancur. Sebaliknya jika
nilai yang muncul 5,00 kN maka pada kolom FAILURE dipilih
valid lalu tekan SAVE DATA.

41

Gambar 4.3.Setelah diuji mekanis, data kekuatan


batuan otomatis tersimpan di computer.

4.1.3. Hasil PLT conto SBD582


PLT yang dilakukan pada SBD582 sebanyak 60 conto
(axial dan diametral). Sebanyak 16 dari 60 kali pengujian tersebut
dinyatakan invalid oleh computer karena tidak memenuhi syarat.
Dari 60 buah conto tersebut 29 buah conto axial dan 31 buah conto
diametral. 9 dari 16 conto yang invalid tersebut berupa conto axial,
sisanya conto diametral. Kebanyakan penyebab invalid suatu conto
adalah karena adanya shear dan terutama vein yang berada dekat
dengan salah satu atau kedua ujung silinder yang meruncing
(platen). Sehingga sebelum tercapai 5,00 kN batuan sudah pecah.
Namun jika masih ideal untuk dilakukan uji ulang, sebaiknya
42

diulangi sampai didapatkan angka yang valid. Hasil PLT dari conto
yang diambil dari SBD582 terlampir.
4.2. PENGUKURAN BULK DENSITY
Pengukuran bulk density adalah pengukuran berat jenis batuan dengan
menimbang berat kering, berat basah, dan berat di dalam air. Setelah didapatkan nilai
berat dari ketiga perlakuan tersebut, dihitung bulk density dengan formula tertentu.
Hasil pengukuran bulk density akan menjadi data dasar bagi ahli geoteknik
untuk mendesain kemantapan lereng, bagi drillblast engineer untuk menentukan
metode peledakan, serta sebagai acuan bagi krusher untuk menyesuaikan grade
pemecahan.
Pengukuran Bulk Density dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut.
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa hal yaitu :
a) Pengukuran sample
i.

Pengambilan sample ini dilakukan pada initerval 10 m dengan panjang


sample 15 cm.

ii.

Apabila pada interval 10 m tidak dijumpai sample yang utuh dengan


panjang 15 cm maka pengambilan sample bisa dilakukan pada interval
sebelum atau setelah interval tersebut . Pengambilan sample sebelum
interval tersebut bisa dilakukan dengan syarat pengambilannya
dilakukan diatas meteran kelima dari interval sebelumnya dan jika
pengambilan

samplenya

setelah

interval

tersebut

maka

pengambilannya dilakukan sebelum meteran kelima.


iii.

Sample yang telah diukur tersebut kemudian diberi kode sesuai dengan
SBD, nomor box, kedalaman dan pemberian tanda batas atas (top)
dan bawah (bottom) sample.

43

b) Pemotongan sample
Sample dipotong sesuai dengan batas atas dan bawah pada sample yang
dibuat saat pengukuran.

Gambar 4.4. Pemotongan conto core untuk penimbangan


Bulk Density

2. Tahap Pengeringan
Pada tahapan ini pengeringan dilakukan dengan memanaskan batuan
didalam oven selama 12 jam. Pengeringan ini dilakukan untuk mengeluarkan air
yang masih ada pada batuan sehingga batuan tersebut benar-benar kering.

44

Gambar 4.5. Pengeringan conto core untuk penimbangan


Bulk Density

3. Tahap Penimbangan
Sebelum dilakukan penimbangan terlebih dahulu sample yang telah dioven
didinginkan selama 1jam. Penimbangan dilakukan tiga kali dengan kondisi
sample yang berbeda yaitu :
a)

Timbang Kering

Gambar 4.6. Penimbangan berat kering conto core

45

Yaitu penimbangan yang dilakukan dengan kondisi sample dalam keadaan kering.
Setelah sample dioven dan didinginkan, barulah dilakukan penimbangan.
b) Timbang Terapung
Sebelum dilakukan penimbangan terapung, sample terlebih dahulu direndam
selama 4jam. Penimbangan terapung dilakukan dengan posisi
sample dalam keadaan terapung seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.7. Penimbangan berat terapung conto core

c) Timbang Basah
Yaitu penimbangan yang dilakukan setelah sample direndam selama
4jam.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan saat penimbangan yaitu :
1. Pemasangan alat / setting alat
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu alat GF series disetting
sehingga

benar-benar

berada

dalam

keadaan

horizontal,

adapun

cara

penyetelannya adalah dengan memutar leveling foot yang berada pada bagian
bawah alat hingga gelembung udara (buble spirit level) tepat berada ditengah.

46

2. Mode Operasi
Setelah alat selasai disetting maka untuk memulai operasi terlebih dahulu
menekan tombol ON/OFF , hingga muncul angka-angka pada layarnya. Setelah
itu tekan tombol CAL untuk mengkalibrasi alat sebelum digunakan. Ketika akan
melanjutkan ke penimbangan selanjutnya terlebih dahulu menekan tombol ZERO.
3. Penimbangan
Setelah dilakukan kalibrasi, dilakukan penimbangan batuan dalam keadaan
kering, ketika batuan dalam air dan ketika batuan dalam keadaan basah (dijenuhi
oleh air). Hasil penimbangan dapat dibaca pada layar. Pada saat proses
penimbangan alat harus berada dalam posisi terlindungi baik itu dari pengaruh
angin maupun ataupun sentuhan kecil karena memiliki tingkat sensitifitas yang
tinggi.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran Bulk Density ini adalah data
density (berat jenis) core litologi yang dapat membantu dalam estimasi cadangan
mineral serta cadangan pada ore deposit yang berguna pada saat proses
konstruksi tambang.
Diagram alir tahapan pengerjaan serta hasil pengukuran Bulk Density conto
SBD582 terlampir.

47

4.3. FRAGMENTASI MENGGUNAKAN SPLIT DESKTOP 2.0

Gambar 4.8 Grafik hasil pengolahan data dengan (menggunakan

Fragmentasi ialah pengolahan data batuan hasil peledakan


untuk mengetahui derajat keseragaman fragmen (pecahan) batuan.
Pengolahan data fragmentasi dilakukan dengan mengaplikasikan
program Split Desktop 2.0.
Pengolahan

data

fragmentasi

akan

menghasilkan

data

statistik berupa kurva kumulatif dari material yang lolos saringan


seperti gambar di atas.
Pada kurva kumulatif distribusi kelolosan partikel di atas
terdapat dua kolom yang berisi ukuran sieve (standar UK) dalam
milimeter (sebelah kiri) dan persentase kelolosan partikel (sebelah
kanan). Didapatkan nilai distribusi kumulatif partikel sebagai
berikut:
1. P20 size (mm) 38.02

48

P20 size (mm) 38.02 bahwa terdapat 20% dari total partikel
yang ada lolos melewati saringan ukuran 38,02 milimeter
standar UK.
2. P50 size (mm) 92.89
P50 size (mm) 92.89 bahwa terdapat 50% dari total partikel
yang ada lolos melewati saringan ukuran 92,89 milimeter
standar UK.
3. P80 size (mm) 173.61
P80 size (mm) 173.61 bahwa terdapat 80% dari total partikel
yang ada lolos melewati saringan ukuran 173.61 milimeter
standar UK.
4. Topsize (mm) 443.27
Topsize (mm) 443.27 bahwa ukuran terbesar partikel yang
ada ternyata lolos pada saringan ukuran 443.27 milimeter.
Artinya bahwa partikel terbesar memiliki diameter 443.27
mm.

49

Anda mungkin juga menyukai