Anda di halaman 1dari 25

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1. GEOLOGI REGIONAL
3.1.1. Fisiografi Regional
Pulau Sumbawa terletak pada busur kepulauan Banda, yang
merupakan kelanjutan dari Zona Solo. Busur yang berarah timur
barat merupakan hasil tumbukan lempeng antara lempeng Indo
Pasifik dengan tepi benua dari lempeng Australia (Irianto,B dan
Clark,G, 1995)
Bagian baratdaya Pulau Sumbawa terbentuk oleh komplek produk
gunungapi plutonik yang berumur Tersier Awal, sedangkan bagian
utara pulau ini ditutupi oleh produk hasil letusan gunungapi Kuarter
maupun yang masih aktif hingga sekarang, yang menerus ke arah
timur dari Pulau Lombok, Sumbawa dan Flores. Pada bagian barat
pantai ditutupi oleh sedimen epiklastik (breksi laharik) dan endapan
aluvial yang terbentuk dari gundukan vulkanik.

Bagian utara Pulau Sumbawa terdiri dari jalur gunungapi


vulkanik kuarter, dengan puncak tertinggi mencapai 2851 meter
di atas permukaan laut, yaitu Gunung Tambora. Di bagian selatan
didominasi oleh batuan tersier awal yang berupa satuan batuan
vulkanik, aliran lava, sisipan batugamping dan beberapa batuan
intrusi, dengan fisiografi berupa punggungan punggungan
kasar dan tak teratur, yang disayat oleh sistem perkembangan
berarah timurlaut baratdaya dan timurlaut tenggara dengan
ketinggian bukit berkisar antara 800 1400 meter di atas
permukaan laut. Di daerah pantai ditutupi oleh batuan sedimen
epiklastik dan aluvial.Struktur regional berarah baratbarat laut
dan utara yang ditunjukkan oleh kelurusan citra satelit, foto
udara, survei udara magnet.
Batuan tertua yang tersingkap di baratdaya Pulau Sumbawa
adalah batuan yang berumur Miosen Akhir yang terdiri dari batuan
15

batuan piroklastik dan aliran lava andesitik yang termetamorfkan


secara regional menjadi lower greenschist facies. Di samping itu pula
terdapat batugamping dalam jumlah sedikit. Batuan di atas kemudian
diintrusi oleh basalt, dacite tonalite, diorit kuarsa yang diperkirakan
berumur Miosen Tengah.

3.1.2. Geomorfologi
Geomorfologi daerah Batu Hijau merupakan tubuh gunung api
purba yang telah mengalami proses eksogenik dan erupsi pada tingkat
lanjut, yang terletak pada pusat erupsi. Hal ini dicirikan dengan
terdapatnya zona hidrotermal, yang berpusat pada suatu tubuh batuan
terobosan berbentuk stock yang dikelilingi oleh batuan vulkanik yang
tersusun dari perselingan antara batuan pirokastik dan lava, dengan
pusat lubang erupsi yang sudah tidak diketahui lagi letaknya (tidak
teramati lagi)
Daerah Batu Hijau termasuk dalam Bentang Alam Vulkanik, yaitu
bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh proses
keluarnya magma dari dalam bumi. Bentang alam vulkanik biasanya
selalu dihubungkan dengan gerak gerak tektonik yang biasa terjadi
pada zona penunjaman.
Dari hasil pengamatan peta, pola aliran daerah Batu Hijau adalah
radial memancar yang dikontrol oleh kondisi litologi batuan beku, yaitu
berbentuk kerucut dengan struktur struktur patahan di sekitarnya.
Hulu sungai berada pada ketinggian 550 meter di atas permukaan laut,
dengan slope gradien besar, badan sungai berbentuk V dan pada
umumnya berstadium muda. Mayoritas sungai merupakan sungai tetap
dengan air selalu mengisi badan sungai sepanjang tahun, sementara
sebagian lagi merupakan sungai yang hanya terisi air setelah terjadi
hujan (ephemeral stream) yang biasanya terdapat pada alur alur
perbukitan.

16

2.1.3. Stratigrafi Regional


Gambar 3.1. Kondisi tektonik Batu Hijau yang terletak di busur
magmatik Sunda Banda (Garwin, 2002)

3.1.3 Statigrafi Regional


Stratigrafi daerah penelitian secara umum tersusun oleh batuan
sedimen, batuan vulkanik dan batuan terobosan. Batuan yang tertua
berumur Miosen Akhir sedangkan batuan terobosan diperkirakan
berumur Miosen Tengah bagian akhir.
Berikut adalah stratigrafi daerah penelitian yang tersusun dari
mulai umur tua ke muda menurut Sudrajat, dkk (1998) :
1. Batuan Sedimen
a. Batugamping (Tml)
Satuan batugamping ini terdiri dari batupasir dan batupasir
gampingan serta rombakan gunungapi gampingan. Satuan ini
berumur Miosen Awal.
b. Batupasir Tuffan (Tms)
Satuan batupasir tuffan, batulempung, tuff dan breksi dengan lensa
batugamping. Satuan ini berumur Miosen Awal.
c. Batugamping Koral ((Tmcl)
Satuan batugamping koral terdiri dari batugamping koral dan
batugamping yang mengandung koral dan pada bagian bawah
mengandung rijang. Satuan ini berumur Miosen Tengah.
d. Terumbu Koral Terangkat (Ql)
Satuan terumbu terangkat terdiri dari batugamping yang tersusun
dari terumbu karang dan pecahan batugamping koral. Di beberapa
tempat mengandung kepingan batuan hasil gunungapi bersusunan
andesit, andesit piroksen dan andesit berongga. Pada bagian bawah
satuan ini mengandung konglomerat, batupasir dan lapisan tipis
magnetit. Satuan ini berumur Miosen Akhir sampai dengan Pliosen.
17

e. Batulempung Tuffan (Tpe)


Satuan batulempung tuffan terdiri dari batulempung tuffan dengan
sisipan lapisan batupasir dan kerikil hasil rombakan batuan
gunungapi. Satuan ini berumur Tersier Akhir.
2. Batuan Vulkanik
a) Satuan Lava Breksi (Qhv)
Satuan lava breksi ini terdiri dari lava, lahar, tuff dan abu
gunungapi yang berkomposisi andesit. Batuan terutama bersusunan
calc-alkali dan terdiri dari andesit hornblende dan augit-hornblende
yang keduanya berupa batuapung dan andesit berbatuapung serta
andesit augit berbiotit.
b) Satuan Breksi Andesit Basalt (Qv)
Satuan breksi andesit basalt terdiri dari breksi gunungapi,
lahar, tuff, abu dan lava yang berkomposisi andesit dan basalt.
c) Satuan Breksi Tuff (Tmv)
Satuan Breksi Tuff Terdiri dari breksi dengan komponen andesit,
bersisipan tuff, kadang kadang mengandung lahar, lava andesit
dan basalt. Umumnya berstruktur bantal dengan sisipan rijang.
Satuan

batuan

setempat

terpropilitkan,

termineralkan

dan

terkersikkan, terlihat urat kuarsa dan kalsit. Satuan ini berumur


Miosen.
d) Satuan Breksi Tanah Merah (Qot)
Satuan breksi tanah merah terdiri dari breksi gunungapi yang
berkomposisi andesit, hasil letusan Gunung Tanah Merah. Umur
satuan ini adalah Kuarter.
a. Batuan Terobosan
Merupakan batuan terobosan yang terdiri dari andesit, basalt,
dasite serta batuan yang tidak teruraikan yang sebagian besar batuan
beku lelehan. Satuan ini menerobos batuan berumur Miosen Awal. Pada
batuan dasit dan andesit biasanya mengandung pirit.

18

Gambar 3.2. Stratigrafi Daerah Sumbawa menurut Sudradjat, dkk (1998)

Batu Hijau Area

19

Gambar.3.3 Kondisi geologi Batu Hijau yang terletak di sebelah baratdaya


Pulau
Sumbawa (Garwin, 2002)

3.1.4. Struktur Geologi Regional


Pulau Sumbawa terletak di bagian pusat busur Sunda, yang
memisahkan dua sektor, yaitu busur Sunda di bagian barat dan busur
Banda di bagian timur. Sudradjat dkk (1998) menjelaskan struktur
pulau ini terutama terdiri dari sistem retakan yang berarah barat laut
tenggara dan timur laut barat daya. Berdasarkan pergerakan dan
pergeseran sentuhan batuan, sistem pensesaran ini tampaknya
merupakan sesar jurus (strike slip fault), akan tetapi di antara Pulau
Moyo dan Teluk Saleh terdapat sesar normal.
Pada bagian pusat Pulau Sumbawa, terdapat depresi yang dibatasi
oleh dua sistem rekahan utama (barat laut tenggara dan timur laut
barat daya) yang masih aktif di Gunung Tambora, sedangkan yang
berarah barat laut tenggara dan timur laut barat daya pada bagian
barat dari blok yang lebih rendah, berupa sesar mendatar sinistral
dengan pergerakan horizontal. Kelurusan barat timur diiisi oleh
jajaran gunungapi yang besar yang terbentuk pada zaman Pleistosen
di sepanjang pantai utara. Pulau Moyo dan Medang terangkat pada
zaman Kuarter. Kedudukan Medang yang secara struktur naik, serta
adanya lava bantal di Pulau Moyo menunjukkan bahwa Pulau Moyo
merupakan sisa kaldera di lereng Tenggara gunungapi bawah laut
Neogen.

3.2

Split Dekstop v2.0


Split dekstop adalah software yang digunakan untuk

mengelola data fragmentasi. Data fragmentasi tersebut berupa


photo fragment hasil peledakan pada suatu polygon. Split
dekstop menbaca dan mengelola data dengan melakukan
pemisahan berdasarkan warna. Hasil akhir dari pengolahan data
fragmentasi dengan software ini yaitu :
20

1. Grafik yang menyatakan hubungan ukuran material dalam


mm(particle size) dan persentase dari material tersebut yang
dapat diloloskan(percent passing).
2. Dalam bentuk angka atau nilai dinyatakan ukuran material
dalam satuan mm dan nilai dalam persen.
3. Dalam bentuk kode ada empat macam yaitu P20(ukuran
fragmentasi

batuan

yang

lolos

ayakan

sebesar

20%),

P50(ukuran fragmentasi batuan yang lolos ayakan sebesar


50%), P80(ukuran fragmentasi batuan yang lolos ayakan
sebesar 80%), dan Top Size adalah ukuran fragmen batuan
yang paling besar dari data yang diolah.
Sebelum

data

photo

diolah

dengan

menggunakan

software split dekstop, terlebih dahulu dilakukan pengeditan


dengan menggunakan microsoft photo editor. Hal ini dilakukan
agar photo tersebut dapat diolah dengan split dekstop. Photo
tersebut harus dirubah sesuai dengan kapsitas yang dapat
diterima/diolah oleh split dekstop. Ada beberapa tahapan yang
dilakukan

dalam

pengolahan

data

fragmentasi

dengan

menggunakan sofware split dekstop yaitu :


1. Mempersiapkan gambar untuk diproses
a.

Scale Image
Langkah ini bertujuan untuk mengatur skala pada
gambar dalam satuan pixel berdasarkan obyek yang telah
diketahui ukurannya. Sebelum memilih menu Split, pilih Line
Selection/Scaling tool pada toolbar.
Akurasi ukuran output bergantung dari scaling yang
dilakukan.

Scaling dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu

metode single object (mistar) dan dual object (dengan scalling


balls). Klik pada ujung objek yang dijadikan acuan dan drag

21

mouse sampai ke ujung yang lain sampai muncul garis putusputus yang menandakan objek telah discaling.
Pilih menu Split kemudian Scale Image, hingga
muncul dialog box kemudian masukkan jarak obyek yang
telah diketahui (jarak acuan) beserta satuannya (diameter
scalling balls = 18 cm, dan panjang mistar = 32,5 cm) dan
klik get scale for bottom row untuk single object atau get
scale for higher object dan get scale for lower object
untuk dual object. Klik OK untuk scaling gambar.

Gambar 3.4 Tampilan pada menu scale image

Program akan mengkonversi gambar dari format JPEG (*jpg)


menjadi TIFF (*tif)
.
2. Delineation oleh program
A. Find particles
Langkah selanjutnya adalah penggambaran partikel
secara otomatis oleh Split Desktop. Program mengkonversi
22

grayscale image menjadi binary image. Pilih menu Split


kemudian Find Particles, pada dialog box yang muncul klik
Make corection Before Sizing, kemudian isi Delineation
Parameters dengan setting default. (Noise Size 7, Watershed
ratio 1.5, gradient ratio 0.14),

Gambar 3.5 Tampilan pada menu find particles

Program dapat memproses beberapa gambar sekaligus


yang merupakan satu kelompok gambar, untuk itu klik Process
all open images. Klik GO untuk memproses gambar. Setelah
diproses maka gambar akan seperti contoh berikut.

23

Gambar 3.6 Dual object image

Gambar 3.7 Single object image

Karena delineation oleh program seringkali tidak sempurna


sehingga dibutuhkan editing secara manual.

24

B. Editing binary images


Binary image adalah gambar yang dihasilkan oleh
proses delineasi dengan warna hitam, putih dan abu-abu yang
digunakan untuk mengkalkulasi distribusi ukuran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengedit
gambar:
1. Koreksi yang penting untuk dilakukan :
a. Menghapus garis yang membagi satu partikel besar
menjadi bagian-bagian
b. Menambahkan

garis

pada

partikel

yang

belum

terbagi
c. Mewarnai area fines partikel
2. Teknik-teknik editing binary images :
Editing binary image dilakukan dengan 2 langkah yaitu
perwarnaan dan editing tool.
Pewarnaan :
Untuk memilih warna yang akan digunakan pilih warna
pada display LUT (Look Up Table)
a. Abu-abu

warna

abu-abu

digunakan

untuk

menghapus garis-garis yang tidak tepat


b. Putih : warna putih digunakan untuk mengisi area
yang tidak termasuk dapat penganalisaan misalnya :
obyek scaling, background langit, tanah, dsb.
c. Hitam : digunakan untuk delineation pada gambar
binary image yang sudah lengkap.
d. Fines : warna yang digunakan untuk menandai area
fines material, biasanya dengan warna merah.
e. Edit : warna yang digunakan untuk menggambar
garis editing pada gambar, biasanya berwarna biru.
C. Editing Tools:

25

a. Eraser :
Gunakan eraser dengan segala jenis warna abu-abu
untuk menghapus garis

pembagi partikel yang

keliru. Tidak perlu menghapus seluruh garis hanya


diputus saja. Eraser dapat juga digunakan untuk
mewarnai putih pada area atau bagian gambar yang
tidak dianalisis.
b. Paintbucket :
Untuk mengisi area dengan warna-warna tertentu
sesuai ketentuan warna editing.
c. Paintbrush dan pencil:
Untuk menambahkan garis-garis yang diperlukan
untuk mengedit gambar.
Untuk memudahkan pengeditan kita dapat melihat antara
gambar yang telah didelineasi dan gambar asli dengan
menggunakan tombol < dan >. Dalam mengedit gambar
hal yang penting untuk diingat adalah apabila melakukan
kesalahan segera tekan Ctrl Z atau klik Undo karena Undo
hanya dapat dilakukan untuk last action dan jangan
melakukan

mouse-clik

karena

kesalahan

tidak

bisa

diperbaiki .

26

Gambar 3.8 Tampilan tools untuk mengedit

Selain
memudahkan

tools

yang

telah

pengeditan

magnifying glass

dapat

disebutkan
digunakan

di

atas,

zoom

untuk
dengan

Dan Scroll gambar dengan

. Di

bawah ini adalah contoh gambar yang telah selesai diedit :

27

Gambar 3.9 Tampilan gambar yang telah diedit

C.

Done editing
Setelah selesai editing pilih menu Split Done editing,

grayscale image akan diubah menjadi gambar berwarna hitam


putih, dengan warna putih untuk

Gambar 3.10 Tampilan gambar pada menu done editing

batuan, warna hitam untuk material fine dan warna abu-abu


(dengan nilai 128) untuk obyek yang tidak dihitung. Binary image
akan direname dan disimpan dengan prefiks binary (bi-filename).
Contoh binary images adalah seperti di bawah ini

28

Gambar 3.11 Binary images

Binary

image

masih

dapat

diedit

apabila

terdapat

kesalahan dengan editing tools yang sama tetapi hanya warna


hitam (nilai 255) untuk area fines dan outline, putih (nilai 0)
untuk partikel dan abu-abu (nilai128) untuk obyek tak dihitung.
Untuk melihat nilai warna yang dipilih dapat dilihat pada Info
Table, dan pastikan bahwa warna abu-abu yang digunakan
adalah nomor 128 karena software telah diprogram untuk
mengabaikan gambar yang diberi warna dengan nilai tersebut.
Untuk melihat nilai warna gunakan info table seperti di bawah:

Gambar 2.12 Tampilan menu untuk nilai warna

3. Compute sizes
Setelah

binary

image

telah

selesai

diedit,

proses

perhitungan distribusi ukuran telah siap dilakukan. Pilih menu


Split- Compute Sizes. Gambar yang diambil dari lokasi yang
29

sama

harus

diproses

bersamaan.

Untuk

memproses

satu

kumpulan gambar secara bersamaan, klik Include All Open


Images pada dialog box. Computing size distribution dari satu
grup

adalah

satu-satunya

cara

memastikan

bahwa

hasil

pengolahan gambar yang diambil pada skala yang berbeda


memang dikombinasikan secara tepat, karena mengambil nilai
rata-rata dari masing-masing gambar tidak representatif.
a. Fines Distribution
Adalah metode yang digunakan untuk menghitung jumlah
material fine dari setiap gambar ada beberapa pilihan, yaitu
Rosin

Rammler

atau

Schumman

untuk

merepresentatifkan

ukuran material fine tersebut yang akan diproses secara


otomatis. Bentuk dari kurva yang akan muncul ditentukan dari
distribusi partikel yang telah dihitung. Sebaiknya pilih Best Fit
untuk material fine dan Split-Desktop akan mengkalkulasi lebih
baik daripada dua pilihan tadi. Regresi akan memperhitungkan
data dari jumlah material fine yang telah terkoreksi dari setiap
metoda dan salah satu sari korelasi tertinggi yang akan secara
otomatis terpilih.
b.

Percent Fines Adjustment


Langkah terakhir yang mempengaruhi kalkulasi ukuran

adalah perkiraan perhitungan material fine. Pixel yang berwarna


hitam dalam gambar mewakili materal fine dan outline dari
partikel-partikel, maka persen dari pixel-pixel ini akan termasuk
dalam perhitungan material fine. Berikut contoh-contoh gambar
dalam penentuan fine adjustment
a) Low

30

Gambar 3.13 Fragmen batuan yang berukuran low

b) Medium

Gambar 3.14 Fragmen batuan yang berukan medium

c) High

31

Gambar 3.15 Fragmen batuan yang berukuran high

Setelah semua setting dipilih tekan Go dan program akan


mengkalkulasi distribusi ukuran partikel.

Gambar 3.16 Tampilan menu untuk memilih ukuran partikel

4.

Pembuatan grafik
32

a.

Graphs and Outputs


Pilih menu Split- Graphs and Output, pada dialog

box yang muncul adalah pilihan Data, Graphing, Output,


dan Sieve Series. Pada menu Data, pilih write to file
untuk menyimpan output data dari analisis tersebut ke
dalam file dalam bentuk text.

Gambar 3.17 Tampilan pada menu data

33

Bila kita memilih best fit pada menu fines distribution maka
secara otomatis pilihan kombinasi data yang terbaik akan

muncul. Pada menu Graphing,


Gambar 2.18 Tampilan pada menu graphing

ada beberapa jenis grafik yang dapat dipilih tetapi sebaiknya


menggunakan Cumulative, kemudian pilihan untuk masingmasing sumbu (axis) adalah linear.

Pada menu

Output, klik Make graph dan beri penamaan pada grafik


tersebut sesuai berdasarkan tanggal dan alat yang bekerja,
misalnya : CUMULATIVE SIZE DISTRIBUTION_20704_LD01.
Simpan pula data ke dalam HTML Page sesuai dengan nama
file pada grafik pada folder alat yang bersangkutan.

34

Gambar 3.19 Tampilan pada menu output untuk penamaan grafik

Gambar 3.20 Tampilan pada menu sieve series


Pada menu Sieve series, pilih sieve set UK dan unit yang
digunakan adalah mm.
Setelah setting selesai tekan OK dan grafik akan muncul sebagai
data kumulatif dari kumpulan gambar yang kita ambil. Grafik
tersebut adalah fungsi dari percent passing dan ukuran partikel.
Di bawah ini adalah contoh grafik yang dihasilkan oleh SplitDesktop :

35

Gambar 3.21 Grafik hasil pengolahan data dengan menggunakan split


dekstop v2.0

a. Transfer data
Transfer data yang dilakukan diutamakan pada daerah
yang digali pada hari tersebut dan dibawa ke crusher. Setelah
grafik selesai dibuat akan diperoleh nilai P20, P50, P80, dan
topsize yang harus ditransfer ke suatu tabel dalam excel yang
terdapat pada suatu file di drive S.
Selengkapnya dapat dilihat pada keterangan di bawah:
Drive S

Operation

Deplovemant

Mine

Geologi
Coreshed

Fragmentasi

201 2

Boccast

data_2012
File

tersebut

diberi

nama

sesuai

dengan

tanggal

penggalian material di daerah tersebut oleh alat dengan


nama

berdasarkan

tahun,

bulan,

tanggal.

Misalnya

penggalian dilakukan oleh alat pada tanggal 24 Januari 2012,


maka filenya bernama 1201024.
3.3 Bulk Density
Bulk

density

merupakan

metode

pekerjaan

untuk

mengetahui besarnya berat jenis batuan. Secara umum densitas


dikontrol oleh 3 faktor penting pada batuan, yaitu : densitas dari
butiran mineral yang ada pada batuan, porositas batuan dan
fluida alami yang terkandung dalam batuan. Butiran mineral
yang ada mempengaruhi densitas karena berat jenis dari setiap
mineral yang dimuka bumi ini berbeda beda. Dalam kegiatan
pertambangan yang diperhatikan adalah kadar metal pada
batuan, dimana kadar metal yang dikandung batuan dapat
meningkatkan atau justru menurunkan nilai bulk density batuan.
36

Peningkatan grade yang dibarengi dengan leaching dari gangue


mineral akan meningkatkan porositas batuan yang menyebabkan
penurunan nilai bulk density. Sebaliknya peningkatan grade
metal yang dibarengi proses replacement dari mineral gangue
low density karena pengaruh metal akan meningkatkan nilai dari
bulk density. Perhitungan densitas pada suatu model geologi
harus dibarengi dengan pengetahuan tentang control geologi
pada suatu formasi bijih.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan
perhitungan

bulk

density,

yaitu

caliper

method,

water

displacement method, dan sand replacement method, dimana


setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Dalam perhitungan berat jenis batuan, dikenal istilah
Spesific Gravity (SG) yang merupakan salah satu bagian dari
water

diplacement

method.

Dimana

metode

SG

lebih

mengutamakan perhitungan terhadap kandungan mineral dalam


suatu batuan dalam kondisi kering, sehingga jumlah kandungan
fluida yang dimiliki batuan dapat diabaikan. Untuk itu, dalam SG
hanya ada dua faktor penting yang mengontrol yaitu densitas
butiran mineral dalam batuan dan porositas batuan. Adapun
rumus dari Specific Gravity adalah :

SG =

W1
(W 3W 2)

Dimana W1 merupakan berat kering dari batuan, W2


merupakan berat batuan didalam air, W3 merupakan berat basah
batuan (yaitu pada saat batuan dijenuhi oleh air).

37

Gambar 3.22 Alat pengukuran bulk density(GF4000)

3. 3

Point load Test


Point load test adalah metode untuk mengetahui kekuatan

batuan terhadap beban yang tergantung pada keadaan beban itu


sendiri. Metode pengukuran point load test ini menggunakan alat
yang disebut dengan point load tester. Hasil dari pengujian
menggunakan Point load tester ini dapat dilihat pada software
khusus yang telah di koneksikan dengan perangkat keras
komputer atau laptop.
Kekuatan

batuan

terhadap

beban

tergantung

pada

keadaan beban itu sendiri. Jika beban yang menerpa batuan


berupa bidang, maka gaya tekanan dari beban tersebar merata
ke semua permukaan bidang. Tetapi bila beban berupa titik,
maka semua gaya beban bertumpu pada satu titik. Bila
dibandingkan maka batuan yang menerima beban berupa titik
akan hancur terlebih dahulu.

38

Gambar 3.23 Alat pengukuran point load test (point load


tester)

39

Anda mungkin juga menyukai