Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL KLINIK

SEPTUM DEVIASI DAN KONKA HIPERTROFI


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Arby Shafara Sekundaputra
20090310177

Diajukan Kepada:
dr. Pramono Sp.THT

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK


RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

TUTORIAL KLINIK
A. PROBLEM
Seorang pria 28 tahun datang ke poli THT RSUD temanggung dengan
keluhan hidung tersumbat sejak 4 tahun yang lalu. Keluhan akan memberat
jika sedang bersin-bersin. OS mengeluh jika pilek membutuhkan waktu lama
untuk sembuh, serta terasa terdapat ingus encer mengalir ke tenggorokan. OS
juga mengeluhkan pusing berputar setiap pagi. Tidak terdapat nyeri pada
wajah, penurunan penciuman maupun riwayat hidung berdarah.
Riwayat penyakit dahulu:
terdapat riwayat trauma pada hidung 16 tahun yang lalu
terdapat riwayat operasi di daerah hidung pada tahun 2010
Riwayat penyakit keluarga :
riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
B. Pemeriksaan fisik:
kondisi umum: pasien nampak tenang dan baik
kesadaran: compos mentis
vital sign :
TD
: 110/80 mmHg
Nadi : 76x/ menit
RR
: 20x/ menit
t
: 36,7
Kepala
bentuk : mesocepal
mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), discharge (-/-)
mulut : bibir sianosis (-), mukosa pucat (-)
Status lokalis
telinga : deformitas(-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
hematom (-/-), udem (-/-), otore(-/-), canalis akustikus eksternus
lapang, korpus alienum (-/-), membran tympani : tampak intak
tes pendengaran :
rine
: positif
weber
: tidak ada lateralisasi
swabach
: normal
hidung : deformitas (-), kavum nasi kiri menyempit, konka inferior
eutrofi, hiperemis (-), konka media eutrofi, sekret (-), kavum nasi

tenggorok

kanan lapang, sekret (-), konka inferior hipertrofi, hiperemis (-)


konka media sulit dinilai, septum deviasi ke kiri
: mukosa bukal warna merah muda, hiperemi (-), masa (-),
mukosa gusi warna merah muda, hiperemi (-), masa (-), palatum
mole dan palatum durum hiperemi (-), edema (-) , fistula (-),
mukosa faring hiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-), tonsil
T1-T1, hiperemi (-), permukaan rata (-), uvula letak tengah ,
kripte tidak melebar, granula (-)

thorak
cor
: S1>S2, irama reguler, bising (-)
pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-), wheezing (-)
abdomen
datar, bising usus (+), timpani, supel, nyeri tekan (-)
hepar dan lien tidak membesar
ekstremitas : akral hangat
C. HIPOTESIS
Diagnosa banding:
1. Septum deviasi
2. Hipertrofi konka
3. Rinitis alergi kronik
Diagnosa Kerja :
1. Septum deviasi
2. Hipertrofi konka
D. MEKANISME
Etiologi dari septum nasi yang paling lazim adalah trauma, yang
mungkin intra uterus atau timbuk selama persalinan atau bahkan selama masa
kanak-kanak dini atau lanjut. Cidera selama masa pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai dapak yang lebih besar dibandingkan cedera
serupa yang dialami setelah dewasa. Penyebab lainnya adalah
ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh,
meskipun batas superior dan inferior telah menetap
Sementara penyebab dari hipertrofi konka adalah efek dari deviasi
septum nasi kontra lateral. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
membran mukosa hidung antara lain suhu udara, kelembaban dan polusi akan
merangsang kelenjar di hidung menjadi hiperaktif. Akbiat rangsangan lama
dan berulang, mukosa konka akan menebal dan terjadi pelebaran pembuluh
darah mukosa terutama pleksus kavernosus konka. Lama kelamaan epitel
akan kehilangan silia dan berubah bentuk menjadi epitel kuboid bertingkat
2

serta bertambahnya sel goblet. Pad sub mukosa terjadi edema, infiltrasi sel
bulat dan sel plasma serta fibroblas. Rongga pleksus kavernosus makin
melebar sementara otot polosnya mengalami atrofi. Periosteum menebal dan
terbentuk tulang baru dibawahnya akibat aktivitas osteoblas.
E. MORE INFO
Laboraturium
Pemeriksaan
Darah lengkap
hemoglobin
Hematorkrit
leukosit
eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
limfosit
netrofil
Laju Endap Darah
LED 1 jam
LED 2 jam
CT
BT
Kimia Klinik
Ureum
kreatinin

Hasil

Satuan

Nilai rujukan

15.8
51
7.5
5.64
275
91
28
30
32.3
54.7

g/dl
%
10^3/ul
10^6/ul
10^3/ul
fl
pg
g/dl
%
%

14-18
40-54
4.5-11
4.5-6.2
150-450
80-97
26-36
31-37
20-60
50-70

x
x
63
200

mm
mm
Menit
Menit

0-15
7-20
5-8
7-20

23.3
1.13

Mg/dl
Mg/dl

10.0-50.0
0.6-1.2

F. PENATALAKSANAAN
a. Septum Deviasi
Penatalaksanaan septum deviasi bervariasi dari tidak melakukan apa-apa
bila pasien asimptomatik, pemberian analgetik bila pasien menderita sakit
kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik untuk mencegah
infeksi sampai pembedahan septum luas.
Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi hidung.
Indikasi lain timbul pada pasien yang mengalami epitaksis. Ada 2 jenis
tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang
nyata yaitu reseksi submukosa (SMR) dan septoplasti.
Reseksi submukosa ini mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang
rawan septum diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum
3

sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah. Tindakan ini
memiliki banyak komplikasi seperti perdarahan, kerusakan dijaringan
sekitarnya, rinore cairan serebrospinal, perforasi septum, infeksi, dan lainlain. Indikasi dilakukan reseksi submukosa adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hidung tersumbat
Infeksi saluran nafas atas berulang
Sinusitis berulang
Epistaksis berulang
Nyeri kepala
Infeksi telinga tengah
Septoplasti atau reposisi septum, pada operasi ini tulang rawan yang
bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan.
Insisi kecil dibuat pada hidung sehingga tulan dan tulang rawan hidung dapat
di inspeksi dengan baik, tonjolan tonjolan tulang yang ada disingkirkan.
Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke posisinya yang normal.

b. Hipertrofi Konka
Dalam penatalaksanan hipertropi konka dapat berupa terapi medika mentosa
atau pembedahan.
1) Medikamentosa
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengatasi faktor penyebab dan
sumbatan hidung dengan mengurangi ukuran konka. Terapi medika
mentosa difokuskan kepada kondisi yang menyebabkan rinitis hipertrofi.
Pada rinitis alergi dapat diberikan glukokortikoid untuk menurunkan
permeabilitas kapiler, vasokontriksi, serta mengurangi inflamasi dalam
mukosa hidung. Pada kasus akut dimana pembesaran konka terjadi karena
pengisian dari sinus venosus sehingga pembesaran konka dapat dikecilkan
dengan pemberian dekongestan topikal. Terapi medika mentosa meliputi
pemberian antihistamin, dekongestan, kortikosteroid , sel mast stabilizer
dan imunoterapi.
2) Pembedahan
Pada kasus kronik telah terbentuk jaringan ikat yang disebabkan oleh
inflamasi kronik yang tidak respon lagi dengan medikamentosa setelah 2
bulan pengobatan, tindakan bedah dapat dilakukan.
Secara garis besar teknik pembedahan ini dapat dikelompokan atas
lateral posisi (merubah posisi) reseksi dan koagulasi. Diantaranya adalah
lateroposisi, turbinektomi total dan parsial, turbinoplasti inferior,
turbinektomi submukosa, reseksi submukosa dengan lateral out fracture.

Tujuan utama pembedahan adalah memperbaiki pernafasan hidung dan


mempertahankan fungsi fisiologis.
Pada pasien ini dilakukan SMR dan turbinektomi dikarenakan septum
deviasi yang berat menyebabkan sumbatan pada hidung, menyebabkan
infeksi saluran nafas berulang, serta didapatkan hipertrofi konka inferor
kronik
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada deviasi septum nasi adalah:
a. Sinusitis berulang
b. Infeksi telinga tengah
c. Pernafasan mulut menyebabkan infeksi faring, laring dan tracheobronchial
tree berulang
d. Asma
e. Rinitis atopi

Anda mungkin juga menyukai