Anda di halaman 1dari 23

B.

KERUGIAN PADA TURBIN


1. Kerugian Pada Turbin Uap
Kerugian (losses) pada turbin uap akan mempengaruhi naiknya hate rate turbin.
Kerugian Kalor pada turbin uap sebagai berikut :
a. Kerugian-kerugian dalam (Internal losses)
1) Kerugian kalor pada katup pengatur
Aliran uap melalui katup-katup penutup dan pengatur disertai oleh
kerugian energi akibat proses pencekikan (throtling), kerugian inilah yang
disebut dengan kerugian pada katup pengatur. Jika tekanan uap masuk
adalah (P0) maka akan terjadi penurunan tekanan menjadi tekanan awal
masuk turbin (P0). Penurunan tekanan awal ( P0) diperkirakan sebesar
(3-5) % dari P0. Dimana

P = P -P , pada perencanaan ini diambil


0
0

kerugian katup sebesar tekanan 5 % dari tekanan masuk turbin atau dapat
P = 5 %. P
0

dituliskan:

Kerugian energi ini terjadi pada katup pengatur ditentukan dengan :


h = h h
0
0

dimana : h0 = nilai penurunan kalor total turbin.


Nilai penurunan kalor setelah mengalami proses penurunan tekanan akibat
pengaturan melalui katup pengatur dan katup penutup yang ditetapkan, h 0
sebesar (3 - 5)% dari P o. Jadi tujuan perencanaan kerugian tekanan yaitu
sebesar :

P = 5%P . Kerugian-kerugian yang terjadi pada katup


o

pengatur dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar Proses ekspansi uap melalui mekanisme pengatur beserta


kerugian- kerugian akibat pencekikan
Keterangan gambar :
hn = kerugian pada nosel
hb = kerugian pada sudu gerak
hc = kerugian akibat kecepatan keluar
P0 = tekanan uap masuk turbin
P0= tekanan uap sebelum masuk nosel
P2 = tekanan keluar turbin
H0 = penurunan kalor
H0= penurunan kalor teoritis
Hi = penurunan kalor yang dimanfaatkan dalam turbin.
2) Kerugian Kalor Pada Nozel (hn)
Kerugian energi pada nosel disebabkan oleh adanya gesekan uap pada
dinding nozel, turbulensi, dan lain-lain. Kerugian energi pada nosel ini
dicakup oleh koefisien kecepan nozel (9) yang sangat tergantung pada
tinggi nozel. Kerugian energi kalor pada nozel dalam bentuk kalor

dimana:
C1t = Kecepatan uap masuk teoritis (m/det)
C1 =

.C = Kecepatan uap masuk mutlak (m/det) h = Besar kerugian


1t
n

pada nozel (kkal/kg)


Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nozel dapat
diambil dari grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. Grafik untuk menentukan koefisien 9 fungsi tinggi nozel


3) Kerugian Kalor Pada Sudu-sudu Gerak
Kerugian pada sudu gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Kerugian akibat tolakan pada ujung belakang sudu
b) Kerugian akibat tubrukan
c) Kerugian akibat kebocoran uap melalui ruang melingkar
d) Kerugian akibat gesekan
e) Kerugian akibat pembelokan semburan pada sudu
Semua kerugian di atas dapat disimpulkan sebagai koefisien kecepatan
sudu gerak (y). Akibat koefisien ini maka kecepatan relatif uap keluar dari
sudu w2 lebih kecil dari kecepatan relatif uap masuk sudu w1.

Kerugian pada sudu gerak pertama :


Kerugian pada sudu gerak baris kedua :
dimana:
wi = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak I

w2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak I


w 1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak II
w2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak II Harga koefisien kecepatan
atau faktor y dapat diambil dari grafik di bawah ini :

Gambar Koefisien kecepatan y untuk sudu gerak turbin impuls untuk


berbagai panjang dan profil sudu
4) Kerugian Kalor Akibat Kecepatan Keluar
Uap meninggalkan sisi keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak C2,
sehingga kerugian energi kinetik akibat kecepatan uap keluar C 2 untuk tiap
1 kg uap dapat ditentukan sama dengan C22/2 kJl/kg. Jadi sama dengan
kehilangan energi sebesar :

5) Kerugian Kalor Pada Sudu Pengarah

6) Kerugian Kalor Akibat Gesekan Cakram dan Ventilasi


Kerugian gesekan terjadi diantara cakram turbin yang berputar dan uap
yang menyelubunginya. Cakram yang berputar itu menarik partikelpartikel yang ada di dekat permukaannya dan memberi gaya-gaya searah
dengan putaran. Sejumlah kerja mekanis digunakan untuk mengatasi
pengaruh gesekan dan pemberian kecepatan ini.
Kerja yang digunakan untuk melawan gesekan dan percepatan-percepatan
partikel uap ini pun akan dikonversikan menjadi kalor, jadi akan
memperbesar kandungan kalor uap. Kerugian akibat gesekan cakram dan
ventilasi dapat ditentukan dari persamaan berikut :

dimana :
G = massa aliran uap melalui tingkatan turbin (kg/det)
Ngca = daya yang hilang dalam mengatasi gesekan dan ventilasi cakram.
Adapun penentuan daya gesek dan ventilasi cakram ini sering dilakukan
dengan memakai rumus sebagai berikut :

dimana :
P = koefisien yang sama dengan 2.06 untuk cakram baris ganda
d = diameter cakram yang diubah pada diameter rata-rata sudu (m)
n = putaran poros turbin (rpm)
l1 = tinggi sudu (m)
p = bobot spesifik uap di dalam mana cakram tersebut berputar, (kg/m3)
1
p = v , dimana v = volume spesifik uap pada kondisi tersebut.
7) Kerugian akibat Ruang Bebas
Ada perbedaan tekanan di antara kedua sisi cakram nosel yang dipasang
pada stator turbin, sebagai akibat ekspansi uap di dalam nosel.
Diafragma yang mempunyai sudu-sudu gerak adalah dalam keadaan
berputar, sementara cakram-cakram adalah dalam keadaan diam sehingga
selalu ada ruang bebas yang sempit antara cakram-cakram putar dan
diafragma. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya kebocoran
melalui celah ini, yang besarnya :

Dimana G kebocoran ditentukan berdasarkan tekanan kritis:

Bila tekanan kritis lebih rendah dari p2 ,maka kecepatan uap di dalam
labirin adalah lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir
kebocoran ditentukan dengan persamaan:

dimana :
g = 9,81 m/det2, kecepatan gravitasi
z = jumlah labirin
v1= volume uap sesudah nozel
Sebaliknya, bila tekanan kritis lebih tinggi dari p2, maka kecepatan uap
adalah lebih tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa alir kebocoran
dihitung dengan :

Gambar Celah kebocoran uap tingkat tekanan pada turbin impuls


8) Kerugian Akibat Kebasahan Uap
Dalam hal turbin kondensasi, beberapa tingkat yang terakhir biasanya
beroperasi pada kondisi kondisi uap basah yang menyebabkan
terbentuknya tetesan air. Pada saat bersamaan tetesan air ini menerima
gaya percepatan dari partikel-partikel uap searah dengan aliran.
Jadi sebagian energi kinetik uap hilang dalam mempercepat tetesan air ini.

dimana :

hi = penurunan kalor yang dimanfaatkan pada tingkat turbin dengan


memperhitungkan semua kerugian kecuali kebasahan uap x = fraksi
kekeringan rata- rata uap didalam tingkat yang dimaksud
b. Kerugian-kerugian Luar (External Losses)
Kerugian-kerugian ini merupakan kerugian yang bersifat mekanik,
yaitu kerugian energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan-tahanan
mekanik atau gesekan yang tidak langsung mempengaruhi kondisi uap.
Seperti gesekan antara poros dengan bantalan, mekanisme pengatur, pompa
minyak pelumas, serta kerugian karena kebocoran pada paking.
1) Kerugian pada perapat (labyrinth).
Pada turbin tekanan tinggi, jika sistem perapat (gland seal) tidak baik
maka uap akan melewati celah antara sudu tetap dan poros sehingga
energi dari uap tidak semuanya diberikan pada turbin untuk melakukan
kerja.
2) Kerugian karena derajat kebasahan uap.
Pada turbin tekanan rendah temperatur uap mulai menurun, akibatnya uap
pada daerah ini menjadi uap basah. Pada tingkat kebasahan tertentu
kecepatan fraksi air akan lebih rendah dari sudu maka bukan air yang
memutar sudu tetapi sebaliknya. Karena hal tersebut maka akan terjadi
erosi pada sudu selain itu juga terjadi kerugian mekanik karena fraksi uap
menghambat kerja sudu turbin.
3) Kerugian Throttling pada beban partial.
Pada saat beban partial atau mode sequence tidak semua katup governor
membuka secara keseluruhan, ada yang membuka sebagian ada yang
menutup (throttling). Hal ini merupakan kerugian karena pada proses
throttling terjadi proses penurunan temperatur dan tekanan, akibatnya
ekspansi pada turbin akan berkurang.

4) Kerugian Mekanik
Besarnya kerugian gesekan yang terjadi pada bantalan tergantung pada
kondisi sistem pelumasan. Faktor yang dominan dari sistem pelumasan
baik dalam pembentuk lapisan pelumas (lapisan flim) maupun terhadap
koefisien gesek adalah kekentalan (viscosity) minyak pelumas. Sedangkan
kekentalan minyak pelumas merupakan fungsi dari temperatur. Bila
kekentalan terlalu rendah maka pelumas film akan rusak yang pada
akhirnya meningkatkan gesekan antara poros dengan bantalan. Bila
kekentalan minyak pelumas terlalu tinggi maka koefisien gesek minyak
pelumas akan bertambah besar sehingga pada akhirnya juga meningkatkan
gesekan. Karena itu temperatur minyak pelumas merupakan parameter
penting yang harus selalu diperhatikan secara seksama oleh para operator.
Kerusakan poros akibat sistem pelumasan yang gagal ditunjukkan pada
gambar berikur.

Gambar Kerusakan pada poros turbin akibat pelumasan yang gagal


5) Kerugian pada jalur perpipaan
Jalur pipa uap selalu diisolasi selain sebagai pengaman bagi operator juga
untuk mencegah panas berpindah pada udara sekitar. Jika jalur ini bocor
atau tidak terisolasi dengan baik maka akan terjadi kerugian panas karena
panas uap berpindah ke lingkungan.

2. Kerugian Pada Turbin Air

a. Kavitasi
Kavitasi adalah suatu gejala fisik yang dialami oleh cairan, pada saat
cairan mendekati tekanan uap, misalnya pada kondisi hampa udara. Pada saat
tekanan turun menjadi tekanan uap, air mulai menguap pada saat yang sama, gasgas yang larut secara normal juga mulai bebas sehubungan dengan tekanan
rendah.Jadi, pada air yang mengalir, gelembung- gelembung kecil (minute
microscopic bubbles) terbentuk yang berisi uap dan gas. Gelembung itu dapat
disebut kavitasi di dalam aliran. Gelembung tersebut muncul terus menerus dalam
jumlah besar. Gelembung ini dapat dapat melekat pada permukaan yang padat dan
membentuk suatu rongga dekat ke permukaan atau mereka bisa terangkut bersama
aliran melalui daerah-daerah dimana tekanan yang tinggi mulai terjadi.
Hasil dari lenyapnya gelembung akan menghasilkan merupakan suatu
gelombang kejut yang sama dengan pukulan gelombang air, tetapi dengam suatu
periode yang sangat pendek dan hanya mempengaruhi sebuah ruang pendek,
sebelum ditekan oleh sejumlah masa air yang mengelilingi. Dengan jumlah jutaan
gelembung yang lenyap, akibat umum adalah akan membuat pulsa- pulsa dengan
frekuensi tinggi di daerah yang menyebabkan kelelahan dari suatu proses dari
pengikisan logam atau beton secara berangsur-angsur pada permukaan.
Disamping terjadi pengikisan juga menimbulkan suara dan getaran-getaran dari
mesin dan hasil akhirnya adalah penurunan efisiensi mesin.
Kavitasi bisa dibagi menjadi empat kelompok seperti tersebut di bawah
ini:
1. Kavitasi berpindah (travelling kavitation),
2. Kavitasi tetap (fixed cavitation),
3. Kavitasi pusaran (vortex cavitation),
4. Kavitasi getaran (vibratory cavitation).
Kavitasi merupakan hal yang sangat penting sebagai konsekuensi dari
efek-efeknya. Efek-efek kavitasi mungkin dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori umum:
a. Efek-efek yang dapat menghasilkan modifikasi hidrodinamika aliran fluida,
seperti timbulnya dan pecahnya gelembung-gelembung uap air.

b. Efek-efek yang dapat menghasilkan kerusakan pada permukaan benda- benda


padat yang berada dalam aliran, seperti terjadinya erosi terhadap runner turbin.
c. Efek-efek lain yang mungkin atau tidak mungkin dibarengi oleh adanya
modifikasi yang jelas dari aliran hidrodinamik atau adanya kerusakan pada
permukaan benda padat yang berada dalam aliran, misalnya terjadinya getarangetaran, timbul suara bising dan turunnya efisiensi trubin.
Kavitasi tidak muncul begitu saja pada sebuah aliran fluida, tentunya ada
beberapa fakto yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kavitasi antara lain:
1. Tekanan udara luar dimana instalasi dipasang.
2. Temperatur fluida yang digunakan. Temperatur fluida yang digunakan
diusahakan serendah mungkin sehingga tekanan penguapannya akan naik.
3. Kecepatan aliran disisi buang sebaiknya diusahakan serendah mungkin agar
perbedaan tekanan tidak terlalu tinggi.
4. Kerugian akibat gesekan fluida dengan dinding saluran.
Untuk menghitung tingkat kavitasi alam turbin air digunakan angka
Thoma (c), dalam head bersih (H) untuk mesin tersebut. Dengan demikian:
Patm Pmin
Agar kavitasi tidak terjadi pmin harus lebih besar daripada tekanan penguapan
cairan pv. Dengan demikian, dimana:
Patm Pv
dimana
Oc
: Thoma kritis
a
: Thoma aktual
Patm : tekanan atmosfer (Pa)
pv
: tekanan penguapan fluida kerja
(Pa)
Pmin : tekanan minimum fluida (Pa)
H
: tinggi tekan pada turbin (m)
jika didapatkan nilai < 1 maka pada turbin tersebut tidak terjadi kavitasi.
b. Head Turbin

Head turbin dapat juga disebut sebagai tinggi jatuh air dan sering
dinotasikan sebagai H. Head turbin dapat ditentukan berdasarkan persamaan
Bernoulli. Menurut persamaan Bernoulli besar energi aliran adalah :

dimana notasi :
m = massa
g = kecepatan gravitasi bumi
z = selisih ketinggian (tinggi air atas tinggi air bawah)
P = tekanan
c = kecepatan
Jika pada aliran tersebut m = 1 kg, maka energi spesifiknya :

Bila energi spesifik tersebut dibagi dengan gravitasi maka ketinggian :

dimana :
z adalah ketinggian dari suatu tempat yang dipakai sebagai standar
Dinamakan Tinggi Tekan
Dinamakan Tinggi Kecepatan
Hal ini sesuai dengan Bunyi Persamaan Bernoulli :
Pada tiap saat dan

tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa

tanpa gesekan yang tidak bergerak, akan mempunyai jumlah energi ketinggian
tempat, tekanan dan kecepatan yang sama besarnya

Gambar Diagram Bernoulli Untuk Turbin Air.


Persamaan momentum untuk pipa yang dialiri fluida, dimana sifat fluida konstan
sebagai berikut:

Saat head loses akibat gesekan tidak diperhitungkan, maka persamaan momentum
akan berubah menjadi persamaan Bernoulli. Persamaan ini ditemukan pada aliran
fluida yang tidak mengalami
gesekan.

Persamaan momentum untuk titik 1 dan 3, diperoleh:

Persamaan momentum untuk titik 2 dan 3, diperoleh:

Keterangan:
P = tekanan absolut (N/m2)
v = kecepatan (m/s)
Hl = head loses pada pipa (m)
Heff = head efektif (m)
Untuk kondisi-kondisi instalasi turbin air di atas dimana:

Untuk waduk (reservoir titik 1) kecepatan V1 0.


(pressure grade adalah nol).
Maka,

Persamaan kontinuitas :
Q=VA
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang pipa (m2)
Head losses yang terjadi pada saluran pipa:
1. Mayor Loses yang terjadi akibat gesekan aliran dalam satuan pipa

2. Minor Loses yang terjadi akibat adanya perlengkapan (equipment)


pipa, seperti belokan (elbow), valve, saringan dan peralatan
lainnya.

3. Kerugian Pada Turbin Gas


Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi
kerugiankerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh
turbin gas dan berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu sendiri.
Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas.
Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:
a. Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan
(pressure losses) di ruang bakar.
b. Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan
terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan angin.
c. Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur
dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
d. Adanya mechanical loss, dsb.

4. Kerugian Pada Turbin Angin


Kelemahan Turbin Angin Horizontal
a. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit
diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari
seluruh biaya peralatan turbin angin.
b. Turbin Angin Horizontal yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang
yang sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
c. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang
berat, gearbox, dan generator.
d. Turbin Angin Horizontal yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
e. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan lansekap.
f. Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh
turbulensi.
g. Turbin Angin Horizontal membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan
untuk membelokkan kincir ke arah angin.
Kekurangan Turbin Angin Vertikal
a. Kebanyakan Turbin Angin Vertikal memproduksi energi hanya 50% dari
efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.

b. Turbin Angin Vertikal tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju
lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.
c. Kebanyakan Turbin Angin Vertikal mempunyai torsi awal yang rendah, dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar.
d. Sebuah Turbin Angin Vertikal yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan
pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya
dorong ke bawah saat angin bertiup.

C. DAYA TURBIN
1. Daya Yang Dihasilkan Turbin Air (P)
Perhitungan Daya Fluida / Air (WHP)
Water Horse Power (WHP) adalah daya indikatif yang diberikan oleh
fluida kepada sudu-sudu turbin. WHP merupakan energi yang dimiliki oleh air
dalam bentuk velocity head (head tirbin) yang nantinya akan diubah menjadi
energi poros.

Dari kapasitas air V dan tinggi air jatuh H dapat diperoleh Daya air

Dimana:
Pa = Daya air (kW)
Q = kapasitas air (m3/detik)
= kerapatan air (kg/m3)
g = gaya gravitasi (m/detik2)
H = tinggi air jatuh (m)
Dan efisiensi turbin:

Maka daya turbin yang diperoleh

Dimana :
Pt = Daya Turbin(kW)
= efisiensi turbin

Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi jatuh air, dengan
kapasitas aliran sama, akan mempuyai energi potensial yang lebih besar
dibandingkan dengan tinggi jatuh air yang lebih rendah. Logika tersebut juga
berlaku sebaliknya, yaitu untuk tinggi jatuh air yang sama, energi potensial yang
dimiliki akan lebih besar apabila kapasitas aliran air juga besar.
Analisa turbin_
2. Daya Yang Dihasilkan Turbin Angin
a. Teori Momentum Betz
Teori momentum Betz sederhana berdasarkan pemodelan aliran dua
dimensi angin yang mengenai rotor menjelaskan prinsip konversi energi angin
pada turbin angin terlihat seperti pada gambar 2.16. Berkurangnya kecepatan
aliran udara disebabkan karena sebagian energi kinetik angin diekstrak oleh rotor
turbin angin.

Gambar Pemodelan Betz untuk aliran angin (Sumber: John Twidell dan Tony
Weir [7], hal 274)
Penampang A1 adalah luas sapuan rotor turbin, luas A0 dan A2 luas
penampang aliran masuk dan keluar dengan massa angin konstan mengalir
melalui A1. A0 diposisikan pada dari arah datangnya angin tanpa dipengaruhi oleh
rotor turbin, dan A2 diposisikan pada kecepatan angin rendah.
Tahap 1 : Untuk menentukan u1. Gaya F yang terjadi pada turbin adalah seiring
berkurangnya momentum per-satuan unit waktu dari aliran massa angin m
F = m u0 m u2

(I)

Gaya yang terjadi dengan asumsi kecepatan aliran angin seragam u1. Daya yang
diekstrak turbin adalah:
PT = F. u1 = m (u0 u2)u1

( II )

Kehilangan energi aliran persatuan waktu adalah energi yang diekstrak dari angin:
Pw = m (u02 u22 )

( III )

Dengan menyamakan persamaan (II) dan (III):


(u0 u2 )u1 (u02 u22) = (u0 u2)( u0 + u2)

( I V)

Sehingga:
u1= (u0 u2 )

(V)

Dengan demikian, sesuai teori momentum linier ini, kecepatan angin melalui
activator disc tidak bisa lebih rendah setengah dari kecepatan angin masuk.
Tahap 2: Mengetahui u1, menghitung daya yang diekstrak dari angin. Massa
aliran yang melalui disc per-satuan waktu yaitu:
m=

Au
t t

( VI )

Substitusi ke persamaan (II),


PT =

A u 2 (u -u )
1 1
0
2

( VII )

Kemudian substitusi u2 dari persaamaan (V)


PT =

A u 2 [u (2u u )] = 2
1 1
0
1
0

A u 2(u u )
1 1
0
1

( VIII )

Interference factor a adalah faktor penurunan kecepatan angin pada turbin,


sehingga:
( IX )
Melalui persamaan (IX),
(X)
Dari persamaan (V), substitusi ke persamaan (VIII),

Dengan membandingkan persamaan


PT = Cp P0
dimana P0 adalah daya angin yang tersedia, Cp adalah koefisien daya:
Cp = 4a (1 a)2

Maksimum nilai Cp yang terjadi pada model saat nilai a = 1/3, seperti pada
gambar 2.17 :
Cpmax = 16/27 = 0,5925
Dari perkiraan model, saat a = 1/3, diperoleh = 3u0/4 dan u2 = u0/2; saat a = 0,5, ut
= u0/2 dan ut = 0.

Gambar 7. Koefisien daya Cp sebagai fungsi faktor a (Sumber: John Twidell dan
Tony Weir [7], hal 277)
b. Sistem Konversi Energi Angin (SKEA)
Sistem konversi energi angin merupakan suatu sistem yang bertujuan
untuk mengubah energi potensial angin menjadi energi mekanik poros oleh rotor
untuk kemudian diubah lagi oleh alternator menjadi energi listrik. Prinsip
utamanya adalah mengubah energi listrik yang dimiliki angin menjadi energi
kinetik poros. Besarnya energi yang dapat ditransferkan ke rotor tergantung pada
massa jenis udara, luas area dan kecepatan angin. Hal ini selanjutnya akan dibahas
melalui persamaan-persamaan.
Energi kinetik untuk suatu massa angin m yang bergerak dengan kecepatan
v yang nantinya akan diubah menjadi energi poros dapat dirumuskan sebagai
berikut:
E = 1/2 mv 2(Nm)
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)
Dimana:
m : massa udara yang bergerak (kg)
v : kecepatan angin (m/s)

Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh
turbin angin untuk memutar rotor.
Dengan menganggap suatu penampang melintang A, dimana udara dengan
kecepatan v mengalami pemindahan volume untuk setiap satuan waktu, yang
disebut dengan aliran volume V sebagai persamaan:
V = vA
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)
Dimana:
V : laju volume (m /s) v : kecepatan angin (m/s)
A

: luas area sapuan rotor (m )

Sedangkan aliran massa dengan kecepatan udara v


m=

Av

(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 82)


Persamaan-persamaan diatas menunjukkan energi kinetik dan aliran massa
yang melewati suatu penampang melintang A sebagai energi P ;
P=

A
V

(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 82)


Dimana:
P : daya mekanik (W)
v : kecepatan angin (m/s)
: densitas udara ( rata-rata : 1,2 kg/m3)
Karena setiap jenis turbin angin mempunyai karakteristik aerodinamika
yang unik, maka faktor daya sebagai fungsi dari TSR untuk setiap jenis turbin
angin juga berbeda-beda. Dengan memasukkan faktor daya Cp, sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, gaya mekanik aktual yang dapat diperoleh dari energi
kinetik pada angin menjadi:
P = C p r j p Av 3
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 98)

Parameter utama yang mempengaruhi Cp adalah: jumlah bilah sudu,


panjang chord bilah sudu, karakteristik aerodinamis bilah sudu, NREL
menambahkan kemampuan sebuah SKEA juga dibatasi oleh rugi-rugi pada
generator dan sistem transmisi.
c. Brake Horse Power (BHP)
Brake Horse Power adalah daya dari turbin yang diukur setelah
mengalami pembebanan yang disebabkan oleh generator, gearbox, pompa ataupun
perangkat tambahan lainnya. Brake yang dimaksud adalah suatu peralatan yang
digunakan untuk memberikan beban pada turbin sehingga putarannya dapat
terjaga secara konstan. Dalam percobaan nantinya BHP diukur dengan
menggunakan generator listrik. Dengan mengukur besarnya tegangan yang
dihasilkan, dapat diketahui besarnya daya generator. Seperti pada rumus :
Dimana :
P =Daya generator listrik (Watt)
V=Tegangan generator listrik (Volt)
I = Arus listrik (Ampere)
Besarnya BHP dapat dihitung setelah didapatkan harga Pgenerator dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
BHP = Brake Horse Power (Watt)
Pgenerator=Daya generator listrik (Watt) = Efisiensi generator (%)

3. Daya Pada Turbin Uap


Turbin uap dibuat dengan daya yang telah ditentukan. Daya yang dihasilkan turbin
diperoleh dari selisih entalphi (panas jatuh) dan kapasitas uap ( massa aliran uap
persatuan waktu ) yang masuk kedalam turbin. Dan pada saat transformasi energi

didalam turbin terjadi kerugian, sehingga daya yang dihasilkan turbin dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
P = h . ms . i . m

dalam KW

Dimana :
h : selisih entalpi dari ekspansi esentropik antara uap baru masuk kedalam
turbin dengan uap bekas yang keluar dari turbin , dalam KJ/Kg.
Ms : kapasitas uap (massa uap yang masuk kedalam turbin persatuan
waktu).
i : Rendemen dalam turbin.
m : Rendamen mekanis dari turbin
4. Daya Pada Turbin Gas
Gas turbin siklus tertutup bekerja berdasarkan siklus Joule seperti yang
diperlihatkan gambar 2.

Gambar 31. Gas turbin siklus tertutup tekanan konstan


Proses 1-2 memperlihatkan pemanasan udara di dalam ruang pemanas pada
tekanan konstan. Proses 2-3 memperlihatkan ekspansi isentropik udara di dalam
turbin. Proses 3-4 memperlihatkan pendinginan udara pada tekanan konstan di
ruang pendingin. Terakhir, proses 4-1 memperlihatkan kompresi isentropik udara
di kompresor.
Kerja yang dilakukan turbin per kg udara:
W = Cp (T - Ti)
Dan kerja yang diperlukan kompresor per kg udara:

Wc = Cp (Ti - T4)
Kerja netto yang tersedia:
W = Wt Wc

Anda mungkin juga menyukai