Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Status Gizi Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III

Di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun 2011


Triwidiyantari D, Sabarudin U, Anwar R
Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak
Kurang energi kronis dan anemia merupakan masalah gizi yang sering dialami oleh ibu hamil
yang dapat berefek buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun bagi janin yang dikandungnya.
Kurang energi kronis pada ibu hamil bisa terjadi karena konsumsi energi maupun protein
mengalami kekurangan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan status gizi kurang energi kronis dengan anemia gizi pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun 2011. Metode yang
digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
adalah ibu hamil di Puskesmas Garuda Kota Bandung sebanyak 68 orang. Pengambilan data
dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data primer yaitu mengobservasi langsung
status gizi ibu hamil dengan pengukuran antropometri (Lingkar Lengan Atas/ LLA), dan
pemeriksaan kadar haemoglobin. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square untuk
mengetahui hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Faktor risiko dicari dengan
mencari nilai risiko relatif.
Kata Kunci: Status Gizi, Anemia, Ibu Hamil.
1.

Pendahuluan

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif tinggi
dibandingkan dengan negara lain di ASEAN. Pada hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu
248/100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000
Kelahiran Hidup. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi kehamilan
dan cara pencegahannya telah diketahui. Akan tetapi, jumlah kematian ibu dan bayi masih
tetap tinggi. Di Indonesia penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia, sedangkan penyebab tak langsung kematian ibu diantaranya anemia, dan Kurang
Energi Kronik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seorang wanita mengalami kekurangan
gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Kurangnya protein disini
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau
dikarenakan suatu penyakit tertentu. Kebutuhan gizi seorang wanita meningkat selama masa
kehamilan. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan
gizinya selama hamil berada pada kondisi yang baik. Status gizi ibu sebelum dan selama
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang
dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Sebagaimana
telah diketahui bahwa rendahnya kadar hemoglobin dalam darah mengakibatkan suatu
keadaan yang disebut anemia. Menurut Berger (1998) diacu dalam Darlina, selain asupan zat
besi yang kurang dari makanan, anemia dapat terjadi karena pada masa kehamilan terjadi
perubahan yang berhubungan dengan darah sehingga mengakibatkan turunnya kadar Hb di
dalam darah. Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita
hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada 21% ibu hamil. Angka
kejadian anemia kehamilan di Kota Bandung pada tahun 2010 adalah 9.39%. Tercatat bahwa
dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang mengalami anemia kehamilan. Anemia pada ibu
hamil diketahui berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya.
2.2 Tinjauan Pustaka
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal
melalui proses dingesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Contoh: gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah
keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi

kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein
(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan
yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein
dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis
lainnya. Penilaian status gizi menurut Supariasa terbagi dalam dua metode yaitu metode
penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran status gizi dapat diukur dengan cara yang sederhana yaitu dengan antropometri.
Antropometri secara umum artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit.
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi
protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.
Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
LLA kurang dari 23,5 cm atau bagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan dengan berat bayi lahir rendah. Kebutuhan
energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa
kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300
kalori setiap hari selama hamil. Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan
atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada
awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita
sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for
disease control (1990) mendefinisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua.
Penurunan sedang kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan pada wanita sehat
yang tidak mengalami defisiensi besi atau folat disebabkan oleh penambah volume plasma
yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah. Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit
ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua. Istilah anemia fisiologis
yang telah lama digunakan untuk menerangkan proses ini kurang tepat dan seyogyanya

ditinggalkan. Pada kehamilan tahap selanjutnya, ekspansi plasma pada dasarnya berhenti
sementara massa hemoglobin terus meningkat. Menurut Depkes, pengukuran lingkar lengan
atas (LLA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita
Usia Subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dapat digunakan
untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu
hamil yang mempunyai ukuran LLA<23.5 cm (SKRT 2001). Deteksi KEK dengan ukuran
LLA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan
sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.
Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita
anemia. Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih
besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi yaitu penelitian yang mencoba melihat
gambaran hubungan antara beberapa variabel (Kountur, 2004). Pada penelitian ini akan dicari
tentang Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas
Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Garuda Kota
Bandung Periode Juni Tahun 2011. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti mendapatkan
jumlah ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan ANC selama bulan Mei yaitu
sebanyak 82 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester III yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun 2011.
4.4 Hasil Penelitian
Hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Garuda Kota
Bandung Periode Juni Tahun 2011 terhadap 68 orang ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian
ini sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung memiliki status
gizi yang baik dengan tidak risiko KEK yaitu sebanyak 57 orang (83,82%) dan status gizi

tidak baik yaitu yang risiko KEK sebanyak 11 orang (16,18%). Angka kejadian status gizi
risiko KEK ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Riskesdas yang menunjukkan proporsi yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan
minimal (< 70% AKG) pada ibu hamil sebanyak 44,2%. Hal ini masih menunjukkan
keprihatinan karena angka kejadian status gizi risiko KEK pada ibu hamil masih tinggi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil diantara faktor eksternal yang
meliputi pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Tanpa pekerjaan, pendidikan yang rendah
sudah barang tentu pendapatan pun tidak ada yang mengakibatkan ibu hamil kurang
memperhatikan gizinya karena kurang mendukungnya ekonomi dan ditunjang dengan
pendidikan yang rendah sehingga ibu sendiri tidak tahu dampak dari kurangnya gizi sewaktu
hamil. Faktor internal yang mempengaruhi status gizi ibu hamil yaitu usia, kondisi fisik dan
infeksi. Ibu hamil dengan usia terlampau tua atau muda ditunjang dengan kondisi fisik yang
kurang baik mengakibatkan kurangnya asupan makanan atau kurang nafsu makan sehingga
ibu mengalami anemia. Ibu hamil yang merupakan salah satu indikator yang rentan terkena
anemia, apalagi ibu hamil tersebut memiliki status gizi yang tidak baik. Untuk itu, ibu hamil
harus memperoleh makanan bergizi cukup. Karena dengan asupan gizi yang baik ibu hamil
tidak akan mengalami anemia yang dapat mengakibatkan perdarahan, partus lama, syok,
infeksi dan dampak lainya akibat dari anemia pada ibu hamil dan bersalin. Berdasarkan hasil
penelitian anemia pada ibu hamil trimester III sebagian besar ibu hamil trimester III di
Puskesmas Garuda Kota Bandung yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 51 orang
(75,00%) dan yang mengalami anemia sebanyak 17 orang (25,00%).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor langsung,
tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya
mengkonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya mengkonsumsi promotor
absorbsi zat besi non heme serta adanya infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya
keadaan ibu pada waktu hamil merupakan faktor tidak langsung. Namun secara mendasar
anemia pada ibu hamil disebabkan oleh randahnya pendidikan dan pengetahuan serta faktor
ekonomi yang masih rendah. Pada penelitian hubungan status gizi dengan anemia pada ibu
hamil trimester iii, berdasarkan pengujian dengan menggunakan nilai X2hitung atau
probability, didapatkan hasil bahwa nilai p value (0.000) < 0.05 yang menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III. Oleh karena

itu, ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang agar zat gizi yang
dibutukan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk
kebutuhan basal tubuh selama kehamilan dapat terpenuhi.
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung periode Juni
Tahun 2011 yang mengalami KEK sebanyak 3 orang (4,41%) dan tidak KEK sebanyak 57
orang (83,82%), ibu hamil trimester III yang anemia di Puskesmas Garuda Kota Bandung
periode Juni Tahun 2011 sebanyak 17 orang (25,00%), terdapat hubungan antara status gizi
dengan anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung periode Juni
Tahun 2011.
6.6 Saran
Berdasarkan kesimpulan maka peneliti memberikan saran yang dapat diberikan antara lain:
Disarankan kepada ibu hamil yang mengalami anemia dan KEK hendaknya bisa
memperbaiki gizinya selama waktu sebelum ibu bersalin, minimal untuk menghindari
perdarahan maupun syok, Pemantauan dan upaya perbaikan gizi pada ibu hamil oleh petugas
kesehatan melalui pengukuran LLA dan pengisian KMS ibu hamil secara teratur serta
penyuluhan tentang gizi saat pemeriksaan kehamilan, Dilakukannya upaya sosialisasi pada
masyarakat, terkait dengan faktor-faktor penyebab anemia, serta mendukung program 7T
yang salah satunya adalah konsumsi 90 Tablet Fe selama hamil sebagai pencegahan anemia
pada ibu hamil serta perlunya peningkatan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang
bahaya anemia pada ibu hamil, Untuk pembaca yang merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai status gizi KEK dan anemia pada ibu hamil, diharapkan
dapat melanjutkan penelitian ini dengan meneliti tentang bagaimana pengaruh KEK dan
anemia pada ibu juga terhadap bayi yang dilahirkan atau faktor-faktor lain yang non sosial
yang juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan ibu.
Daftar Pustaka
Saifuddin, B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
UNPKKR-POGI Yayasan Bina Pustaka, 2008
Supariasa, ID. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC, 2002.
Wahyuni, S. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Dengan Status Gizi Ibu

Hamil Di Puskesmas Nusukan Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.


KTI, 2008.
Darlina. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil
[skipsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, 2003.
Sediaoetama A. D. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat, 2002
Sulistyoningsih, haryani. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Dinkes Kota Bandung. Data Ibu Hamil Di Puskesmas Se-Kota Bandung, 2010.
Rasmaliah. Anemia Kurang Besi dalam Hubungannya dengan Infeksi Cacing pada Ibu Hamil
[skripsi]. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara, 2004.
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Pustaka Utama, 2005.
B, Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC, 2004.
Nasution, A.H., dkk. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia.
Jakarta. 2008
Mc Carthy J and Maine D. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal
Mortality. Studies in Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 23-33.
Soebroto, Ikhsan. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia.Yokyakarta: Bangkit, 2009.
Adriaansz G. Asuhan Antenatal. Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta:
Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI, 2008; 278-87.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Budiarto Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC, 2003.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: CV Alfabeta, 2010.
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC, 2007
Prawirohardjo,Sarwono.. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono, 2007
Depkes RI. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1996.
Purwadianto, Agus. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2010
Proverawati, Atikah. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jakarta: Numed, 2010.
Wiryo, Hanarto. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: CV. Sagung
Seto, 2007

Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based
Medicine 1 Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika, 2009

Anda mungkin juga menyukai