Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses internalisasi pengetahuan dalam diri individu.
Aktifitas belajar akan berlangsung dengan efektif apabila seseorang yang belajar berada
dalam keadaan positif dan bebas dari tekanan (presure). Selama ini proses belajar yang
berlangsung di sekolah maupun program-program pelatihan yang diselenggarakan
cendurung berlangsung dalam suasana yang monoton dan membodankan. Dalam kondisi
ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam kepala siswa yang berlaku pasif
yang dikenal dengan istilah pour and snoor. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan
tanpa ada upaya untuk melibatkan potensi siswa untuk berpikir dan memberi respon
terhadap pengetahuan yang ditransfer. Kadang-kadang aktivitas belajar disertai dengan
ancaman yang membuat siswa menjadi selamat. Aktivitas belajar seperti ini jelas akan
membuat pembelajara (learner) dapat menciptakan pengetahuan secara optimal.
Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan mendasar yang
perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki
menjadi kompetensi aktual. Perubahan yang mendasar yang perlu dilakukan mencakup
penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang dapat menjadikan proses belajar
bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi sebuah proses yang
menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang bereaksi dengan pengetahuan yang
dipelajarinya.
Model pembelajaran merupakan suatu pola/rencana yang dilakukan untuk
mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Model pembelajaran
dalam penerapannya, secara umum bercirikan lima hal : sintaksis, hubungan guru-murid
(prinsip reaksi guru), sistem sosial, penunjang (sistem pendukung), dan dampak
instruksional (efek pengajaran/pengiring),
Proses belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini adalah
hal yang sesungguhnya sangat mendasari dari sebuah proses belajar. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah quantum learning merupakan strategi pembelajaran yang
digunakan untuk siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk
mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar

harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya bepikir, dan situasi dirinya. Dengan
begitu, pembelajaran akan dengan cepat mendalami sesuatu.
Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan
cara quantum learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan
didalami dengan suasana yang menyenangkan.
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada permasalahan yang telah diungkapka di atas, maka masalah
penilitan ini diidentifikasi segabai berikut :
1. Apakah pengaruh model pembelajaran tipe quantum learning terhadap hasil
belajar matematika siswa ?
2. Apakah kompetensi guru berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ?
3. Apakah kondisi lingkungan di sekolah berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa ?
4. Apakah kondisi lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa ?
5. Apakah kondisi lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa ?

C. Pembatasan Masalah
Dari sejumlah permasalahn seperti yang dikemukankan di atas, tidak mungkin
permasalahan tersebut terjawab dalam satu kali penelitian. Hal ini disebabkan adanya
berbagai keterbetasan penulis diantaranya : keterbatasan kemampuan, keterbatasan
tenaga, keterbatasa waktu dan keterbatasa biaya. Oleh karena itu, dalam penilitian ini
penulis membatasi masalah-masalah tentang pengaruh pembelajaran tipe quantum
learning terhadap hasil belajar matematika siswa, yaitu sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran tipe quantum learning terhadap
hasil belajar matematika siswa.
2. Penelitian dilakukan dikelas VIII SMPN 1 Jalaksana, Kabupaten Kuningan.
3. Pokok bahasan pembelajaran adalah dimensi tiga.
4. Hasil belajar matematika siswa diambil dari hasil tes berupa pilihan ganda pada
pokok bahasan faktorisasi suku aljabar.
D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe quantum learning terhadap hasil


belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar ?
2. Bagaimana hasil model pembelajaran tipe quantum learning terhadap hasil belajar
matematika siswa pokok bahasan faktorisasi suku aljabar ?
3. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran tipe quantum learning terhadap
hasil belajar matematika siswa pokok bahasan faktorisasi suku aljabar ?
E. Tujuan Penelitian
Maka tujuan dari penelitan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran tipe quantum learning terhadap
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi dimensi tiga ?
2. Untuk mengetahui hasil model pembelajaran tipe quantum learning terhadap hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan dimensi tiga ?
3. Untuk mengetahui besar pengaruh model pembelajaran tipe quantum learning
terhadap hasil belajar matematika siswa pokok bahasan dimensi tiga ?
F. Kegunaan Penelitian

Peniliti dapat mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dengan model pembelajaran


tipe quantum learning dengan pokok bahasan dimensi tiga di kelas XI SMPN 1
Jalaksana.

Peniliti juga dapat mengetahui minat, bakat dan keaktifan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe quantum learning ini.

BAB II
ACUAN TEORITIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Konsep Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Pengertian Quantum Learning
Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang
menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang tua lain.
Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di
dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi
utama untuk mendesain suati proses belajar yang menyenangkan yang
disesuaikan dengan perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsurunsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.1
Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenagkan dan bermanfaat. Beberapa tekni yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah
popoler dan umum digunakan. Namun, Bibii De Porter mengembangkan teknikteknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membuat para sisiwa menjadi
responsif dan bergairah dalam mengahadapi tantangan dan perubahan realita
(yang berkaitan dengan sifat jurnalisme). Quantum Learning berakar dari upaya
Georgi Lozanova, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen
yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situas belajar, dan setiap detail apapun
memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif,
beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman.
Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar,
ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajar sugestif bermunculan.
Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai
inteaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Mereka memislakan
1

Ahmad dan Joko. 1997. Model Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, hal. 27

kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan
mengutip rumus klasik E = m.c, mereka alihkan energi itu ke dalam analogi
tubuh manusia yang secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita
adalah meraih seanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar
menghasilkan

energi

cahaya.

Pada

kaitan

inilah,

quantum

learning

menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan dengan teori,


keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan
strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan
modalitas (visual, audiorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan
holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dan simbol (metaphoric
learning), simulasi/permainan.2
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai
berikut. Para siswa dikenal tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas.
Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimiliki oleh Albert Einsten. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah
yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian
Global Learning dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak
seorang anak 6-7 tahun seperti spon menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan
kerumitan bahsa yang kacau dengan cara yang menyenagkan dan bebas sters.
Bagaimana faktor-fator umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah
menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan
bahwa kegagalan dalan belajar bukan merupakan rintangan. Kayakinan untuk
terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan
dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan
tepukan.3
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan
struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong
peningkatan kecerdasan linguistik, matematiak, visul/spasial, interpersonal,
intrapersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik
2

Bobbi Porter. De dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning: Membiaskan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Bandung: Kaifa. hal. 16


3

Gordon Dryden. 2003. Revolusi Cara Belajar; The Learning Revolusion Bagian I. Bandung: Kaifa. hal. 26

(melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui


perawatan yang besar dan pengondisian emosional yang sehat).4

Iwan Sugiaro. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dan Berfikir Hoilistik Dan Kreatif. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, hlm. 30

b. Asas-Asas Pembelajaran Quantum Learning


Untuk meraih hasil pembelajaran yang maksimal dalam pembelajaran
quantum, diperlukan acuan berupa asas-asas tertentu. Dalam quantum learning,
setidaknya terdapat tiga asas utama, yakni melibatkan emosi dalam belajar,
maksmimalisasi fungsi otak, dan memadukan S-A-V-I dalam pembelajaran.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga asas tersebut.
1. Melibatkan Emosi Positif dalam Belajar
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa emosi positif sangat
membantu keberhasilan belajar peserta didik. Penilitian yang dilakukan oleh
Daniel Goleman menunjukkan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan
saraf otak kurang dari yang dibutukan untuk merekatkan pelajaran ke
dalam ingatan. Penelitian lain menunjukkan bahwa keterlibatan emosi
mampu memperbesar memori dan ingatan jangka panjang (Hamruni, 2009).
Untuk melibatkan emosi dalam pembelajaran, guru harus menciptakan
kesenangan

dalam

belajar

dengan

cara

menjalin

hubungan

dan

menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Dalam hal ini, terdapat
tiga langkah untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Pertama, afrimasi. Cara ini diyakni mampu menggapai suara hati peserta
didik lebih dalam. Sebab pada dasarnya sepanjang proses pembelajaran, hati
peserta didik bersuara tiada henti. Fenomena ini biasanya disebut sebagai
dialog internal, atau dalam bahasa Vygotsky disebut inner speace. Kedua,
mengakui. Pada dasarnya, setiap orang ketika mendapat pengakuan akan
merasa senang, bangga, percaya diri, dan termotivasi. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa kemampuan peserta didik juga akan meningkatkan
karena pengakuan guru (Hamruni, 2009). Ketiga, merayakan kerja keras.
Merayakan keberhasilan setelah bekerja keras akan memotivasi peserta
didik untuk melakukan pekerjaan yang lain. Hal ini karena perayaan akan
memberi kesan takjub pada setiap keberhasilan yang diraih, meskipun
sederhana.
2. Maksimalisasi Fungsi Otak
Melibatkan otak dalam pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Kinerja otak ketika belajar telah banyak diungkapkan

oleh para ahli neurosains.

Tetapi semuanya seolah-olah tidak mampu

memberikan gambaran yang komprehensif mengenai otak. Walaupun


demikian, semuanya mempunyai kontribusi besar dalam penjelasannya.
Hanya saja selama ini proses pembelajaran cenderung memisahkan antara
pikiran fisik, dan perasaan atau emosi. Duduk membisu membuktikan
proses pembelajaran yang memisahkan diantara ketiganya. Saat ini harus
dimanfaatkan kekuatan seluruh diri (pikiran, tubuh, emosi, dan semua
indera).
Dalam salah satu tujuan dari tahap persiapan siklus accelerated
learning adalah mencipatkan perasaan (emosi) positif dalam bidang
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kinerja
sistem limbic dalam otak. Sebab fungsi otak bagian ini mendorong yang
bersangkutan untuk kerja sama, bukannya bersaing. Di samping itu, setiap
pembelajaran harus melibatkan fungsi neokorteks otak. Sebab optimalisasi
bagian otak ini dapat membantu cara berpikir, mengelola informasi,
berimajinasi, dan menciptkan makna serta nilai bai dirinya sendiri.
Neurosains modern telah menemukan bahwa otak terbagi menjadi dua
bagian, otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak ini oleh sebgaian
ilmuawan neurosains disebut sebagai otak rasional dan otak intuitif. Belahan
otak kiri bekerja secar linier, rasional, kritis, analitis dan abstrak. Sedangkan
belahan otak kanan bekrja secara subjektif, relasional, holistik, sintetik, dan
konkert (Taufik Paisak, 2006). Di sisi lain, terdapat otak intuitif yang
menurut Taufik Pasiak (2006) disebutkan sebagai otak tengah. Otak ini
baru akan bekerja jika kedua belah otak mengalami jalan buntu. Dengan
demikian, otak intuitif, bukan semacam ilham gaib yang datang secara
tiba-tiba, melainkan proses eureka (aku bisa) setelah kedua belahan otak
tidak mampu menjawab berbagai persoalan.
3. Memadukan S-A-V-I dalam Pembelajaran
Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar
yang disebut Belajar Berbasis Aktivitas (BBA). Artinya, belajar dengan
bergerak aktif dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan
membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Belajar

model ini jauh lebih efektif daripada yang didasarkan pada persentasi,
materi, dan media, sebab gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian
otak yang akan terkoneksi oleh gerakan fisik adalah korteks motor, dimana
fungsi otak bagia ini untuk berpikir memecahakn masalah. Oleh karena itu,
proses pembelajaran harus menggabungkan antara gerakan fisik dan seluruh
indera yang ada. Inilah yang disebut dengan model SAVI (Somatis, Audio,
Visual Intelektual) dalam pembelajaran.
c. Konsep Dasar Quatum Learning Bermuatan Karakter
Secara implisit, quantum learning telah memuat beberapa nilai karakter,
seperti rasa ingin tahu dan penghargaan yang tinggi terhadap prestasi. Hal ini
dibuktikan dengan pembelajaran quantum yang mensyaratkkan interaksi
antara guru dengan peserta didik, maupun sesama peserta didik itu sendiri.
Bahkan interaksi yang terjadi memuncak hingga menghasilkan cahaya,
yakni prestasi yang mengagumkan, prestasi yang mencerdaskan dan membuat
peserta didik bangga akan prestasi yang diraihnya. Di samping kemenangan
(prestasi yang diraih) setiap usai pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
quantum learning sangat menghargai prestasi.
1). Belajar Tentang Cara Belajar
Teori belajar quantum
membekali para peserta didik dengan
pengetahuan tentang berbagai gaya belajar sesuai dengan modalitas masingmasing peserta didik. Pengetahuan dalam bidang inilah dikenal dengan
istilah belajar cara belajar. Cara belajar yang tepat akan sangat
bermanfaat, terutama dalam membentuk keterampilan bersikap positif,
motivasi, dan kreativitas. Cara belajar yang dipelajari dalam teori ini adalah
teknik membaca cepat, membuat catatan efektif, menulis canggih, dan
menghafal secara menakjubkan (DePorter & Hernacki, 2009).
2). Belajar Secara Menyeluruh (Global Learning)
Global Learning adalah cara efektif dan alamiah bagi seseorang untuk
mempelajari segala sesuatu. Cara belajar ini mengambil contoh bagaimana
cara anak mempelajari sesuatu. Seperti pokok bahasan dimensi tiga,
peserta didik mula-mula mengamati bahwa bentuk kubus itu seperti apa,
setelah itu peserta didik membuat gambar dari dimensi tiga bentuk kubus

tersebut, dan selanjutnya mereka mengukur luas dari kubus, kemudian


mereka menghitung volumenya. Kegiatan peserta didik ini mirip dengan
kegiatan ilmuwan untuk menyelidiki objek. Inilah yang disebut dengan
global learning, yakni belajar dengan melibatkan seluruh indera. Dengan
demikian, para peserta didik hendaknya menggunakan seluruh inderanya
untuk memperalajari segala hal, sebagaimana anak mempelajarinya atau
mengenal bentuk kubus tersebut (Hamruni, 2009: 59).
d. Nilai-Nilai Karakter dalam Strategi Quatum Learning
Berikut ini dikemukakan nilai-nilai karakter yang ditransformasikan
melalui strategi pembelajaran quatum learning. Setidaknya, terdapat lima dari
delapan

belas

nilai

karakter

yang

dicanangkan

Kemendiknas), yaitu sebagai berikut :


1. Menghargai Prestasi
Stategi pemebelajaran quantum

Kemendikbud

(dulu

(termasuk quatum learning)

mewajibkan guru untuk menghargai pendapat maupun prestasi peserta didik


semaksimal mungkin. Misalnya, jika guru bertanya dan peserta didik
menjawab dengan benar, maka guru harus memberikan apresiasi positif
kepadanya, walaupun sekedar berkata, jawaban yang sangat bagus.
Namun jika jawaban peserta didik salah, guru tidak boleh menyalahkan,
melainkan cukup berkata, hampir tepat, ada yang menjawab lagi?. Bahkan
setiap kali peserta didik berhasil meraih prestasi tertentu, sebaliknya
dirayakan dengan penuh kegembiraan. Inilah nilai karakter terbesar dalam
penerapan strategi pembelajaran quatum learning.
2. Kreatif dan Inovatif
Suasan belajar yang menyenagkan secara tidak langsung memberi
kebebasn berpikir yang seluas-luasnya, tanpa rasa beban takut salah.
Kebebasn berpikir dalam iklim pembelajaran yang demikian sangat
kondusif

untuk memacu berpikir kreatif dan imajinatif. Terlebih lagi

iringan musik barok (musik dengan ketukan 60 bit/menit) dalam


pembelajaran quantum dapat menstimulasi kinerja otak, sehingga pikiran
peserta didik lebih kreatif dan imajinatif.
3. Mandiri

Konsep

pembelajaran

AMABAK

(Apa

Manfaat

BagiKu),

mencerminkan sikap kemandirian yang teguh. Bahkan konsep ini menjadi


daya

motivasi

dan

semangat

pemebelajaran.
4. Rasa Ingin Tahu
Pikiran kreatif dan imajinatif

tersendiri

dalam

memulai

setiap

secara otomatis akan semakin

menaikkan tensi ras ingin tahu yang lebih tinggi. Terlebih lagi iklim
kebebasan berpikir yang memadai akan mendorong dipenuhinya rasa ingin
tahu tersebut. Selain ini, imajinasi yang melayang-layang dan ingin segera
direalisasikan melalui pikiran kreatif turut mendorong segera ingin
dipuaskan rasa ingin teresbut. Inilah nilai karakter yang berusaha
ditanamkan guru kepada peserta didik melalui strategi pembelajaran
quantum.
5. Gemar Membaca
Dalam strategi quantum learning, terdapat berbagai metode baca cepat
dan menulis kilat. Bahkan metode ini dikemas dalam nuansa yang sangat
menyenangkan, sehingga secara alamiah peserta didik akan memiliki
kebiasaan gemar membaca tanpa dipaksa dan menulis dengan rapi.
e. Prosedur Pelaksanaan Quantum Learning Bermuatan Karakter
Berdasarkan strategi pembelajaran quantum learning diatas, dapat disusun
prosedur untuk melaksanakannya dalam pembelajaran di sekolah/madrasah. Cara
menerapkan strategi ini terkesan lebih jauh sederhana daripada penerapan strategi
pembelajaran yang lainnya, karena tekanan utama dalam quantum learning adalah
kebebasan berpikir peserta didik, sehingga hal-hal teknis termasuk prosedur yang
dibuat peserta didik itu sendiri. Sedangkan guru hanya memfasilitasi agar pikiran
peserta didik berkembang secara bebas, kreatif dan imajinatif. Berikut ini terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran
quantum learning tersebut.
1. Menciptakan Suasana Pembelajaran Alamiah yang Rileks dan Tanpa Beban
Suasan ini dapat diwujudkan dengan mengatur ruangan kelas sesuai
kenyamanan pesrta didik. Jika memungkinkan, penataan meja dan kursi
tidak harus urut berbaris yang kaku dan harus lurus, melainkan bisa
melingkar, membentuk meja bundar, elips, persegi panjang, dan sebagainya.

Bahkan jika diperlukan, ubahlah bentuk atau susunan kursi amupun meja
setiap

pembelajaran.

Di

balik

pengkondisia

suasana

belajar

ini,

dimaksudkan agar guru mampu menanakan nilai-nilai karakter, seprti rasa


ingin tahu, gemar membaca, dan kreatifitas.
2. Menggunakan Bahas Komunikatif dan Suportif
Bahasa yang komunikatif sesuai perkembangan bahasa peserta didik
kan memperdekat hubungan guru-peserta didik, sehingga tanya jawab antar
guru-peserta didik mapun peserta didik sengan peserta didik berlangsung
secara alamah, luwes, fleksibel, dan menyenangkan (sesekali boleh
menggunakan bahasa yang gaul di zaman sekarang ini, yakni bahasa anak
muda gaul sekarang kini) ketika mengajar. Namun guru harus tetap menjaga
kode etik, sehingga tidak memicu reaksi peserta didik yang berlebihan. Di
balik pengguanaan bahasa yang komunikatif dan suportif ini, dimaksudkan
agar guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter, seperti penghargaan
terhadap prestasi, belajar keras, rasa ingin tahu, gemar membaca, dan
kreatifitas.
3. Setiap Aktivitas Pembelajaran Diiringi dengan Musik yang Sesuai
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa musik dapat membantu
prestasi anak dalam banyak hal. Sebagai contoh, St Augustine School of the
Art, Amerika, yang semua peserta didiknya berasal dari keluarga miskin dan
terbelakang sangat senang belajar, terlebih lagi ketika belajar musik. Mereka
sangat bersemangat belajar musik, sampai-sampai mengambil les di luar
sekolahnya untuk bermain musik. Hasilnya? Peserta didik di sekolah ini
mempunyai prestasi akademik yang termasuk paling tinggi di seluruh
Amerika. Lebih dari itu, survey membuktikan bahwa tiga dari 17 negara
yang peserta didiknya setingkat SMP, unggul di bidang sains adalah negara
yang memasukkan pelajaran musik dengan sangat intensif di dalam
kurikulum sekolahnya. Ketiga negara tersebut adalah Hongaria, Jepang, dan
Belanda (Adi w Gunawan, 2003). Hal ini diperkuat oleh berbagai penelitian
di berbagai disiplin ilmu yang menunjukkan bahwa orang yang mengarang
cerita atau menulis dengan diiringi musik jauh lebih kreatif dan imajinatif
daripada yang bekerja ditengah keheningan atau suasana sepi dan sunyi.

Sebagai contoh, seorang penyair terkenal di Amerika pada Abad ke-20, Hart
Crane. Ia dikenal sebagai pemakai rambu Cuba dengan mengobarkan lagu
atau rekamana Bolero dari Ravel sebelum ia mulai. Bahkan ia tidak akan
berhenti menulis kecuali mengganti kaset rekamannya. Konon, tidak pernah
keluar dari kamar keranjingannya sebelum berhasil menulis puisi
terbaiknya (Suyadi, 2009).
Para psikolog juga mengemukakan hasil penelitiannya bahwa
pelajaran piano jauh lebih meningkatkan kemampuan berpikir abstrak
daripada pelajaran komputer. Kemampuan berpikir abstrak inilah yang
nantinya akan berpengaruh besar terhadapa keberhasilan hidup di masa
depan. Sebab kemampuan berpikir ini mampu memberikan kontribusi besar
terhadap keunggulan anak dalam bidang sains modern. Penelitian lain yang
dipublikasikan secara luas juga menunjukkan hal yang hampir bersamaan.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak yang diperdengarkan musik
selama 8 (delapan bulan) mengalami peningkatan kecerdasan intelektual
(IQ) sebesar 46% dibandingakan dengan anak yang tidak diperdengarkan
musik (May Lwin, dkk. 2008).
Berbagai penilitian diatas diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Dee Dickinson, seorang pendiri New Horizon for Learning, yaitu
jaringan

pendidikan

internasional

nirlaba

yang

berkedudukan

di

Washington, menyatakan bahwa sekolah yang mengintegrasikan pelajaran


musik dalam kurikulum sejak taman Kanak-Kanak (TK) mampu
meningkatkan kecerdasan spasial dan logika. Hal ini dibuktikan oleh
seorang alumni Sekolah Hongaria yang meraih peringkat ke-1 dalam bidang
sains modern.
Dibalik kekuatan musik untuk mengiri belajar ini dimaksudkan guru
mampu menanamkan nilai-nilai karakter, seperti gemar membaca tanpa
pakasaan melalui alam bawah sadarnya, kreatif dan imajinatif, rasa ingin
tahu, penghargaan terhadapa prestasi, belajar mandiri, dan lain sebagainya.
4. Merangsang Imajinasi Peserta Didik
Upaya merangsang imajinasi ini bertujuan agar peserta didik dapat
menemukan cara mengerjakn tugas lebih kreatif-inovatif dan menakjubkan.
Strategi ini dapat dilakukan dengan menghubungkan dua benda yang

tampaknya tidak berkaitan, kemudian peserta didik diminta menghubungkan


bahkan menyatukannya. Sekedar contoh, mesi fotocopy dan telepon. Secara
umum, kedua benda elektronik tersebut tidak ada hubungannya, baik bentuk
maupun cara kerjanya. Tetapi oleh otak-otak kreatif, kedua benda tersebut
dapat digabung menjadi satu faksimile (fotocopy jarak jauh).
Para ahli mensinyalir bahwa hampir semua temuan-temuan besar yang
mengguncangkan dunia adalah produk atau hasil kerja otak kreatif. Dibalik
kegiatan ini dimaksudkan para guru mampu menanamkan nilai-nilai
karakter, seperti kreatif, berpikir keras, penghargaan terhadap keberhasilan,
kedisiplinan, kejujuran dan sebagainya.
f. Variasi Pengembangan Quantum Learning Bermuatan Karakter
Menurut Taufik Pasiak, quantum learning adalah salah satau bentuk
pengembangan neurosains (ilmu yang mempelajari tentang otak) di bidang
pendidikan. Neurosains adalah ilmu yang mengalami perkembangan paling cepat
dari ilmu-ilmu yang lain. Dengan demikian, quantum learning sesungguhnya
merupakan hasil dari perkembangan paling muktahir di bidang pendidikan,
khsuusnya strategi pembelajaran.
Dalam hal-hal yang esensisal, sebenarnya nilai-nilai karakter telah termuat
di dalamnya, sebagaimana dikemukakan di atas. Oleh karena itu, pengembanagn
quantum learning tidak menuntut variaasi yang lebih kreatif, karena quantum
learning itu sendiri merupakan startegi pembelajran berbasis kreatif, khususnya
optimalisasi fungsi otak kanan.
Meskipun demikian, bukan berarti quantum learning merupakan strategi
pembelajaran paling maju dan sempurna. Oleh karena itu, upaya pengembangan
variasai masih memungkinkan untuk dilakukan.
g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning
1. Kelebihan/Keunggulan Model Pembelajaran Quantum Learning
Pembelajaran quantum menekankan perkembangan akademis dan
keterampilan. Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning
Forum di Supercamp yang mempraktekan pembelajaran quantum ternyata
murid-muridnya mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi
dan merasa lebih bangga pada diri mereka sendiri. Dalam pendekatan

pembelajaran quantum, pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia


peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini
menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih
efektif yaitu motode belajar-mengajar yang lebih menyengakan.
Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika
belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena
musik akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa
belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih
menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah diterima.
Penyajian materi pelajarannya yang secara alamiah merupakan proses
belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari sehingga
siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar
dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu
kegiatan belajar itu snediri.
Pada pembelajaran quantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah
siswa. Maka dari itu guru mengupayakan

berbagai interaksi dan

menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat
belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan
prestasi siswa.
Quantum learning sebgai salah satu metode belajar dapat memadukan
antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil seseorang. Lingkungan belajar yang
menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri sesorang sehingga
secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode quantum learning
dengan teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat
baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi
kreatif yang terdapat dalam diri siswa.5
Bukan hanya itu ada beberapa kelebihan/keunggulan dari model
pembelajaran quantum learning, yaitu sebagai berikut :
a. Melibatkan teknologi pendidikan terkini karena mempunyai basis
neurosains (cara kerja otak) yang kuat.
5

Tony Buzan. 2004. Mind Map: Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 35

b. Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk melakuakn eksplorasi


pembelajaran sesuai modalitas belajar S-A-V-I (Somatic-Audio-VisualIntelektual) yang dimilki masing-masing peserta didik.
c. Strategi pembelajaran quantum memberi peluang kepada semua peserta
didik untuk mencapai lompatan prestasi belajar secara menakjubkan.6
2. Kekurangan/Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus.
b. Memerlukan proses perencanaan dan persiapan pembelajaran yang
cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi
dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
d. Lebih menekankan pada kompetensi individual dalam mencapai
prestasi belajar, sehingga aspek sosial dan kerja sama kurang
berkembang.
e. Quantum learning lebih menekankan prestasi belajar dalam hal
akademik intelektual namun kurang menaruh perhatian pada aspek
moral, karakter, kepribadian, mapun ahlak.

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. hlm.112

Anda mungkin juga menyukai