Tanah Longsor
Tanah Longsor
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam
memang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, akan tetapi selain
menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi manusia, contohnya akhirakhir ini banyak sekali bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat
fenomena tersebut sehausnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat
hidup selaras dengan alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula
dengan bencana.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling
menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah
penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan
Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara
Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan
itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu
merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian
Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Di
beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa
bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan
gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil
letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas
batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang
hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan
dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada
tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana
tanah longsor. ( Nandi. 2007 )
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumuskan masalahnya
adalah sebagai berikut :
a.
d.
e.
penanggulangan
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui
gambaran
umum
dan
penanggulangan
serta
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dampak bencana tanah
b.
c.
d.
mengetahui
upaya
pencegahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
b. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.
d. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau
material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya
terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
e. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor
jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
rumah miring ke bawah.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.
Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama
bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan
tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu
panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir
dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.
Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada
lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya
adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
g. Susut muka air danau atau bendungan
Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing
akan menjadi terjal.
j.
l.
2)
3)
4)
5)
Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
6)
m. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif
gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
n. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan
sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Peningkatan Morbiditas
Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana
dibagi dalam 2 katagori, yaitu:
a.
b.
2.
b.
obat-obatan, tenaga medis dan para medis yang dapat bertindak cepat
untuk mengurangi kematian tersebut.
3.
4.
b.
5.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BENCANA
DAN KEGAWATDARURATAN
A.
Mapping Bencana
1. Peta Rawan Bencana
Secara geologis Indonesia juga menghadapi ancaman gerakan
tanah, atau yang pada umumnya dikenal sebagai tanah longsor. Hampir
setiap
tahun
Indonesia
mengalami
kejadian
gerakan
tanah
yang
Keterangan :
2. Besaran Masalah
Bencana tanah longsor di Indonesia banyak terjadi di daerah yang
memiliki derajat kemiringan lereng tinggi. Bencana ini umumnya terjadi
pada saat curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan kejadian bencana, daerah
yang sangat rawan terjadi bencana longsor adalah sepanjang pegunungan
Bukit Barisan di Sumatera dan pegunungan di Jawa dan Sulawesi dan di
Nusa Tenggara. Longsor yang menimbulkan korban juga terkadang terjadi
di terowongan atau sumur pengeboran di areal pertambangan. Tanah longsor
juga terjadi setiap tahun terutama di daerah-daerah yang tanahnya tidak
stabil seperti di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009).
Hampir sebagian besar tanah di daerah tropis bersifat mudah
longsor karena tingkat pelapukan batuan di daerah ini sangat tinggi dan
komposisi tanah secara fisik didominasi oleh material lepas dan berlapis
serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini sangat dipengaruhi oleh
kerusakan hutan penyangga yang ada di Indonesia. Karena banyaknya
penebangan di hutan penyangga, wilayah rawan bencana longsor di
Indonesia semakin bertambah. Sebagai contoh, Jawa Barat pada tahun 1990
masih memiliki hutan seluas 791.519 hektar (sekitar 22 persen dari seluruh
luas provinsi ini), tetapi pada tahun 2002 tercatat tinggal 323.802 hektar
(sekitar 9 persen dari luas seluruh Jawa Barat). Tidak mengherankan bila di
provinsi ini banyak terjadi bencana longsor (Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009).
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap
tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp
800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta (Nandi, 2007).
Daerah yang memiliki rawan longsor :
a.
Jawa Tengah 327 Lokasi
b.
c.
d.
e.
Yogyakarta 30 Lokasi
f.
g.
Propinsi
Jumlah
Kejadian
Korban Jiwa
MD
LL
RH
RR
RT
LPR
(ha)
JL
(m)
1. Jawa Barat
77
166
108
198
1751
2290
140
705
2. Jawa Tenah
15
17
31
22
200
75
3. Jawa Timur
27
70
4.
Sumatera
Barat
63
25
16
14
540
60
5.
Sumatera
Utara
126
40
80
6.
Sulawesi
Selatan
33
10
103
411
149
256
1854
2498
751
920
7. Papua
Jumlah
Keterangan :
MD
: Meninggal dunia
BLR
ML
: Luka - luka
BLH
RR
: Rumah rusak
LPR
RH
: Rumah hancur
RT
: Rumah terancam
Lahan
petanian
rusak
(dalam hektar)
JL
: Jalan terputus
B.
Tahap Pengungsian
Tahap pengungsian yang dapat dilakukan dalam menghadapi bencana
tanah longsor adalah (Yayasan IDEP, 2004).
1. Peringatan Bahaya
Peringatan bahaya merupakan hal pertama yang bisa dilakukan
oleh siapa saja yang mengetahui terjadinya bencana. Peringatan ini bisa
menggunakan alat atau model komunikasi yang sudah biasa dikenal oleh
masyarakat setempat. Alat komunikasi seperti: kentongan, bedug dan
lainnya merupakan alat yang sangat membantu.
2. Informasi yang Perlu Disampaikan Pada Masyarakat
a. Tentang bencana (jenis bencana)
b. Besarnya bencana
c. Kapan kemungkinan terjadi
3. Transportasi
Menyediakan transportasi yang ada dan pendukungnya seperti :
supir, bahan bakar. Urutan pengungsian adalah : anak-anak, orang tua,
korban terluka, orang cacat, wanita dan pria.
C.
Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan yang dilakukan untuk bencana tanah longsor (Iwan
Setiawan, 2008).
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor, terutama
pada lereng dan kaki bukit
b. Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya dapat
mengikat tanah secara kuat
c. Tidak menebang atau merusak hutan
d. Melakukan penanaman pada daerah-daerah yang gundul
e. Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada
lokasi rawan longsor
f. Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah
longsor tentang cara menghindari bencana longsor.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Secara operasional, pada
tahap ini diarahkan pada kegiatan :
a. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
b. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan
oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%. Ada beberapa tindakan,
perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat
hunian antara lain :
1) Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap)
2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
Prinsip Penanggulangan
Penanggulangan
bencana
alam
bertujuan
untuk
melindungi
masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu,
dalam penanggulangan harus memperhatikan prinsip-prinsip penanggulangan
bencana alam(Iwan Setiawan, 2008).
Dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan, yaitu :
1. Cepat dan Tepat
Yang dimaksudkan dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam
penanggulangan benacana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai
dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan
bnerdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
2. Prioritas
Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan
pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi dan Keterpaduan
Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa penaggulangan
bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang
dimaksud dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan
pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya Guna da Berhasil Guna
Yang dimaksud dengan prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebiahn. Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna
adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,
bencana
dilakukan
transparansi
secara
adalah
terbuka
dan
bahwa
dapat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Penyebab epidemiologi tanah longsor yaitu; hujan, lereng terjal,
tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat , jenis tata
lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban
tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas
longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung),
penggundulan hutan, dan daerah pembuangan sampah. Adapun dampak
epidemiologi
tanah
longsor
terhadap
kesehatan
masyarakat
yaitu;
rujukan.
Hampir semua pulau utama di Indonesia memiliki beberapa kabupaten dan
kota yang rawan pergerakan tanah, kecuali Pulau Kalimantan yang hanya
memiliki dua kabupaten yang rawan, yakni Kabupaten Murung Raya di
Kalimantan Tengah dan Kabupaten Malinau di Kalimantan Timur. Daerah
yang memiliki relief morfologi kasar dengan lereng-lereng yang terjal
secara umum lebih rawan untuk terjadi gerakan tanah. Di samping itu,
kondisi batuan yang tidak kompak dan mudah mengalami degradasi
umumnya lebih mudah untuk terjadi gerakan tanah. Setidaknya terdapat 918
lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang
Dilokasi Pengungsian
Upaya pencegahan terjadinya bencana tanah lonsor yaitu; pencegahan
tingkat pertama (sebelum terjadinya tanah longsor), pencegahan tingkat
kedua (saat terjadinya tanah longsor), dan pencegahan tingkat ketiga
dan
Akuntabilitas,
Kemitraan,
Pemberdayaan,
Nondiskriminatif, Nonproletisi
B. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk menghindari bencana tanah
longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan)
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam