Anda di halaman 1dari 19

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Akuntabilitas Sektor Publik
Tidak

hanya

perusahaan-perusahaan

yang

selalu

memerlukan

pertanggungjawaban atas kegiatan usahanya, lembaga pemerintahan juga


memerlukan pertanggungjawaban yang baik untuk menilai kinerja sektor publik
juga untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat atas dana yang
diterima sektor publik yang berasal dari masyarakat.
Pengertian akuntabilitas menurut Ihyaul Ulum MD (2004:31) adalah
sebagai berikut:
Akuntabilitas

yaitu

mempertanggungjawabkan

keberhasilan

atau

kegagalan kepada yang mendelegasikan kewenangan dan mereka puas


terhadap kinerja pelaksanaan kegiatannya.
Pengertian akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2002:20) adalah
sebagai berikut:
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pemberi amanah (principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Adapun menurut Peraturan Pemerintah, Peraturan No.24 Tahun 2005


tentang SAP:
Akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
Dari pengertian diatas dapat diambil intinya bahwa akuntabilitas sektor
publik memiliki peranan sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan
karena penyelenggaraan akuntabilitas sektor publik bertujuan untuk memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan
berasal dari masyarakat.
Pengertian Akuntansi Sektor Publik menurut Indra Bastian (2001:6)
menyebutkan bahwa:
Mekanisme teknik dan analisa akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan
departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor
publik dan swasta.
Dari pengertian akuntansi sektor publik diatas, maka dapat diambil intinya
bahwa akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh orang sektor publik terdiri
dari beberapa dimensi. ELLwood (1993) yang dialih bahasakan oleh Mardiasmo

(2002:226) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi


oleh orang sektor publik yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan Akuntabilitas Hukum


2. Akuntabilitas proses
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan.

1.

Akuntabilitas kejujuran dan Akuntabilitas Hukum


Terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power)

sedangkan akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan


adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam
penggunaan sumber daya publik.
2.

Akuntabilitas proses
Terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan

tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi

manajemen,

dan

prosedur

administrasi.

Akuntabilitas

proses

termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan


murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas
proses dapat dilakukan misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark-up dan
pungutan-pungutan lain diluar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi
dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan
kelambanan pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga
terkait dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-

proyek publik. Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah
proses tender telah dilakukan secara fair melalui compulsory competitive
tendering (CCT) ataukah dilakukan melalui pola korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).

3.

Akuntabilitas program
Terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai

atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang


memberikan hasil yang optimal dan biaya yang minimal.
4.

Akuntabilitas kebijakan
Terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun

daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah, baik pusat maupun


daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/D dan
masyarakat luas.

2.1.2 Pengendalian Atas Penerimaan Pajak Daerah


2.1.2.1 Pengendalian
Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi
dijalankan secara ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan suatu sistem
pengendalian yang efektif. Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda
tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi. Organisasi bisnis karena
sifatnya yang berorientasi pada perolehan laba, maka alat pengendaliannya lebih
banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi (negotiated bargain), meskipun hal

tersebut bervariasi untuk tiap organisasi dan tingkatan manajemen. Pengendalian


untuk manajemen level bawah lebih bersifat tegas dan memaksa (coercive),
sedangkan untuk manajemen level atas lebih bersifat normatif.
Sementara itu, organisasi sektor publik karena sifatnya yang tidak
mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar, maka alat
pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi.
Pengertian pengendalian organisasi menurut Mardiasmo (2002:35) adalah
sebagai berikut:
Pengendalian organisasi adalah terkait dengan pengintegrasian aktivitas
fungsional ke dalam sistem organisasi secara keseluruhan.
Pengendalian organisasi diperlukan untuk menjamin bahwa organisasi
tidak menyimpang dari tujuan dan strategi organisasi yang telah ditetapkan.
Pengendalian organisasi memerlukan informasi yang lebih luas dibandingkan
pengendalian keuangan. Informasi yang dibutuhkan lebih kompleks tidak sekedar
informasi keuangan saja. Sebagai contoh dalam sebuah usulan investasi publik,
informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian keuangan adalah berupa prediksi
aliran kas dan profitabilitas dari investasi tersebut. Sementara itu, untuk tujuan
pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih luas meliputi aspek
ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang diajukan.
Pengertian pengendalian intern menurut Krismiaji (2002:218) adalah
sebagai berikut:
Rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau
melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat
dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya
kebijakan manajemen.

Berdasarkan definisi pengendalian intern menurut para ahli maka dapat


disimpulkan bahwa pengendalian merupakan rencana organisasi yang meliputi
para pimpinan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan pengawasan yaitu untuk
menjaga keamanan harta milik perusahaan/lembaga, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Sawyer et. al., (2003:66) yang dialihbahasakan oleh Wuryan mengatakan
bahwa terdapat lima komponen pengendalian yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Risiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pengawasan.

Uraian dari kutipan di atas adalah:


1.

Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah menggambarkan keseluruhan sikap

organisasi yang mempengaruhi kesadaran dan tindakan personel organisasi


mengenai

pengendalian.

Berbagai

faktor

yang

membentuk

lingkungan

pengendalian dalam suatu organisasi adalah nilai integritas dan etika, kompetensi,
filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan
pembebanan tanggung jawab, kebijakan, praktek sumber daya manusia,
kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi, fungsi dewan direksi dan dewan
komite.
2.

Penilaian Risiko

Penilaian risiko meliputi penentuan risiko di semua aspek organisasi dan


penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi risiko, serta pertimbangan tujuan
di semua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi
bekerja secara harmonis. Dengan demikian penaksiran risiko merupakan proses
identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan akuntansi yang diterima umum. Penaksiran risiko
meliputi pertimbangan risiko yang timbul dari perubahan standar akuntansi,
hukum dan peraturan baru, dan perubahan sistem dan teknologi.
3.

Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh

manajemen. Aktivitas pengendalian tersebut meliputi persetujuan, tanggung jawab


dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan
yang kompeten dan jujur, dan audit internal. Aktivitas-aktivitas ini harus
dievaluasi risikonya untuk organisasi secara keseluruhan. Aktivitas pengendalian
bisa dibagi menjadi pengendalian pengolahan informasi, pemisahan tugas yang
memadai, pengendalian fisik asset perusahaan, dan peninjauan atas kinerja.
4.

Informasi dan Komunikasi


Informasi dan komunikasi merupakan bagian penting dari proses

manajemen. Komunikasi informasi tentang operasi pengendalian internal


memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi
efektivitas pengendalian dan untuk mengelola operasinya.
5.

Pengawasan

Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi


yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan pengendalian
manajemen.

2.1.2.2 Penerimaan Pajak Daerah


Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan
pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.
Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari 2001. Dari berbagai
alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undangundang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi
daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Pengertian penerimaan (Modul Online-Opera, 2009) yaitu:
Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau
organisasi tertentu atas penjualan produk atau jasa yang dihasilkan.
Dalam hal ini yang dimaksud dalam penerimaan adalah terkait dengan
penerimaan pajak daerah yang diterima, dipungut dan dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2005:7) adalah sebagai
berikut:

Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah)


berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang
oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Hal ini menunjukan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang


dikenakan berdasarkan Undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan
paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa kas Negara selalu berisi uang
pajak. Selain itu pengenaan pajak berdasarkan Undang-undang akan menjamin
adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar pajak sehingga pemerintah
tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya pajak.
Berdasarkan definisi pajak, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut:
1.

Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.

2.

Pembayaran pajak harus masuk kepada kas Negara, yaitu kas pemerintah
pusat atau kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang dipungut).

3.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi


individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si
pembayar pajak). Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara
jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.

4.

Penyelenggaraan pemerintahan secara umum merupakan manifestasi kontra


prestasi dari Negara kepada para pembayar pajak.

10

5.

Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
menurut peraturan perundang-undangan pajak dikenakan pajak.

6.

Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan. Artinya wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban membayar pajak, dapat dikenakan sanksi pidana
maupun denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengertian pajak daerah menurut Marihot P. Siahaan (2005:10) adalah

sebagai berikut:
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada
orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah

daerah

dengan

peraturan

daerah

(Perda),

yang

wewenang

pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan


untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah

daerah

dalam

melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah


daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, yang diberi kewenangan untuk melaksanakan
otonomi daerah, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua,
yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan
atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah meliputi:

11

1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir.

2.1.2.3 Hubungan Akuntabilitas Sektor Publik dengan Pengendalian Atas


Penerimaan Pajak daerah
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)
untuk

memberikan

pertanggungjawaban,

menyajikan,

melaporkan,

dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya


kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Pajak daerah merupakan salah satu hasil pendapatan daerah yang cukup
besar dalam memberikan masukan dana untuk kegiatan rumah tangga daerah.
Maka diperlukan suatu pengendalian atas penerimaan pajak daerah tersebut yang
dilakukan oleh petugas pengelolaan pajak daerah seperti dinas pendapatan daerah
agar pendapatan pajak tersebut tidak disalahgunakan.
Hubungan antara kedua variabel yaitu akuntabilitas sektor publik sebagai
variabel (X) dengan pengendalian atas penerimaan pajak daerah sebagai variabel
(Y) tercantum dalam teori sebagai berikut:

12

Menurut Mardiasmo (2004:22) menjelaskan:


Akuntabilitas sektor publik dapat menjadi alat perencanaan dan
pengendalian organisasi sektor publik secara efektif dan efisien.
Dilihat dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akuntabilitas sektor
publik merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda pemerintahan
khususnya pendapatan daerah yang harus dikendalikan oleh pemerintah tersebut
agar organisasi sektor publik dapat bekerja secara efektif dan efisien serta tidak
terjadi penyelewengan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas tersebut merupakan bagian terpenting untuk menciptakan
kredibilitas

manajemen

pemerintah

daerah.

Tidak

dipenuhinya

prinsip

pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi yang luas. Jika masyarakat


menilai pemerintah daerah tidak accountable, masyarakat dapat menuntut
pergantian pemerintahan, penggantian pejabat, dan sebagainya. Rendahnya
tingkat akuntabilitas juga meningkatkan risiko berinvestasi dan mengurangi
kemampuan untuk berkompetisi serta melakukan efisiensi.
Sebagaimana halnya perusahaan, lembaga keuangan pemerintah juga
membutuhkan jasa akuntansi yang disebut akuntansi sektor publik baik untuk
menghasilkan

informasi

keuangan

maupun

untuk

meningkatkan

mutu

pengawasan lembaga pemerintah yang bersangkutan, jenis akuntansi yang dipakai


adalah akuntansi sektor publik.

13

Pengertian akuntansi sektor publik menurut Mardiasmo (2002:9) adalah


sebagai berikut :
Akuntansi
sektor
publik
bertujuan
untuk
memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan
publik berasal dari masyarakat (fublic funds)
Pajak

daerah

juga

harus

bisa

dikendalikan

agar

tidak

terjadi

penyelewengan dana ataupun kecurangan yang lainnya.

Dalam SAP No. 7 disebutkan bahwa pengendalian adalah:


Wewenang untuk mengatur dan menentukan kebijakan keuangan dari
suatu kegiatan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dari
kegiatan tersebut.
Pengendalian intern menurut menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006
pasal 313 mengenai tujuan dari pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;
2. Terselenggaranya penilaian resiko;
3. Terselenggaranya aktivitas pengendalian;
4. Terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi; dan
5. Terselenggaranya kegiatan pemantauan pengendalian.

Salah satu sumber pendapatan daerah yaitu pajak daerah yang sangat
berperan sekali dalam pembangunan suatu daerah.

14

Pengertian pajak daerah menurut Mardiasmo (2006:12) adalah sebagai


berikut:
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daearah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara dan pembangunan
nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan
pancasila dan Undang-undang dasar 1945, pasal 1 UUD menetapkan Negara
Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Selanjutnya dalam
pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya menyatakan bahwa daerah Indonesia
terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administratif.
Dalam

mendukung

penyelenggaraan

otonomi

daerah

diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional


yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah.
Menurut Turner and Hulme, 1997 dalam bukunya Governance,
Administration, and Development. Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih
sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi. Karena terwujudnya
akuntabilitas merupakan tujuan utama reformasi sektor publik, dan tuntutan
akuntabilitas sektor publik mengharuskan lembaga sektor publik untuk lebih
menekankan pada pertanggungjawaban horisintal bukan vertikal, tuntutan ini

15

memerlukan laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja


sektor publik. Kemudian ada dimensi yang harus dipenuhi.
Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
2. Akuntabilitas proses
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan.

Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang


digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain pendapatan asli daerah.
Sedangkan dalam hal sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam
rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas
dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembentukan.
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain
penerimaan yang sah. Sumber PAD merupakan sumber keuangan daerah yang
digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, dan lain-lain.
Hubungan antara kedua variabel yaitu akuntabilitas sektor publik sebagai
variabel (X) dengan pengendalian atas penerimaan pajak daerah sebagai variabel
(Y) tercantum dalam teori sebagai berikut:
Menurut Mardiasmo (2004:22) menjelaskan:

16

Akuntabilitas sektor publik dapat menjadi alat perencanaan dan


pengendalian organisasi sektor publik secara efektif dan efisien.
Dilihat dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akuntabilitas sektor
publik merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda pemerintahan
khususnya pendapatan daerah yang harus dikendalikan oleh pemerintah tersebut
agar organisasi sektor publik dapat bekerja secara efektif dan efisien serta tidak
terjadi penyelewengan.

Tabel 2.2
Perbedaan dan Persamaan Jurnal dan Penelitian
Judul
Peranan
Akuntabilitas
Sektor Publik

Peneliti
Yoes
Akhmad
Sauma

Persamaan
Meneliti tentang
akuntabilitas sektor
publik dengan

Perbedaan
meneliti tentang peranan
akuntabilitas sektor publik
dalam mendukung struktur

17

Dalam
(2004)
Mendukung
Struktur
Pengendalian Atas
Penerimaan Pajak
Reklame

pengendalian atas
penerimaan pajak

Pengaruh
Dadi
Akuntabilitas
Purnawan
Sektor Publik
(2005)
Terhadap
Efektivitas Pajak
Hotel dan
Restoran

Sama-sama meneliti
tentang akuntabilitas
sektor publik dengan
pajak daerah (pajak
hotel dan restoran)

pengendalian atas
penerimaan pajak reklame,
sedangkan yang saya teliti
adalah pengaruh
akuntabilitas sektor publik
terhadap pengendalian atas
penerimaan pajak daerah
Jurnal lebih membahas
mengenai akuntabilitas
sektor publik terhadap
efektivitas pajak hotel dan
restoran, sedangkan
penelitian saya yaitu
pengaruh akuntabilitas
sektor publik terhadap
pengendalian atas
penerimaan pajak daerah.

DISPENDA

Akuntabilitas sektor
publik

1. Akuntabilitas
kejujuran dan
akuntabilitas hukum

2. Akuntabilitas proses
3. Akuntabilitas
program

Pengendalian terhadap pajak


daerah

1. Lingkungan
pengendalian

2. Penaksiran risiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Sistem informasi dan

18

Hipotesis
Akuntabilitas sektor publik
berpengaruh terhadap
pengendalian atas penerimaan
pajak daerah

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis
Hipotesis diperlukan dalam sebuah penelitian untuk menetapkan
kesimpulan sementara.
Menurut Sugiyono (2009:64) menjelaskan pengertian hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan.
Bedasarkan kerangka pemikiran dan rumusan masalah diatas penulis
mengemukakan hipotesis tentang:
Akuntabilitas Sektor Publik Berpengaruh Terhadap Pengendalian Atas
Penerimaan Pajak Daerah

19

Anda mungkin juga menyukai