YPIA
Arsip Artikel
Iklan
Muslim Travel
WebLinks
Jaringan YPIA
Landasan Agama
Penyejuk Hati
Keluarga
Kolom Ulama
Jejak Islam
Info Islami
Soal Jawab
Video
Home
Al-Quran
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata, Pada zaman ini, kita hidup
bersama kelompok-kelompok orang yang semua mengaku bergabung dengan Islam. Mereka
meyakini bahwa Islam adalah Alquran dan as-Sunnah, tetapi kebanyakan mereka tidak ridha
berpegang dengan perkara ketiga yang telah dijelaskan, yaitu sabilul mukminin (jalan kaum
mukminin), jalan para sahabat yang dimuliakan dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan sebaik-baiknya dari kalangan tabiin dan para pengikut mereka, sebagaimana telah
kami jelaskan di dalam hadits Sebaik-baik manusia adalah generasiku, dan seterusnya.
Oleh karena itu, tidak merujuk kepada Salafush Shalih dalam pemahaman, pemikiran dan
pendapat, merupakan penyebab utama yang menjadikan umat Islam berpecah-belah menuju
jalan-jalan yang banyak. Maka, barangsiapa benar-benar menghendaki, kembalilah kepada alKitab dan as-Sunnah, yaitu wajib kembali kepada apa yang ada pada para sahabat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, para tabiin dan para pengikut mereka setelah mereka.
[Manhaj as Salafi inda Syaikh Nashiruddin al Albani, hlm. 27, karya Syaikh Amr Abdul
Munim Saliim].
RUJUKAN MEMAHAMI NASH
Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim al Aql hafizhahullah menjelaskan kaidah-kaidah dan
rujukan dalam memahami nash-nash (teks-teks) Alquran dan al-Hadits di kitab kecil beliau,
Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jamaah fil Aqidah. Beliau menyatakan, rujukan di dalam
memahami al-Kitab dan as-Sunnah adalah nash-nash yang menjelaskannya, juga pemahaman
Salafush Shalih dan imam-imam yang mengikuti jalan mereka. Dan apa yang telah pasti dari
hal itu, tidak dipertentangkan dengan kemungkinan-kemungkinan (makna) bahasa [Mujmal
Ushul Ahlis Sunnah wal Jamaah fil Aqidah, hlm. 7, Penerbit Darul Wathan].
Alquran dan as-Sunnah, keduanya merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Taala. Sehingga,
di antara keduanya sama sekali tidak terdapat pertentangan di dalamnya. Oleh karena itul,
cara memahami al-Kitab dan as-Sunnah ialah dengan nash-nash al-Kitab dan as-Sunnah itu
sendiri. Karena yang paling mengetahui maksud suatu perkataan, hanyalah pemilik perkataan
tersebut.
Para ulama menyebutkan kaidah di dalam memahami dan menafsirkan Alquran sebagai
berikut:
Menafsirkan Alquran dengan bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau keumumam bahasa
Arab
Al-Hafizh Ibnu Katsir menyatakan, jalan yang paling benar dalam menafsirkan Al Quran
ialah:
Alquran ditafsirkan dengan Alquran. Karena apa yang disebutkan oleh Alquran secara
global di satu tempat, terkadang telah dijelaskan pula dalam Alquran secara luas di
tempat yang lain.
Jika hal itu menyusahkanmu [yakni Anda tidak mendapatkan penjelasan ayat dari ayat
lainnya, Pen.], maka engkau wajib me-ruju` kepada as-Sunnah, karena ia merupakan
penjelas bagi Alquran.
Jika tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah, dalam hal ini kita meruju` kepada perkataan para sahabat. Mereka lebih mengetahui tentang hal itu, karena
mereka menyaksikan alamat-alamat dan keadaan-keadaan yang mereka mendapatkan
keistimewaan tentangnya [yaitu hanya generasi sahabat yang menyaksikan turunnya
wahyu dan yang menjadi penyebab turunnya. Demikian juga Rasulullah bersama
mereka, sehingga para sahabat dapat menanyakan ayat-ayat yang susah difahami.
Adapun generasi setelah sahabat tidak mendapatkan hal-hal seperti di atas, Pen.]. Juga
karena para sahabat memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang benar, dan amal
yang shalih. Terlebih para ulama sahabat dan para pembesar mereka, seperti imam
empat, yaitu khulafaur rasyidin, para imam yang mengikuti petunjuk dan
mendapatkan petunjuk, Abdullah bin Masud, juga al-habrul al-bahr (seorang alim
dan banyak ilmunya) Abdullah bin Abbas.
Jika engkau tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah, dan engkau
tidak mendapatinya dari para sahabat, maka dalam hal ini banyak para imam me-ruju`
kepada perkataan-perkataan tabiin, seperti Mujahid bin Jabr, karena beliau
merupakan ayat (tanda kebesaran Allah) dalam bidang tafsir. Juga seperti Said bin
Jubair, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Atha bin Abi Rabah, al-Hasan al-Bashri, Masruq
bin al Ajda, Said bin al-Musayyib, Abul Aliyah, Rabii bin Anas, Qatadah, adhDhahhak bin Muzahim, dan lainnya dari kalangan tabiin (generasi setelah sahabat),
dan tabiut tabiin (generasi setelah tabiin). (Perkataan-perkataan tabiin bukanlah
hujjah jika mereka berselisih), namun jika mereka sepakat terhadap sesuatu, maka
tidak diragukan bahwa itu merupakan hujjah.
Jika mereka berselisih, maka perkataan sebagian mereka bukanlah hujjah terhadap
perkataan sebagian yang lain, dan bukan hujjah atas orang-orang setelah mereka.
Dalam masalah itu, maka tempat kembali ialah kepada bahasa Alquran dan asSunnah, atau keumumam bahasa Arab, atau perkataan para sahabat dalam masalah
tersebut. Adapun menafsirkan Alquran semata-mata hanya dengan pikiran (akal),
maka (hukumnya) haram. (Tafsir al-Qur`anul Azhim, Muqaddimah, 4-5).
Adapun kewajiban berpegang sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih, yaitu para sahabat,
tabiin, dan para imam yang mengikuti jalan mereka, maka dalil-dalilnya sangat banyak,
antara lain:
Firman Allah Taala,
Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S an-Nisaa` : 115).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Sesungguhnya, keduanya itu (yaitu
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Pen.) saling berkaitan. Semua orang yang menentang Rasul sesudah
jelas kebenaran baginya, berarti dia mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Dan semua orang yang mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, berarti dia
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. (Majmu Fatawa, 7/38).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian orang-orang
yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabiin), kemudian orang-orang yang mengiringi
mereka (yaitu generasi tabiut tabiin). (Hadits mutawatir, Bukhari, no. 2652, 3651, 6429;
Muslim, no. 2533; dan lainnya).
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
Sesungguhnya, Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya
umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama. Mereka semua di dalam neraka kecuali
satu agama. Mereka (para sahabat) bertanya, Siapakah mereka, wahai Rasulullah?
Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Siapa saja yang mengikutiku dan
sahabatku. (H.R Tirmidzi, no. 2565; al-Hakim, Ibnu Wadhdhah; dan lainnya; dari Abdullah
bin Amr. Dihasankan oleh Syaikh Salim al Hilali di dalam Nash-hul Ummah, hlm. 24).
Berpegang teguh kepada Sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan
Sunnah (ajaran) para khulafaur rasyidin dan para sahabat inilah solusi di saat umat
menghadapi perselisihan, tidak ada jalan lain!
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada
penguasa kaum muslimin), walaupun (ia) seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya,
barangsiapa hidup setelahku, ia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi
kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk
dan lurus. Peganglah, dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru
(dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bidah, dan semua
bidah adalah sesat. (H.R Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; ad-Darimi; Ahmad; dan
lainnya dari al-Irbadh bin Sariyah).
Jika suatu istilah telah jelas maknanya menurut al-Kitab, as-Sunnah, sesuai dengan
pemahaman para ulama Salaf, atau telah terjadi ijma`, maka seorang pun tidak boleh
menyelisihinya dengan alasan makna bahasa.
Sebagai contoh, istilah rasul, secara bahasa artinya orang yang diutus. Sedangkan menurut
istilah syara -menurut al-Kitab dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman ulama- rasul
adalah seorang manusia, laki-laki, diberi wahyu syariat (yang baru), dan diperintah untuk
menyampaikan kepada umatnya (orang-orang kafir). Dan rasul yang terakhir adalah Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam [lihat: ar-Rusul war-Risalat, hlm. 14, 15, Dr. Umar
Sulaiman al-Asyqar; Al-Irsyad ila Shahihil Itiqad, hlm. 203, Syaikh Shalih al Fauzan].
Namun, ada sebagian orang yang menyimpang memiliki anggapan bahwa setiap mubaligh
adalah rasul, dan rasul tetap diutus sampai hari Kiamat. Alasan yang dikemukakan ialah,
karena secara bahasa, rasul artinya orang yang diutus. Pemahaman seperti ini adalah bidah,
sesat dan menyesatkan [penulis pernah ikut membantah seorang mubaligh dari Gemolong,
Sragen, Jawa Tengah, yang mengaku sebagai rasul. Dia beralasan, rasul artinya ialah orang
yang diutus. Sedangkan orang ini mengaku sendiri, bila ia tidak mengerti bahasa Arab dan
kaidah-kaidahnya! Lihat juga Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, hlm. 32, Hartono Ahmad
Jaiz].
Contoh lainnya, seperti istilah qurban, secara bahasa artinya mendekat, atau semua yang
digunakan untuk mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Taala [lihat Mujamul Wasith,
Bab ] . Sedangkan menurut istilah syara, menurut al-Kitab dan as-Sunnah -sesuai
dengan pemahaman ulama- qurban adalah binatang ternak yang disembelih pada hari raya
qurban (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik untuk mendekatkan diri kepada Allah [Al-Wajiz
fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz, hlm. 405, Syaikh Abdul Azhim al Badawi, Penerbit Dar
Ibnu Rajab, Cet. 3, Th. 1421H/2001M]. Tetapi, Kelompok al-Zaitun, dengan alasan arti
qurban secara bahasa, kemudian mengusulkan dan mempraktekkan qurban dengan bentuk
uang untuk membangun sarana pendidikan, dan manganggapnya sebagai qurban yang
optimis dan berwawasan masa depan. Pemahaman seperti ini adalah bidah, sesat dan
menyesatkan [lihat Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, hlm. 48, Hartono Ahmad Jaiz].
Ini sebagian contoh kasus tentang kesalahan memahami istilah agama Islam, karena sematamata me-ruju` kepada arti bahasa. Kasus seperti ini sangat banyak. Semua ini menyadarkan
kita tentang perlunya memahami al-Kitab dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush
Shalih. Tentu pemahaman tersebut melalui para ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah, atau para
ustadz yang dikenal kelurusan aqidah dan manhaj mereka, serta amanah mereka dalam
menyampaikan ilmu agama. Hal itu dapat secara langsung berguru kepada mereka, atau
lewat tulisan, kaset, dan semacamnya.
Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran.
Penulis: Abu Ismail Muslim al Atsari
Artikel www.muslim.or.id
inShare
belajar islam10
Muslim Atsary
Muslim Atsary
Artikel Terkait
Cari Artikel
Banyak Dibaca
Manhaj
Berdakwah ilallah atau ilarriasah?
Dari Redaksi
Pelajaran Dasar Agama Islam
Biografi
Sejarah Hidup Imam Al Ghazali (1)
Manhaj
Berdakwah ilallah atau ilarriasah?
Previous
Next
Info Kajian
Previous
Next
10 Artikel Terbaru
Muslim.Or.Id Facebook
Dari Redaksi
Dari Redaksi
Dari Redaksi
Laporan Donasi YPIA Periode Bulan November 2013
Dari Redaksi
Laporan Donasi YPIA Periode Bulan Januari 2014
Dari Redaksi
Donasi Peduli Korban Banjir
Dari Redaksi
Laporan Donasi YPIA Periode Bulan Desember 2013
Dari Redaksi
Dari Redaksi
Laporan Donasi YPIA Periode Bulan November 2013
Dari Redaksi
Laporan Donasi YPIA Periode Bulan Januari 2014
Previous
Next
@muslimindo
Message: Rate limit exceeded, Please check your Twitter Authentication Data or
internet connection.
Tentang Muslim.Or.Id
Muslim.or.id adalah situs yang dikelola oleh mahasiswa dan alumni di Yogyakarta dan
sekitarnya. Muslim.or.id berusaha menyebarkan dakwah Islamiyyah Ahlu Sunah wal Jama'ah
di jagad maya.
Moto Muslim.or.id adalah "Memurnikan Aqidah, Menebarkan Sunnah"
Kantor:
Wisma Misfallah Thalabul Ilmi (MTI), Pogung Kidul 8C, RT 01/RW 49, Sinduadi, Mlati,
Sleman, Yogyakarta, 55284
Kontak HP: 087739012323
E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com
Donasi:
* Bank BNI Syariah, no.rek 0241913801
* Bank Muamalat, no.rek 0001247776
* Bank Syariah Mandiri, no.rek 7031571329
* Bank CIMB Niaga Syariah, no.rek 508.01.00028.00.0
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
YPIA Groups
Donasi Dakwah YPIAKoran Kabar DakwahRadio Muslim JogjaBuletin At Tauhid
Ma''had Al IlmiMa''had Syababul MasjidMa''had Umar bin KhattabFKIMFKKA
Berlangganan Artikel
Masukan email anda untuk berlangganan artikel: