Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. INTRANATAL
1. DEFINISI INTRANATAL
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2004).
Persalinan normal adalah proses pengeluaan janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan, letak panjang atau sejajar dengan sumbu badan ibu, presentasi belakang
kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu
sendiri (Abdul Bari, 2008)
2. TANDA PERSALINAN PALSU DAN SEJATI
Cara membedakan antara persalinan sejati dengan persalinan palsu dapat
dinilai dari tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Persalinan Sejati
Kontraksi
Berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering
Intensitas meningkat saat ibu berjalan
Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen
Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk membuat wanita
nyaman
Serviks
Menunjukkan perubahan yang progresif (melunak, menipis, dan dilatasi ditandai
dengan pengeluaran darah yang banyak (bloody show)) Semakin bergerak ke
posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa pemeriksaan dalam
Janin
Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam panggul, sering disebut janin
jatuh (lightening). Ini dapat membuat wanita lebih mudah bernafas dan pada

saat yang sama. Kandung kemihtertekan akibat tekanan ke bawah oleh bagian
presentasi.
b. Persalinan Palsu
Kontraksi
Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya sementara
Seringkali berhenti saat ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi
Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen di atas pusat
Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat wanita
nyaman
Serviks
Mungkin lunak, tetapi tidak ada perubahan signifikan dalam penipisan atau
dilatasi atau tidak ada bukti bloody show
Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan
dalam
Janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk ke dalam panggul
3. TEORI MULAINYA PERSALINAN
a. Teori penurunan hormone
1 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone estrogen

dan

progesterone. Progesteron bekerja sebagai relaksasi otot-otot polos rahim dan


menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
turun/rendah
b. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim
sehingga mengganggu sikrulasi utero plasenta.
c. Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pada pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi rahim.
d.Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikal,bila ganglion ini digeser dan
ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan
1. Gagang laminaria: beberapa laminarian dimasukkan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan rangsang pleksus fraken houser.
2. Amniotomi: pemecahan ketuban
3. Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan permenit
f. Teori oxytocin.

Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot otot rahim.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN PERSALINAN
a. Passage: Jalan Lahir (Panggul)
Jalan lahir ibu terdiri dari panggul, dasar panggul, vagina, dan introitus
(lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinye
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai
b. Passenger (Fetus)
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor yakni: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin.
1) Ukuran kepala janin: kepala merupakan bagian terbesar janin
2) Presentasi janin: bagian bawah janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm
3) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu.
4) Posisi: hubungan presentasi terhadap 4 kuadran panggul ibu dilihat letak
dikanan/ kiri ibu dengan patokan ubun-ubun sejajar dengan punggung
5) Station: hubungan presentasi janin dengan garis imajiner yang ditarik dari
spina ischiadika ibu.
-5, -4
: loating, diatas pintu atas panggul
-3, -2, -1
: fixed atau telah memasuki pintu atas panggul
0
: sejajar dengan spina ischiadika
+1, +2, +3 : mid plane
+4, +5
: mencapai perineum
c. Power/ Kekuatan
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter
disebut kekuatan primer dan kontraksi volunter disebut kekuatan sekunder.
Kekuatan untuk mendorong janin keluar terdiri dari:
9

a.
b.
c.
d.

His/ kontraksi uterus


Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
Ketegangan dan ligamentus action terutama ligamentum rotundum. His
dihitung dalam 10 menit. Jika kurang dari 20: lemah, 20-40: sedang dan jika

lebih dari 40 dinyatakan kuat.


5. Psikologis
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan mengalami
kondisi yang tidak baik, dikarenakan saat stress dapat mempengaruhi disekresinya
epineprin

yang

dapat

menghambat

aktivitas

miometrial

sehingga

tidak

terkoordinasinya aktivitas uterus.


6. PROSES PERSALINAN
a. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm) disertai
pengeluaran darah dan lendir. Lama Kala 1 untuk primigravida sekitar 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Kala I persalinan terdiri dari
2 fase yaitu:
1) Fase Laten: dimulai sejak terjadinya kontraksi yang menyebabkan penipisan
serviks sampai serviks membuka kurang dari 4 cm, fase laten berlangsung hampir
8 jam.
2) Fase Aktif: frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Fase aktif terhitung dari
pembukaan serviks 4cm hingga terjadi pembukaan lengkap (10 cm) akan terjadi
kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara/ primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm pada multipara. Fase aktif dapat dibedakan menjadi:
a) Fase akselerasi: pembukaan 3-4 cm yang membutuhkan waktu 2 jam
b) Fase dilatasi maksimal: pembukaan dari 4 cm hingga 9 cm dalam waktu 2 jam,
dengan pembukaan berlangsung sangat cepat.
c) Fase deselerasi: pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam

10

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi


demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida, osteum uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada
multigravida, osteum uteri internum sudah terbuka sedikit. Osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama,
ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan telah lengkap.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada tahap kala I antara
lain:

No.
1

Diagnosa
keperawatan
Nyeri akut

Tujuan dan KH
Tujuan:

Intervensi
1. Kaji derajat

Setelah dilakukan asuhan

ketidaknyamanan

keperawatan

melalui isyarat verbal

1x24jam

selama

nyeri

dapat

dan nonverbal ;

berkurang

perhatikan pengaruh

KH:

budaya pada respons

1. menggunakan
teknik untuk
mengontrol nyeri /
ketidaknyamanan,
2. pasien tampak
rileks / tenang
diantara kontraksi
3. mengungkapkan

nyeri.
2. Bantu dalam
penggunaan teknik
pernapasan/relaksasi
yang tepat dan pada
masase abdomen.
3. Bantu tindakan
kenyamanan

ketidak nyamanan

( mis.gosokan

minimal

punggung, perawatan

11

mulut, perubahan
posisi, perawatan
perineal, dan
pertukaran linen).
4. Anjurkan untuk
berkemih tiap 1-2 jam.
Palpasi di atas simfisis
pubis untuk
menentukan distensi,
khususnya setelah blok
saraf.
5. Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai
indikasi.
6. Hitung waktu dan catat
frekuensi, intensitas,
dan durasi pola
kontraksi uterus setiap
2

Ansietas

30 menit
1. Berikan

Tujuan:

perawatan

Setelah dilakukan asuhan

primer atau dukungan

keperawatan selama 1x 8

profesional

jam,

kecemasan

berkurang
KH:
1. Merencanakan
strategi koping untuk
situasi

yang

membuat stres
2. Melaporkan
tidak

intrapartum

kontinu sesuai indikasi


2. Orientasikan klien pada
lingkungan,

staf,dan

prosedur.

Berikan

informasi

tentang

perubahan
dan

psikologis

fisiologis

persalinan

ada gangguan sensori


kebutuhan
3. Melaporkan
tidak 3. Kaji
tingkat
ada

manifestasi

kecemasan

secara

fisik dan perilaku

12

penyebab
kesiapan

pada
sesuai
dan
ansietas,
untuk

melahirkan anak, latar

belakang

budaya,

dan

peran orang terdekat


4. Pantau tekanan darah
dan nadi sesuai indikasi
5. Pantau pola kontraktil
uterus;

laporkan

disfungsi persalinan
6. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan
perasaan, masalah, dan
rasa takut
7. Demonstrasikan metode
persalinan dan relaksasi.
Berikan
3

Perubahan
urine

tindakan

kenyamanan
2. Palpasi diatas simfisis

eliminasi Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selam 1x 8
jam, perubahan eliminasi
urine dapat teratasi.

pubis
3. Catat dan bandingkan
masukan

dan

haluaran.

Catat

jumlah,

KH:

warna,

konsentrasi dan berat

1. Mengosongkan
kandung kemih yang
tepat
2. Bebas dari cedera

jenis urine
4. Anjurkan

upaya

berkemih yang sering


sedikitsedikit tiap 2

kandung kemih
1.

jam
5. Ukur

tanda-tanda

vital. Ksji kekeringan


kulit dan membran
mukosa
6. Kolaborasi
pemasangan
kateterisasi
indikasi

13

sesuai

b. Kala II
Tahap ini dimulai saat pembukaan lengkap dan berakhir hingga lahirnya bayi.
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Tanda
dimulainya kala II:
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Muncul keringat diatas bibir
3) Muntah
4) Bloody show meningkat
5) Ekstremitas gemetar
6) Usaha mengedan yang involunter
7) Anus membuka
8) Vulva membuka, perineum menegang
Manajemen aktif kala dua meliputi: penilaian tanda-tanda persalinan,
membersihkan vulva dan perineum menggunakan air DTT, mengosongkan kandung
kemih, melakukan amniotomi apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap serta perhatikan warna air ketuban yang keluar. Cairan ketuban yang
bercampur mekonium menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses
persalinan, maka lalukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir. Bila tanda pasti
kala dua diperoleh, pantau sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran, jika pembukaan sudah lengkap namun tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi nyaman yaitu berbaring miring ke kiri agar
membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi
oksiput anterior, serta ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung disetiap
puncak kontraksi serta lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
Adapun cara meneran yaitu:
1)
2)
3)
4)

Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiah selama kontraksi


Beritahu untuk tidak menahan nafas saat meneran
Minta ibu untuk meneran dan beristirahat diantara kontraksi
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk

meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan ke dada
5) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
14

6) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus karena dapat menyebabkan risiko


distosia bahu dan ruptur uteri.
Pencegahan laserasi
Laserasi spontan pada vagina dan perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi dan diameter 5-6
cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan
pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi
kemungkinan terjadi robekan.
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena menyebabkan:
1) Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
2) Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomi
3) Meningkatkan nyeri pasca persalinan didaerah perineum
4) Meningkatkan risiko infeksi
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila
didapatkan:
1) Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
2) Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam (forcep)
atau ekstraksi (vakum))
3) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada tahap kala I antara
lain:

No

Diagnosa

Tujuan dan KH

15

Intervensi

.
1

keperawatan
Nyeri akut

Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam nyeri dapat berkurang
KH:
1. menggunakan teknik
untuk mengontrol
nyeri
/ketidaknyamanan,
2. pasien tampak rileks /
tenang diantara
kontraksi
3. mengungkapkan

1. Identifikasi derajat
ketidaknyamanan
dan sumbernya.

2. Berikan

tindakan

kenyamanan,
seperti

perawatan

mulut;
perawatan/masase
perineal; linen dan
pembalut

yang

ketidak nyamanan

bersih dan kering;

minimal

lingkungan

sejuk

( 68-72 derajat F),


kain sejuk lembab
3. Pantau dan catat
aktivitas

uterus

pada

setiap

kontraksi.

4. Berikan informasi

dan dukungan
berhubungan
dengan kemajuan
persalinan
5. Bantu klien dalam
memilih

posisi

optimal

untuk

mengejan;

(mis,.

Jongkok
rekumben
16

atau
lateral,

posisi

semi-

Fowler).

Kaji

keefektifan upaya
untuk

mengejan;

bantu klien untuk


merelaksasikan
semua

otot

dan

beristirahat
2

Resiko

Tinggi Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
Terhadap Kekurangan
keperawatan selam 1x24
Volume Cairan
jam, masalah teratasi
KH:
1. mempertahankan
TTV dalam batas
normal
2. haluaran
adekuat
3. membran
lembab

di

antara kontraksi.
4. Ukur
masukan/haluaran
urin dan berat jenis
urin. Kaji turgor
kulit dan produksi
mucus. Perhatikan
albuminuria.

urine
5. Lepaskan pakaian
mukosa

yang

berlebihan,

sejukkan
dengan

tubuh
pakaian

basah,

dan

pertahankan
lingkungan sejuk.
Lindungi

dari

mengigil.
6. Posisikan

klien

pada posisi tegak


atau

rekumben

lateral
7. Monitor
kulit

17

turgor

KOLABORASI
1. Berikan
cairan

terapi
sesuai

indikais
2.
3

Ansietas

Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x 24
jam, kecemasan teratasi
KH:
1. Mengatakan
cemas
berkurang.
Menghilang
2. Mampu
mengerti
tanda-tanda persalinan

1. Kaji tingkat
kecemasan klien
2. Anjurkan klien
dan keluarga
untuk memberi
dukungan secara
berlanjut
3. Berikan
lingkungan yang
kondusif
4. Ajarkan teknik
relaksasi
5. Berikan penkes
terhadap klien dan
keluarganya
mengenai tandatanda persalinan
6. Tetap bersama
pasien untuk
menjaga
kenyamanan dan
mengurangi
ketakutan

c. Kala III
Tahap ini persalinan berlangsung sejak bayi lahir hingga plasenta lahir, lama
kala III adalah 15-30 menit. Selama proses persalinan terjadi kontraksi otot rahim
yang disertai retraksi, artinya panjang otot rahim tidak kembali pada panjang semula

18

sehingga plasenta terlepas dari implantasinya. Tujuan penanganan kala III persalinan
adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta.
Setelah istirahat, rahim berkontraksi untuk dapat melepaskan plasenta. Bentuk
pelepasan plasenta, yaitu:
1) Secara schultze: pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta
lahir diikuti oleh pengeluaran darah
2) Secara duncan: pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan
dan diikuti oleh pelepasan plasentanya
3) Bentuk kombinasi pelepasan plasenta yaitu: perubahan bentuk uterus menjadi
bulat dan berkontraksi dengan kuat, darah berwarna gelap keluar dengan tibatiba, tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati
introitus.
Untuk membuktikan plasenta telah lepas dapat dilakukan pemeriksaan:
1) Perasat kustner: tali pusat dikencangkan, tangan ditekankan diatas simfisis,
bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas.
2) Perasat klein: parturien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun
atau memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi: tali pusat tertarik
kembali (berarti plasenta belum lepas) atau tali pusat tetap ditempat berarti
plasenta sudah lepas.
3) Perasat strasman: tali pusat dikencangkan dan rahim diketuk-ketuk, bila
getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
4) Perasat manuaba: tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim,
sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua
tangan ditarik berlawanan dapat terjadi: tarikan terasa berat dan tali pusat tidak
memanjang, berarti plasenta belum lepas atau tarikan terasa ringan (mudah)
dan tali pusat memanjang, berarti plasenta telah lepas.
Plasenta dilahirkan secara crede dengan dorongan pada fundus uteri. Plasenta
dikeluarkan dengan melakukan tindakan manual bila terjadi:
1) Perdarahan lebih dari 400-500 cc
2) Terjadi retensio plasenta
19

3) Bersamaan dengan tindakan yang disertai narkosa


4) Terdapat anamnesa perdarahan habitualus
Ciri- ciri plasenta normal:
1) Terdiri dari 2 bagian:
2) Fetal: terdiri dari 2 arteri dan 1 vena
3) Maternal: terdapat 16- 20 kotiledon
4) Panjangnya 50 cm
Bentuk plasenta:
1) Lebarnya sekitar 15-20 cm
2) Tebalnya sekitar 2,5-3 cm
3) Beratnya sekitar 1/6 berat janin
4) Rata-rata 500gram
Fungsi Plasenta:
Plasenta berfungsi sebagai akar janin untuk dapat menyerap nutrisi, oksigen
serta mengeluarkannya menuju aliran darah maternal. Secara singkat fungsi plasenta
dapat di jabarkan sebagai berikut:
1) Sebagai barier darah janin dan maternal tidak bercampur disebut sistem
hemokhorialis.
2) Sebagai alat yang dapat menyerap nutrisi yang diperlukan untuk dapat tumbuh
kembang dengan sepurna.
3) Sebagai sumber hormonal sehingga kelangsungan kehamilan dapat berjalan
dengan baik.
4) Sebagai pernapasan janin karena dapat menyerap oksigen dan membuang CO2
kedalam sirkulasi maternal.
5) Sebagai alat sekresi sehingga sisa metabolisme janin dapat dibuang melalui darah
maternal.
6) Alat penyalur berbagai anti bodi yang diperlukan janin, untuk dapat menolak
beberapa penyakit.
20

Manajemen aktif kala III yaitu: pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, serta massase fundus uteri. Adapun diagnosa keperawatan yang
muncul pada kala III adalah:
No.
1

Diagnosa
kekurangan volume cairan

Tujuan dan KH
Intervensi
Tujuan :
Mandiri:
Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
asuhan

mendorong

pada

keperawatan

kontraksi;

bantu

selama 1x24 jam

mengarahkan

masalah teratasi

perhatiannya

KH:
- TTV

dalam

batas normal
N:
60100x/mnt
P:
12-

untuk

mengejan
2. Kaji TTV sebelum dan
setelah

pemberian

oksitosin
3. Palpasi

uterus;

perhatikan

tanda

20x/mnt
ballooning
S: 36C- 37C 4. Pantau tanda dan gejala
TD: 120/80
kehilangan
cairan
mmHg
berlebihan atau syok
Kontraksi uterus
5. Tempatkan bayi di
payudara klien
6. Massase uterus dengan
perlahan

setelah

peneluaran plasenta
7. Catat
waktu
dan
mekanisme

pelepasan

plasenta.

Mis:

mekanisme
versus
Schulze
8. Inspeksi

Duncan
mekanisme
permukaan

plasenta maternal dan


janin.
ukuran,
21

Perhatikan
insersi

tali

pusat,

keutuhan,

perubahan vaskular dan


kalsifikasi
9. Catat informasi yang
berhubungan
inspeksi

dengan

uterus

dan

plasenta untuk fragmen


yang tertahan
10. Kolaborasi
11. Hindari menarik

tali

pusat secara berlebihan


12. Berikan cairan melalui
rute parenteral
13. Berikan
oksitosin
melalui rute IM atau IV
14. Inspeksi jalan lahir
terhadap laserasi dan
2

Nyeri akut

luasnya episiotomi
Tujuan :
Mandiri
Setelah dilakukan 1. Bantu
klien
untuk
asuhan

melakukan

keperawatan

pernapasan/

selama 1x24 jam


masalah teratasi
KH:
- Klien
mengungkapk
an nyeri
berkurang/
-

hilang
Klien merasa

nyaman
Klien
dapat
lebih rilek

d. Kala IV

22

teknik
rileksasi

nafas dalam
2. Berikan kompres

es

pada perineum setelah


melahirkan
3. Ganti pakaina dan linen
basah
4. Berikan selimut hangat
5. Kolaborasi bantu dalam
perbaikan episotomi

Kala IV dimulai setelah pengeluaran plasenta sampai 2 jam kemudian,


dilakukan observasi ibu melahirkan dan dilakukan pencatatan ketat terhdap tandatanda vital, perdarahan selama 2 jam. Setelah plasenta lahir, berikan asuhan berupa:
1) Observasi: keadaan umum, keluhan pusing, mual, mata berkunang-kunang, TTV,
kontraksi uterus, perdarahan, jumlah, warna, karakteristik dan bau. Pengosongan
kandung kemih (setiap 15 menit pada 1 jam pertama, selanjutnya pada 1 jam
kedua setiap 30 menit)
2) Evaluasi uterus, setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan
selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal
dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan
perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik,
maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan
taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual,
evaluasi pula letak tinggi fundus uteri Caranya : letakkan jari tangan Anda
secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan
pusat atau dibawah pusat.
3) Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4) Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi) . Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar,
maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
a) Derajat pertama
: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak
perlu dijahit.
b) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum
(perlu dijahit).
c) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum
dan spinkter ani.
d) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum
dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

23

Gambar : derajat laserasi


5) Lakukan bonding attachment
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kala IV adalah:

No.
1.

Diagnosa
Nyeri akut

Tujuan dan KH
Tujuan:

Intervensi
1. Kaji sifat

Setelah dilakukan asuhan

dan

derajat

ketidaknyamanan
2. Beri selamat pada klien

keperawatan selam 1x 24
atas kelahiran bayi
3. Berikan informasi yang

nyeri berkurang
KH:

tepat tentang perawatan

1. Pasien

menyatakan

tingkat kenyamanan
2. Tingkat
ansietas
tentang

takut

ketidaktahuan

relaksasi yang efektif


mencapai

kenyamanan
4. Pasien menunjukkan
personal
yang baik
24

selama

periode

pascapartum
4. Anjurkan
penggunaan
teknik
pernapasan/relaksasi
5. Lakukan
tindakan

berkurang
3. Menunjukkan teknik

untuk

rutin

hygiene

kenyamanan

(perawatan

mulut; mandi; perawatan


perineal periodik)
6. Massage uterus dengan
perlahan sesuai indikasi.
Catat adanya faktor-faktor
yang meperberat hebatnya

5. Nyeri berkurang

dan frekuensi afterpain


7. Posisi atau reposisi pasien
sesuai kebutuhan.
8. Berikan lingkungan yang
tenang; anjurkan istirahat
diantara pengkajian
9. Berikan analgesik sesuai
kebutuhan
10. Inspeksi

perbaikan

episiotomi atau laserasi.


Evaluasi

penyatuan

perbaikan luka; perhatikan


adanya

edema

atau

hemoroid.
11. Kaji adanya tremor pada
kaki

atau

gemetar
terkontrol.

tubuh
yang

atau
tidak

Tempatkan

selimut hangat pada pasien


12. Berikan cairan yang jernih
jika dibutuhkan
13. Kaji kepenuhan kandung
kemih dengan mempalpasi
di atas simfisis pubis.
Tentukan waktu terakhir
berkemih;

perhatikan

retensi cairan pranatal


14. Kaji terhadap efek-efek
Kekurangan

yang ada pada anestesi


1. Tempatkan pasien pada

volume Tujuan:
25

cairan

Setelah dilakukan asuhan

posisi rekumben
2. Kaji kepenuhan kandung

keperawatan selama 1x 24
kemih di atas simfisis
jam kekurangan volume
pubis.
3. Mulai pertahankan infus

cairan dapat teratasi


KH:
1. Aliran darah serebral

intravena larutan isotonik


4. Kaji TTV setiap 15 menit
5. Tinjau ulang kadar Hb

akan optimal
2. Memiliki

dan Ht
6. Kaji

hal

keseimbangan asupan

memperberat

dan

intrapartum,

haluaran

yang

seimbang dalam 24
jam
3. Memiliki

kejadian
khususnya

persalinan

yang

diinduksi/augmentasi atau
asupan

cairan oral dan/atau


intravena

yang

adekuat
4. Menunjukkan

TTV

stabil dan normal


5. Hb dan Ht dalam
batas normal
6. Menampilkan hidrasi
yang baik

yang

persalinan yang lama


7. Perhatikan
jenis
persalinan dan anestesia,
kehilangan

darah

pada

persalinan,

dan

lama

persalinan tahap II
8. Kaji jumlah (dengan
menggunakan

skala

penentu), warna, dan sifat


aliran locheal setiap 15
menit
9. Periksa perineum setiap
15 menit per protokol,

26

perhatikan

kondisi

perbaikan

episiotomi,

edema
ekimosis,

berlebihan,
atau

tekanan

internal kuat

7. MEKANISME PERSALINAN
a.Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati PAP, kepala dikatakan telah menancap
(engaged) pada pintu atas panggul.
b. Penurunan
Gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan:
1) Tekanan dari cairan amnion
2) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
3) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen pada ibu.
c.Fleksi
Setelah kepala turun tertahan oleh serviks, dinding panggul dan dasar panggul dalam
keadaan normal fleksi terjadi dan dagu diletakkan kearah dada janin.
d. Putaran paksi dalam
Pemutaran dimulai pada bidang setinggi spina isciadika hingga mencapai panggul
bagian bawah
e.Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum kepala akan defleksi kearah anterior oleh
perineum
f. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama saat memasuki
pintu atas panggul
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas, tulang pubis ibu dan badan bayi
dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis.
8. PEMERIKSAAN PADA INTRANATAL
a. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan pada ibu terkait tentang:
1) Status obstetri meliputi: HPHT dan taksiran partus
2) Riwayat kehamilan sekarang
3) Riwayat kehamilan sebelumnya
4) Riwayat kesehatan ibu
5) Masalah medis saat ini
27

6) Riwayat kesehatan keluarga


b. Pemeriksaan fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Pemeriksaan ini terdiri
dari:
1) Melakukan pemeriksaan TTV, keadaan umum ibu, warna konjungtiva
2) Melakukan pemeriksaan abdomen yaitu: menentukan tinggi fundus, memantau
kontraksi uterus, memantau DJJ, menentukan presentasi, menentukan penurunan
bagian terbawah janin
3) Melakukan pemeriksaan dalam meliputi: melakukan pemeriksaan genitalia
eksterna dan interna, periksa jalan lahir dan kondisi selaput ketuban
c. Pemeriksaan penunjang
1) Rekaman radiotografi: untuk memantau denyut jantung janin
2) Patograf: alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu
petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien
3) Ultrasonografi: digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam
kandungan
B. PRE-EKLAMPSIA BERAT
1. DEFINISI PREEKLAMSIA
Pre-eklampsia (yang juga disebut hipertensi karena kehamilan) merupakan
keadaan yang khas pada kehamilan dan keadaan ini ditandai oleh gejala edema,
hipertensi, serta proteinuria .
Preeklamsi merupakan kumpulan gejala/ sindrom yang mengenai ibu hamil
dengan usia kehamilan diatas 20 minggu dengan tanda utama berupa adanya
hipertensi dan proteinuria.
2. KLASIFIKASI
Preeklamsia dibagi menjadi preeklamsi ringan dan berat berikut adalah
indikasi keparahan dari preeklamsia ringan dan berat:
Kelainan
Tekanan darah diastole

Ringan
<100 mmHg

Sedang
110 mmHg/ lebih

Proteinuria

Sekelumit sampai 1+

Menetap 2+/lebih

Sakit kepala

Tidak ada

Ada

28

Gangguan penglihatan

Tidak ada

Ada

Nyeri abdomen atas

Tidak ada

Ada

Oliguria

Tidak ada

Ada

Kejang

Tidak ada

Ada (eklampsia)

Kreatinin serum

Normal

Meningkat

Trombositopenia

Tidak ada

Ada

Peningkatan enzim hati

Minimal

Nyata

Hambatan pertumbuhan janin

Tidak ada

Jelas

Edema paru

Tidak ada

Ada

3. ETIOLOGI
Pre-eklampsia paling sering ditemukan sesudah usia kehamilan 28 minggu.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor tertentu sebagai
predisposisi:
a. Kekhasan pada kehamilan
b. Terutama mengenai primigravida
c. Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan kembar, polihidramnion, abnormalitas
janin)
d. Penyulit beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal hipertensi esensial,
diabetes
e. Disfungsi plasenta, misalnya infark atau degenerasi
f. Insidensi lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai mutu buruk
4. PATOFISIOLOGI (TERLAMPIR)
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala ringan
a. Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg
untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolik dengan interval pengukuran selama 6
jam.
b. Terdapat pengeluaran protein dalam urin 0,3 g/liter atau kualitatif +1- +2
c. Edema (bengkak kaki, tangan, atau lainnya)
d. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu
Gejala berat (kelanjutan pre-eklampsia ringan)
29

a.
b.
c.
d.
e.

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih


Pengeluaran protein dalam urin lebih dari 5 g/24 jam
Terjadi penurunan produksi urin kurang dari 400 cc/24 jam
Terdapat edema paru dan sianosis dan terasa sesak nafas
Terdapat gejala subyektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di daerah
perut atas). (Manuaba dkk, 2009)

6. BAHAYA PRE EKLAMPSIA


Pre-eklampsia tidak selalu terjadi kembali pada kehamilan berikutnya. Akibat
pre-eklampsia yang utama adalah vasokonstriksi arterial yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah dan menurunkan pasokan darah yang efektif pada banyak organ serta
jaringan tubuh, termasuk plasenta yang menyebabkan kematian janin.
Pre-eklampsia yang tidak terkontrol atau tidak diatasi dapat menimbulkan
eklampsia, gagal hinjal dan hipertensi permanen. Plasenta dapat mengalami infark
sehingga membatasi jumlah oksigen dan nutrien yang tersedia bagi bayi. Retardasi
pertumbuhan intrauteri dapat terjadi dan keadaan hipoksia dapat membuat janin tidak
mampu untuk menahan stres persalinan yang normal. Pada kasus-kasus yang berat,
janin meninggal akibat anoksia sebelum persalinan (Farrer, 2001).

7. PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum:
a. Tekanan darah meningkat
b. Edema menunjukkan retensi cairan. Edema pada muka dan tangan tampaknya
lebih menunjukkan retensi cairan yang patologik
c. Kenaikan berat badan: kenaikan BB yang cepat merupakan suatu petunjuk dari
retensi cairan ekstravaskular
d. Pemeriksaan retina: spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat
e. Pemeriksaan toraks: karena edema paru merupakan satu dari komplikasi serius
dari pre-eklampsia berat, paru-paru harus diperiksa secara teliti
f. Reflek patendon profunda (lutut dan kaki): hiperfleksia dan klonus merupakan
petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin
meramalkan suatu kejang eklampsia

30

g. Pemeriksaan Abdomen: Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensioal
yang tidak menyenangkan dari pre-eklampsia berat dan dapat meramalkan ruptur
dari hepar. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya
kontraksi uterus, dan presentasi janin
h. Pemeriksaan Pelvis: Keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan
pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau
perabdominam
Tes Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah: Peningkatan hematokrit
dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya memberi kesan hemokonsentrasi
atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah dari yang
diperkirakan, kemungkinan hemolisis intravaskular akibat proses hemolisis
mikroangiopatik perlu dipertimbangkan. Analisa apusan darah tepi dapat
mengungkapkan sel-sel darah merah yang mengalami dostorsi dan skistosit
b. Urinalisis: Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan preeklampsia. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau
4+ atau urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih, pre-eklampsia dikatakan
berat
c. Tes kimia darah: ureum, kreatinin dan asam urat. Kadar asam urat serum lebih
d.
e.
f.
g.

besar dari 7mg% memberi kesan risiko janin yang meningkat


Tes fungsi hati
Pemeriksaan koagulasi: penurunan trombosit manifestasi dari koagulopati
Pemantauan DJJ
USG: untuk mengecek retardasi pertumbuhan intrauterin(Taber, 1994).

8. PENATALAKSANAAN PRE-EKLAMPSIA BERAT


Prinsip Umum:

31

Pre-eklampsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai konsekuensinya,


kelahiran

janin

dan

plasenta

merupakan

pengobatan

satu-satunya.

Tujuan

penatalaksanaannya adalah:
a.
b.
c.
d.

Mencegah kejang dan komplikasi lainnya


Melahirkan bayi hidup
Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi
Mencegah keadaan patologik yang tersisa
Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat di atas 140/90 mmHg

harus dirawatinapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung pada:


a. Umur kehamilan
b. Beratnya proses penyakit
c. Keadaan serviks
Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat:
Pasien dirawatinapkan dengan posisi tidur miring untuk meningkatkan filtrasi
glomerulus. Tekanan darah, berat badan, protein urin, masukan dan keluaran dipantau
dengan ketat. Tes-tes diagnostik dasar mengevaluasi beratnya proses penyakit dan
keadaan janin.
Terapi anti kejang: biasanya magnesium sulfat (MgSO4) dianjurkan untuk
mencegah kejang terutama selama persalinan. Dosis awal 4 g dilarutkan dalam 100 ml
dekstrosa dengan 1-2 g per jam dalam infus intravena yang diencerkan. Efek terapi
magnesium sulfat dapat diperiksa secara klinis dengan aktivitas refleks patela. Refleks
dan klonus kaki yang hiperaktif memberi kesan kebutuhan pengobatan yang
meningkat. Tidak adanya refleks menunjukkan bahwa kecepatan infus harus
dilambatkan atau dihentikan, karena hilangnya refleks patela merupakan tanda
pertama dari keracunan magnesium. Aliran urin dan pernapasan harus dipantau secara
ketat.
Alternatif lain, 10 g magnesium sulfat diberikan intramuskular: 5 g (10 ml
larutan %0%) disuntikkan pada setiap bokong atas dengan jarum sepanjang 3 inci.
32

Satu ml lidokain 1 atau 2% ditambahkan ke dalam suntikan yang mengandung


magnesium sulfat untuk meminimalkan ketidaknyamanan suntikan intramuskular.
Suntikan awal diikuti dengan 5 g MgSO4 setiap 4 jam sepanjang refleks patela masih
ada, aliran urin mencapai 100 ml atau lebih selama 4 jam sebelumnya dan pernapasan
tidak mengalami depresi.
Jika terjadi depresi pernapasan, 10 ml larutan kalsium glukonas 10% intravena
dalam waktu 3 menit dianjurkan sebagai antidotum terhadap keracunan magnesium.
Terapi antihipertensi: jika tekanan darah secara tiba-tiba meningkat di atas
170 hingga 180 mmHG sistolik atau 110 hingga 120 diastolik, hidralazin dianjurkan
untuk mengurangi risiko perdarahan otak dan mungkin memperbaiki aliran darah ke
ginjal. Dosis awal 5 mg diberikan intravena dan tekanan darah dipantau setiap 5
menit. Jika tekanan diastolik tidak turun di bawah 100 mmHg dalam 20 menit,
diberikan dosis ulang 5-10mg. Dosis ini diulangi setiap interval 20 menit sampai
tekanan diastolik turun menjadi 100 mmHg. Tekanan darah yang turun terlalu cepat
dapat mengganggu perfusi plasenta dan bahaya terhadap janin meningkat (Taber,
1994). Bila keadaan bertambah berat dilakukan induksi (dorongan) persalinan atau
langsung dilakukan sectio caesarea (Manuaba dkk, 2009).
PATOFISIOLOGI
PREEKLAMPSIA DAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Kegagalan migrasi trofoblas interstisial
Sel& endotelia trofoblast kedalam arterior miometrium

Penyakit maternal

faktor imunologis

33

faktor trofoblast berlbihan

Hipertensi
Kardiovaskular
Penyakit ginjal

kebutuhan darah, nutrisi& O2


tidak terpenuhi

hamil ganda
molahidatidosa
hamil+ DM

Iskemia regio utero plasenter


Terapi HDK medikamentosa

perubahan terjadi:

bahan toksis

bahan toksis
aktivitas endotelium
perlu endotel

sitokin
lipid penoksid
kreatinin naik

Vasokontriksi
Pritchard
Zuspan/ sibai
Terminasi kehamilan
Hipertensi

permeabilitas
Kapiler

perlukaan endotel
timbunan trombosit
Perlekatan fibrin
terjadi fibrinolisis

Iskemia organ vital


Edema& nekrosis

trombositopenia
tromboksan A2

Perdarahan
Menimbulkan gangguan fungsi
khusus darahnya
hemokonsentrasi
hipovolumia
preeklampsia/ eklampsia

HELLP SINDROM

hemolisis
darah/ eritrosit

sembuh baik ANC teratur

kematian maternal&perinatal:

persalinan berencana

dekompensasi kordi
34

terminasi kehamilan

acute vaskular accident

Impending eklampsia
Fetal distress
Solusio plasenta
Kriteria edema
Biofisik profil
Fetal buruk

kegagalan organ vital


perdarahan
IUGR- asfiksia

35

Anda mungkin juga menyukai