TINJAUAN TEORI
A. INTRANATAL
1. DEFINISI INTRANATAL
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2004).
Persalinan normal adalah proses pengeluaan janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan, letak panjang atau sejajar dengan sumbu badan ibu, presentasi belakang
kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu
sendiri (Abdul Bari, 2008)
2. TANDA PERSALINAN PALSU DAN SEJATI
Cara membedakan antara persalinan sejati dengan persalinan palsu dapat
dinilai dari tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Persalinan Sejati
Kontraksi
Berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering
Intensitas meningkat saat ibu berjalan
Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen
Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk membuat wanita
nyaman
Serviks
Menunjukkan perubahan yang progresif (melunak, menipis, dan dilatasi ditandai
dengan pengeluaran darah yang banyak (bloody show)) Semakin bergerak ke
posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa pemeriksaan dalam
Janin
Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam panggul, sering disebut janin
jatuh (lightening). Ini dapat membuat wanita lebih mudah bernafas dan pada
saat yang sama. Kandung kemihtertekan akibat tekanan ke bawah oleh bagian
presentasi.
b. Persalinan Palsu
Kontraksi
Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya sementara
Seringkali berhenti saat ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi
Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen di atas pusat
Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat wanita
nyaman
Serviks
Mungkin lunak, tetapi tidak ada perubahan signifikan dalam penipisan atau
dilatasi atau tidak ada bukti bloody show
Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan
dalam
Janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk ke dalam panggul
3. TEORI MULAINYA PERSALINAN
a. Teori penurunan hormone
1 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone estrogen
dan
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot otot rahim.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN PERSALINAN
a. Passage: Jalan Lahir (Panggul)
Jalan lahir ibu terdiri dari panggul, dasar panggul, vagina, dan introitus
(lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinye
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai
b. Passenger (Fetus)
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor yakni: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin.
1) Ukuran kepala janin: kepala merupakan bagian terbesar janin
2) Presentasi janin: bagian bawah janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm
3) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu.
4) Posisi: hubungan presentasi terhadap 4 kuadran panggul ibu dilihat letak
dikanan/ kiri ibu dengan patokan ubun-ubun sejajar dengan punggung
5) Station: hubungan presentasi janin dengan garis imajiner yang ditarik dari
spina ischiadika ibu.
-5, -4
: loating, diatas pintu atas panggul
-3, -2, -1
: fixed atau telah memasuki pintu atas panggul
0
: sejajar dengan spina ischiadika
+1, +2, +3 : mid plane
+4, +5
: mencapai perineum
c. Power/ Kekuatan
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter
disebut kekuatan primer dan kontraksi volunter disebut kekuatan sekunder.
Kekuatan untuk mendorong janin keluar terdiri dari:
9
a.
b.
c.
d.
yang
dapat
menghambat
aktivitas
miometrial
sehingga
tidak
10
No.
1
Diagnosa
keperawatan
Nyeri akut
Tujuan dan KH
Tujuan:
Intervensi
1. Kaji derajat
ketidaknyamanan
keperawatan
1x24jam
selama
nyeri
dapat
dan nonverbal ;
berkurang
perhatikan pengaruh
KH:
1. menggunakan
teknik untuk
mengontrol nyeri /
ketidaknyamanan,
2. pasien tampak
rileks / tenang
diantara kontraksi
3. mengungkapkan
nyeri.
2. Bantu dalam
penggunaan teknik
pernapasan/relaksasi
yang tepat dan pada
masase abdomen.
3. Bantu tindakan
kenyamanan
ketidak nyamanan
( mis.gosokan
minimal
punggung, perawatan
11
mulut, perubahan
posisi, perawatan
perineal, dan
pertukaran linen).
4. Anjurkan untuk
berkemih tiap 1-2 jam.
Palpasi di atas simfisis
pubis untuk
menentukan distensi,
khususnya setelah blok
saraf.
5. Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai
indikasi.
6. Hitung waktu dan catat
frekuensi, intensitas,
dan durasi pola
kontraksi uterus setiap
2
Ansietas
30 menit
1. Berikan
Tujuan:
perawatan
keperawatan selama 1x 8
profesional
jam,
kecemasan
berkurang
KH:
1. Merencanakan
strategi koping untuk
situasi
yang
membuat stres
2. Melaporkan
tidak
intrapartum
staf,dan
prosedur.
Berikan
informasi
tentang
perubahan
dan
psikologis
fisiologis
persalinan
manifestasi
kecemasan
secara
12
penyebab
kesiapan
pada
sesuai
dan
ansietas,
untuk
belakang
budaya,
dan
laporkan
disfungsi persalinan
6. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan
perasaan, masalah, dan
rasa takut
7. Demonstrasikan metode
persalinan dan relaksasi.
Berikan
3
Perubahan
urine
tindakan
kenyamanan
2. Palpasi diatas simfisis
eliminasi Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selam 1x 8
jam, perubahan eliminasi
urine dapat teratasi.
pubis
3. Catat dan bandingkan
masukan
dan
haluaran.
Catat
jumlah,
KH:
warna,
1. Mengosongkan
kandung kemih yang
tepat
2. Bebas dari cedera
jenis urine
4. Anjurkan
upaya
kandung kemih
1.
jam
5. Ukur
tanda-tanda
13
sesuai
b. Kala II
Tahap ini dimulai saat pembukaan lengkap dan berakhir hingga lahirnya bayi.
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Tanda
dimulainya kala II:
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Muncul keringat diatas bibir
3) Muntah
4) Bloody show meningkat
5) Ekstremitas gemetar
6) Usaha mengedan yang involunter
7) Anus membuka
8) Vulva membuka, perineum menegang
Manajemen aktif kala dua meliputi: penilaian tanda-tanda persalinan,
membersihkan vulva dan perineum menggunakan air DTT, mengosongkan kandung
kemih, melakukan amniotomi apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap serta perhatikan warna air ketuban yang keluar. Cairan ketuban yang
bercampur mekonium menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses
persalinan, maka lalukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir. Bila tanda pasti
kala dua diperoleh, pantau sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran, jika pembukaan sudah lengkap namun tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi nyaman yaitu berbaring miring ke kiri agar
membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi
oksiput anterior, serta ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung disetiap
puncak kontraksi serta lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
Adapun cara meneran yaitu:
1)
2)
3)
4)
meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan ke dada
5) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
14
No
Diagnosa
Tujuan dan KH
15
Intervensi
.
1
keperawatan
Nyeri akut
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam nyeri dapat berkurang
KH:
1. menggunakan teknik
untuk mengontrol
nyeri
/ketidaknyamanan,
2. pasien tampak rileks /
tenang diantara
kontraksi
3. mengungkapkan
1. Identifikasi derajat
ketidaknyamanan
dan sumbernya.
2. Berikan
tindakan
kenyamanan,
seperti
perawatan
mulut;
perawatan/masase
perineal; linen dan
pembalut
yang
ketidak nyamanan
minimal
lingkungan
sejuk
uterus
pada
setiap
kontraksi.
4. Berikan informasi
dan dukungan
berhubungan
dengan kemajuan
persalinan
5. Bantu klien dalam
memilih
posisi
optimal
untuk
mengejan;
(mis,.
Jongkok
rekumben
16
atau
lateral,
posisi
semi-
Fowler).
Kaji
keefektifan upaya
untuk
mengejan;
otot
dan
beristirahat
2
Resiko
Tinggi Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
Terhadap Kekurangan
keperawatan selam 1x24
Volume Cairan
jam, masalah teratasi
KH:
1. mempertahankan
TTV dalam batas
normal
2. haluaran
adekuat
3. membran
lembab
di
antara kontraksi.
4. Ukur
masukan/haluaran
urin dan berat jenis
urin. Kaji turgor
kulit dan produksi
mucus. Perhatikan
albuminuria.
urine
5. Lepaskan pakaian
mukosa
yang
berlebihan,
sejukkan
dengan
tubuh
pakaian
basah,
dan
pertahankan
lingkungan sejuk.
Lindungi
dari
mengigil.
6. Posisikan
klien
rekumben
lateral
7. Monitor
kulit
17
turgor
KOLABORASI
1. Berikan
cairan
terapi
sesuai
indikais
2.
3
Ansietas
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x 24
jam, kecemasan teratasi
KH:
1. Mengatakan
cemas
berkurang.
Menghilang
2. Mampu
mengerti
tanda-tanda persalinan
1. Kaji tingkat
kecemasan klien
2. Anjurkan klien
dan keluarga
untuk memberi
dukungan secara
berlanjut
3. Berikan
lingkungan yang
kondusif
4. Ajarkan teknik
relaksasi
5. Berikan penkes
terhadap klien dan
keluarganya
mengenai tandatanda persalinan
6. Tetap bersama
pasien untuk
menjaga
kenyamanan dan
mengurangi
ketakutan
c. Kala III
Tahap ini persalinan berlangsung sejak bayi lahir hingga plasenta lahir, lama
kala III adalah 15-30 menit. Selama proses persalinan terjadi kontraksi otot rahim
yang disertai retraksi, artinya panjang otot rahim tidak kembali pada panjang semula
18
sehingga plasenta terlepas dari implantasinya. Tujuan penanganan kala III persalinan
adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta.
Setelah istirahat, rahim berkontraksi untuk dapat melepaskan plasenta. Bentuk
pelepasan plasenta, yaitu:
1) Secara schultze: pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta
lahir diikuti oleh pengeluaran darah
2) Secara duncan: pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan
dan diikuti oleh pelepasan plasentanya
3) Bentuk kombinasi pelepasan plasenta yaitu: perubahan bentuk uterus menjadi
bulat dan berkontraksi dengan kuat, darah berwarna gelap keluar dengan tibatiba, tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati
introitus.
Untuk membuktikan plasenta telah lepas dapat dilakukan pemeriksaan:
1) Perasat kustner: tali pusat dikencangkan, tangan ditekankan diatas simfisis,
bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas.
2) Perasat klein: parturien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun
atau memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi: tali pusat tertarik
kembali (berarti plasenta belum lepas) atau tali pusat tetap ditempat berarti
plasenta sudah lepas.
3) Perasat strasman: tali pusat dikencangkan dan rahim diketuk-ketuk, bila
getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
4) Perasat manuaba: tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim,
sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua
tangan ditarik berlawanan dapat terjadi: tarikan terasa berat dan tali pusat tidak
memanjang, berarti plasenta belum lepas atau tarikan terasa ringan (mudah)
dan tali pusat memanjang, berarti plasenta telah lepas.
Plasenta dilahirkan secara crede dengan dorongan pada fundus uteri. Plasenta
dikeluarkan dengan melakukan tindakan manual bila terjadi:
1) Perdarahan lebih dari 400-500 cc
2) Terjadi retensio plasenta
19
Manajemen aktif kala III yaitu: pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, serta massase fundus uteri. Adapun diagnosa keperawatan yang
muncul pada kala III adalah:
No.
1
Diagnosa
kekurangan volume cairan
Tujuan dan KH
Intervensi
Tujuan :
Mandiri:
Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
asuhan
mendorong
pada
keperawatan
kontraksi;
bantu
mengarahkan
masalah teratasi
perhatiannya
KH:
- TTV
dalam
batas normal
N:
60100x/mnt
P:
12-
untuk
mengejan
2. Kaji TTV sebelum dan
setelah
pemberian
oksitosin
3. Palpasi
uterus;
perhatikan
tanda
20x/mnt
ballooning
S: 36C- 37C 4. Pantau tanda dan gejala
TD: 120/80
kehilangan
cairan
mmHg
berlebihan atau syok
Kontraksi uterus
5. Tempatkan bayi di
payudara klien
6. Massase uterus dengan
perlahan
setelah
peneluaran plasenta
7. Catat
waktu
dan
mekanisme
pelepasan
plasenta.
Mis:
mekanisme
versus
Schulze
8. Inspeksi
Duncan
mekanisme
permukaan
Perhatikan
insersi
tali
pusat,
keutuhan,
dengan
uterus
dan
tali
Nyeri akut
luasnya episiotomi
Tujuan :
Mandiri
Setelah dilakukan 1. Bantu
klien
untuk
asuhan
melakukan
keperawatan
pernapasan/
hilang
Klien merasa
nyaman
Klien
dapat
lebih rilek
d. Kala IV
22
teknik
rileksasi
nafas dalam
2. Berikan kompres
es
23
No.
1.
Diagnosa
Nyeri akut
Tujuan dan KH
Tujuan:
Intervensi
1. Kaji sifat
dan
derajat
ketidaknyamanan
2. Beri selamat pada klien
keperawatan selam 1x 24
atas kelahiran bayi
3. Berikan informasi yang
nyeri berkurang
KH:
1. Pasien
menyatakan
tingkat kenyamanan
2. Tingkat
ansietas
tentang
takut
ketidaktahuan
kenyamanan
4. Pasien menunjukkan
personal
yang baik
24
selama
periode
pascapartum
4. Anjurkan
penggunaan
teknik
pernapasan/relaksasi
5. Lakukan
tindakan
berkurang
3. Menunjukkan teknik
untuk
rutin
hygiene
kenyamanan
(perawatan
5. Nyeri berkurang
perbaikan
penyatuan
edema
atau
hemoroid.
11. Kaji adanya tremor pada
kaki
atau
gemetar
terkontrol.
tubuh
yang
atau
tidak
Tempatkan
perhatikan
volume Tujuan:
25
cairan
posisi rekumben
2. Kaji kepenuhan kandung
keperawatan selama 1x 24
kemih di atas simfisis
jam kekurangan volume
pubis.
3. Mulai pertahankan infus
akan optimal
2. Memiliki
dan Ht
6. Kaji
hal
keseimbangan asupan
memperberat
dan
intrapartum,
haluaran
yang
seimbang dalam 24
jam
3. Memiliki
kejadian
khususnya
persalinan
yang
diinduksi/augmentasi atau
asupan
yang
adekuat
4. Menunjukkan
TTV
yang
darah
pada
persalinan,
dan
lama
persalinan tahap II
8. Kaji jumlah (dengan
menggunakan
skala
26
perhatikan
kondisi
perbaikan
episiotomi,
edema
ekimosis,
berlebihan,
atau
tekanan
internal kuat
7. MEKANISME PERSALINAN
a.Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati PAP, kepala dikatakan telah menancap
(engaged) pada pintu atas panggul.
b. Penurunan
Gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan:
1) Tekanan dari cairan amnion
2) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
3) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen pada ibu.
c.Fleksi
Setelah kepala turun tertahan oleh serviks, dinding panggul dan dasar panggul dalam
keadaan normal fleksi terjadi dan dagu diletakkan kearah dada janin.
d. Putaran paksi dalam
Pemutaran dimulai pada bidang setinggi spina isciadika hingga mencapai panggul
bagian bawah
e.Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum kepala akan defleksi kearah anterior oleh
perineum
f. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama saat memasuki
pintu atas panggul
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas, tulang pubis ibu dan badan bayi
dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis.
8. PEMERIKSAAN PADA INTRANATAL
a. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan pada ibu terkait tentang:
1) Status obstetri meliputi: HPHT dan taksiran partus
2) Riwayat kehamilan sekarang
3) Riwayat kehamilan sebelumnya
4) Riwayat kesehatan ibu
5) Masalah medis saat ini
27
Ringan
<100 mmHg
Sedang
110 mmHg/ lebih
Proteinuria
Sekelumit sampai 1+
Menetap 2+/lebih
Sakit kepala
Tidak ada
Ada
28
Gangguan penglihatan
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Oliguria
Tidak ada
Ada
Kejang
Tidak ada
Ada (eklampsia)
Kreatinin serum
Normal
Meningkat
Trombositopenia
Tidak ada
Ada
Minimal
Nyata
Tidak ada
Jelas
Edema paru
Tidak ada
Ada
3. ETIOLOGI
Pre-eklampsia paling sering ditemukan sesudah usia kehamilan 28 minggu.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor tertentu sebagai
predisposisi:
a. Kekhasan pada kehamilan
b. Terutama mengenai primigravida
c. Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan kembar, polihidramnion, abnormalitas
janin)
d. Penyulit beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal hipertensi esensial,
diabetes
e. Disfungsi plasenta, misalnya infark atau degenerasi
f. Insidensi lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai mutu buruk
4. PATOFISIOLOGI (TERLAMPIR)
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala ringan
a. Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg
untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolik dengan interval pengukuran selama 6
jam.
b. Terdapat pengeluaran protein dalam urin 0,3 g/liter atau kualitatif +1- +2
c. Edema (bengkak kaki, tangan, atau lainnya)
d. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu
Gejala berat (kelanjutan pre-eklampsia ringan)
29
a.
b.
c.
d.
e.
30
g. Pemeriksaan Abdomen: Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensioal
yang tidak menyenangkan dari pre-eklampsia berat dan dapat meramalkan ruptur
dari hepar. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya
kontraksi uterus, dan presentasi janin
h. Pemeriksaan Pelvis: Keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan
pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau
perabdominam
Tes Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah: Peningkatan hematokrit
dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya memberi kesan hemokonsentrasi
atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah dari yang
diperkirakan, kemungkinan hemolisis intravaskular akibat proses hemolisis
mikroangiopatik perlu dipertimbangkan. Analisa apusan darah tepi dapat
mengungkapkan sel-sel darah merah yang mengalami dostorsi dan skistosit
b. Urinalisis: Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan preeklampsia. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau
4+ atau urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih, pre-eklampsia dikatakan
berat
c. Tes kimia darah: ureum, kreatinin dan asam urat. Kadar asam urat serum lebih
d.
e.
f.
g.
31
janin
dan
plasenta
merupakan
pengobatan
satu-satunya.
Tujuan
penatalaksanaannya adalah:
a.
b.
c.
d.
Penyakit maternal
faktor imunologis
33
Hipertensi
Kardiovaskular
Penyakit ginjal
hamil ganda
molahidatidosa
hamil+ DM
perubahan terjadi:
bahan toksis
bahan toksis
aktivitas endotelium
perlu endotel
sitokin
lipid penoksid
kreatinin naik
Vasokontriksi
Pritchard
Zuspan/ sibai
Terminasi kehamilan
Hipertensi
permeabilitas
Kapiler
perlukaan endotel
timbunan trombosit
Perlekatan fibrin
terjadi fibrinolisis
trombositopenia
tromboksan A2
Perdarahan
Menimbulkan gangguan fungsi
khusus darahnya
hemokonsentrasi
hipovolumia
preeklampsia/ eklampsia
HELLP SINDROM
hemolisis
darah/ eritrosit
kematian maternal&perinatal:
persalinan berencana
dekompensasi kordi
34
terminasi kehamilan
Impending eklampsia
Fetal distress
Solusio plasenta
Kriteria edema
Biofisik profil
Fetal buruk
35