Anda di halaman 1dari 3

Gerakan Mahasiswa

Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang


ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk
meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan
para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Pengertian gerakan mahasiswa terkait dengan pengertian gerakan
sosial. Gerakan sosial seringkali diterapkan sebagai konsep kunci dalam
memahami fenomena protes masyarakat terhadap struktur-struktur sosial
seperti pemerintah, lembaga keagamaan sentral, ataupun perusahaan besar,
termasuk ke dalamnya protes yang dilakukan mahasiswa. Konsep gerakan
sosial juga merujuk pada upaya perubahan sosial (juga politik) yang
disponsori oleh kekuatan-kekuataan masyarakat di luar struktur politik
formal. Dari perspektif perubahan ini pula, gerakan sosial kerap dipandang
sebagai counterpart dari sistem dan struktur masyarakat yang menjadi
mainstream.
Idealisme Gerakan Mahasiswa
Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai dari agent of change,
agent of social control. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat
menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, serba tahu berbagai
persoalan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini menjadikan mahasiswa
sebagai kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya.
Namun, sederet titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata
tidak semuanya berbuah manis serta sesuai dengan harapan. Maraknya
pemberitaan di media massa baik melalui media cetak maupun elektronik
menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini. Di
beberapa kampus (baik negeri maupun swasta , kampus besar maupun kecil)
di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke banyak sekali terjadi
tawuran antar mahasiswa. Berbagai macam alasan para mahasiswa
melakukan aksi seperti ini mulai dari kebijakan pemerintah yang kurang
representatif, kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa, dan
yang paling parah tawuran ini bermula dari dari konflik personal yang
kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok.
Sejarah mengingatkan kita bahwa runtuhnya rezim Sukarno yang
totaliter serta mengagungkan dirinya sebagai presiden seumur hidup tidak
lain karena idealisme mahasiswa. Sama halnya pada rezim Suharto yang
otoriter juga runtuh oleh gerakan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa
mahasiswa merupakan generasi penting dalam suatu negara. Kalau
pemudanya kuat maka negara akan kuat juga.
Di era reformasi saat ini (mungkin lebih tepatnya pasca reformasi),
sudah
sepatutnya
dan
selayaknya
mahasiswa
mempertahankan
idealismenya. Ciri khas mahasiswa seharusnya adalah idealis rasionalis,
karena setiap aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh

kekuatan moral moral force, pemikiran yang matang, dan tidak


berlandaskan kepentingan.
Akan tetapi, citra mahasiswa sekarang mulai tergeser akibat
prilakunya sendiri. Masyarakat merasa bahwa mahasiswa adalah benalu
yang sering membuat susah.Sebagai contoh, seringnya demo mahasiswa
yang membuat macet jalan umum, dan ujung-ujungnya berakhir anarkis,
dan terkadang masyarakat menyebut mahasiswa tak jauh beda dengan
preman pasar yang membuat gaduh dan menyengsarakan banyak orang.
Pragmatisme Gerakan Mahasiswa
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya
dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham.
Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikiran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah
"faedah" atau "manfaat". Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh
Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu
teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Jika pengertian ini dibawa ke dalam sebuah gerakan mahasiswa maka
pragmatisme gerakan mahasiswa adalah sejauh mana kerja-kerja atas nama
perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa mampu memberikan manfaat
kepada organisasi yang ia naungin dan tidak jarang pula bisa diartikan
sejauh mana mampu memberikan manfaat kepada diri pribadinya sendiri.
Secara singkat, ia mau melakukan sebuah tindakan sekalipun itu anarkis, jika
mampu memberikan manfaat atau keuntungan kepada dirinya meskipun
sifatnya hanya sesaat.
Dengan demikian gerakan mahasiswa yang terlihat hari ini hampir
menuju kearah pragmatisme itu sehingga kita tidak menemukan lagi sebuah
gerakan mahasiswa yang memang benar-benar murni dan dilatarbelakangi
semangat yang mulia untuk menciptakan sebuah perubahan.
Gerakan mahasiswa hari ini seolah-oleh telah berada di persimpangan
jalan dan mereka bingung untuk menjelaskan identitas gerakannya antara
Gerakan Intelektual atau menjadi Underbone Partai Politik tertentu. Gerakan
mahasiswa kini tak fasih lagi jika diajak berdiskusi masalah ke-ilmuan akan
tetapi mereka kini lebih fasih jika diajak bicara tentang perkembangan politik
yang ada. Dari perilaku ini kemudian muncul para aktifis kampus yang tak
punya kemampuan mumpuni dalam ke-ilmuannnya dan jika memiliki
hambatan dalam penyelesaian studinya di kampus maka ia lebih sering
memilih berlindung dibalik para senioran mereka yang sudah punya jabatan
penting dibeberapa instansi pemerintahan dengan harapan mampu
memback-up serta menyelesaikan segala permasalahan dirinya di kampus.
Gerakan mahasiswa harus melakukan ruwetan atau meminjam istilah
agama kita taubatan nasuha agar setiap tindakan, pemikiran dan aksinya

benar-benar murni dan dilandasi dengan fakta-fakta kebenaran yang dapat


dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai