Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Setiap proses permesinan yang ada selalu melibatkan pengabrasian atau


pemotongan terhadap suatu komponen untuk berbagai alasan, dari mengurangi
cacat, membentuk dimensi, hingga estetika. Mengingat komponen yang dipotong
umumnya adalah material dengan tingkat kekerasan yang tinggi misalnya logam,
maka dibutuhkan perlengkapan potong yang memiliki sifat yang mampu melebihi
logam yang dipotongnya terutama dari segi kekerasan. Berikut syarat syarat yang
harus dimiliki oleh sebuah material untuk alat potong :
1. Memiliki kekerasan yang tinggi, tujuannya tentu agar dapat digunakan untuk
memotong peralatan lain yang memiliki tingkat kekerasan dibawahnya.
2. Memiliki ketahanan aus yang baik
3. Bersifat inert, agar tidak terjadi pelekatan atau reaksi apapun dengan logam
induk yang akan dipotong.
4. Mampu bekerja pada kondisi temperature yang relatif tinggi, karena pada
aplikasinya, proses pergesekan antara alat potong dengan pemotongnya
akan menciptakan panas. Panas ini dapat terakumulasi pada proses dan jika
alat potong sensitif terhadap hal ini, maka dapat terjadi perubahan sifat
selama pemotongan. Hal ini sangat berbahaya sehingga sangat dihindari.
Panas yang dihasilkan dapat juga dikurangi dengan pemberian pelumas.

Gambar salah satu jenis alat potong yang diaplikasikan diindustri


Salah satu solusi yang telah lama disadari adalah penggunaan material
keramik sebagai alat potong. Keramik sebagai alat potong telah digunakan selama
hampir 90 tahun. Seiring dengan berkembangnya zaman, material baru untuk
meningkatkan

sifat

dari

alat

potong

keramik

telah

dikembangkan.

Pada

awalnya,sekitar tahun 1900-an digunakan alumina yang dikaitkan dengan alat


potong logam dengan fasa gelas yang berasal dari penambahan talc atau clay.

Karena kualitas yang rendah dari serbuk alumina, nilai ketangguhan sebesar 3.0
MPA dapat berubah ubah. Permasalahan yang paling dasar dari penggunaan
material ini adalah, gelas yang diikatkan dialumina pada temperature potong dari
logam melunak sampai fasa gelas.

Sehingga material tidak dapat lagi diterima

penggunaanya dan telah diabaikan.

Menginjak tahun 1930, Ryschkewitsch

melakukan percobaan membuat alat potong dengan menggunakan AL 2O3 yang


relatif murni. Penambahan MgO bertujuan menghilangkan fasa gelas selama
sintering sehingga meningkatkan kekuatan dari material. Saat ini, aplikasinya masih
sering

digunakan

tegangannya

lebih

untuk

aplikasi

rendah

dari

pemotongan
baja

logam

permesinan.

Alat

besi

tuang

potong

dimana

lain

yang

dikembangkan dimasa yang relatif sama adalah Microlite,yang terdiri dari alumina
murni dan magnesium oksida.

Gambar 1 Alat potong keramik tradisional yang masih digunakan untuk


memotong Besi tuang
Pada tahun 1960-an, berbagai jenis peralatan alumina yang disinter dengan
berbagai variasi aditif banyak dikembangkan diberbagai negara seperti Amerika
Serikat, Jepang, dan negara negara Eropa. Namun pada masa itu, ada satu alat
potong yang dianggap lulus terhadap semua persyaratan utama yang dibutuhkan
untuk suatu alat potong, yaitu keramik dengan basis alumina yang dikuatkan
dengan penambahan TiO2. Penambahan TiO2 selain dilakukan dengan tujuan proses
sinter, juga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan butir atau grain
growth. Hasilnya adalah butir dengan struktur equiaxe atau bulat dengan diameter
rata-rata 2m dan memiliki kekuatan gagal hingga mencapai 586 MPa. Dari segi
perkembangan proses, pada masa tersebut juga ditemukan system baru untuk

memadatkan material selain sintering, yaitu hot press.

Pada proses hot press

material dilakukan proses penekanan ditambah dengan temperature, sehingga


proses ini menghasilkan material dengan kepadatan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan proses sintering.
Aplikasi dari alat potong keramik semakin menuju ke tahapan yang lebih
tinggi seiring dengan kesadaran biaya machining dari suatu industry yang relatif
tinggi. Keperluan akan alat potong yang mampu memotong berbagai perlengkapan
logam dengan cepat dan menghasilkan kenampakan permukaan yang baik
mendorong perkembangan terus menerus dari material pemotong ini. Diawal tahun
1960, ilmu yang mempelajari material keramik mulai berkembang. Pemahaman
baru mengenai dislokasi dilogam, cara kerja dan kegunaannya mulai dimanfaatkan
pula dalam pembelajaran mengenai keramik. Disamping itu, kesadaran akan
pentingnya menciptakan butir dengan kondisi yang baik dan ukuran yang tepat juga
mulai mengambil tepat dalam pemikiran berbagai peneliti sejalan dengan mulai
banyak digunakannya transmission electron microscopy (TEM) untuk mengamati
kenampakan permukaan hingga memberikan informasi detail dari mikrostruktur dan
fenomena aus. Analisa dari permukaan benda menjadi semakin mungkin, sehingga
kemungkinan untuk diciptakannya serbuk keramik dengan kualitas yang tinggi
semakin besar. Penelitian untuk mengontrol distribusi ukuran partikel dari keramik
mulai dikembangkan bahkan hingga ukuran mendekati rentang submicron. Hal ini
merupakan kemajuan teknologi yang sangat signifikan yang sekarang kita kenal
dengan nama keramik maju (advanced ceramics).
Saat ini alat potong berbasis keramik telah sangat banyak dan beragam
dengan berbagai pengaplikasian teknologi yang menarik tentunya. Material dasar
yang banyak digunakan dalam pembuatan alat potong keramik adalah sebagai
berikut :
Komposit Aluminium-Silicon Karbida Whisker
Penambahan dari SiC, meningkatkan ketangguhan dari komposit hingga
mencapai MPa-m1/2. Komposit ini harus diproses dengan cara penekanan
panas (hot press) dimana pertautan antara whisker menciptakan kerapatan
yang sangat tinggi dari material ini.
Silikon Nitrida

Memiliki ketangguhan sebesar 4 5 MPa-m 1/2. Material ini sangat banyak


digunakan untuk melakukan proses machining besi tuang dimana ketahanan
aus dari material tersebut sangat tinggi. Si 3N4 merupakan material yang
tahan terhadap tegangan kejut dengan konduktifitas thermal yang tinggi
ditambah nilai ekspansi thermal yang pertengahan (moderat).

Gambar Alat potong Keramik Silikon nitrida


Titanium carbide/titanium nitride
Material ini diidentifikasikan sebagai Cermet yang memiliki ketahanan aus
baik.
Alat potong keramik berupa roda gigi,
badannya menggunakan Stainless Steel
namun mata pisaunya menggunakan
Titanium Karbida

Alat potong keramik berupa roda gigi dari


Titanium Nitrida

SiAlON
SiAlON merupakan larutan padat antara silicon nitride dan alumina.
Kehadiran

dari

alumina

membawa

pengaruh

terhadap

meningkatnya

ketahanan oksidai dari material.


70%Al2O3 30%TiC
Material ini banyak digunakan untuk machining paduan karbon, baja
perkakas dan baja tahan karat.

Polycristalline Diamond
Intan jenis ini memiliki ketahanan abrasi yang sangat baik dan banyak
digunakan untuk pemotongan logam, gelas dan keramik. Bahkan material ini
juga banyak digunakan sebagai mata bor pada industry pengeboran.

Cubic Boron nitride


Material ini memiliki kekerasan sedikit dibawah dari intan. Ketika carbon
banyak larut dalam besi, kubik boron nitride tidak. Hal ini membuat aplikasi
logam ini untuk pemotongan beragam material ferrous merupakan pilihan
yang sangat baik.

Karbida semen
Umumnya berupa Cermet dimana WC merupakan konstituen keramiknya.
Nilai kekerasan dan ketangguhannya dapat dimanipulasi untuk mencapai
tingkat yang dibutuhkan oleh sebuah material untuk aplikasi peralatan
potong. Material ini umumnya memiliki kekuatan yang sangat baik, tahan
terhadap beban kejut, mamiliki ketangguhan hingga mencapai 15 MPa-m 1/2 ,
dan pada kecepatan pemotongan yang rendah sangat tahan terhadap
fenomena aus.

Anda mungkin juga menyukai