Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Pada konvensi Epilepsy Foundation of America (EFA) 15 tahun yang lalu,
status epileptikus didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang yang tidak sadar
kembali selama lima menit atau lebih harus dipertimbangkan sebagai status
epileptikus.
2.
Epidemiologi
Insiden Status Epileptikus (SE) telah diperkirakan pada 10 sampai 41 kasus
per 100.000 orang pertahun. Sumber lain mengatakan bahwa angka kejadian SE
tipe tonik-klonik umu yang terjadi di Amerika Serikat berkisar 60.000-160.000
pertahunnya. Terhitung sekitar 100.000 menjadi 160.000 orang per tahun di
Amerika Serikat,yang kebanyakan adalah pasien dengan epilepsi. Sekitar 5% dari
orang dewasa dan 10% sampai 25% anak-anak dengan epilepsi akan memiliki
setidaknya satu episode SE, sedangkan 13% dari semua pasien dengan SE akan
memiliki rekurensi Angka kematian keseluruhan dari SE adalah sekitar 20%,
tetapi bervariasi luas, terutama berdasarkan usia, etiologi, dan durasi dari SE.
Mortalitas lebih tinggi pada pasien lanjut usia atau SE sekunder (yaitu, stroke
akut, anoksia, trauma, infeksi, gangguan metabolisme).
Data dari epidemiologi menunjukkan bahwa etiologi dari status epileptikus
dapat dikategorikan pada proses akut dan kronik. Pada usia tua SE kebanyakan
sekunder karena adanya penyakit serebrovaskular, disfungsi jantung dan
demensia. Pada negara miskin, epilepsi merupakan kejadian yang tak tertangani
dan merupakan angka kejadian yang paling tingi.
3.
Etiologi
Status epileptikus tonik-klonik, banyak berasal dari insult akut pada otak
dengan suatu fokus serangan. Penyebab status epileptikus yang banyak diketahui
adalah, infark otak mendadak, anoksia otak, bermacam-macam gangguan
metabolisme,
tumor
mendadak, atau berhenti makan obat anti kejang. Jarang status epileptikus
disebabkan oleh penyakit degenerasi sel-sel otak menghentikan penggunaan
penenang dengan mendadak, pasca anestesi dan cedera perinatal. Penderita
yang sebelumnya tidak mempunyai riwayat epilepsi, mungkin mempunyai
riwayat trauma kepala, radang otak, tumor, penyakit pembuluh darah otak.
Kelainan-kelainan ini terutama yang terdapat pada lobus frontalis, lebih
sering menimbulkan status epileptikus, dibandingkan dcngan lokasi lain pada
otak. Penderita yang
mempunyai
riwayat
epilepsi,
dcngan
sendirinya
mempunyai faktor pencetus tertentu. Umumnya karena tidak teratur makan obat
atau menghentikan obat sekehendak hatinya. Faktor pencetus lain yang harus
diperhatikan adalah alkohol, keracunan kehamilan, uremia dan lain-lain.
4.
Klasifikasi
Klasifikasi status epileptikus penting untuk penanganan yang tepat, karena
penanganan yang efektif tergantung pada tipe dari status epileptikus. Pada
umunya status epileptikus di karakteristikkan menurut lokasi awal bangkitan-area
tertentu dari korteks (Partial Onset) atau dari kedua hemisfer otak (Generelized
onste). Kategori lainnya bergantng pada pengamatan klinis yaitu konvulsi atau
non-konvulsi.
Banyak pendekatan klinis diterapkan untuk mengklasifikasikan status
epileptikus. Satu versi mengkategorikan status epileptikus berdasarkan status
epileptikus umum (tonik klonik, mioklonik, absesn, atonik, akinetik) dan status
epileptikus parsial (sederhana atau kompleks). Versi lain membagi berdasarkan
status epileptikus umum (overt atau subtle) dan status epileptikus non-konvulsi
(parsial sederhana,parsial kompleks, absens). Versi ketiga dengan pendekatan
berbeda berdasarkan tahap kehidupan (batas pada periode neonatus, infan dan
anak-anak dan dewasa, dewasa).
Klasifikasi status epileptikus adalah sebagai berikut:
1.
2.
a. Tonik
b. Tonik
c. Klonik
d. Mioklonik
Subtle generalized convulsive status epilepticus diikuti dengan generalized
convulsive status epilepticus dengan atau tanpa aktivitas motorik.
3.
Patofisiologi
Pada status epileptikus terjadi kegagalan mekanisme normal untuk
Peningkatan
Hipertensi,
hiperpireksia
Hiperventilasi,
2. Fase II (> 30 menit) - mekanisme tidak terkompensasi. Pada fase ini terjadi:
Kegagalan
Depresi pernafasan
Disritmia
jantung, hipotensi
Hipoglikemia,
hiponatremia
Gagal
ke
otak,
meningkatnya
metabolisme,
hipertensi,
hiperpireksia,
6.
Manifestasi Klinis
Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk
A.
Status
Epileptikus
Klonik-Tonik-Klonik
(Clonic-Tonic-Clonic
Status
Epileptikus)
Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum
mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode kedua.
B.
kesadaran tanpa diikuti fase klonik.Tipe ini terjai pada ensefalopati kronik dan
merupakan gambaran dari Lenox-Gestaut Syndrome.
10
dan
pada
beberapa
kasus
dijumpai
psikosis.
Pada
EEG
gangguan
berbicara,
dan
keadaan
kebingungan
yang
Penegakan Diagnosis
11
Anamnesis:
Anamnesis pasien harus dilakukan secara tertib dan teratur, meliputi lama
kejang, sifat kejang sama ada fokal, umum atau tonik/klonik. Seterusnya, tingkat
kesadaran diantara kejang, riwayat kejang sebelumnya serta riwayat kejang dalam
keluarga. Pasien juga harus ditanya sama ada panas, atau ada trauma kepala,
riwayat persalinan dan tumbuh kembang. Selain itu, riwayat penyakit
sistemik/SSP seperti keganasan, infeksi, kelainan metabolic, keracunan. Riwayat
putus obat atau gagalnya pengobatan yang sudah berjalan juga penting.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran, penglihatan
TIKakibat
tumor,perdarahan
dll.,
sistem
motorik
yaitu
kelumpuhan, tonus, pergerakan tidak terkendali, ataksia, dan sistem sensorik yaitu
parastesia, hipestesia, anestesia.
Pemerikasaan penunjang:
Terdiri dari pemeriksaan laboratorium yaitu darah CBC, elektrolit,
glukosa, fungsi ginjal dengan urin analisis dan kultur, jika ada didugaan infeksi
maka dilakukan kultur darah, dan Imaging yaitu CT scan dan MRI untuk
mengevaluasi lesi struktural di otak, EEG untuk mengetahui aktivitas listrik otak
dan dilakukan secepat mungkin jika pasien mengalami gangguan mental. Pungsi
lumbar dapat kita lakukan jika ada dugaan infeksi CNS atau perdarahan
subaraknoid
12
Diagnosis Banding
Perlu dipikirkan Serial Epilepsy dan Sinkop merupakan diagnosis banding
Penatalaksanaan
Status epileptikus merupakan gawat darurat neurologic.
Harus diatasi
13
14
c.
2.
Kirim sampel serum untuk evaluasi elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kadar
glukosa, hitung darah lengkap, toksisitas obat-obatan dan kadar antikonvulsan
darah; periksa AGDA (Analisa Gas Darah Arteri)
6.
15
Komplikasi
Asidosis
Hipoglikemia
Hiperkarbia
Hipertensi
Edema
pulmonal
paru
Hipertermia
Disseminated
Gagal
ginjal akut
Gangguan
11.
1.
2.
3.
- Edema otak
Prognosis
Prognosis dari status epileptikus bergantung pada :
Penyakit dasar
Kecepatan penanganan kejang
Komplikasi
BAB III
KESIMPULAN
Status epileptikus didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau
lebih rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau
aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang yang
tidak sadar kembali selama lima menit atau lebih harus dipertimbangkan sebagai
status epileptikus. Penanganan yang cepat dan tanggap sangat diperlukan pada
penanganan status epileptikus untuk mencegah timbulnya mortalitas dan juga
komplikasi yang bisa memperburuk prognosis.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nia Kania, dr., SpA., MKes,Kejang pada Anak, Disampaikan pada acara
Siang Klinik Penanganan Kejang Pada Anak di AMC Hospital Bandung, 12
2.
Februari 2007.
Penatalaksanaan
3.
4.
5.
status
epileptikus,
Available
at
from:
2000; 83:415-19.
Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin North
7.
Am 2001;48:683-94.
Turner
C.
Epilepsy.
8.
edition.Philadelphia:Mosby Elsevier:2006.p.95-100
Franzon D.Status Epileptikus [online] [cited on 31 Oktober 2011] Available
In:
Neurology
Crash
course.
17
from : peds.stanford.edu/8_status_epilepticus.pdf