STROKE HEMORAGIK
No. ID Peserta
Nama Peserta
No. ID Wahana
Nama Wahana
Topik
Tanggal Kasus
Nama Pasien
Tanggal Presentasi
:
: dr. Olive Pric Irawadi
:
: RSUD Cilegon
: Stroke Hemoragik
: 20 Juli 2014
: Ny. A
:
: 151345
Nama Pendamping 1
Nama Pendamping 2
Tempat Presentasi
: RSUD Cilegon
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa Lansia
Bumil
Deskripsi
: Membahas manajemen pada kasus otitis media supuratif kronis
Tujuan
: Mengetahui prinsip penanganan otitis media supuratif kronis
Bahan Bahasan
: Tinjauan
Riset
Kasus Audit
Cara Membahas
Pustaka
Diskusi
DATA PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 56 tahun
Nama Klinik : RSUD Cilegon
Telp :
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
Keluhan Utama :
Pos
No RM : 151345
Terdaftar Sejak :
Pasien wanita berumur 56 tahun datang dengan penurunan kesadaran sejak dua jam sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan mulai terjadi ketika pasien sedang beraktivitas membersihkan
rumah, keluhan disertai dengan nyeri kepala dan muntah. Tidak lama setelah pasien
mengeluhkan nyeri kepala dan muntah, pasien jatuh dan tidak sadarkan diri. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu namun tidak terkontrol dan berobat tidak teratur.
Daftar Pustaka:
1. Rumantir, U, C; 1986; Ilmu Penyakit Saraf UNPAD RSHS, Bandung
2. Victor, M, Ropper, A. Adams and Victors Principles Of Neurology 7 th Ed. McGraw
Hill. 2001
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guidelines Stroke. 2004
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi Stroke
2. Faktor Resiko Stroke
3. Patofisiologi Stroke
4. Klasifikasi Stroke
1
5. Diagnosis Stroke
6. Komplikasi Stroke
7. Penatalaksanaan pada Stroke Akut
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:
1. Subyektif:
Pasien wanita berumur 56 tahun datang dengan penurunan kesadaran sejak dua jam sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan mulai terjadi ketika pasien sedang beraktivitas membersihkan
rumah, keluhan disertai dengan nyeri kepala dan muntah. Tidak lama setelah pasien
mengeluhkan nyeri kepala dan muntah, pasien jatuh dan tidak sadarkan diri.
Keluhan tidak disertai dengan kejang. Keluhan baal-baal sebelah tubuh tidak diketahui.
Keluhan bicara pelo dan mulut mencong tidak diketahui. Keluhan pandangan ganda /gelap
sesaat/ telinga berdenging/ pusing berputar tidak diketahui. Riwayat hipertensi sebelumnya
diketahui sejak 10 tahun yang lalu. Minum obat dan kontrol tidak teratur. Riwayat penyakit
jantung / penyakit ginjal/DM sebelumnya tidak diketahui.
2. Objektif:
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
: 250/130 mmHg
Nadi
: 88x/ menit
Pernafasan
: 20x/ menit
Suhu
: 36,7o C
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
THT
Leher
Dada
Paru
Jantung
Abdomen
Extremitas
Status Neurologis :
2
GCS : 3 (Coma)
Tanda Vital : Tekanan Darah : 250/130 mmHg
Cor : Batas kiri jantung 2 jari LMCS
Status Neurologis :
Meningeal Sign : Kaku Kuduk (+), Brudzinski I/II/II (-)
Saraf Optikal
Sensori
: Sulit Dinilai
4. Plan :
Bed rest, Semi Fowler 300
3
Follow Up
Tgl
20/7
pk.
14.00
Os apneu -->RJP 5 siklus--> tidak bereaksi--> RR-nadi karotid tidak teraba, pupil
midriasis maksimal -->EKG asistol --> Pasien dinyatakan meninggal
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
I. DEFINISI
Stroke adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik fokal
atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak dengan defisit
neurologis yang terjadi lebih dari 24 jam atau terjadi kematian. Bila disfungsi serebral
sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam dinamakan TIA (Transient Ischemic
Attack)
II. PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS
A. Stroke infark
a. Infark Atherotrombotik
Kebanyakan penyakit serebrovaskular dapat dikaitkan dengan atherosklerosis
dan hipertensi kronis. Keduanya saling mempengaruhi. Atherosklerosis akan
mengurangi kelenturan arteri besar, dan stenosis atherosklerotik yang terjadi pada
arteri ginjal, keduanya dapat mengakibatkan tekanan darah yang meningkat.
4
Gambaran Klinis
Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala yang
mungkin timbul pada serangan awal adalah kebutaan sebelah mata,
hemiplegia, hemianesthesia, gangguan bicara dan bahasa, bingung dan lainlain.
Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang wakt beberapa menit
hingga beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
5
b Stroke trombotik dapat terjadi waktu tidur, pada saat terjaga, pasien
lumpuh pada tengah malam atau pagi. Pasien dapat bangkit dari tempat
tidur, lalu terjatuh dan tidak berdaya.
c Gambaran stroke trombotik dapat terjadi sangat lamabt, sehingga
menyerupai tumor otak, abses ataupun subdural hematoma. Untuk
menegakkan diagnosis stroke pada kasus ini, riwayat penyakit terdahulu
harus didapat dengan lengkap.
Trombosis arterial basanya tidak disertai nyeri kepala. Bila ada, lokasi nyeri
berhubungan dengan lokasi sumbatan arteri. Intensitas nyeri tidak parah dan
rlebih regional dibandingkan dengan perdarahan intraserebral maupun
perdarahan subarachnoid.
b. Infark Embolik
Stroke dapat ditimbulkan oleh emboli yang bersumber dari trombus di
jantung. Trombus yang terlepas akan terbawa oleh aliran pembuluh darah sampai
pada percabangan arteri yang terlalu kecil untuk dilewati.
Emboli yang berasal dari jantung dapat disebabkan oleh:
Myxoma
Gejala Klinis
c. Infark Lakuner
Stroke ini mempunyai kumpulan gejala klinis yang jelas dengan daerah kecil
yang mengalami iskemia dan terbatas pada daerah pembuluh darah tunggal yaitu
pembuluh darah yang berpenetrasi ke otak yang menembus kapsula interna, basal
ganglia, thalamus, korona radiata, dan daerah paramedian dari batang otak.
Stroke lakuner biasanya berhubungan dengan kombinasi antara hipertensi,
atherosklerosis dengan diabetes melitus.Stroke lakuner dapat didiagnosa hanya
melalui karakteristik gejala klinisnya yaitu hemiparesis motorik murni, sindrom
penyebab
lemahnya
dinding
pembuluh
darah
dan
pembentukan
klinis
tergantung
dari
.
lokasi
dan
ukuran
hematoma.
kematian cukup tinggi 30-70% dan tergantung beratnya penyakit pada saat pertama
kali muncul.
Onset
Jenis Kelamin
Etiologi
Lokasi
Gambaran klinik
Pemeriksaan
Penunjang
Perdarahan Intraserebri
Usia pertengahan - usia tua
>>
Hipertensi
Ganglia basalis, pons,
thalamus, serebelum
Penurunan kesadaran, nyeri
kepala, muntah
Defisit neurologis (+)
-
Perdarahan Subarachnoid
Usia muda
>>
Ruptur aneurisma
Rongga subarachnoid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1
CT scan
10
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau
aneurisma pada pembuluh darah.
Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial ,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
atau berwarna
kekuningan.Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark
tidak didapatkan perdarahan (jernih).
6
11
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x
atheroma) 12
Nilai SSS
>1
< -1
-1 < SSS < 1
Diagnosa
Perdarahan otak
Infark otak
Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)
12
KOMPLIKASI STROKE
1. Komplikasi neurologik :
A. Edema otak (herniasi otak)
Merupakan komplikasi yan penting stok akibat infark maupun karena perdarahan.
Pada kasus infark, edema terjadi secara vasogenik dan sitoksik, pada intra dan
extraseluler. Edema mencapai maksimum setelah 4-5 hari paska infark, diikuti dengan
mengaburnya alur gyrus kortikal dan seiring pembesaran infak, terjadi pergeseran garis
tengah otak (midline shift). Setelah terjadi midline shift, herniasi transtentorial pun terjadi
dan mengakibatkan iskemia serta perdarahan di batang otak bagian rostral.
13
awalnya
terdapat deposit
lalu
diikuti
oleh plak
fibromuskuloelastis pada sel otot intima yang diisi lemak. Atheroma ini biasanya
memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran pembuluh darah. Jika terjadi
pelebaran yang mendadak dari plak akibat meningkatnya perdarahan pada tempat
tersebut, maka endotel yang mengandung fibrin dan bekuan darah tadi akan robek, dan
terjadi perdarahan. Kebanyakan cenderung sepanjang perbatasan yang diperdarahai oleh
anastomosis A.meningeal atau bila di A.serebri media terdapat di ganglia basalis.
Kesadaran pasien tiba-tiba menurun dan pernafasan mengorok. Pada pemeriksaan pungsi
lumbal ditemukan cairan serebrospinal berdarah.
C. Vasospasme (terutama pada PSA)
Fisher dkk, menemukan bahwa spasme sering terjadi pada pembuluh darah arteri
yang dikelilingi oleh sejumlah besar darah subarachnoid. Vasospasme ini timbul sebagai
akibat langsung dari darah atau sebagian produk darah, seperti hematin atau produk
keping darah, pada dinding adventitia dari pembuluh darah arteri. Gejala vasospasme
berupa penurunan kesadaran (misalnya bingung, disorientasi, drowsiness) dan defisit
neurologis fokal tergantung pada daerah yang terkena. Gejala-gejala berfluktuatif dan
dapat menghilang dalam beberapa hari atau secara gradual menjadi lebih
berat.Mekanisme lain terjadinya vasospasme ialah sebagai respon miogenik langsung
terhadap pecahnya pembuluh darah serta adanya substansi vasotaktif seperti serotonin,
prostaglandin dan katekolamin.
D.Hidrosefalus
Jika sejumlah besar darah, sebagai akibat ruptur pembuluh darah, merembes ke
dalam sistem ventrikel atau membanjiri ruang subarachnoid bagaian basal, darah tersebut
akan memasuki foramen Luschka dan Magendie. Dimana pasien akan mengalami
penurunan kesadaran hingga pingsan sebagai akibat dari hidrosefalus akut. Gejala akan
membaik jika dilakukan draining ventrikel, dengan ventrikulostomi eksternal, atau pada
beberapa kasus dapat dilakukan punksi lumbal. Hidrosefalus sub akut dapat terjadi akibat
14
blokade jalur cairan serebrospinal oleh darah setelah 2 hingga 4 minggu. Keadaan ini
biasanya didahului oleh nyeri kepala, penurunan kesadaran dan inkontinen.
2. Komplikasi non-neurologik (Akibat proses di otak) :
Akibat proses di otak :
A. Tekanan darah meninggi
Peninggian tekanan darah pada fase akut merupakan respon fisiologis terhadap
iskemia otak, dan tekanan darah akan turun kembali setelah fungsi oatk membaik
kembali. Selian itu tekanan darah tinggi intrakranial, dimana terjadi iskemia batang otak
atau penekanan batang otak. Bila neuron yang menghambat aktivitas simpatis di batang
otak menjadi tidak aktif karena penekanan batang otak maka akan terjadi hipertensi.
B. Hiperglikemi
Pada stroke, sama seperti iskemi daerah hipothalamus, dapat terjadi reaksi
hiperglikemi. Kadar gula darah sampai 150-175 mg% pada fase akut tidak memerlukan
pengobatan. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid ditemukan gangguan fungsi
vegetatif yang bersifat glukosuria dan keadaan ini berhubungan dengan konsentrasi
katekolamin yang tinggi dalam sirkulasi.
C. Edema paru
Edema paru dapat terjadi pada penderita perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarakhnoid. Edema paru akut dapat didahului oleh disfungsi kardiovaskuler secara
primer, misalnya infark miokard atau sekunder akibta kelainan susunan saraf pusat; atau
edema paru akibat langsung dari pusat edemagenic seebral. Proses terjadinya edema
paru akibat kelaianan susunan saraf pusat yaitu secara langsung melalui sistem saraf
otonom terutama mekanisme vagal. Mekanisme lain disebutkan, bahwa edema paru
merupakan akibat pelepasan simpatis berlebihan disertai hipertensi sistemik dan
hipertensi pulmonal mengakibatkan peninggian permeabilitas vaskuler pada paru.
Pelepasan simpatis tersebut dicetuskan oleh tekanan tinggi intrakranial, hipoksia otak
atau lesi di hipothalamus.
15
D. Kelainan jantung
Kelainan jantung berupa gangguan ritme jantung atau aritmia jantung, terjadi
pada strok fase akut. Sebanyak 50% menunjukkan ventrikuler ektopik berat, kelainan
lain berupa ventrikuler takikardia, blok AV komplit, dan asistolik. Kelainan ini lebh
sering pada gangguan sirkulasi anterior (sistem karotis). Pada penderita perdarahan
subarakhnoid, aritmia jantung dapat menyebabkan kematian. Kelainan jantung lainnya
pada penderita strok fase akut berupa kerusakan miokard disertai peninggian kadar
enzim jantung pada serum, aritmia jantung dan peninggian kadar katekolamin plasma.
E. Kelainan EKG
Perubahan EKG yang ditemukan pada penderita dengan kerusakan susunan saraf
pusat terutama perdarahan subarakhnoid yaitu ST-T abnormal, gelombang T besar atau
terbalik, pemanjangan interval QT dan gelombang U yang menonjol. Kelainan EKG
sering menyerupai penyakit jantung iskemia dan kadang miokard infark. Frekuensi saat
dan lamanya kelainan tersebut tidak dapat dipastikan, dan dalam pengalaman biasanya
timbul selambat-lambatnya dalam 8 hari setelah onset.
F.Syndrome Inappropiate Anti Diuretik Hormon (SIADH)
Rangsangan lesi pada daerah hipothalamus dapat menyebabkan diabetes insipidus
atau SIADH, dengan gejala sebagai berikut:Gejala intoksikasi air (anoreksia, mual,
muntah, letargi, hiperiritabilitas, delirium, bahkan koma).
G. Natriuresis.
Perdarahan subarakhnoid pada binatang percobaan, menimbulkan hiponatremia
dan natriuresis disertai gangguan sekresi hormon anti diuretik. Keadaan ini terjadi pada
hari ke 5-6 setelah onset dan dapat dijumpai pada setiap penderita dengan kelainan
intrakranial.
H. Retensi cairan tubuh.
I . Hiponatremia.
16
ringan, karean apada dasarnya setiap cacat akan mengganggu kehidupan normal yang
ada sebelumnya.
E. Nyeri dan kaku pada bahu
Nyeri dan kaku pada bahu sisi tubuh yang hemiplegi sangat sering dijumpai dan
biasanya akibat kesalahan berbaring serta kesalahan letak/posisi anggota gerak yang
lumpuh pada fase akut. Nyeri dan kaku pada bahu dapat terjadi akibat:
Kontraktur akibat spastis
shoulder-hand syndrome atau post-hemiplegic reflex sympathetic dystrophy.
Pada kasus berat terjadi demineralisasi kaput dan kollum humerus.
Inflamasi pada jaringan lunak disekeliling sendi. Keadaan ini terjadi di akromioklavikula, sendi gleno-humeral, tendon biseps dan bursa subdeltoid.
Kalsifikasi ektopik pada jaringan periartikuler
Fraktur kollum humerus.
Dislokasi sendi bahu, terutama terjadi pada keadaan flasid.
F. Spastisitas umum
Biasanya bersifat ringan, ditemukan pada penderita strok fase kronik/lanjut.
G. Radang kandung kemih
Infeksi traktus urinarius terutama pada penderita yang menggunakan kateter.
H. Kelumpuhan saraf tepi
Pada penderita strok dapat terjadi lesi kompresi radiks dan saraf tepi yang
bervariasi, terutama akibat anggota gerak yang lumpuh, tidak diletakkan dalam posisi
yang baik. Saraf tepi yang sering terkena adalah N. Radialis, N. Ulnaris, N. Peroneus
komunis dan N. Iskhiadikus.
I. Kontraktur dan deformitas
Kontraktur dapat terjadi mengikuti spastisitas berat yang berlangsung lama.
Terjadinya kontraktru akibat adanya perubahan jaringan lunak disekitar sendi yang
bersifat ireversibel. Kadang-kadang dijumpai keadaan kombinasi kontraktur dan
18
stroke
iskemik),
dan
hiperventilasi
(pCO2
20-35
mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi
saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum
luas.
Terapi khusus :
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan
bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3,
hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VPshunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan
intrakranial akut dan ancaman herniasi.
Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin)
atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika
penyebabnya adalah aneu- risma atau malformasi arterivena (arteriovenous
malformation, AVM).
21