Anda di halaman 1dari 11

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA


LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN
STUDI KASUS : JAKARTA BARAT
Najid

Herbin F.Betaubun

Dosen Jurusan Teknik Sipil

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Fak. Teknik Univ.Tarumanagara

FT. Univ.Tarumanagara Jakarta

Jln. S.parman no.1 Grogol Jakarta Barat

Jln. S.Parman no.1 Grogol Jakbar

Telp: 0818156673

Telp: 081310164088

najid2009@yahoo.com

florensapulete@yahoo.com

Abstract
As we know that traffic characteristic at the certain road way is determined by road capacity, traffic volume
and traffic density. Road capacity is determined by road width, side friction that is influenced by activity at
the two side of the the road, beside that capacity influencedother factors like basic capacity, split direction,
city size. This research focused in how land use characteristic and traffic characteristic was determined road
capacity. Road capacity can calculated by using IHCM (Indonesia Highway Capacity Manual) that have
certain procedure to estimate the capacity. The interesting issue is why the traffic volume based on traffic
survey almost have higher value than capacity. In this research we compare the capacity value that we get as
a result from IHCM calculation with the capacity value that we get as a result from the maximum volume
based on traffic survey. Traffic survey use the moving car observer method to make the traffic survey more
efficient.
Keywords: road capacity, traffic volume, traffic speed

Abstrak
Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik lalu lintas di sebuah ruas jalan ditentukan oleh kapasitas jalan,
volume lalu lintas dan kepadatan lalu lintas. Kapasitas jalan ditentukan oleh lebar jalan, hambatan samping
yang dipengaruhi oleh aktivitas dan kegiatan tata guna lahan di kiri dan kanan jalan, selain dipengaruhi juga
oleh faktor lainnya seperti faktor distribusi arah ukuran kota, konstruksi bahu dan median jalan. Pada
penelitian ini dilihat pengaruh karakteristik jalan dan tata guna lahan pada penentuan kapasitas jalan.
Sebagaimana diketahui bahwa MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) telah memiliki prosedur untuk
menghitung kapasitas jalan namun kondisi volume lalu lintas yang seringkali jauh di atas kapasitas jalan
menimbulkan tanda tanya akan keperluan evaluasi dari perhitungan kapsitas jalan tersebut. Pada penelitian
ini dilakukan perhitungan kapasitas jalan secara aktual berdasarkan pendekatan volume lalu lintas dan
kecepatan lalu lintas aktual yang kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan hasil perhitungan
MKJI. Survei volume dan kecepatan lalu lintas pada lokasi penelitian dilakukan dengan metode MCO
(Moving Car Observer).
Kata kunci : kapasitas jalan, volume lalu lintas, kecepatan lalu lintas.

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

LATAR BELAKANG
Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan angkutan pribadi khususnya sepeda motor
sangat tinggi di DKI Jakarta, menurut data selama 8 tahun jumlah sepeda motor di DKI
Jakarta telah meningkat 3 kali lipat yaitu dari 2.212.961 tahun 2000 menjadi 6.765.723
tahun 2008, sementara pada beberapa rute penumpang angkutan umum menurun cukup
berarti. Hal ini menunjukkan adanya perpindahan demand dari angkutan umum ke
angkutan pribadi.
Panjang jalan di kota Jakarta saat ini hanya 6,28 persen dari luas wilayahnya, sementara
jumlah kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta mencapai 9.993.867 unit. Dinas
Perhubungan DKI mencatat pertumbuhan kendaraan mencapai 10,79 persen per tahun.
Sepuluh tahun ke depan, tanpa pengendalian jumlah kendaraan bermotor bisa dua kali lipat
jumlah tahun ini. Berdasarkan fakta lima tahun terakhir penambahan jumlah kendaraan di
DKI Jakarta menunjukkan setiap hari bertambah kendaraan baru sebanyak 1.127 kendaraan
terdiri dari 236 kendaraan mobil dan 891 motor. Bahkan di Jadetabek setiap hari
bertambah kendaraan baru sebanyak 2.027 kendaraan terdiri dari 319 mobil dan 1.707
motor.
Perkembangan angka tersebut belum memperhitungkan pertumbuhan sepeda motor
sehingga kemungkinan macet total akan lebih cepat atau sebelum 2014. Jika prediksi awal
disesuaikan dengan fakta lima tahun terakhir penambahan jumlah kendaraan di DKI
Jakarta, dimana rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor tetap 9,5% pertahun, dan
pertumbuhan rata-rata luas jalan tetap 0,01% pertahun. Diperlukan peningkatan pelayanan
angkutan umum untuk memindahkan pengguna angkutan pribadi menjadi pengguna
angkutan umum melalui perbaikan pelayanan angkutan umum.
Tingginya penggunaan angkutan pribadi tersebut menyebabkan tingginya pergerakan lalu
lintas di jalan, dengan demikian lalu lintas semakin padat sehingga tingkat pelayanan jalan
menjadi turun. Turunnya tingkat pelayanan jalan merupakan indikator yang dapat
digunakan oleh pemerinah dalam penanganan jalan. Kondisi tingkat pelayanan jalan sangat
dipengaruhi oleh kondisi kapasitas jalan, karakteristik tata guna lahan dan volume lalu
lintas yang disebabkan aktivitas yang dihubungkan oleh jalan tersebut.

TUJUAN PENELITIAN
Mengevaluai kondisi pelayanan jalan saat ini
Mengevaluasi kondisi kapasitas jalan saat ini
Membandingkan perhitungan kapasitas jalan secara aktual dengan kapasitas jalan
berdasarkan MKJI

TINJAUAN PUSTAKA

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
Klasifikasi jalan berdasarkan status dan kewenangan penyelenggraannya dikenal jalan
yang diselenggrakan pemerintah,pusat (jalan nasional), jalan yang diselenggrakan
pemerintah daerah (jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota). Dengan demikian jalan
daerah meliputi jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan kota. Saat ini Dit.Jen. Bina
Marga (2010) telah mencatat total panjang jaringan jalan yang ada di Indonesia yaitu
mencapai 376.176 km yang terdiri dari jalan tol sepanjang 741,97 km (0,20%), jalan
nasional non tol 38.569 km (10,25%), jalan provinsi 48.681 km (12,94%), jalan kabupaten
255.253 km (67,85%) dan jalan Kota 32.932 km (8,75%). Sementara jalan Daerah yang
diperlukan hingga tahun 2025 adalah hampir 480.000 km (secretariat Jenderal Dep.PU,
2008).
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa hampir 91% kebutuhan jalan di Indonesia
didominasi jalan daerah. Dengan demikian pengelolaan jalan daerah harus memberikan
jaminan pelayanan yang handal dan selamat sehingga mampu mewujudkan keamanan dan
kenyamanan bagi penggunanya, yang akhirnya berujung pada peningkatan pencapaian
efisiensi dan efektifitas secara berkelanjutan (Mulyono, 2011).
Panjang jalan telah mengalami perkembangan tahun demi tahun, data perkembangan
panjang jalan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Perkembangan Panjang Jalan

Tahun

Negara

Provinsi

Kab/Kota

Jumlah

1987

13 863

40 277

168 784

222 924

1988

14 590

40 299

195 425

250 314

1989

17 185

40 704

208 437

266 326

1990

19 806

38 099

225 611

283 516

1991

21 858

42 504

249 535

313 897

1992

21 858

42 625

255 275

319 758

1993

23 483

46 231

275 178

344 892

1994

26 351

49 693

280 834

356 878

1995

23 857

38 170

265 200

327 227

1996

26 850

39 747

269 780

336 377

1997

27 127

42 205

272 135

341 467

1998

27 977

47 863

279 523

355 363

1999*)

26 206

46 538

283 207

355 951

2000

26 272

46 781

282 898

355 951

2001

26 328

47 877

287 577

361 782

2002

27 616

48 905

291 841

368 362

2003

29 318

48 424

292 774

370 516

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
2004

34 628

40 125

298 175

372 929

2005

34 628

40 125

316 255

391 009

2006

34 628

40 125

319 041

393 794

2007

34 628

40 125

346 782

421 535

2008

34 628

40 125

363 006

437 759

2009

38 570

48 020

389 747

476 337

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum Pusat dan Daerah


Catatan: Tahun 1987 - 1992 tidak termasuk DKI Jakarta

Sebagaimana disampaikan pada Latar Belakang Masalah yaitu karena pertumbuhan


pergerakan lebih cepat dari pertumbuhan jalan maka unjuk kerja jalan atau tingkat
pelayanan jalan semakin menurun yang di tandai dengan menurunnya kecepatan perjalanan
karena bertambahnya kepadatan lalu lintas di jalan. Untuk meningkatkan pelayanan jalan
diperlukan ketelitian dalam mengukur kinerjalan yang salah satunya adalah rasio volume
lalu lintas terhadap kapasitas jalan. Oleh karena itu penentuan kapasitas jalan menjadi
sangat penting.
Perhitungan kapasitas jalan menurut MKJI ditentukan oleh lima faktor yaitu kapasitas
dasar, faktor lebar jalan, faktor distribusi arah, faktor hambatan samping dan faktor ukuran
kota. Formula perhitungan kapasitas jalan berdasarkan MKJI adalah sebagai berikut:

C = Co x Fcw x Fsp x Fsf x Fcs


dimana:
C = kapasitas jalan
Co = kapasitas dasar
Fcw = faktor lebar jalan
Fsp = faktor distribusi arah
Fsf = faktor hambatan samping
Fcs = faktor ukuran kota
Ketentuan mengenai besarnya Co, Fcw, Fsp, Fsf, Fcs secara lengkap dapat dilihat pada
MKJI (manual Kapasitas Jalan Indonesia) yang diterbitkan pada tahun 1997. Pada MKJI
dibedakan antara prosedur penentuan kapasitas ruas jalan di wilayah kota dan kapasitas
ruas jalan di wilayah antar kota.

METODOLOGI

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
Kapasitas jalan kota adalah arus maksimum per satuan waktu yang dapat melewati suatu
potongan melintang jalan dalam kondisi tertentu. Kapasitas jalan kota. Pertama, kapasitas
jalan kota menggunakan metode moving car observer. Yang kedua, kapasitas menurut
MKJI 1997.
Dengan metode survei moving car observer bisa didapatkan volume rata-rata sepanjang
jalan tertentu, dengan menggunakan rumus-rumus dibawah ini kita dapat menghitung
volume lalu lintas, kecepatan rata-rata, dan kepadatan lalu lintas dalam satu arah :
Q = (x+y)/(ta+tw)
V=
t = tw (y/q)
D=
dimana:
V
Q
S

:
:
:

kecepatan rata-rata pada lajur yang di tinjau


volume lalu lintas pada jalan yang di tinjau
Jarak perjalanan yang ditempuh

ta

tw

jumlah kendaraan dari kelompok tersebut yang bergerak dalam


arah berlawanan
jumlah kendaraan dalam kelompok tersebut yang mendahului
dikurangi jumlah kendaraan yang didahului
waktu perjalanan dalam menit dan dari kendaraan pengamat saat
bergerak berlawanan arah
waktu dalam menit dari kendaraan pengamat selama bergerak
dengan arus waktu perjalanan rata-rata kelompok kendaraan

HASIL PENGUMPULAN DATA


Survei dilakukan pada beberapa ruas jalan di kota Jakarta yang berada di sekitar wilayah
Jakarta Barat. Ruas jalan yang disurvei adalah sebagai berikut:
Jalan Mangga Besar
Jalan Sawah Besar
Jalan Ketapang
Jalan Pecenongan Raya.

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
Survei dilakukan dalam dua periode waktu yaitu pagi hari (peak hour) dan siang hari (off
peak), dengan harapan didapatkan varasi hubungan antara 3 parameter lalu lintas yaitu
kecepatan lalu lintas, volume lalu lintas dan kepadatan lalu lintas.
Jalan Mangga Besar dan jalan Sawah Besar mempunyai karakteristik yang hamper sama
yaitu jalan 6 lajur 2 arah sedangkan jalan Ketapang Raya dan jalan pecenongan Raya juga
mempunyai karakteristik yang hamper sama yaitu jalan 4 lajur 2 arah.
Sebelum survei MCO dilaksanakan dilakukan survei Tata Guna Lahan yaitu dengan
melihat perencanaan Tata Guna Lahan di sisi kiri dan kanan jalan yang disurvei untuk
memastikan bahwa peruntukan pada 2 (dua) kelompok jalan yang disurvei adalah sama
pada setiap kelompok.
Hasil survei dengan metode MCO pada ke empat lokasi survey dsampaikan pada Tabel
2.1- 2.4 berikut ini:
Tabel 2.1. Hasil Survei MCO di Jalan Ketapang
Nama Jalan

Waktu

Arah

q (smp/jam)

V (km/jam)

D (kend/km)

Utara

1105.09

27.57

40.08

Selatan

1170.13

27.48

42.58

Utara

1295.13

21.10

61.37

Selatan

945.60

20.95

45.14

Utara

1392.22

24.05

57.90

Selatan

1432.95

20.09

71.32

Pagi

JL. Ketapang

Siang

Sore

Tabel 2.2. Hasil Survei MCO di Jalan Sawah Besar


Nama Jalan

Waktu

Arah

q (smp/jam)

V (km/jam)

D (kend/km)

Utara

1438.45

29.40

48.92

Selatan

1591.30

33.27

47.83

Utara

1584.92

25.40

62.39

Selatan

1352.78

22.15

61.06

Utara

1310.78

20.74

63.21

Selatan

1170.98

14.96

78.28

Pagi

JL. Sawah Besar

Siang

Sore

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Tabel 2.3. Hasil Survei MCO di Jalan Mangga Besar


Nama Jalan

Waktu

Arah

q (smp/jam)

V (km/jam)

D (kend/km)

Utara

1465.26

11.75

124.72

Selatan

1677.37

11.53

145.47

Utara

1731.16

8.81

196.41

Selatan

1573.15

12.25

128.46

Utara

1534.52

11.74

130.69

Selatan

1267.48

13.71

92.43

Pagi

JL. Mangga Besar

Siang

Sore

Tabel 2.4. Hasil Survei MCO di Jalan Pecenongan


Nama Jalan

Waktu

Arah

q (smp/jam)

V (km/jam)

D (kend/km)

Utara

445.43

21.45

20.77

Selatan

765.51

21.50

35.61

Utara

1013.07

9.57

105.83

Selatan

529.46

19.96

26.53

Utara

1310.78

12.44

105.34

Selatan

1170.98

8.98

130.47

Pagi

JL. Pecenongan

Siang

Sore

HASIL ANALISIS DATA


Evaluasi Tata Guna Lahan
Tata guna lahan mempunyai hubungan yang kuat dengan kondisi lalu lintas karena tata
guna lahan adalah tempat atau lokasi asalnya pergerakan dan tujuan dari pergerakan (lalu
lintas). Dari empat lokasi survey Pecenongan dan Mangga Besar mempunyai kemiripan taa
guna lahan walaupun berbeda skala serta Sawah Besar dan Ketapang juga memiliki
kemiripan tatab guna lahan.

Perhitungan Kapasitas Jalan berdasarkan survey

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
Setelah menghitung volume lalu lintas, kecepatan rata-rata, dan kepadatan lalu lintas dalam
satu arah didapatkan hubungan antara parameter lalu lintas tersebut. Hubungan antara
parameter lalu lintas masing-masing jalan ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Hubungan antara Parameter Lalu Lintas
Nama Jalan

Kondisi
Tata Guna Lahan

Ketapang

Restoran, rumah, bengkel,


dan kantor

Sawah Besar

Pusat perdagangan, rumah


bengkel dan kantor

Mangga Besar

Pecenongan

Pusat perdagangan,
Bengkel, restoran dan
hiburan
Pusat perdagangan,
Bengkel, restoran dan
hiburan

Hubungan V-D

Hubungan Q-D

V = -0.297.D + 47.00

Q = -0.020.D2 + 14.70.D + 504.0

R = 0.108

R = 0.691

V = -0.559.D+ 58.02

Q = -0.243.D2 + 19.34.D + 1153.

R = 0.915

R = 0.592

V = -0.045.D + 17.88

Q = -0.049.D2 + 19.03.D- 79.02

R = 0.970

R = 0.953

V = -0.120.D + 24.18

Q = -0.090.D2 + 19.84.D + 98.49

R = 0.953

R = 0.912

Dari hubungan V-D dan hubungan Q-D dapat dihitung kapasitas jalan yang merupakan
kapasitas jalan hasil survei yaitu dengan mengasumsikan bahwa maksimum volume lalu
lintas terjadi pada sekitar setengah dari kepadatan lalu lintas maksimum. Hasil dari
perhitungan kapasitas jalan berdasarkan survei tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut
ini :
Tabel 4. Estimasi Kapasitas Jalan
Nama Jalan

Estimasi Kapasitas Jalan


(smp/jam)

Jalan Ketapang

1542

Jalan Sawah Besar

1502

Jalan Mangga Besar

1768

Jalan Pecenongan

2088

Perhitungan Kapasitas Jalan Kota Menurut MKJI 1997

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
Menurut MKJI 1997 persamaan dasar untuk menentukan kapasitas suatu ruas jalan adalah
sebagai berikut:
C = Co X FCw X FCsp X FCsf X FCcs
dimana:
C
Co
FCw
FCsp
FCsf
FCcs

:
:
:
:
:
:

Kapasitas (Smp/Jam)
Kapasitas Dasar (Smp/Jam)
Faktor penyesuaian lebar jalan
Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
Faktor penyesuaian ukuran kota

Dengan rumus diatas didapatkan kapasitas jalan menurut MKJI 1997 yang ditunjukkan
pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Kapasitas Jalan Menurut MKJI 1997


Nama Jalan

C0

FCW

FCSP

FCSF

FCCS

Kapasitas menurut MKJI


1997

Jalan Ketapang

1650

0.92

0.95

1.03

1442.1

Jalan Sawah Besar

1650

0.92

0.98

1.03

1487.64

Jalan Mangga Besar

1650

0.98

1.03

1617

Jalan Pecenongan

1650

0.92

0.98

1.03

1487.64

Perbandingan Estimasi Kapasitas Jalan dengan Kapasitas Jalan Menurut MKJI 1997
Perbandingan estimasi kapasitas jalan dengan kapasitas menurut MKJI 1997ditunjukkan
pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Perbandingan Estimasi Kapasitas Jalan dengan Kapasitas Menurut MKJI 1997
Jalan Ketapang

Estimasi Kapasitas
Jalan
1541.92

Kapasitas menurut
MKJI
1442.1

Jalan Sawah Besar

1502.22

Jalan Mangga Besar


Jalan Pecenongan

Nama Jalan

Selisih

Persentase

99.82

6.47%

1487.64

14.58

0.97%

1767.65

1617

150.65

8.52%

2088.30

1487.64

600.66

28.76%

Dari hasil analisa didapatkan persentase perbedaan kapasitas aktual dengan kapasitas
menurut MKJI 1997 antara lain untuk JL. Sawah Besar dengan kelas hambatan samping
tinggi adalah 0.97%, untuk JL. Ketapang dan JL. Mangga Besar dengan kelas hambatan
samping sedang adalah 6.47% dan 8.52%, sedangkan untuk JL. Pecenongan dengan kelas
hambatan samping rendah adalah 28.76%. Dapat dilihat bahwa hambatan samping yang

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012
rendah akan meningkatkan kapasitas jalan atau karakteristik jalan, sedangkan jika
hambatan samping meningkat maka kapasitas pun akan menurun. Secara tidak langsung
tata guna lahan dapat mempengaruhi hambatan samping jalan , dimana hambatan samping
jalan berpengaruh terhadap kapasitas jalan tersebut.
Dari tabel diatas pun dapat dilihat bahwa untuk semua jalan berdasarkan survei, estimasi
kapasitas jalan jauh lebih besar dibandingkan kapasitas yang dihitung menurut MKJI 1997
sehingga perlu diadakan peninjauan terhadap faktor-faktor yang ikut mempengaruhi
perhitungan kapasitas menurut MKJI 1997 agar didapatkan hasil yang lebih baik.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan:
1.

2.
3.

Tata guna lahan secara tidak langsung mempengaruhi hambatan samping pada
kondisi jalan tertentu dapat tumbuh aktivitas yang dapat menimbulkan hambatan
samping yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik jalan itu sendiri.
Hasil analisis menunjukkan estimasi kapasitas jalan aktual cenderung lebih besar
dibandingkan dengan kapasitas menurut MKJI 1997.
Perbedaan kapasitas jalan aktual dan kapasitas jalan menurut MKJI 1997 terlihat
pada JL. Pecenongan dan jalan Mangga Besar, ada indikasi makin tinggi aktivtas
TGL di kiri atau kanan jalan maka perbedaan analisis kapasitas MKJI semakin tinggi
terhadap volume lalu lintas aktual.

Saran:
1.
2.
3.

Penelitian ini juga perlu dilakukan pada kota-kota besar lainnya yang berada di
Indonesia.
Penelititan karakteristik lalu lintas berdasarkan persepsi masyarakat pun perlu
dilakukan agar memperkuat hasil yang didapatkan dari penelitian ini.
Perlu dilakukan peninjauan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan
kapasitas menurut MKJI 1997 agar didapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2010, Jumlah Penduduk di Provinsi DKI Jakarta, BPS.
Indonesia Highway Capacity Manual). 1997, Direktorat jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum
Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi edisi kedua. Penerbit ITB,
Warpani S, Rekayasa Lalu Lintas, 1990, Penerbit Djambatan

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Anda mungkin juga menyukai