JURNAL TERKAIT
Abstrak
Pedikulosis kapitis atau penyakit kutu rambut adalah penyakit gatal pada
kulit kepala yang disebabkan karena gigitan Pediculus humanus var capitis.
Penyakit ini banyak menyerang anak-anak usia sekolah terutama yang tinggal
bersama dalam sebuah asrama. Gatal yang ditimbulkan oleh penyakit ini dapat
menimbulkan berbagai dampak terhadap penderitanya seperti kurangnya kualitas
tidur, stigma sosial, rasa malu dan rendah diri. Kejadian Pedikulosis kapitis dapat
dicegah dengan cara mengetahui serta mengurangi faktor resiko terjadinya
penyebaran penyakit ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara faktor resiko seperti tingkat pengetahuan, tingkat sosial
ekonomi, kepadatan hunian, higiene pribadi dan karakteristik individu (umur,
panjang rambut dan tipe rambut) terhadap kejadian Pedikulosis kapitis pada anak
yang tinggal di asrama.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observational dengan
menggunakan rancangan cross sectional dan menggunakan instrument penelitian
berupa kuesioner dan check list. Subyek penelitian adalah santriwati Madrasah
Tsanawiyah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta berjumlah 80 anak dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan di asrama Ummu
Salamah dan asrama Siti Aisyah yang terletak di komplek Madrasah Muallimat
Muhammadiyah Yogyakarta.
Lampiran 7
Abstract
Pediculosis capitis or head lice is a disease of the scalp itch which caused
by Pediculus humanus var capitis bites. The disease was mostly found in children
of school age. Itching caused by this disease can cause various effects on the
sufferer, such as lack of sleep quality, social stigma, shame and inferiority. The
occurence of Pediculosis capitis can be prevented by knowing and reducing risk
factors to the spread of this disease. The purpose of this study is to determine
whether there is a relationship between the risk factors such as level of knowledge,
socio-economic
level,
residential
density,
personal
hygiene,
individual
characteristics (age, hair length and hair type) and the incidence of Pediculosis
capitis in children who lived together in a boarding school.
This research method was observational analytic with cross sectional
design and this research use questioner and check list as an instrument.
Lampiran 7
The subjects of this research were santriwati of Islamic Junior School of Muallimat
Muhammadiyah Yogyakarta as many as 80 children and had the criteria of
inclusion and exclusion. The research was conducted in a residential dormitory
Ummu Salamah and Siti Aisyah which located in Madrasah Muallimat
Muhammadiyah Yogyakarta complex.
The data which obtained were analyzed by Spearman correlation test and
the Kruskal Wallis different test for variable of individual characteristics. Analysis
that abtained found a significant correlation among the occurrence of Pediculosis
capitis with socio-economic level (p= 0.019) with r= -0,261, density (p = 0.007)
with r= 0,299, personal hygiene (p= 0.03) with r= -0,329, age (p= 0.017) with r=
-0,267, hair length (p= 0.012) with r =0,281, and hair type (p = 0.005) with r=
0,310, whereas for the level of knowledge variable, there was no significant
correlation with the incidence of Pediculosis capitis (p= 0.969) with r=
0,004. There was also a significant difference between the occurrence Pediculosis
capitis in certain age groups (p = 0.037), hair length (p = 0.034) as well as certain
hair types (p= 0.022).
This research showed a significant relationship among the occurrence of
risk factors of Pediculosis capitis and socio-economic level, residential density,
personal hygiene, as well as individual characteristics, and there was no significant
relationship between knowledge level and the occurrence of Pediculosis capitis.
Pendahuluan
Pedikulosis adalah infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan
oleh Pediculus sp. Selain menyerang manusia penyakit ini juga menyerang
binatang, oleh karena itu dibedakan Pediculus humanus dan Pediculus animalis.
Prevalensi dan insidensi pedikulosis kapitis di seluruh dunia cukup tinggi,
diperkirakan ada ratusan juta orang yang terinfeksi pedikulosis kapitis setiap
tahunnya. Di Amerika Serikat sekitar 6-12 juta anak usia 3-11 tahun terinfeksi
setiap tahunnya, sedangkan menurut data di Belgia terdapat sekitar 6.169 anak usia
Lampiran 7
Lampiran 7
Hasil
Penelitian dilakukan di asrama Ummu Salamah dan Siti Aisyah di komplek
Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Agustus 2009Februari 2010
Frekuensi
Persentase (%)
Kejadian
Pediculosis capitis
Persentase (%)
7
17
56
8,8%
21,3 %
70,0%
5
12
40
71,4%
70,6%
71,4%
28
35,0%
24
85,7%
Tingkat sosial
ekonomi
Rendah
Lampiran 7
Sedang
Tinggi
33
19
41,3%
23,8%
23
10
69,7%
52,6%
16
55
9
20,0%
68,8%
11,3%
10
40
7
62,5%
72,7%
77,8%
32
45
3
40,0%
56,3%
3,8%
28
28
1
87,5%
62,2%
33,3%
2
25
35
17
1
2,5%
31,3%
43,8%
21,3%
1,3%
1
21
27
8
0
50,0%
84,0%
77,1%
47,0%
0%
28
32
20
35,0%
40,0%
25,0%
15
25
17
53,6%
78,1%
85%
51
26
3
63,8%
32,5%
3,8%
31
23
3
60,8%
88,5%
100,0%
Kepadatan hunian
Rendah
Sedang
Tinggi
Higiene perorangan
Rendah
Sedang
Tinggi
Karakteristik
individu
Umur
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
Panjang rambut
Pendek
Sedang
Panjang
Tipe rambut
Lurus
Bergelombang
Keriting
Tabel 1 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok antara persentase
kejadian Pedikulosis kapitis pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah
dan responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi (71,4%). Untuk faktor
resiko tingkat sosial ekonomi, terlihat persentase terbesar kejadian Pedikulosis
kapitis terjadi pada kelompok responden dengan tingkat sosial ekonomi yang
rendah (85,7%). Untuk kepadatan hunian, terlihat bahwa persentase kejadian
Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok dengan kepadatan hunian yang
tinggi (77,8%). Untuk higiene perorangan, terlihat bahwa persentase kejadian
Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok dengan higiene yang rendah
(87,5%) sedangkan untuk karakteristik individu, pada kelompok umur, persentase
kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok umur 12 tahun (84,0%),
panjang rambut paling banyak pada kelompok responden dengan rambut panjang
Lampiran 7
(85%), dan untuk jenis kejadian Pedikulosis terbanyak terjadi pada rambut dengan
tipe keriting (100%).
Tabel 2.
Hasil uji hubungan antara faktor resiko dan kejadian Pedikulosis kapitis dengan
menggunakan uji kerelasi Spearman
Variabel
P-value
Nilai r
Tingkat pengetahuan
0.969
0.004
Tingkat sosial
ekonomi
0.019
-0.261*
Kepadatan hunian
0.007
0.299**
Higiene perorangan
0.003
-0.329**
Umur
0.017
-0.267*
Panjang rambut
0.012
0.281*
Tipe rambut
0.005
0.310**
Tabel 2 menjelaskan hasil pengujian hubungan antara faktor resiko dan kejadian
Pedikulosis kapitis, dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa empat variabel
faktor resiko yang diteliti menunjukkan adanya hubungan yang bermakana secara
signifikan dengan kejadian Pedikulosis kapitis, dilihat dari nilai p < 0,05. variable
tersebut adalah tingkat sosial ekonomi, kepadatan hunian, higiene pribadi, dan
karakteristik individu (umur, panjang rambut, dan jenis rambut), sedangkan pada
variabel tingkat pengetahuan, tidak terlihat adanya hubungan yang bermakna secara
signifikan dengan kejadian Pedikulosis kapitis (p> 0.05). Untuk nilai r yang
didapatkan dari hasil uji korelasi untuk keempat variabel yang mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kejadian Pedikulosis kapitis, menunjukkan
keeratan korelasi yang lemah terhadap kejadian Pedikulosis kapitis ( r = 0,21-0,40).
Berikut ini adalah tabel hasil uji beda untuk variable karakteristik individu dengan
menggunakan uji beda Kruskal wallis.
Lampiran 7
Tabel 3.
Hasil uji beda antara karakteristk individu terhadap kejadian
Pedikulosis kapitis dengan menggunakan uji beda Kruskal Wallis
Variabel
Jumlah
Persentase
(%)
Prevalensi
Pedikulosis
kapitis
Persentase
(%)
Nilai p
0.037
Umur
11 tahun
2.5
50.0
12 tahun
25
31.3
21
84.0
13 tahun
35
43.8
27
77.1
14 tahun
17
21.3
47.0
15 tahun
1.3
0.00
0.034
Panjang rambut
Pendek
28
35.0
15
53.6
Sedang
32
40.0
25
78.1
Panjang
20
25.0
17
85.0
0.022
Tipe rambut
Lurus
51
63.8
31
60.8
Bergelombang
26
32.5
23
88.5
Keriting
3.8
100.0
100.0
Dari hasil analisis pada tabel 3 diatas diketahui bahwa nilai p untuk
karakteristik umur responden, nilai p = 0,037 dengan demikian secara statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hubungan kejadian Pedikulosis kapitis
antara responden yang memiliki umur 11 tahun, 12 tahun, 13 tahun, 14 tahun, dan
15 tahun. Dari hasil analisis diatas juga diketahui bahwa nilai p untuk karakteristik
panjang rambut ,besar nilai p = 0,034 dengan demikian secara statistik terdapat
perbedaan hubungan kejadian Pedikulosis kapitis antara responden yang memiliki
panjang rambut pendek, sedang dan panjang. Dari tabel 3 diatas juga diketahui
bahwa nilai p untuk karakteristik tipe rambut, nilai p = 0,022 dengan demikian
secara statistik terdapat perbedaan hubungan kejadian Pedikulosis kapitis antara
responden yang memiliki tipe rambut lurus, bergelombang dan keriting.
Lampiran 7
Diskusi
Berdasarkan hasil uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara Tingkat
pengetahuan dan kejadian Pediculosis capitis menunjukkan tidak adanya hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan kejadian Pediculosis
capitis. Hal ini bisa dimengerti mengingat tingkat pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan sikap individu, seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi tapi tidak disertai dengan
Lampiran 7
Lampiran 7
kamar yang sehat adalah perbandingan antara luas ruangan dengan jumlah
penghuni harus sesuai dengan persyaratan kesehatan yaitu maksimal 4 m/ jiwa.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin padat hunian maka
semakin besar juga peluang terjadinya penyakit Pediculosis capitis. Dengan
lingkungan yang padat, frekuensi kontak langsung sangat besar,
baik saat
Lampiran 7
prevalensi terbanyak terjadi pada umur < 7 tahun, berbeda dengan Borges (2002)
yang menyatakan prevalensi kejadian Pediculosis capitis terbanyak pada kelompok
umur 10-12 tahun. Prevalensi terbanyak kejadian Pediculosis capitis berdasarkan
umur tergantung dari karakteristik kelompok umur responden yang diteliti, semakin
muda umur maka semakin tinggi prevalensi kejadiannya.
Pada uji korelasi untuk karakeristik panjang rambut di dapatkan hasil yang
berhubungan secara signifikan antara panjang rambut dan kejadian Pediculosis
capitis, semakin panjang rambut maka semakin tinggi pula angka kejadian
Pediculosis capitis, berbeda dengan penelitian Counahan (2004) yang menyatakan
bahwa panjang rambut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi
Pediculosis capitis. Hal ini bisa dimengerti mengingat masing-masing faktor tidak
berdiri sendiri melainkan saling berhubungan. Sebagai contoh, seseorang memiliki
rambut yang panjang tetapi higiene pribadinya baik maka ada kemungkinan ia
tidak mengalami penyakit Pediculosis capitis.
Pada uji korelasi untuk karakteristik tipe rambut didapatkan hasil yang
berhubungan secara statistik antara tipe rambut dan kejadian Pediculosis capitis.
Kejadian terbanyak terjadi pada responden dengan tipe rambut keriting, disusul
dengan tipe rambut bergelombang dan lurus. Hasil penelitian Borges (2002)
menyatakan hasil yang berbeda, prevalensi Pediculosis capitis terbanyak terjadi
pada kelompok responden yang memiliki rambut bergelombang, hitam , dan
panjang, hal ini mungkin terjadi karena kutu rambut lebih senang bersembunyi
ditempat yang lembab dan serupa dengan warnanya. Pada rambut bertipe keriting
memungkinkan kutu untuk bersembunyi dan sulit ditemukan.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan lemah
antara tigkat sosial ekonomi, kepadatan hunian, higiene pribadi, karakteristik
individu dengan kejadian Pedikulosis kapitis. Serta tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian Pedikulosis kapitis .Dapat
disimpulkan pula bahwa ada perbedaan antara umur, panjang rambut, dan jenis
rambut terhadap kejadian Pedikulosis kapitis.
Lampiran 7
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh berbagai faktor resiko
terhadap kejadian Pediculosis capitis pada kelompok komunitas yang beresiko
tinggi, dengan sampel yang lebih beragam dan jumlah yang lebih besar. Disamping
itu diperlukan pula penyuluhan tentang cara mencegah penularan dan cara
mengatasi penyakit Pediculosis capitis, agar rantai penularannya bisa dihambat dan
prevalensinya bisa berkurang.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Head Louse (Pediculosis). Dalam www.cdc.com
Juanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed 5, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Willems, S, Lapeere, H, Haedens, N, Pasteels, I, Naeyearts, JM, De maeseneer,
J. (2005). The importace of socio-economi status and individual caracteristics on
the prevalence of head lice in school children. Europian Journal of Dermatology.
15, 387-392.
Kamiabi, F, & Nakhei, F, Hosain. (2005). Prevalence of pediculosis capitis and
determination of risk factors in primary school children in Kerman. Eastern
Mediteranean Health journal. Vol 11.
Counahan, M, dkk. (2004). Head lice prevalence in primary schools in Victoria,
Australia. Journal Paediatri child Health.