Modifikasi Gaya Hidup DM Files of Drsmed Fkur
Modifikasi Gaya Hidup DM Files of Drsmed Fkur
PENDAHULUAN
insulin, maka sel-sel otot, lemak dan hati tidak dapat menggunakan insulin secara
maksimal dan sebagai kompensasi pncreas akan memproduksi lebih banyak
insulin yang akan beredar dalam sirkulasi. Sehingga pada orang-orang dengan
resistensi insulin ditemukan adanya peningkatan kadar glucosa darah bersamaan
dengan peningkatan kadar insulin. Resistensi insulin dan diakibatkan oleh
genetik, kelebihan berat-badan, kurangnya aktivitas fisik, dan penuaan1,2,3.
Kelebihan berat badan atau obesitas berpengaruh terhadap kerja insulin karena
jaringan lemak yang berlebihan menyebabkan kurangnya kemampuan sel-sel otot
dalam menggunakan insulin sehingga terjadi resistensi insulin.
Pencegahan
Pencegahan prediabetes dibagi menjadi 3 tahap:
Pencegahan Primer : Upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki
faktor resiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk menjadi
diabetes melitus dan kelompok prediabetes8,9.
Adapun faktor resiko diabetes sama dengan faktor resiko prediabetes
yaitu: faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi, faktor yang bisa dimodifikasi,
dan faktor yang terkait dengan risiko diabetes9.
Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi antara lain:
-
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan berat badan rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat badan normal9.
Hipertensi
Dislipidemia
Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe II9.
adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya
menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus mempropagandakan pola
hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko. Menjelaskan kepada
masyarakat bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik daripada mengobatinya.
Kampanye makanan sehat dengan pola tradisipnal yang mengandung lemak
rendah atau pola makanan seimbang adalah alteratif terbaik dan harus sudah
mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak-kanak8.
Materi pencegahan primer terdiri dari penyuluhan dan pengelolaan.
Penyuluhan ditujukan kepada masyarakat yang mempunyai risiko tinggi. Selain
itu juga ditujukan kepada perencana kebijakan kesehatan agar memahami
dampak sosio-ekonomi penyakit ini dan pentingnya penyediaan fasilitas yang
memadai dalam upaya pencegahan primer. Materi penyuluhan meliputi antara
lain: program penurunan berat badan, diet sehat, latihan jasmani, dan
menghentikan merokok. Penurunan berat badan merupakan cara utama untuk
menurunkan risiko terkena DM tipe II atau prediabetes pada seseorang yang
mempunyai risiko diabetes yang mempunyai berat badan berlebih. Penurunan
berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe II9.
Materi penyuluhan berikutnya yaitu diet sehat yang dianjurkan diberikan
pada setiap orang yang mempunyai risiko, jumlah asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Pilihan bahan makanan yang diberikan yaitu lemak
jenuh, tinggi serat dan karbohidrat komplek. Karbohidrat komplek diberikan
secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah
yang tinggi setelah makan9.
Pengelolaan dalam materi pencegahan primer ditujukan kepada kelompok
prediabetes dan kelompok dengan resiko (obesitas, hipertensi, dislipidemia).
Pengelolaan prediabetes yaitu dengan perubahan gaya hidup, menurunkan berat
badan, mengkonsumsi diet sehat serta melakukan latihan jasmani yang cukup
dan teratur8,9.
Pencegahan Sekunder : adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi pada diabetisi yang telah menderita DM. Menemukan pengidap DM
5
sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pad apopulasi resiko
tinggi, dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis
dapat terjaring, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah
komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel8,9.
Mencegah timbulnya komplikasi, menurut logika lebih mudah karena
pulasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah
berobat, tetapi kenyataannya tidak demikan. Tidak gampang memotivasi pasien
untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak bias
sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus
selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari sepanjang tahun.
Disamping itu tekanan darah dan kadar lipid juga harus normal. Dan supaya
tidak ada resistensi insulin, dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan
lipid itu harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal,
misalnya dengan diet danolahraga, tidak merokok dan lain-lain. Bila tidak
berhasil baru menggunakan obat baik oral maupun insulin8.
Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama diabetisi
baru. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang
pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya8.
Salah satu komplikasi DM yang sering terjadi adalah penyakit
kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian pada diabetisi. Selain
pengobatan terhadap tingginya glukosa darah, maka pengendalian berat badan ,
tekanan darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat
menurunkan risikotimbulnya kelainan kardivaskular pada diabetisi8.
Pencegahan tersier : pencegahan tersier ditujukan pada kelompok diabetisi
yang telah mempunyai penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecatatan
lebih lanjut. Upaya rehabilitasi pada diabetisi dilakukan sedini mungkin, sebelum
kecatatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan
pada diabetisi dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimall.Semua upaya
untuk mencegah komplikasi atau kecacatan8,9
Strategi Pencegahan
Dalam menyelenggarakan upaya pencegahan ini diperlukan suatu strategi
yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ada 2 macam
strategi untuk dijalankan antara lain8 :
Obesitas
Obesitas adalah suatu kelainan akibat penimbunan jaringan lemak tubuh
yang berlabihan. Penyebab obesitas secara pasti belum jelas, tetapi obesitas
umumnya diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan
energi. Obesitas disebabkan oleh banyak hal tetapi terutama oleh factor genetik
dan lingkungan. Di negara yang sedang berkembang, factor lingkungan agaknya
Sangay berperan. Perubahan pola makan dan kurangnya aktivitas tubuh dalam
kehidupan sehar-hari Sangat menentukan penimbunan lemak di tubuh10.
Metoda yang digunakan secara luas untuk menentukan apakah seseorang
dikatakan mengalami obesitas atau tidak hdala Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT merupakan pebandingan antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m2).
Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan jika indeks masa
7
tubuhnya antara 25-29,9 sedangkan kata gori gemuk bila IMT 30. Selain itu
metode lain yang digunakan untuk menentukan distribusi lemak tubuh adalah
pengukuran lingkar pinggang dan perbandingan ukuran pinggang dan pinggul10.
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
IMT menurut WHO (1998) dapat dilihat pada tabel dibawah ini10:
Tabel 2.3.2.1 Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas menurut IMT
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
<18,5
Kisaran normal
18,5-24,9
>25
Pra obes
25,0-29,9
Obes tingkai I
30,0-34,9
Obes tingkat II
35,0-39,9
>40
2. leptin
leptin yang dihasilkan oleh sel adiposit dapat menurunkan berat badan.
Sebaliknya kekurangna leptin dan defek pada reseptor menyebabkan kegemukan,
hiperinsulinemia dan hiperglikemia.
3. Tumor Necrosis Faktor- (TNF-)
TNF- berperan pada timbulnya resistensi insulin pada obesitas.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa TNF- menyebabkan gangguan insulin
signaling melalui serin kinase dan tyrosinephospatase.
DPP
DPP merupakan sejenis pemeriksaan klinis yang cukup luas atau suatu
penelitian dengan sasaran pada diet dan latihan fisik serta pemakaian obat DM
oral yang dapat mencegah atau menunda timbulnya DM tipe II pada orang
dengan toleransi glukosa terganggu. DPP ini ditemukan setelah penelitian selama
3 tahun, dan didapatkan suatu kesimpulan bahwa diet dan latihan fisik dapat
menurunkan kemungkinan orang dengan toleransi glukosa terganggu untuk
menjadi DM tipe II. Sedangkan obat DM oral secara kenyataan kurang
bermamfaat5,6,7.
Diagnosis
Diagnosis prediabetes ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah
puasa 8 jam. Diagnosa prediabetes ditegakkan apabila hasil tes glukosa darah
menunjukkan : glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl atau glukosa darah 2
jam setelah muatan glukosa (TTGO) antara 140-199 mg/dl9.
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dan beberapa tambahan tujuan
khusus yaitu12,13,14:
Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen)
atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas. Kadar Glukosa darah
mendekati normal.,
-
kesehatan
secara
keseluruhan
melalui
gizi
yang
optimal12,13,14.
Langkah-langkah terapi gizi medis
A. Pengkajian
10
11
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi, petunjuk
penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival-skill yang dianggap
perlu untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan pada saat sakit) 12
D. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi medis.
Dietisien dan klien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap ini,
pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan
tujuan baru utuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah
dan hemaglobin glikat (A1C), lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal penting
untuk mengevaluasi hasil yang berhubungan dengan gizi12.
Untuk individu, konsisten dalam hal pola makan penting oleh karena pola
makan yang konsisten menghasilkan A1C yang lebih rendah dari pada pola
makan yang serampangan. Tindak lanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan
setiap 3-6 bulan, sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan12.
12
13
3. Pada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol, pemberian protein sekitar
0,8-1,0 mg/kg berat badan / hari
4. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85
gram/kg berat badan / hari dan tidak kurang dari 40 gram
5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih
dianjurkan dari protein hewani12, 15,16,17.
A.3. Lemak. Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori
pergramnya. Bahan makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin yang
larut
sering dijumpai pada diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal
(monounsaturated fatty acid=MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang
dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid, Pemberian MUFA pada
diet diabetesi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol
VLDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan asam lemak tidak
jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acid= PUFA) dapat melindungi,
menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki agregasi trombosit. PUFA
mengandung asam lemak omega 3 yang dapat menurunkan sintesisVLDL
didalam hati dan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat
menunrunkan kadar kolesterol LDL12,16,17.
Rekomendasi pembeian Lemak
1. Batasi konsumi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal
10% dari total kebutuhan kalori per hari.
2. Jika kadar kolesterol LDL 100 mg/dl, aspan asam lemak jenuh diturunkan
sampai maksimal 7% dari total kalori per hari
3. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL 100
mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg perhari.
4. Batasi asupan asam lemak bentuk trans
5. Konsumi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak
tidak jenuh rantai panjang12,,16,17.
14
A.4. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan menkonsumsi 20-35 g serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjuranya
adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut12,16,17.
A.5. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi
ringan sampai sedang, dianjurkan 24000mg natrium perhari12,16,17.
A.6. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama
dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar gula darah tidak
terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes
terkendali dengan baik12.
Alkohol dapat menigkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang
menggunakan insulin atau sulfonilurea12.
Asupan kalori dari alkohol diperjitungkan sebagai bagian dari asupan
kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alkohol = 2 penukar
lemak) 12
Anjuran bagi orang diabetes yang tidak dapat meniggalkan alkohol
adalah sebagai berikut.
1. Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila:
minuman alkohol setara dengan 340 g bir, 140 g anggur atau 42 g distilled
spirits) 12
A.7. Mikronutrien : Vitamin dan Mineral12, 15,16,17
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah
suplementasi vitamin dan mineral. Walaupun ada alasan teoritis untuk
memberikan suplement anti oksidan, pada saat ini hanya sedikit bukti yang
menunjang bahwa terap i tersebut menguntungkan.
Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi
mereka yang kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral.
Kebanyakan orang dengan diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh
karena itu suplementasi kromium tidak bermanfaat.
Walaupun kekurangan magnesium dapat berperan pada resistensi
insulin, intoleransi karbo hidrat dan hipertensi, data yang ada menyarankan
bahwa evaluasi rutin kadar magnesium serum dianjurkan hanya pada pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita defisiensi magnesium.
Suplementasi kalium mungkin diperlukan bagi pasien yang
mkehilangan kalium karena menggunakan diuretik. Hiperkalemia dapat
terjadi pada pasien dengan insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme
hiporeninemik atau pasien rawat inap yang minum angiotensin converting
enzym inhibitor, dalam hal ini dapat dilakukan pembatasan kalium dalam diet
pasien.
B. Jenis Makanan19
Makanan yang dianjurkan pada orang-orang dengan sindrom
metabolik adalah makanan tinggi protein hewani, rendah lemak dan
karbohidrat serta sayur-sayuran yang tidak mengandung karbohidrat. Selain
itu jenis makan lain yang dianjurkan adalah:
16
Hindari konsumsi soft drinks dan jus karena memgandung banyak gula.
Selain itu, hindari mengkonsumsi alkohol karena dapat merusak hati
sebagai organ penting dalam metabolisme gula.
Laki-laki
BB < 90 % BBI
BB 90-110% BBI
BB 110-120 % BBI
: -5%
Aktivitas ringan
: + 10%
Aktivitasi sedang
: +20%
Aktivitas berat
: +30%
: -20%
: -10%
: +20%
3. Stress Metabolik
: +10-30%
: +300 kalori
: +500 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
makan saing (30%). Makan malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%)
diantara makan besar. Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang
normal, kecuali dalam pengaturan jadwal makan dan jumlah kalori.
Usahakan untuk merubah pola makan ini secara bertahap sesuai dengan
kondisi dan kebiasaan penderita.
18
Simpulan
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmokologi yang
sangat direkomendasikan bagi penyandang prediabetisi. Terapi gizi medis
ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan melakukan
modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
G.
26
April
2007.
International
Diabetic
Federation.
K.
Penatalaksanaan
Gizi
pada
Diabetes
Melitus.
Dalam
21
14. Almatsier S. Diet Penyakit Diabetes Melitus. Dalam Penuntun Diet. Edisi
Baru.Jakartaa: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, 137-49
15. Syahbudin S. Diabetes Melitus dan Pengelolaannya. Dalam Pedoman Diet
Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 2-8
16. Suryono S. Pengaturan Makanan dan Pengendalian Glukosa Darah. Dalam
Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 2-15
17. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia. .. 05 September 2005. http://www.
depkes.go.id [diakses tanggal 20 April 2008]
18. Sukatdji K. Daftar Bahan Makanan Penukar dan Perencanaan Makan pada
Diabetes Melitus. Dalam Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2007. 25-35
19. Chellem J. The Prediabetic Epidemic. http//www.anapsid.com
20. Soegondo S, Gustaviani R. Sindrom Metabolik. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 1849-51
22