Gautama Lia-Belum Ada Judul-Kumpulan Naskah
Gautama Lia-Belum Ada Judul-Kumpulan Naskah
~* * *~
Daftar Isi
Joko Vs Wowo
A.I.R
Kolam Lumpur
Ring
Belum Ada Judul
~ * * *~
Gautama Lia
JOJO VS WOWO
Panggung kosong.
Bunyi genderang kencang. Muncul video tentang sebuah negeri (video
hutan, laut, kerajaan. Semua dalam bentuk bayangan).
Narator
Gautama Lia
Penjual Koran
: (nyengir) Ini.
Begitu ya rasanya kalau demo. Terasa gagah.
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Gautama Lia
Suara ringkik kuda semakin keras. Langkah kaki kuda semakin mendekat.
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Gautama Lia
Penjual Koran
: (tidak menghiraukan perkataan Mahasiswa) Benar,
suaranya mendekat.
Sebuah sinar terang menyorot dari sudut panggung.
Penjual Koran
Mahasiswa
: Wah gagahnya
Siapa gerangan kesatria itu?
Mahasiswa
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Gautama Lia
Kesatria
Mahasiswa
Kesatria
Mahasiswa
Penjual Koran
: Betul itu! Apakah kesatria datang untuk menjawab
teriakan kami?
Kesatria
Mahasiswa
Kesatria
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Kesatria
Gautama Lia
Mahasiswa
: Heran kenapa?
Penjual Koran
Mahasiswa
Gautama Lia
Kring-Kring-Kring
Penjual Koran
Dari sinar, muncul seorang lelaki kurus bersepeda dengan kemeja polkadot.
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Penjual Koran
Penjual Koran
: Kan dia bilang sendiri cuma numpang lewat.
Cerewet sekali.
Mahasiswa
Gautama Lia
Penjual Koran
: Beda apanya?
: (mengangguk)
Lelaki bersepeda : Kan sudah saya jawab tadi kalau saya hanya kebetulan
lewat sini. Saya suka jalan-jalan naik sepeda. Lihat-lihat
pemandangan sekitar. Soal sinar, saya tidak mengerti sinar
apa itu. Tadi, saya juga tidak merasa ada sinar.
Mahasiswa
Gautama Lia
Penjual Koran
: Bisa saja.
Lelaki bersepeda : Saya belum begitu tertarik. Saya baru saja dilantik.
Mahasiswa
Lelaki bersepeda : Ah, adik-adik ini bercanda. Kan sudah saya bilang saya
baru saja dilantik. Saya diangkat jadi pemimpin kota kecil
di seberang sana.
Penjual Koran
: Jadi pemimpin.!
Gautama Lia
Mahasiswa
Penjual Koran
sejati!
Mahasiswa
lagi!
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
: Kamu ini di pihak mana sih? Saya kira kita satu tujuan!
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
: Silahkan!
Mahasiswa dan penjual Koran berpisah jalan meski masih berteriak soal
mencari pemimpin tapi kini dengan pilihan masing-masing.
--Video wajah-wajah dan pose calon pemimpin muncul di latar panggung :
wajah kesatria berkuda dan lelaki bersepeda.
Gautama Lia
Penjual Koran
Mahasiswa
: Apa salahnya?!
Penjual Koran
Mahasiswa
Penjual Koran
Video berhenti.
Kesatria berkuda dan lelaki bersepeda masuk panggung memulai atraksi
mereka.
Penjual Koran
Mahasiswa
Gautama Lia
Mahasiswa
: Saya!
: Peri ini, ada-ada saja. Emak saya mau makan apa kalau
saya jadi patung.
Mahasiswa
: Iya, nih.
Peri
mendamaikan.
Penjual Koran
Mahasiswa
Peri
Bebal lagi.
Gautama Lia
MH & PK
: Bebal?
Peri
: Iya, seperti kalian berdua. Sedikit-sedikit berantem. Dikitdikit berantem. Lama-lama jadi perang, tahu.
Penjual Koran
Peri
Penjual Koran
Mahasiswa
: Kamu juga!
Peri
MH & PK
: (mengangguk)
Peri
MH & PK
: (mengangguk)
Peri
MH & PK
: Apa? Sudah?!
Peri
negeri ini kan?
MH & PK
: (mengangguk)
Peri
jumpa!
: Selamat ya.
: Tak perlu pakai selamat, Wo. Kan untuk negeri kita.
Gautama Lia
SELESAI
A.I.R
Gautama Lia
Lampu menyala.
Lima orang berpakaian futuristik namun compang-camping dan dekil dengan
rambut tidak beraturan mengelilingi api di dalam tong. Mereka melakukan
tarian pemanggil hujan.
Lima Orang
Gautama Lia
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
berguna apalagi doa.
Gautama Lia
Lelaki 1
: Kamu melemah.
Perempuan 1
: Berhenti! Berhenti!
Lelaki 1
Lelaki 2
Perempuan 1
Lelaki 2
Perempuan 1
Perempuan 2
Perempuan 1
Lelaki 2
Perempuan 1
Perempuan 2
Lelaki 1
Gautama Lia
Perempuan 1
Lelaki 1
: Mereka punya air. Kau juga yang bilang mantra itu tidak
ada gunanya. Kita perlu air sekarang. Kau masih mau
hidupkan?
Perempuan 1
Lelaki 2
Lelaki 1
perintahkan.
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Perempuan 2
Gautama Lia
Gautama Lia
Lelaki 1
: Iya, berhasil!
L1&P1
Perempuan 1
Lelaki 1
hujan.
Perempuan 1
bisa membuat api.
Lelaki 1
: Bodohbodohbodoh(Memukul kepala)
Gautama Lia
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 1
budak laki-laki.
Lelaki 1
Perempuan 1
: Bagaimana lagi
: Lalu aku?
: Maafkan aku
: Kau tak boleh meninggalkanku. Aku sudah menemanimu.
: Tidak ada cara lain, maaf. Mereka tidak butuh
: Kenapa kau tega sekali?!
: Apa dayaku.
Gautama Lia
Lelaki 1
Perempuan 1
cantik.
Lelaki 1
memang gila.
Perempuan 1
perempuan.
Lelaki 1
Perempuan 1
seperti perempuan.
Lelaki 1
Gerobak berhenti.
Perempuan 2
lagi!
Perempuan 2
: Berhenti!
: Lihat, siapa yang kita temui.
: (Mengejek) Ya, aku ingat perempuan sombong yang tidak
mau menjadi budak kita. Lihat sekarang dia melambai
pada kita.
: Mereka begitu menyedihkan. Hahaha
Gautama Lia
Lelaki 2
Perempuan 1
Lelaki 1
Perempuan 2
Lelaki 2
Lelaki 1
Lelaki 1
Perempuan 2
Lelaki 1
: Tetapi
Lelaki 2
budak kami.
Perempuan 2
Perempuan 1
Lelaki 2
gerobak)
Perempuan 1
Perempuan 2
memerlukanmu!
Lelaki 2
Perempuan 1
Gautama Lia
Perempuan 1
Black out.
Gemuruh dan petir bersahutan.
Perempuan 1 meninggal di sebelah galon kosongnya dengan senyum.
Hujan turun.
SELESAI
KOLAM LUMPUR
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Gautama Lia
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
: Tunggu dulu.
Lelaki
: Kenapa?
Perempuan
Lelaki
: Lupa apa? Aku sudah pakai sun block kok. Tenang saja.
Kulitku yang coklat ini akan semakin eksotik.
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Gautama Lia
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Pus lagi?
Perempuan
Lelaki
Perempuan
berita!
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Gautama Lia
Lelaki
Perempuan
: Ini dah kalau kerjanya tidur melulu. Turis itu sudah pakai
sun block!
Dia juga tidak punya alergi!
Para pakar kesehatan kulit menganjurkan kita tidak
berjemur sinar matahari lama-lama!
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
lagi!
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
: Iya.
Perempuan
Gautama Lia
Lelaki
Perempuan
Lelaki
: Tapi
Perempuan
: Tapi apa lagi? Di tempat lain belum tentu kita semaju ini.
Sebentar lagi, kita bisa punya karyawan yang bantu kamu
buat krupuk.
Kita akan jadi Bos krupuk di daerah sini!
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
: 10 juta?
Perempuan
: Iya.
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
: Ah, kau mulai lagi! Kurang apa kita di sini? TV flat ada,
kulkas, mesin cuci, PS3 mu, laptop, tablet, sofasemua
kita punya. Kurang apa?
Gautama Lia
Lelaki
: Kurang nyaman.
Perempuan
Lelaki
: Bukannya begitu.
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Perempuan
Lelaki berjas
Perempuan
Lelaki berjas
Perempuan
: Ah pak Bos ini. Kenapa tidak telpon saja. Atau sms, email.
Kan tidak perlu repot-repot datang kemari. Lah cuma
pesan krupuk saja.
Lelaki berjas
Perempuan
Lelaki berjas
Perempuan
Lelaki berjas
Gautama Lia
Perempuan
Lelaki
: Pak Bossebenarnya
Lelaki berjas
Perempuan
Lelaki berjas
Perempuan
Lelaki berjas
Perempuan
Perempuan
: Pesan krupuk.
Lelaki berkemeja : Masa? Tumben ada Bos datang cuma untuk urusan pesan
krupuk. Dia kan banyak punya karyawan yang bisa
disuruh.
Gautama Lia
Perempuan
Lelaki
Lelaki
Lelaki
Lelaki berkemeja : (seolah berbicara pada diri sendiri) Kalau pipa itu
memang bocor dan tidak bisa diperbaiki, maka akan ada
bencana besar.
Gautama Lia
Lelaki
Lelaki berkemeja : Iya, tetapi pabrik tidak tutup. Lokasi pipa tidak di pabrik.
Lelaki
: Lalu dimana?
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
: Ah perasaanmu saja!
(kepada lelaki berkemeja) Kamu ini datang-datang bawa
berita yang tidak-tidak. Lihat abangmu jadi terpengaruh.
Lelaki berkemeja : Maksud saya kan baik. Memberitahu sejak awal. Saya
sebagai saudara Abang kan tidak bisa diam kalau akan
terjadi bencana pada keluarga saya sendiri. Sebaiknya
Abang dan Mbak segera pindah.
Lelaki
: Saya setuju!
Perempuan
: Apa kamu bilang?! Sudah kamu pergi dari sini! Kamu iri
kan melihat kami sukses dibanding kamu.
Lelaki berkemeja : Jangan salah paham, Mbak. Saya tidak berniat macammacam..
Perempuan
Perempuan
Gautama Lia
Lelaki
Perempuan
: (diam)
Lelaki
: Ayo kita segera pindah. Kita tidak tahu kapan bencana itu
terjadi.
Perempuan
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Perempuan
Lelaki
Lelaki
Gautama Lia
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
Lelaki
Perempuan
: Aku harus mencari kotak uang kita. Itu hasil kerja keras
kita!
Perempuan
SELESAI
Gautama Lia
RING
Gautama Lia
Wasit naik ke atas Ring. Dia menjabat Pembawa Acara dan kedua petinju.
Lalu memberitahu beberapa aturan pertandingan kepada kedua petinju.
Pembawa Acara
Wasit
Van Hook
Karna
Wasit
Gautama Lia
Karna
Gautama Lia
Gautama Lia
: Penarinya seksi-seksi bukan? Semoga menghibur Tuantuan dan mungkin juga Nyonya-nyonya.
Selanjutnya kita akan menyaksikan pertandingan ketiga
antara petinju bertahan kita, Karna melawan petinju muda
berpangkat panglima jendral. Di pojok kanan, kita sambut
Harta!
Gautama Lia
Wanita seksi membawa papan ronde 1 naik ke ring, berkeliling lalu keluar.
Bel berbunyi. Wasit memberi aba-aba mulai.
Kedua petinju saling menyerang.
Karna kelihatan kelelahan.
Harta yang masih prima berhasil menyarangkan beberapa pukulan ke badan
Karna.
Black Out.
Wanita seksi membawa papan ronde 20 berkeliling ring lalu keluar.
Bel berbunyi. Wasit memberi aba-aba mulai.
Karna terlihat lamban karena kehabisan tenaga. Berjalan agak
sempoyongan.
Harta semakin cepat mengeluarkan pukulan.
Sebelum Harta menyerang lagi, Karna mengangkat tangan.
Karna
Gautama Lia
Harta
Pembawa Acara
Mahaciwa
Pembawa Acara
Mahaciwa
Pembawa Acara
Gautama Lia
SELESAI
Gautama Lia
Panggung: sebuah kamar kecil dengan satu tempat tidur, satu meja, dua
kursi dan dapur kecil.
Seorang wanita berusia 50 tahun sedang memasak sup.
Ibu
: (bernyanyi)
When I was young I fell in love
I asked my sweetheart what lies ahead
Will we have rainbows day after day
Heres what my sweetheart said*
: Halo Ibu.
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Gautama Lia
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
: Dulu saat Ibu dapat peran nenek kurus, Ibu diet kalori.
Anak
Ibu
Anak
Ibu
: Mertuamu?
Anak
Ibu
: Bagus itu. Ibu ikut senang. Kau jadi bebas bersama suami
dan anakmu tanpa campur tangan mertuamu.
Oya, maafibu lupa datang pas ulang tahun anakmu.
Anak
Ibu
Anak
Gautama Lia
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
: Tidak.
Anak
: (Curiga) Serius?
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Gautama Lia
Anak
Ibu
Anak
Ibu
: Tidak.
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
: Tidak.
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Gautama Lia
penonton terutama.
Ibu rindu para penata artistik, make up, kostum,
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
: Sudah berapa kali Ibu bilang. Ibu tinggal di sini saja. Ibu
tidak suka mertuamu ikut campur dalam rumah tanggamu.
Ibu juga harus adil. Ibu tidak boleh tinggal bersama kalian.
Anak
: (Diam)
Ibu
Anak
Ibu
: Hati-hati di jalan.
Gautama Lia
Kali ini aku akan bermain sendiri. Tanpa aktor dan aktris
lain. Kali ini aku persembahkan sebuah monolog pendek
tentang hidup. Ya mungkin tentang hidupku. Apa kalian
ingin mendengarnya?
Tepuk tangan penonton terdengar lagi. Sebagai jawaban.
Ibu
Gautama Lia
Ibu
Anak
: Apa tidak boleh? Aku kerja siang lagi hari ini. Aku ingin
mengunjungi Ibu selagi aku sempat.
Gautama Lia
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
: Iya aku tahu. Tapi kamar ini sudah tidak sehat lagu untuk
Ibu.
Sekarang Ibu makan (membuang bungkus roti ke tong
sampah. Melihat puntung rokok).
Ibu masih merokok kan?!
Gautama Lia
Ibu
: Apa hubungannya?
Anak
Ibu
Anak
Ibu
Anak
: Ibu
Ibu
Anak
Ibu
: (mengangguk)
Anak
Ibu
Gautama Lia
tanpa imajinasi-imajinasiku.
Dan hal itu akan semakin membuatku sakit. Hidup tanpa
imajinasi sama saja dengan mati.
Ah, seandainya anakku itu mengerti. Dia hanya terlalu
khawatir. Dia tidak tega melihatku sendiri. Dia tidak tahu
kalau aku senang sendiri.
Mungkin selama ini dia melihatku sendiri
membesarkannya. Mungkin dia ingin membahagiakanku.
Tapi dia tidak tahu kalau aku memang suka begini. Hidup
seperti ini. Masa kejayaanku telah usai. Biarlah aku
menikmati kesenangan-kesenanganku di kamar ini. Sendiri.
Dia terlalu khawatir kalau aku tidak keluar kamar. Dia
terlalu khawatir aku sendiri.
Ah, seandainya dia bisa mengerti. Sepertinya hidupku tidak
lama lagi karena harus meninggalkan kamar ini.
Mengetahui hal itu membuatku sedikit terhibur.
Tapi kalian tidak perlu sedih. Anakku masih mengijinkan
aku datang kemari sampai kontrakan kamar ini habis.
Setelah itu kita akan benar-benar terpisah wahai penonton
setiaku.
Apa aku bisa menciptakan ruang seperti ini di rumahnya
nanti?
Apa rasanya akan sama?
Atau aku akan mati di sana?
Ah aku tidak ingin membayangkannya. Apa yang harus ku
lakukan? Kalian punya saran atau solusi?
Tepuk tangan penonton.
Ibu
Ibu batuk-batuk lagi. Dia bangun mengambil air. Batuknya bertambah keras.
Dia mengambil obat batu lalu meminumnya beberapa biji sekaligus.
Batuknya reda. Mata mengantuk. Terlelap. Black out.
Gautama Lia
--Lampu menyala.
Pintu diketuk. Anak perempuan masuk.
Anak
Musik lirih.
SELESAI
: IbuIbubangun.
Ibu Ayo kita pindah!
Ibu jangan bercanda!. Ibu jangan berakting!
Aku tidak akan tertipu!
Ayo Ibu bangun!
Kita akan tinggal bersama!
Ibu tidak akan sendiri lagi!
Ibu, bangunlah, Ibu!
IbuIbu
Gautama Lia